Kaedah Perwakafan Dan Wasiat Dalam Islam
Kaedah Perwakafan Dan Wasiat Dalam Islam
PENDAHULUAN
A. Latar Beakang
Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia
dimuka bumi ini baik itu tentang masalah besar dan maupun masalah yang
kecil. Salah satu yang diajarkan dalam agama islam tentang ketentuan dalam
wasiat dan waqaf. Ummat muslim disarankan agar menjalankan keduanya
seperti wasiat dan waqaf dari harta kekayaan yang dimilikinya,wasiat
merupakan nasihat pesan yang diberikan kepada orang lain baik itu berupa
harta material yang berlaku jika si pemberi wasiat meninggal dunia,seperti
halnya mendirikan masjid,wasiat dilaksanakan ketika si pemberi pesan telah
meninggal,jika belum itu bukan wasiat namanya tapi sedekah,
sedangkan waqaf merupakan pelepasan harta milik seseorang kepada hal
yang baik.jadi kedua ini merupakan tuntunan dalan ajaran islam yang
diperintahkan oleh Allah SWT kepada ummatnya untuk dijalankan di muka
bumi ini.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan secara rinci tentang kaedah wakaf ?
2. Jelaskan secara rinci tentang kaedah wasiat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wakaf
1. Pengertian Wakaf
Kata wakaf berasal dari bahasa arab “al-waqf ” bentuk masdar
dari وقفا- وقف – يقف. Kata al-waqf semakna dengan al-habs bentuk masdar
dari حبسا- حبس – يحبسyang berarti menahan atau berhenti, mengekang
atau menghentikan, tetapnya sesuatu dalam keadaan semula. Sedangkan
wakaf menurut istilah adalah menahan benda asal (pokok) dan
menjadikan buah atau hasil untuk sabilillah atau jalan kebaikan, yakni
menahan benda atau harta dan menyalurkan hasilnya di jalan Allah.
Dalam pengertian istilah secara umum, wakaf adalah sejenis
pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan
(pemilikan) asal (tahbisul ashli) lalu menjadikan manfaatnya berlaku
umum. Sedangkan yang dimaksud dengan “tahbisul ashli” ialah menahan
barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan dan digadaikan kepada
orang lain. Sedangkan pengertian “cara pemanfaatannya” adalah
menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif) tanpa
imbalan.
Selain definisi yang terdapat menurut fiqh klasik, khusus di
Negara kita Indonesia ini terdapat rumusan wakaf sebagaimana terdapat
dalam Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf pasal 1 ayat
(1), bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum menurut
syari’ah.
Selain itu Majelis Ulama Indonesia juga telah mengeluarkan
Fatwa tentang wakaf melalui rapat Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia pada tanggal 11 Mei 2002, bahwa wakaf adalah menahan harta
yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya, dengan
cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut ( menjual,
memberikan atau mewariskannya), untuk disalurkan (hasilnya) pada
sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada.
Dari definisi diatas, meskipun terdapat perbedaan pengertian
wakaf antara satu ulama dengan ulama lainnya, namun pada dasarnya
mengandung makna yang sama. Perbedaan yang ada dalam hal-hal yang
skunder (cabang) bukan primer (prinsip). Sedangkan dalam hal- hal yang
pokok ada ukuran-ukuran yang disepakati oleh sebagian besar ulama
yaitu eksistensi benda wakaf itu haruslah bersifat tetap.
Dengan ungkapan lain istilah wakaf diterapkan untuk harta benda
yang tidak musnah dan manfaatnya dapat diambil tanpa mengkonsumsi
harta benda itu sendiri. Artinya biarpun faedah atau manfaat benda itu
diambil, zat benda tersebut masih tetap ada selamanya, sedangkan hak
kepemilikannya berakhir, tidak boleh dijual, diwariskan, dihibahkan serta
harta tersebut dipersembahkan oleh si wakif (orang yang mewakafkan)
untuk tujuan amal shaleh guna mendapatkan keridhoan Allah SWT.
Dengan melepaskan harta benda wakaf itu menjadi milik Allah sehingga
tidak dapat dimiliki atau dipindah tangankan kepada siapa pun dan
dengan cara bagaimanapun juga.
4. Macam-macam Wakaf
Bila ditinjau dari segi peruntukan ditujukan kepada siapa wakaf
itu, maka wakaf dapat dibagi menjadi dua macam:
a. Wakaf Ahli
Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang- orang tertentu, seseorang
atau lebih, keluarga si wakif atau bukan. Wakaf seperti ini juga
disebut wakaf dzurri. Wakaf jenis ini (wakaf ahli/dzurri) terkadang
juga disebut wakaf ‘alal aulad yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi
kepentingan dan jaminan social dalam lingkungan keluarga (family),
lingkungan kerabat sendiri. Wakaf ini bertujuan menjaga anak dan
cucu dari yang berwakaf dzurri disyaratkan supaya barang yang
diwakafkan itu hendaklah mengandung faedah yang tidak ada putus-
putusnya sekalipun keturunannya telah habis.
b. Wakaf Khairi
Yaitu wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama
(keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum). Wakaf ini
ditujukan kepada umum dengan tidak terbatas penggunaannya yang
mencakup semua aspek untuk kepentingan dan kesejahteraan umat
manusia pada umumnya. Kepentingan umum tersebut bisa untuk
jaminan social, pendidikan, kesehatan, pertahanan, keamanan dan
lain- lain.
Dari tinjauan penggunaannya, wakaf ini lebih banyak
manfaatnya ketimbang wakaf ahli, karena tidak terbatasnya pihak-
pihak yang mengambil manfaat. Sesungguhnya jenis wakaf ini yang
sesuai dengan hakikat wakaf dan secara substansial, wakaf ini juga
merupakan salah satu cara membelanjakan (memanfaatkan) harta di
jalan Allah.
Perbedaan antara wakaf ahli dan wakaf khairi hanyalah terletak
pada pemanfaatannya. Wakaf ahli pemanfaatannya hanya terbatas pada
keluarga wakif, yaitu anak- anak mereka dalam tingkat pertama dan
keturunan mereka secara turun temurun sampai anggota keluarga tersebut
meninggal semuanya. Sesudah itu hasil wakaf dapat dimanfaatkan orang
lain seperti janda, anak-anak yatim piatu, atau orang- orang miskin26.
Sedangkan wakaf khairi sejak semula pemanfaatannya sudah ditujukan
untuk kepentingan umum dan tidak dikhususkan untuk orang- orang
tertentu.
Bila ditinjau dari jenis harta bendanya, maka wakaf terdiri dari
benda tidak bergerak dan benda bergerak:
1. Benda tidak bergerak seperti tanah, sawah dan bangunan. Benda
macam inilah yang sangat dianjurkan agar diwakafkan, karena
mempunyai nilai jariyah yang lebih lama.
2. Benda bergerak seperti mobil, sepeda motor, binatang ternak atau
bendabanda lainnya. Yang terakhir ini dapat juga diwakafkan. Namun
demikian, nilai jariahnya terbatas hingga benda- benda tersebut dapat
dipertahankan.
Dalam fiqh islam, wakaf sebenarnya dapat meliputi berbagai
benda. Walaupun berbagai riwayat atau hadits yang menceritakan masalah
wakaf ini adalah mengenai tanah, tapi berbagai ulama memahami bahwa
wakaf bukan tanah pun boleh saja asal bendanya tidak langsung musnah
atau habis ketika diambil manfaatnya.
B. Wasiat
1. Pengertian Wasiat
Secara bahasa “Wasiat diambil dari Washaithu-ushi Asy- Sysai’a
(aku menyambung sesuatu). Orang berwasiat menyambung apa yang ada
di dalam hidupnya setelah kematian.
Dalam syari’at, wasiat adalah penghibahan benda, piutang atau
manfaat oleh seseorang kepada orang lain dengan ketentuan bahwa orang
yang di beri wasiat memiliki hibah tersebut setelah kematian orang yang
berwasiat. Wasiat juga bisa diartikan dengan Iishaa’ (memberikan pesan,
perintah, pengampuan, perwalian). Secara etimologi adalah janji kepada
orang lain untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan tertentu semasa
hidupnya atau setelah meninggalnya. Sedangkan dalam istilah para fiqih,
wasiat adalah perintah untuk melakukan suatu perbuatan setelah
meninggal atau dengan kata lain, bersedekah dengan harta setelah mati.
Wasiat juga diartikan dengan pesan, baik berupa harta maupun lainnya.
Sedangkan menurut syari’at, wasiat berarti pesan khusus yang
dijalankan setelah orang yang berpesan itu meninggal dunia. Maka wasiat
berarti pernyataan kehendak oleh seseorang mengenai apa yang akan
dilakukan terhadap hartanya sesudah ia meninggal dunia.
A. Kesimpulan
Wakaf bermakna menahan pokok dan mendermakan buah. Atau,
dengan kata lain, menahan harta dan mengalirkan manfaat –manfaatnya di
jalan Allah.
Wasiat adalah penghibahan benda, piutang, atau manfaat oleh
seseorang kepada orang lain dengan ketentuan bahwa orang yang diberi wasiat
memiliki hibah tersebut setelah kematian orang yang berwasiat.
Perbedaannya wasiat dan wakaf yaitu: wasiat terkait dengan
peninggalan seseorang diberikan ketika orang masih hidup (pelaksanaannya
ketika orang yang berwasiat sudah meninggal), sedangkan wakaf terkait
dengan kepemilikan (yaitu menahan kepemilikan harta kita untuk kepentingan
orang lain semata- mata mengharap ridha Allah Swt.)
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk teman-teman sekalian, kritik
dan saran senantiasa penulis nantikan demi lebih baik lagi makalah ini.
Apabila ada penulisan dan kata serta kekurangan makalah ini, mohon
dimaafkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahhab Khallaf. 1951. Ahkam al- Waqf. Kairo: Matba’ah al Misr.
Imam Syafi’I Abu Abdullah bin Idris. 2007. Mukhtasar Kitab Al Umm Fi al
Fiqh. Jakarta: Pustaka Azzam.
Sabiq, Sayyid. 1996. Fiqh Sunnah, ahli bahasa oleh kamaluddin A. Marzuki dkk.
Bandung: al-Ma’arif.
Said Agil Husin al-Munawar. 2004. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial. Jakarta:
Permadani.
DOSEN PEMBIMBING :
HENDRA YANI,M.Ag