Anda di halaman 1dari 16

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja insulin
atau kedua-duanya menurut American Diabetes Association (ADA 2006).
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin merupakan
hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan penjelesan tentang definisi DM hasil kajian literatur, dapat
disimpulkan bahwa DM adalah gangguan metabolik secara heterogen terhadap
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat gangguan produksi insulin
oleh pankreas atau gangguan penggunaan insulin berdampak pada peningkatan
gula darah (hiperglikemia), dan berlanjut pada kerusakan sistim organ dalam
tubuh.
Insulin merupakan satu-satunya hormon yang dapat menurunkan kadar
glukosa dalam darah karena insulin berfungsi untuk mengubah glukosa dalam
darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam hati ( Bilous dan
Donelly, 2014).
B. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) Tahun 2009, klasifikasi
DM adalah :
1. Diabetes Mellitus tipe 1
Diabetes tipe 1 ini sering juga disebut sebagai diabetes “juvenile onset”
atau “insulin dependent” atau “ketosis prone” karena tanpa insulin
dapat terjadi kematian dalam beberapa hari disebabkan ketoasidosis.
DM tipe 1 terjadi mulai pada usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-
13 tahun, dapat juga terjadi pada akhir usia 30 tahun atau menjelang 40
tahun. Jenis ini timbul reaksi autoimun yang disebabkan peradangan
8

pada sel beta insulin, yang menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap
sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel
beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan
hancurnya sel beta. Insulitis bisa disebabkan macam-macam
diantaranya virus, seperti cocksakie, rubbella, CMV, herpes dan lain-
lain. Yang diserang pada insuilitis itu hanya sel beta, biasanya sel alfa
dan delta tetap utuh.
2. Diabetes Mellitus tipe 2
Merupakan jenis yang paling banyak ditemukan lebih dari 90 %,
Pada keadaan dengan kadar glukosa darah tidak terlalu tinggi atau
belum ada komplikasi, biasanya pasien tidak berobat ke rumah sakit.
Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci
pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya
yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi
karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk
sel akan sedikit, sehingga sel akan berkurang bahan bakar (glukosa) dan
glukosa didalam pembuluh darah meningkat. Bagian yang terjadi pada
DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang diabetogenik (asupan
kalori yang berlebihan, aktifitas fisik yang rendah, obesitas) dan faktor
genetik.
3. Gestasional Diabetes
Diabetes meliputi gestasional didefinisikan sebagai intoleransi
karbohidrat dengan keparahan bervariasi atau pertama kali diketahui saat
kehamilan pada trimester kedua dan ketiga. Faktor resiko dominan pada
kondisi adalah obesitas dari riwayat keluarga dengan DM.
C. Pemeriksaan Laboratorium Diabetes Mellitus
Menurut American Diabetes Association 2010 terdapat 3 macam
pemeriksaan gula darah yaitu :
9

1. Glukosa darah sewaktu


Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
2. Kadar glukosa darah puasa
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan pada pasien yang puasa (tidak
mendapat kalori sedikitnya 8 jam).
3. Kadar glukosa darah 2 jam PP (2 jam setelah makan)
Tes toleransi glukosa oral yang dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus
yang dilarutkan ke dalam air.
Seseorang dikatakan menderita Diabetes Mellitus jika memiliki kadar
gula darah puasa >140 mg/dl dan kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl
disertai dengan keluhan klasik berupa polyuria, polydipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan (PERKINI, 2011). Kadar glukosa yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan disfungsi dan kegagalan berbagai organ
(Ahmad 2012). Kadar gula darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring diagnosis DM (mg/dl) :
Tabel 2.1
Tabel nilai kadar glukosa darah
No Kadar Glukosa Darah Bukan DM Belum Pasti DM DM
1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu
-Plasma Vena <100 100-200 >200
-Darah Kapiler <80 80-200 >200
2 Kadar Glukosa Darah Puasa
-Plasma Vena <110 110-120 >140
-Darah Kapiler <90 90-110 >110
3 Glukosa Darah 2 Jam Setelah Makan (Postprandial) 110-144 145-179 >200
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
10

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah


mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl
D. Etiologi Diabetes Mellitus
Penyebab DM meliputi: genetik defek karakteristik fungsi sel beta
karena mutasi, genetik defek insulin dalam aksi, penyakit eksokrin pada
pankreas (pankreatitis, pankreatectomy, neoplasma, cystic fibrosis),
endokrinopati, infeksi (rubella, cytomegalovirus, cocksakie), gangguan imun
yang tidak umum berhubungan dengan diabetes dan sindrom genetik lain
yang berkaitan dengan diabetes (Fauci, et al, 2008).
E. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus
Manifestasi klinik Diabetes mellitus menurut Black & Hawks (2014)
adalah :
1. Poliuria (Sering BAK)
Air tidak diserap kembali oleh tubulus ginjal sekunder untuk aktivitas
osmotik glukosa, mengarah kepada kehilangan air, glukosa dan elektrolit.
2. Polidipsi (Haus Berlebihan)
Dehidrasi sekunder terhadap poliuria menyebabkan haus.
3. Polifagi (Lapar Berlebihan)
Kelaparan sekunder terhadap katabolisme jaringan menyebabkan rasa
lapar yang berlebih.
4. Penurunan Berat Badan
Kehilangan awal sekunder terhadap penipisan simpanan air, glukosa,
dan trigliserid, kehilangan kronis sekunder terhadap penurunan masa otot
karena asam amino dialihkan untuk membentuk glukosa dan keton.
5. Pandangan kabur berulang
Sekunder terhadap paparan kronis retina dan lensa mata terhadap
cairan hiperosmolar.
11

6. Pruritus, infeksi kulit, vaginitis


Infeksi jamur dan bakteri pada kulit terlihat lebih umum, hasil
penelitian infeksi jamur dan bakteri pada kulit terlihat lebih umum, hasil
penelitian masih bertentangan.
7. Ketonuria
Ketika glukosa tidak dapat digunakan untuk energi oleh sel tergantung
insulin, asam lemak di gunakan untuk energi ; asam lemak di pecah
menjadi keton dalam darah dan diekskresikan oleh ginjal ; pada diabetes
melitus tipe 2, insulin cukup untuk menekan berlebihan penggunaan asam
lemak tapi tidak cukup penggunaan glukosa.
8. Lemah, letih dan pusing
Penurunan isi plasma mengarah kepada postural hipertensi,
kehilangan kalium dan katabolisme protein berkontribusi terhadap
kelemahan.
9. Sering asimtomatik
Tubuh beradaptasi terhadap peningkatan pelan pelan kadar glukosa
darah sampai tingkat yang lebih besar dibandingkan peningkatan yang
cepat.
F. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Ada empat pilar penatalaksanaan DM, yaitu penyuluhan atau edukasi,
perencanaan makan (diet), latihan jasmani dan intervensi farmakologis.
Program edukasi kesehatan sebagai salah satu pilar pengendalian DM (Perkini,
2011).
1. Penyuluhan atau Edukasi
Edukasi memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanakan
DM karena pemberian edukasi kepada pasien dapat merubah perilaku pasien
dalam melakukan pengelolaan DM secara mandiri. Pemberian edukasi
dilakukan dengan melihat latar belakang pasien, ras, etnis, budaya,
psikologis dan kemampuan pasien dalam menerima edukasi. Edukasi
mengenai pengelolaan DM secara mandiri harus diberikan secara bertahap
12

yang meliputi konsep dasar DM, pencegahan DM, pengobatan, DM dan Self
Care (Perkini, 2011).
Edukasi yang diberikan adalah pemahaman tentang pelajaran
penyakit, pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang ditimbulkan
dan resikonya, intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, cara
mengatasi hipoglikemi, olahraga teratur dan cara menggunakan fasilitas
kesehatan. Perencanaan diet yang tepat yaitu cukup asupan kalori, protein,
lemak, mineral dan serat. Ajarkan pasien untuk dapat mengontrol gula darah
untuk mencegah komplikasi dan mampu merawat diri sendiri. Pendidikan
kesehatan kepada DM merupakan komponen yang penting dalam
manajemen diri selain didukung tim kesehatan, keluarga dan orang-orang
sekitarnya ( ADA, 2009).
2. Perencanaan Makan ( diet )
Pada pasien DM diperlukan jadwal makan yang teratur, agar
terkendali gula darah. Jadwal makan itu yaitu makan pagi, makan siang,
makan malam dan snack antara makan besar. Makan saat lapar porsinya
biasanya lebih besar dibandingkan makan sebelum lapar, karena itu pasien
DM dianjurkan makan sebelum lapar.
Jumlah kalori diet DM sesuai dengan status Gizi pasien, berkisaran
antara 110-2500 kalori. Dalam pelaksanaan diet DM ada tiga J yaitu,
jumlah makan, jenis makanan dan jadwal makan. Kebutuhan zat gizi pada
pasien DM adalah :
a. Protein
American Diabetes Association, merekomendasikan protein yang
dikonsumsi pasien DM sebesar 10-20%.
b. Lemak
Asupan lemak yang dibutuhkan 20-25% tapi jika pasien dengan
kadar trigliserida > 1000 mg/dl dianjurkan untuk diet dislipidemia
tahap II yaitu < 7% energi total dari lemak jenuh, tidak lebih dari 30
% energi yaitu <7% energi total dari lemek jenuh, tidak lebih dari 30
% energi dari lemak total dan kandungan kolestrol 200 mg/hari.
13

c. Karbohidrat
Rekomendasi jumlah total karbohidrat untuk penderita DM adalah
60-70 % kalori.
d. Serat
Serat yang direkomendasikan pada penderita DM adalah serat larut
dengan jumlah yang dikonsumsi sebesar 20-30% dar berbagai sumber
makanan.
e. Natrium
Asupan natrium pada pasien DM sama dengan yang tidak menderita
DM yaitu sebesar tidak lebih dari 300 mg dan pasien hipertensi ringan
sampai sedang dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
f. Alkohol
Alkohol diminum oleh penderita DM sebaiknya pada saat makan
karena mengakibatkan hipoglikemi. Tapi jika penggunaan alkohol
dikonsumsi dengan jumlah sedang tidak akan mempengaruhi kadar
gula darah jika gula darah terkontrol.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari - hari dan latihan jasmani secara teratur (3 -
4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan Diabetes Melitus. Kegiatan sehari - hari seperti
berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap
dilakukan. Selain untuk menjaga kebugaran juga, latihan jasmani dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulinm sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani. Pasien yang relatif sehat,
intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat
komplikasi diabetes melitus dapat dikurangi. (Perkini, 2011).
14

4. Intervensi farmakologis
Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar,
olah raga yang teratur, dan obat - obatan yang diminum atau suntikan
insulin. Pasien Diabetes tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin
setiap hari. Pasien Diabetes tipe 2, umumnya pasien perlu minum obat
antidiabetes secara oral atau tablet. Pasien diabetes memerlukan suntikan
insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan insulin dan
tablet. (Perkini, 2011). Monitoring keton dan gula darah yang dianjurkan
kepada pasien Diabetes Melitus. Monitor level gula darah sendiri dapat
mencegah dan mendeteksi kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan
hiperglikemia dan pasien dapat melakukan keempat pilar diatas untuk
menurunkan resiko komplikasi dari diabetes melitus (Smeltzer et at,
2008).
G. Konsep Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan merupakan salah satu upaya pengendalian DM untuk
mendapatkan hasil yang optimal, edukasi kesehatan dimasukan dalam sebuah
program pengendalian DM. Edukasi kesehatan sangat diperlukan karena
penyakit diabetes adalah penyakit kronik dan berhubungan dengan gaya hidup.
Pemberian obat-obatan memang diperlukan akan tetapi tidak cukup, melainkan
memerlukan keseimbangan pola makan dan aktivitas kehidupan sehari-hari
terhadap pengendalian Diabetes Mellitus (PHAC, 2003).
1. Tujuan Edukasi Diabetes Melitus
Tujuan dari edukasi adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan
kemampuan dalam merawat diri sendiri maupun anggota keluarga yang
menderita penyakit DM. Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah
merubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan
(Notoadmojo, 2013). Memberikan edukasi adalah salah satu fungsi penting
perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien terhadap informasi yang
berfokus pada kemampuan pasien untuk melakukan perilaku sehat dan
mampu merawat dirinya yang dapat ditingkatkan melalui edukasi yang
efektif (Delaune, 2006).
15

2. Media Edukasi
Media juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruh sikap
seseorang. Media bermanfaat menimbulkan minat sasaran, merangsang
sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain, dan memudahkan
penyampaian informasi. Media berfungsi untuk memudahkan seseorang
dalam memahami informasi yang dianggap rumit.Selain itu, peningkatan
sikap juga dikarenakan oleh peningkatan pengetahuan. Peningkatan
pengetahuan dan sikap ini diperoleh dari proses belajar dengan
memanfaatkan semua alat indera, dimana 13% dari pengetahuan diperoleh
melalui indera dengar dan 35-55% melalui indera pendengaran dan
penglihatan. Hal ini sesuai dengan tujuan pemberian media booklet yaitu
menghasilkan peningkatan pengetahuan yang akan mempengaruhi
perubahan sikap dan perilaku.
Booklet dapat digunakan sebagai media edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan keluarga dan pasien terkait pengendalian
kadar glukosa darah pada penderita DM. Edukasi menggunakan booklet
dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penatalaksanaan Diabetes
Mellitus sehingga kadar glukosa dapat terkendali. Informasi yang
terkandung dalam buku bisa lebih luas dan lebih rinci sehingga
penyampaian yang diharapkan informasi tentang DM melalui booklet dapat
memfasilitasi keluarga dan pasien untuk memahami penyakit dan
pengobatan DM (Puspitasari et al, 2012).
3. Materi Edukasi yang Harus Diberikan pada Pasien Diabetes Mellitus yaitu:
a. Konsep teori tentang DM
b. Empat pilar penatalaksanaan DM
c. Pencegahan dan penanganan komplikasi akut dan kronik
4. Metode Edukasi
a. Ceramah
Menyampaikan teori dan konsep yang sangat prinsip dan mudah
dimengerti oleh peserta edukasi.
16

b. Demontrasi
Peserta dapat melihat secara langsung seluruh teknik yang diberikan,
misalnya teknik penyuntikan insulin atau teknik senam DM.
c. Pendidikan Massa
Mengkomunikasikan pesan melalui pendekatan massa, tidak
membedakan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, pendidikan.
Metode dapat dilakukan dengan media Booklet.
5. Proses Edukasi Kesehatan
a. Proses pembelajaran
Terdapat tiga tipe pengetahuan : Belajar Psikomotor (menghasilkan
kemampuan secara fisik) ; Belajar keilmuan (akan mendapatkan
pengetahuan); dan belajar sikap (dengan merubah prilaku) (Rankin,
Sally, Stallings, & Karen, 2001).
a) Proses belajar Psikomotor (pengkajian, menetapkan tujuan dan
mempersiapkan rencana pengajaran untuk sebuah pertemuan,
melaksanakan rencana yang telah ditetapkan).
b) Proses belajar keilmuan (kognitif)
Seseorang membutuhkan secara terus menerus perkembangan
terhadap informasi terbaru untuk pemenuhan secara lebih mendalam.
c) Prose belajar sikap (afektif)
Perubahan sikap dan nilai secara umum akan berubah secara
berangsur- angsur, tipe pembelajaran ini sulit untuk dilakukan
pengukuran.
d) Latihan atau praktik
Peserta melakukan teknik-teknik yang sudah diajarkan oleh tim
edukasi secara maksimal.
6. Pengaruh Edukasi Penatalaksanaan DM Terhadap Perubahan Pengetahuan,
Sikap dan Kadar Glukosa Darah
Peningkatan pengetahuan sesudah pemberian edukasi dapat
mempengaruhi secara langsung pada perilaku kesehatan individu termasuk
dalam perilaku penatalaksanaan diabetes sehingga didapatkan penurunan
17

kadar gula darah. Perubahan pengetahuan, sikap dan berkembangnya


kemampuan seseorang terjadi melalui tahapan yang dimulai dari
pembentukan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), sampai dimilikinya
keterampilan baru (Notoadmodjo, 2010).
Edukasi diabetes membantu individu dengan diabetes belajar
bagaimana mengelola penyakit mereka dan menjadi sesehat mungkin.
Edukasi yang terstruktur dapat memiliki efek mendalam pada hasil
kesehatan yaitu dapat menurunkan kadar gula darah dan secara signifikan
dapat meningkatkan kualitas hidup (American Association of Diabetes
Educators, 2014). Proses ini menggabungkan kebutuhan, tujuan, dan
pengalaman hidup orang dengan DM, dan dituntun oleh panduan standar
berdasarkan berbagai penelitian. Tujuan dari program edukasi DM adalah
untuk mendukung informasi pengambilan keputusan, perilaku perawatan
diri, pemecahan masalah dan kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dan
untuk meningkatkan hasil klinis, status kesehatan, dan kualitas kehidupan
(Funnell et al, 2011). Dalam penelitian Rahmawati (2016) yang berjudul
“Pengaruh program diabetes self-management education terhadap
manajemen diri pada penderita diabetes mellitus tipe 2” menunjukkan
bahwa ada perbedaan efikasi diri pasien diabetes mellitus tipe 2. Setelah
dilakukan edukasi DSME sebanyak 6 sesi, terdapat nilai efikasi diri yang
signifikan sebelum dan sesudah dilakukan DSME dengan peningkatan rata-
rata sebesar pada kelompok intervensi 27.363 dan kelompok kontrol 19.939.
Nilai (p = 0,000) pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol nilai
(p = 0,000).
H. Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Melitus
Pengetahuan dan sikap penderita DM dalam pengelolaan/penatalaksanaan
DM masih sangat rendah berdasarkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan
masih banyak penderita DM yang masih belum mengetahui apa itu penyakit
DM dan tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh petugas
kesehatan serta cara penataklasanaan DM yang benar, penderita DM juga
mengatakan tidak bisa menghilangkan ngemil, dan menurut mereka sudah
18

memodifikasi dengan jamu tradisional agar kadar glukosa didalam darah tidak
naik sehingga mereka bisa makan sembarangan, beberapa hal yang masih
sering diabaikan oleh penderita DM adalah tidak mengurangi konsumsi
makanan yang manis meskipun telah menggunakan gula pengganti, jarang
mengonsumsi sayuran, tidak berolahraga dan tidak mengontrol berat badan, hal
ini mungkin dikarenakan kurangnya kepercayaan pada diri sendiri serta merasa
kesulitan dalam menjalankan diet yang dianjurkan oleh ahli gizi. Penderita DM
lebih percaya bahwa kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik hanya
dengan mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh petugas kesehatan.
Sebaliknya, menjaga pola makan serta beraktivitas bukan merupakan hal yang
penting untuk menjaga kadar gula darah tetap normal. Selain itu, kurangnya
motivasi penderita DM juga kemungkinan terkait dengan pengetahuan terkait
diet yang kurang sehingga kurang percaya pada diet yang dianjurkan.
Mayoritas dari penderita DM telah mengalami komplikasi atau memiliki
penyakit lain seperti hipertensi dan asam urat, adanya komplikasi atau penyakit
lain tersebut membuat pasien sering tidak mematuhi anjuran diet yang
diberikan (Berlinta & Purnama, 2016).
I. Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan
persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)
(Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan
19

negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010).
Pengetahuan pasien tentang DM yang rendah dapat mempengaruhi
persepsi pasien tentang penyakitnya, motivasi, manajemen koping dan
perubahan perilaku (Sousa & Zauseniewski, 2005). Rendahnya pengetahuan
yang dimiliki responden mengenai penyakit DM berdampak pada
ketidakmampuan responden dalam mengontrol kadar gula darah sehingga
kadar gula darah menjadi tinggi. Penelitian lainnya yang berkaitan dengan
pengetahuan terhadap penyakit DM dilakukan Lestari, dkk (2013)
1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2007) faktor – faktor yang mempengaruhi
pengetahuan antara lain :
a. Pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang
lain terhadap sesuatu hal mereka dapat memahami.
b. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memeperoleh pengalaman dan pengetahuan yang baik secara
langsung maupun tidak langsung.
c. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan
pada aspek fisik dan psikologis ( mental ).
d. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu.
e. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungan.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan di mana kita hidup dan
dibesarkan mempuyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap
kita.
g. Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat
membuat mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan
baru.
20

2. Cara mengukur pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan
seperangkat alat tes/kuesioner tentang obyek pengetahuan yang mau
diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban yang benar
dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Arikunto (2010) tingkat pengetahuan
dikategorikan menjadi 3 yaitu :
a. Baik : menjawab benar 76% - 100%
b. Cukup : menjawab benar 56% – 75%
c. Kurang : menjawab benar < 56%
J. Konsep Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang – tidak senang, setuju – tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya)
(Notoatmodjo,2010).
Sikap dikatakan sebagai respon evaluatif, respon hanya akan timbul
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang
dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri
individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik
– buruk, positif – negatif, menyenangkan – tidak menyenangkan, yang
kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap
(Azwar,2010). Sikap mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya Menurut
Notoatmojo (2010).
1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang atau objek mau
menerima stimulus yang telah diberikan (objek).
2. Menanggapi (Responding) Menanggapi disini diartikan subjek atau
tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang
memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti
21

membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi


atau mengajurkan orang lain merespons.
4. Bertanggung jawab (Responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya
bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.
Sifat Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif
(Purwanto dalam Dewi dan Wawan, 2010 ) :
1. Sikap positif kecenderungan adalah tindakan mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
2. Sikap negative terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai suatu objek tertentu.
22

K. Kerangka Teori

Faktor Resiko :
Riwayat keturunan, usia, aktivitas fisik kurang, gaya
hidup, jenis kelamin, pola makan

DM Tipe 2
1. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis
diabetik
b. Hiperosmolar
Empat pilar penatalaksanaan DM : non ketotik
1. Edukasi / penyuluhan c. Hipoglikemia
2. Komplikasi Kronik
2. Terapi Gizi
a. Mikroangiopat
3. Latihan Jasmani/ Aktivitas fisik b. Makroangiopat
4. Farmakologis c. Neuropati

Edukasi / pengaturan
makan pada penderita DM
meliputi; Assessment,
mendorong pasien utk
penentuan tujuan, memilih
intervensi, evaluasi
perencanaan gizi.
Perilaku
Pengetahuan

Sikap

Faktor yang 1.Faktor predisposisi :


mempengaruhi pengetahuan, sikap,
pengetahuan: Faktor yang pendidikan,
1. Pendidikan mempengaruhi sikap : pekerjaan, tradisi dan
2. Umur kepercayaan.
pengalaman pribadi,
3. Motivasi pengaruh orang lain 2.Faktor penguat :
4. Pengalaman sikap dan perilaku
yang dianggap
tokoh masyarakat,
5. Lingkungan penting, pengaruh agama dan petugas
6. Sosial kebudayaan, media kesehatan
ekonomi massa, lembaga 3.Faktor pendukung :
7. Kebudayaan pendidikan dan sarana prasarana,
8. Informasi agama, faktor lingkungan.
emosional.

Gambar 2.1 Kerangka teori (Gustaviani, 2007; Ignativicius & Workman, 2006; Notoatmodjo, 2007;
Notoatmodjo, 2011; Perkeni, 2011; Smeltzer, dkk. 2008)

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Pendahuluan Praktik Profesi Ners Stroke Hemoragik. Debbi Ernest LG
    Laporan Pendahuluan Praktik Profesi Ners Stroke Hemoragik. Debbi Ernest LG
    Dokumen11 halaman
    Laporan Pendahuluan Praktik Profesi Ners Stroke Hemoragik. Debbi Ernest LG
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN KEPERAWATAN Tfa
    ASUHAN KEPERAWATAN Tfa
    Dokumen1 halaman
    ASUHAN KEPERAWATAN Tfa
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • LP Tfa ANAK
    LP Tfa ANAK
    Dokumen1 halaman
    LP Tfa ANAK
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    100% (1)
  • ASUHAN KEPERAWATAN Tfa
    ASUHAN KEPERAWATAN Tfa
    Dokumen1 halaman
    ASUHAN KEPERAWATAN Tfa
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mater Ners
    Tugas Mater Ners
    Dokumen10 halaman
    Tugas Mater Ners
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • LP BBL
    LP BBL
    Dokumen1 halaman
    LP BBL
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • LP Tfa ANAK
    LP Tfa ANAK
    Dokumen1 halaman
    LP Tfa ANAK
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Braden Scale Debbi Ernest
    Braden Scale Debbi Ernest
    Dokumen9 halaman
    Braden Scale Debbi Ernest
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Woc Eklampsia
    Woc Eklampsia
    Dokumen1 halaman
    Woc Eklampsia
    janayanti
    100% (1)
  • LP KPD
    LP KPD
    Dokumen1 halaman
    LP KPD
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • LP Eklmasia
    LP Eklmasia
    Dokumen1 halaman
    LP Eklmasia
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen15 halaman
    Abstrak
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • LP Tfa ANAK
    LP Tfa ANAK
    Dokumen1 halaman
    LP Tfa ANAK
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • LP Eklmasia
    LP Eklmasia
    Dokumen1 halaman
    LP Eklmasia
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • LP KPD
    LP KPD
    Dokumen1 halaman
    LP KPD
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • LP KPD
    LP KPD
    Dokumen1 halaman
    LP KPD
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Tugas Jiwa
    Tugas Jiwa
    Dokumen12 halaman
    Tugas Jiwa
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Slow Stroke Massage
    Slow Stroke Massage
    Dokumen2 halaman
    Slow Stroke Massage
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke LP-1
    Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke LP-1
    Dokumen12 halaman
    Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke LP-1
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen16 halaman
    Bab Ii
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • LP BBL
    LP BBL
    Dokumen1 halaman
    LP BBL
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Tugas Keperawatan Kritis Mis Erni
    Tugas Keperawatan Kritis Mis Erni
    Dokumen2 halaman
    Tugas Keperawatan Kritis Mis Erni
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Tugas Jiwa
    Tugas Jiwa
    Dokumen12 halaman
    Tugas Jiwa
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen14 halaman
    Tugas
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Tugas Keperawatan
    Tugas Keperawatan
    Dokumen2 halaman
    Tugas Keperawatan
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Tugas Jiwa
    Tugas Jiwa
    Dokumen12 halaman
    Tugas Jiwa
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Tugas Keperawatan Kritis Mis Erni
    Tugas Keperawatan Kritis Mis Erni
    Dokumen2 halaman
    Tugas Keperawatan Kritis Mis Erni
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan RPK
    Laporan Pendahuluan RPK
    Dokumen11 halaman
    Laporan Pendahuluan RPK
    Nona Allycia CayaNkgg Nongyan
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kesehatan Keselamatan Kerja
    Tugas Kesehatan Keselamatan Kerja
    Dokumen2 halaman
    Tugas Kesehatan Keselamatan Kerja
    Debbi Ernest Lumban Gaol
    Belum ada peringkat