ETIC 2016
Ridho Bayuaji 1, *, Sigit Darmawan 1 . Nur Ahmad Husin 1, Boedi wibowo 1 . Srie Subekti 1,
Januarti Jaya Ekaputri 1, Mohd Mustafa Al Bakri Abdullah 2, dan totok Ruki Biyanto 3
1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia
2 Center of Excellence Geopolimer dan Teknologi Hijau (CEGeoGTech), Universiti Malaysia Perlis (UNIMAP), Malaysia
1. Perkenalan
pertumbuhan penduduk di Indonesia dan percepatan infrastruktur tidak seimbang, terutama di daerah perkotaan. Ini
menimbulkan ketidaksadaran, salah satunya adalah ancaman kebakaran di gedung. Kebakaran sering menyebabkan
kerusakan elemen struktur. Penelitian tentang bangunan di Makasar suhu mal direkam karena api bisa mencapai
1400 ° C.
Di sisi lain, penelitian global saat ini diarahkan pada pola pikir lingkungan hijau, bagaimana
pengurangan bahan utama sebagian atau seluruhnya dari bahan bangunan dan struktur yang semen.
Portland semen beton sebagai bahan perekat utama menuai banyak perhatian karena emisi gas rumah
kaca (karbon dioksida) yang dihasilkan dalam proses produksi semen. Proses pembakaran
membutuhkan energi untuk suhu transformasi sampai 1400 Hai C, untuk 1 ton semen menghasilkan 0,55
ton CO 2 [ 1].
*
Sesuai penulis: bayuaji@ce.its.ac.id
© The Penulis, yang diterbitkan oleh Ilmu EDP. Ini adalah sebuah artikel akses terbuka didistribusikan di bawah ketentuan Creative Commons Atribusi
License 4.0 (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).
MATEC Web Konferensi 97 . 01020 (2017) DOI: 10,1051 / matecconf / 201 79701020
ETIC 2016
Salah satu inovasi untuk mengurangi bahan semen 100% adalah teknologi beton geopolimer, di mana
materi yang mengikat terdiri dari bahan dengan karakteristik pozzolan, umumnya memiliki zat oksida silikat
yang signifikan dan alumina oksida [2]. Contoh bahan baku geopolimer beton yang berasal dari limbah
pembakaran batubara (fly ash). Pemanfaatan bahan limbah industri dan non industri adalah alasan lain
mengapa layak beton geopolimer penelitian lanjutan [3-10] untuk mendukung penelitian lingkungan.
Penelitian ini berfokus pada dua hal utama, ancaman kebakaran dan pemanfaatan limbah dengan
rumusan masalah, sejauh mana pengaruh suhu terhadap kekuatan pasta beton geopolimer sebagai bahan
pengikat utama untuk beton geopolimer.
2 Metodologi
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah dengan laboratorium eksperimental. Fly ash yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan dasar untuk pembuatan geopolimer dari PT. Petrokimia, Gresik. Untuk
menentukan komposisi kimia yang terkandung dalam abu terbang, tes akan dilakukan di XRD (X-Ray Diffraction) dan XRF
(X-Ray Fluorescence). Aktivator untuk larutan alkali yang digunakan adalah natrium silikat (Na 2 SiO 3) dan natrium hidroksida
(NaOH) dengan molaritas 6, 10 dan 14. Untuk pembuatan benda uji menggunakan silinder dengan diameter 2,5 cm x 5 cm.
Setelah spesimen diproduksi itu akan diuji sebagai, menembak tes dilakukan dengan tungku selama 4 jam di suhu 200 Hai C,
600 Hai C, dan 1000 Hai C maka pengikat yang beristirahat sampai ia mendingin untuk proses pengujian berikutnya.
Uji benda uji adalah tes kuat tekan dengan standar ISO-1974-1990. Usia tekan uji kekuatan pengikat
geopolimer beton dilakukan pada umur 28 hari. Untuk setiap pengujian kuat tekan, digunakan 3
spesimen dari setiap kondisi suhu pembakaran.
Beberapa hasil dari pengujian fly ash disajikan pada Gambar 1, Tabel-1 dan Tabel-2: Tes ini digunakan untuk
menentukan analisis komposisi unsur dalam bahan. Dari hasil uji XRD diketahui bahwa abu terbang yang digunakan
dalam penelitian ini adalah amorf SiO 2 + Ca (FeO 3)
58% sehingga abu terbang yang digunakan adalah jenis C. CaO isi fly ash yang digunakan dalam penelitian ini adalah
10,74%, menurut ASTM C 618-84 fly ash yang memiliki kandungan CaO lebih dari 10% diklasifikasikan ke dalam tipe C
fly ash.
hitungan
Fly Ash
Silicon Oksida Kalsium
Iron Oxide
200
100
20 30 40 50 60 70 80
2
MATEC Web Konferensi 97 . 01020 (2017) DOI: 10,1051 / matecconf / 201 79701020
ETIC 2016
Komponen iO 2 Al 2 HAI 3 CaO MgO Na 2 baik 2 HAI TiO 2 Ca (FeO 3) BEGITU 3 P 2 HAI 5 MnO SrO
Persentase
18,32 6,74 10,74 2,28 0,27 1,2 0,68 20,62 0,94 0,17 0,1 0,51
(%)
pengujian kuat tekan dilakukan pada Laboratorium Bahan dan Bangunan Struktur, FTSP Teknik Sipil
ITS. Berikut adalah hasil pengujian kuat tekan. Untuk hasil uji beton geopolimer dijelaskan pada Gambar
2 untuk Gambar 4. Dari gambar 2, diketahui bahwa kuat tekan rata-rata benda uji geopolimer pasta
diperlakukan dengan suhu kamar kekuatan tekan akan meningkat jika aktivator molar diperbesar.
Peningkatan 6 molar ke 10 molar sebesar 9% dan 10 molar ke 14 molar meningkat 13%. Kekuatan tekan
tertinggi pada suhu kamar 14 molar. Dari gambar 3, diketahui bahwa kuat tekan rata-rata benda uji
geopolimer pasta diobati dengan dibakar 200 Hai Suhu C kuat tekan akan memiliki pola yang berbeda
dengan suhu normal. Pada 6 molar ke 10 molar kuat tekan mengalami penurunan sebesar 7% dan 10
molar ke 14 molar meningkat 3%. Tertinggi tekan kekuatan suhu 200 Hai C adalah 14 molar. Dari gambar
4, diketahui bahwa kuat tekan rata-rata benda uji geopolimer pasta diobati dengan dibakar 600 Hai Suhu C
kuat tekan akan meningkat jika aktivator molar diperbesar. Pada 6 benda uji molar yang rusak dan tidak
dapat diuji dan 10 molar ke 14 molar meningkat 68%. Tertinggi kuat tekan 600 Hai Suhu C adalah 14 molar.
Kekuatan tekan tertinggi pada pasta geopolimer disebabkan efek panas selama sistem menyembuhkan.
Menyembuhkan panas yang dihasilkan air itu mengusir dari matriks geopolimer, menyebabkan terputus
nano-pori-pori dalam matriks, yang meningkatkan kekuatan geopolimer [11].
Gambar. 2. Kekuatan kompresi geopolimer suhu kamar paste dari molaritas yang berbeda
3
MATEC Web Konferensi 97 . 01020 (2017) DOI: 10,1051 / matecconf / 201 79701020
ETIC 2016
Gambar. 3. Kekuatan kompresi 200 Hai C geopolimer paste dari molaritas yang berbeda
Gambar. 4. Kekuatan kompresi 6000C geopolimer paste dari molaritas yang berbeda
4. Kesimpulan
Dari penelitian dengan benda uji silinder, dapat disimpulkan bahwa, geopolimer pasta (6, 10 dan 14 molar)
pada suhu normal mengakibatkan semakin tinggi molar akan meningkat kuat tekan, sumbu juga diturunkan
jika molar diperbesar. Namun, tidak seperti percobaan UPV, hasil percobaan pada 10 molar UPV lebih
besar dari 14 molar. kuat tekan geopolimer pasta (6, 10, dan 14 molar) pada suhu 200 Hai C meningkat,
menurun pada suhu 600 Hai C. Kuat tekan terbesar adalah spesimen dengan 14 molar dan dibakar pada
suhu 200 Hai C (14-200). Para penulis ingin mengucapkan terima kasih RISTEK-DIKTI dan LPPM ITS untuk bantuan
keuangan yang diberikan untuk menyelesaikan laboratorium ini hibah penelitian. Selain itu, dukungan dari
Laboratorium Pengujian Bahan dari Diploma Teknik Sipil Program ITS sangat dihargai.
Referensi
4
MATEC Web Konferensi 97 . 01020 (2017) DOI: 10,1051 / matecconf / 201 79701020
ETIC 2016
3. R. Bayuaji, M. Nuruddin, S. Francis, J. Ekaputri, S. Junaedi, H. Fansuri, Mater. Sci. Forum, 803, 49 (2015)
4. R. Bayuaji, M. Sigit Darmawan, B. Wibowo, N. Ahmad Husin, S. Subekti, JJ Ekaputri, Appl. Mech. Mater.,
400 (2015)
5. H. Fansuri, A. Fatmawati, WP Utomo, W. Supriadi, R. Bayuaji, Mater. Sci. Forum, (2016)