BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lingkungan dan perilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani maupun sosial.
dapat diukur melalui 10 indikator, salah satu yang harus diperhatikan adalah
dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada
tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal. Jika salah satu
faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status kesehatan
1
2
membutuhkan waktu untuk dapat berubah dari kebiasaan buang air besar di
Pembuangan tinja yang dilaksanakan secara tidak layak tanpa memenuhi syarat
Jamban yang ada di Desa Prasung yang terdiri dari 1287 kepala keluarga
(KK), yaitu 370 kepala keluarga memiliki kualitas jamban tidak sehat, bahkan
41 kepala keluarga tidak memiliki fasilitas buang air besar (BAB) tersebut.
baik faktor non teknis yang berupa faktor tingkat pengetahuan masyarakat,
terjadi, salah satunya adalah diare disertai dengan banyak komplikasi yang
Dimana di Desa Prasung sendiri terdapat 134 kasus penyakit diare yang
tentang penularan penyakit saluran alat cerna dengan kualitas jamban di Desa
B. Rumusan Masalah
Buduran, Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
masyarakat (KK) (jamban yang baik, kurang baik dan yang tidak
1. Bagi masyarakat
cerna
2. Bagi institusi
berkaitan dengan penyediaan jamban di Desa Prasung dan desa lain yang
3. Bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bagian tengah tubuh dari mulut ke anus. Saluran cerna terbagi menjadi
saluran cerna atas dan bawah yang dipisahkan oleh ligamentum treitz yang
Intestinum Tenue atau usus halus2. Usus halus adalah tabung yang kira-kira
sekitar dua setengah meter panjangnya dalam keadaan hidup. Angka yang
biasa diberikan, enam meter adalah penemuan setelah mati bila otot telah
Usus halus terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar
dan dibagi dalam beberapa bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
5
6
et al, 2006).
Duodenum disebut juga usus dua belas jari yaitu 12 jari orang yang
(Evelyn, 2006).
fetus lebih tua letaknya beralih melekat pada dinding belakang abdomen)
mukosa pada bulbus tinggi mencapai 1 cm dan satu sama lainnya berjarak
0.5 cm. Pada pertengahan duodenum pars desendens di bagian kiri terdapat
2006).
dan berada di bawah colon transversum dan ditutupi oleh omentum mayus.
Permulaannya pada flexura duodeno jejunalis (level L2) dan berakhir pada
pada apangkalnya agak tinggi (kira-kira 5 cm) dan jarang, makin ke kaudal
lebih rendah (kira-kira 2 cm) dan lebih rapat. Disini terdapat limfonodi
perut kawasan hypogastrica, panjang ileum ini berkisar 2-2.5 meter dengan
rendah (kira-kira 2 mm) dan rapat, pada bagian kaudal plika lebih lengkap.
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar. Yang paling luar
viiseral dan parietal, dan ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini
2007).
et al. 2007).
dan berada di bawah colon transversum dan ditutupi oleh omentum mayus.
Permulaannya pada flexura duodeno jejunalis (level L2) dan berakhir pada
pada apangkalnya agak tinggi (kira-kira 5 cm) dan jarang, makin ke kaudal
lebih rendah (kira-kira 2 cm) dan lebih rapat. Disini terdapat limfonodi
perut kawasan hypogastrica, panjang ileum ini berkisar 2-2.5 meter dengan
rendah (kira-kira 2 mm) dan rapat, pada bagian kaudal plika lebih lengkap.
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar. Yang paling luar
viiseral dan parietal, dan ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini
2007).
absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur dan
mulut dan lambung oleh kerja ptialin, HCL, pepsin, mukus, renin, dan lipase
lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Mukus juga
memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas (Glenda,
et al. 2003).
larut lemak, dan kolesterol. Jadi, asam-asam lemak bebas, gliserida, dan
dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak enzim-enzim ini terdapat dalam
brush border vili dan mencerna zat-zat makanan sambil diabsorpsi (Glenda,
et al. 2003).
(Sherwood, 2001).
mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan absorpsi
dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah
absorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra.
Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar
meregang dan dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontraksi untuk
lambat dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke
Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks
oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh
anulus anorektal hilang. Otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada
waktu anus tertarik ke atas melebihi tinggi masa feses. Defekasi dipercepat
otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot abdomen secara
dihambat oleh kontraksi voluntar sfingter eksterna dan levator ani. Dinding
14
a. Gastro enteritis
1) Definisi
al., 2010).
cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam
2) Etiologi
3) Gambaran klinis
a) Diare
tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml
dan fungsi otonom lain. Pusat - pusat ini juga memiliki peranan
c) Nyeri perut
bagaimana sifat nyerinya dan lain - lain. Lokasi dan kualitas nyeri
sampai berat. Bila pada usus besar maka nyeri yang timbul
b. Penyakit cacingan
1) Ascaris lumbricoides
3) Trichuris trichiura
memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala.
18
b. Demam thypoid
1) Definisi
halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri
(Widoyono, 2002).
2009).
2) Etiologi
3) Manifestasi klinis
4) Penatalaksanaan
B. Jamban
1. Definisi jamban
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai
2. Jenis-jenis jamban
Ada dua jenis atau metode pembuangan tinja yaitu: (1) pembuangan
tinja tanpa air (excreta disposal without water carriage) dan (2)
tinja tanpa air untuk menggelontor, sehingga metode ini tidak perlu
dilengkapi dengan water seal atau yang lebih sering disebut leher angsa.
2012). Ada beberapa macam yang tergolong dalam jenis pembuangan tinja
ini:
atas lubang galian semacam sumuran tapi dindingnya tidak perlu kedap
22
air. Dindingnya bisa terbuat dari anyaman bambu, pasangan batu merah
sering dikombinasi dengan bowl angsa latrin atau leher angsa yang
berfungsi sebagai water shield apabila dapat diperoleh cukup banyak air
ruamh induk.
adalah sering timbul bau apabila lupa menutup atau tutupnya kurang
baik (rapat), dapat dimasukii oleh serangga atau binatang lain, harus
Bila sudah penuh lbang galian cukup ditimbun dan dibiarkan sekitar 3
lapir semen kedap air, ditanam di dalam tanah (kolong) tetapi tidak
tank) yang kedap air, hanya saja tidak menggunakan air penggelontor
terakhir ini tidak ada, sehingga relatif usianya pendek (cepat penuh).
Kerugiannya adalah usia kakus tidak terlalul lama, apabila sudah penuh
sempit, dan tidak perlu jauh dari sumur (bila tidak menggunakan pipa
resapan).
24
dan perlu perhatian khusus terutama bila sudah penuh karena biasanya
seperti terhindarnya penemaran tanah atau air tanah dan tidak berbau.
lagi mengunakan jenis ini tetapi dalam ukuran yang lebih kecil cocok
rumah tangga pada bagian hilirnya. Sedangkan bila dibuat di atas kolat
mengisi bak pengurai (septic tank). Oleh sebab itu model ini dilengkapi
dengan septic tank. Air yang digunakan untuk penggelntor juga berfungsi
leher angsa (water seal). Keuntungan dari water sealed latrine ini adalah
luarnya sehingga bau tidak akan tercium dari luar dan tidak ada
toilet atau bahkan hanya menyebut septic tank saja (Sarudji, 2012).
3) septic tank
26
5) Sumur resapan
karena masalah bau sudah dapat diatasi dengan water sealed latrine,
pertimbangan estetika adalah suara gelontor air yang keras jangan sampai
terdengar dari ruang makan misalnya, atau oleh tetangga bagi tetangga
yang menuju septic tank ini dilengkapi dengan pipa bentuk T (Sarudji,
2012).
Bak pengurai (septic tank) adalah bagian utama kakus ini. Cara
latrine). Metode ini berdasarkan pada suatu sistem penguraian tinja dala
media air, yang setelah mengalami retensi dalam periode waktu yang
yang mengendap didasar tangki pengurai, air dan gas. Padatan faeces yang
membentuk gas dan air. Ini dikenal dengan istilah digestio, dan selama
dijumpai tetap hidup dalam septic tank selama 5 hari. Oleh sebab itu
diperhitungkan dalam waktu tersebut, terutama apabila air dari septic tank
dalam volume yang lebih kecil dab berubah sifatnya. Lumpur yang telah
terdegesi dengan baik akan homogen dengan warna gelap. Telur cacing
tambang mungkin masih selamat dari degesi, dan lumpur yang telah kering
memasang pipa T di ujug akhir pipa inlet dan ujung awal pipa outlet. Hal
ini akan menjaga agar proses degesi dan sedimentasi berjalan efektif.
Lebih baik lagi apabila dipasang penyekat antara daerah inlet, daerah
daerah sedimentasi, ruang kedua adalah ruang yang terbesar sebagai ruang
supaya air keluar melalui outlet aman untuk dialirkan ke sumur resapan
mereka melakukan apa yang diharapkan, dalam hal ini ditunjukan untuk
yang rendah akan sulit memahami pesan atau informasi yang disampaikan.
sehat. Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Eti mertiana tahun 2016,
memiliki jamban sendiri (pribadi) yakni sekitar 39,5 %. Angka ini jauh
memiliki jamban pribadi yakni sebesar 60,5%. Hal ini disebabkan karena
keluarga.
c. Jenis pekerjaan
dengan pekerjaan tidak formal memiliki resiko perilaku 3,535 kali lebih
bekerja di sektor formal lebih baik dan merasa perlu untuk hidup sehat
(Sarudji, 2012).
Beberapa penyakit saluran alat cerna dapat disebabkan oleh
kematian.
sanitasi ini mencegah kontaminasi tinja sebagai sumber infeksi pada air,
reservoir, seperti saluran alat cerna (mulut untuk muntahan, anus untuk
2012).
Seperti yang telah dijelaskan di atas, pada penyakit saluran alat
apabila dari mulut dan ekskreta apabila dari anus. Sebagai contoh pada
dan nyeri perut. Begitu pula dengan demam thypoid, yang sering
langsung dan melalui udara. Penularan tak langsung melalui vehikel atau
terkandung dalam tinja tersebut dapat saja ikut tertelan saat kita makan
makanan yang diletakkan di atas meja tanpa ditutupi oleh tudung saji.
pejamu yang rentan, seperti hidung, mulut, luka gigitan nyamuk, luka
tidak akan terjadi. Jadi yang dimaksud pejamu yang rentan di sini adalah
2012).
minum atau air bersih cukup. Kondisi yang berbeda antara daerah
atau sumur
b) Tidak menimbulkan kontaminasi pada air permukaan
c) Tidak menimbulkan kontaminasi pada tanah permukaan.
d) Tinja tidak dapat dijangkau oleh lalat atau binatang lainnya.
e) Tidak menimbulkan bau dan terlindung dari pandangan, serta
(Sarudji, 2012).
Sebagian besar rumah tangga di indonesia pembuangan air
disposal.
BAB III
A. KerangkaKonsep
PENGETAHUAN TENTANG
PENULARAN PENYAKIT
SALURAN ALAT CERNA
1. Penyebab penyakit
2. Sumber infeksi
3. Pintu keluar
4. Cara menular
5. Pintu masuk
6. Suseptibilitas
Yang ditelit
Yang tdak di
telit
FAKTOR INTERNAL:
Tingkat pendidikan
Tingkat penghasilan
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan TingkatFAKTOR Pengetahuan
Jenis pekerjaan LINGKUNGAN:
Masyarakat tentang Penularan Penyakit Saluran Alat Cerna dengan Kualitas
Fasilias Buang Air Besar di Desa Prasung, Kecamatan Buduran,
PerilakuSidoarjo.
masyarakat
sekitar
Kondisi geografis
37
KUALITAS
FASILITAS
BAB
FAKTOR PELAYANAN
KESEHATAN:
Program peningkatan sanitasi dasar
diteliti 38
Penyuluhan kesehatan
Peningkatan peranserta masyarakat
Tidak diteliti
buang air besar (BAB). Seperti telah diketahui bahwa tinja atau human waste
makanan dan minuman. Sebagian besar kuman penyakit ini dapat menyebabkan
fasilitas untuk BAB yang berkualitas. Fasilitas yang dimaksud yaitu memiliki
akses untuk dapat BAB secara sehat, dalam arti kata tinja yang dihasilkan tidak
penyebab atau cara penularan penyakit-penyakit alat saluran cerna ini justru akan
tersedia.
Sarana dan prasarana yang dibangun untuk memfasilitasi pembuangan
tinja bertujuan agar dikemudian hari sisa kotoran yang merupakan sarang kuman
itu, penting sekali untuk memiliki fasilitas BAB yang berkualitas. Penulis
kesadaran masyarakat akan memiliki fasilitas BAB yang sehat. Sehingga, melalui
39
penelitian ini penulis ingin mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan
saluran cerna dengan kualitas dari fasilitas BAB yang dimilikinya, dalam hal ini
yaitu jamban.
kondisi yang optimal. Jika salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang
Lingkungan yang sehat dipengaruhi oleh perilaku hidup sehat, salah satu
yang berpengaruh didalamnya yaitu penggunaan jamban sehat. Desa Prasung, data
jamban yang tidak sehat total 370 kepala keluarga. Salah satu faktor yang diyakini
B. Hipotesis Penelitian
penyakit saluran alat cerna dengan kualitas fasilitas buang air besar di Desa
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
2017
Besar sampel pada penelitian ini adalah untuk menetukan jumlah sampel
n = Zα2 X p X q
d2
0,01
= 96,04
= 97 rumah warga
Keterangan :
Zα = Standar deviasi dengan standar confidence level 95% adalah 1,96
p = proporsi kepala keluarga yang tidak paham tentang penyakit
yang berhubungan saluran cerna
q = proporsi kepala keluarga yang paham tentang penyakit
yang berhubungan saluran cerna
d = 0,1 presisi
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui besar sampel dalam penelitian
Sidoarjo.
populasi
bulan terakhir.
(b) Bisa baca tulis
(c) Kondisi kesehatan baik, kesehatan tidak mengganggu pada
2x;
(b) KK dengan gangguan jiwa
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah:
42
2. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kualitas fasilitas buang air besar
F. Prosedur Penelitian
1. Teknik pengumpulan data
43
Populasi
Kepala Keluarga di Desa Prasung Kecamatan Buduran, Sidoarjo
Besar Sampel
97 KK
Kesimpulan
Hasil Penelitian
3 Penyuluhan
4 Pengolahan data
5 Penyusunan Laporan
6 Presentasi
G. Analisis Data
pada derajat kepercayaan 95% dan α = 5% (0,05) dengan bantuan program dari
BAB V
45
HASIL PENELITIAN
bulan Mei 2017.Desa Prasung adalah salah satu desa yang terletak di
jumlah penduduk terdiri dari 1287 KK. Penduduk dalam desa Prasung
B. Karateristik Responden
1. Umur responden
2. Tingkat pendidikan
3. Kualitas Jamban
umumnya sudah memiliki jamban sehat yaitu sebanyak 81,4%, tetapi masih
terdapat KK yang belum memiliki jamban krang atau tidak sehat (18,6%)
4. Tingkat Pengetahuan
alat cerna,.
50
C. Analisis
Correlation.
Kualitas Jamban
Tingkat Total p value
Pengetahuan Tidak sehat Kurang Sehat Sehat
0,200
Paham 5 (14,3%) 2 (5,7%) 28 (80%) 35 (100%)
correlation test diperoleh nilai Sig. p = 0,200 (> 0,05), artinya tidak ada
tidak paham tentang penyakit saluran alat cerna justru sebagian besar (60%)
memiliki jamban sehat, demikian juga yang kurang paham, sebagian besar
(78,65%) juga memiliki jamban sehat. Hal seperti ini wajar apabila yang
mulai dari 60%, 78,65% dan 80% dari faktor risiko tingkat pengetahuan yang
tidak paham kurang paham dan paham, tetapi tidak bermakna. Dari kenyataan
ini, berarti pengetahuan tentang penyakit saluran alat cerna bukan satu-satunya
BAB VI
PEMBAHASAN
52
lingkungan menjadi bersih dan sehat dengan cara membangun jamban di setiap
rumah. Karena jamban merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Maka
diharapkan tiap individu untuk memanfaatkan fasilitas jamban untuk buang air
kontaminasi dengantinja (kolera, disentri, typus, dll), efek tidak langsung biasanya
higiene lingkungan.
Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
jamban keluarga dirumah. Pengetahuan yang dibahas dalam penelitian ini adalah
tentang penyakit saluran alat cerna yang dapat tertular apabila tidak memiliki
jamban dan buang air besar di sembarang tempat. Pengetahuan sangat erat
penelitian ini yaitu “tingkat pengetahuan tentang penyakit saluran alat cerna
ini yang menurut analisis disebutkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang penyakit saluran alat cerna dengan kualitas jamban di Desa
masyarakat desa Prasung ini unik. Untuk lebih jelasnya uraian selanjutnya dapat
Kualitas Jamban
Tingkat Pengetahuan Total
Tidak sehat Kurang Sehat Sehat
Dari distribusi frekuensi kualitas jamban yang tidak sehat, kurang sehat
frekuensi tingkat pengetahuan mereka hampir merata, yaitu 30,8% untuk yang
54
tidak paham , 30,8% untuk yang kurang paham dan 38,4 % untuk yang paham.
Rupanya kelompok pemilik jamban tidak sehat ini sama sekali tidak
seperti kurangnya dana, ada kebiasaan membuang hajat di tempat terbuka yang
ada di dekat tempat tinggal atau tempat kegiatan mereka sehari-hari atau sebab
lainnya.
Kedua: untuk kelompok pemilik jamban yang kurang sehat justru mereka
yang paham akan penyakit saluran alat cerna hanya 18,2 % yang memiliki
jamban, jauh lebih kecil dibanding yang tidak atau kurang paham (36,4% dan
45,4%). Tentu saja hal ini sangat bertentangan dengan pendapat Soekidjo
Notoatmodjo (2003) dan Kamria dkk (2013), yang pada intinya menyatakan
perilaku kesehatan.
dibentuk oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), yang
faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
saluran alat cerna ternyata tidak mengubah perilaku untuk memiliki jamban sehat.
kualitas jamban yang dimiliki oleh masyarakat Desa Prasung. Apabila masyarakat
sekitar beranggapan bahwa tidak punya jamban adalah hal yang biasa, maka hal
masyarakat tersebut dekat dengan perilaku memiliki jamban sehat adalah hal
berpendapat bahwa kepemilikan jamban yang baik akan menjadi status symbol
Faktor pendukung lain misalnya adalah kondisi geografi. Masyarakat yang tinggal
di tepi aliran sungai cenderung untuk buang air besar (BAB) langsung ke sungai
60
ketersediaan air, peraturan dan sangsi sosial tidak berhubungan dengan perilaku
menggunakan jamban (p=0,292). Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Dya
baik tentang jamban akan tetapi perilaku dalam pembuangan tinja di jamban
masih kurang. Sehingga dalam penelitiannya tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku dalam pembuangan tinja. Namun penelitian ini tidak
kepemilikan jamban. Dan juga hasil penelitian Ibrahim, dkk (2012) yang
(p=0,000).
61
BAB VII
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar warga Prasung sudah memiliki jamban dengan kualitas sehat
(81.4%) apabila dibandingkan dengan yang kurang sehat (9.3%) dan tidak
sehat (9.3%).
2. Masih banyak warga Prasung yang belum memahami dan mengerti tentang
kurang paham (19.6%) dan yang sudah mengerti dan mengetahui tentang
B. Saran
1. Bagi subjek penelitian
Diharapkan agar para warga Desa Prasung memacu diri untuk dapat lebih
paham mengenai penyakit saluran alat cerna yang dapat di tularkan dari
rantai penularan penyakit dan dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih
sehat.
2. Bagi Petugas kesehatan
a. Berusaha mengetahui faktor risiko sesungguhnya yang mendorong tidak
60
62
DAFTAR PUSTAKA
Bangun Mulia, AAI, Prof. DR. L. Aulia, AAI, dan Prof. Dr. A. Effendi, AAI.
2006. Abdomen. dr, Simbar Siitepu, AAI. Buku Ajar Anatomi 2 : Kepala,
Leher, Thorax, Abdomen, Pelvis Edisi 4. Medan : Bagian Anatomi FK
USU.
Carlos Junqueira Louis dan José Carnerio. 2007. Saluran Cerna dalam Histologi
Dasar: Teks Dan Atlas. Jakarta: EGC.
Chow, C.M., Leung, A.K.C., Hon, K.L., 2010. Acute Gastroenteritis : From
Guideline to Real Life. Clinical and Experimental Gastroenterology, 3:97-
112.
63
Dedi Alamsyah dan Ratna Mulia Wati. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Nuha Medika. Yogyakarta.
Dya Candra. 2013. Hubungan antara Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare
di Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban. Surabaya:
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
Erlinawati Pane. 2009. Pengaruh Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan Jamban.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 3 Nomor 5. Hlm 230-234.
Helmi, A.F. 2015. Beberapa Teori Psikologi Lingkungan. Buletin Psikologi edisi
Sep 23;7(2) tahun 2015.
Ibrahim, I., D.Nuraeni, dan T.Ashar. 2012. Faktor Nfaktor Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Jamban Di Desa Pintu Langit Jae Kecamatan
Padangsidimpuan Angkoloa Julu Tahun 2012. 21 januari 2015 (15:52).
64
Kementerian RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun
2007. Jakarta: Depkes
Nurfita, Alviana Sari. 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tingkat
Pendapatan dengan Perilaku Buang Air Besar Keluarga di Desa
Kerjokidul Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta diakses pada tanggal 25 April 2017.
Putranti, D.C. dan Sulistyorini, L., 2013. Hubungan antara Kepemilikan Jamban
dengan Kejadian Diare di Desa Karangagung Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban dalam Jurnal Kesehatan Lingkungan edisi 7 Juli 2013
hal 54-63. Surabaya: Jurnal Kesehatan Lingkungan Universitas Airlangga
Surabaya diakses pada tanggal 24 April 2017.
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M., Setiasi, S. (eds). 2009. BukuAjar Ilmu
Penyakit Dalam. Interna Publishing, Jakarta : 548-55
Simadibrata, K., Daldiyono, dkk. 2006. Buku Ajar Anatomi 2 : Kepala, Leher,
Thorax, Abdomen, Pelvis, Edisi 4. Medan: Bagian Anatomi FK USU.
Simadibrata, K.M. 2007. Diare Akut dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I Edisi Keempat. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sudoyo A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2009. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Wira, Ida Ayu Dwidyaniti. 2014. Hubungan Antara Persepsi Mutu Pelayanan
Asuhan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III di
RSUD Wangaya, Kota Denpasar. Denpasar : Bagian Program Pascasarjana
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana diakses pada
tanggal 27 April 2017.
WHO. 1984. Glossary of term used in health for all series . Geneva: WHO
Zulkoni, A. 2011. Parasitologi untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat,
Teknik Lingkungan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lampiran 1
Tabel SPSS
66
Lampiran 2
Informed consent
Sidoarjo,................................
Responden,
(..........................................)
Saksi :
1. ........................................(tanda tangan)
(..........................................)(nama terang)
2. ........................................(tanda tangan)
(..........................................)(nama terang)
Lampiran 3
Kuesioner penelitian
KUESIONER
B. KEPEMILIKAN JAMBAN
1) Apakah anda memiliki jamban di rumah?
1. Ya 2. Tidak
2) Jika ya, apakah jamban anda sudah memiliki septic tank dan
resapan?
69
1. Ya 2. Tidak
3) Jika tidak, dimana anda Buang air besar?
a. Sungai
b. Sawah
c. Halaman/kebun
d. Lain-lain.............
C. PENGETAHUAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT
SALURAN ALAT CERNA
1. Manakah yang bisa membuat sakit perut ?
a. Kuku yang kotor
b. Minus es
c. Menghirup udara pabrik
d. Mainan telepon
a. Menonton tv
b. Tidur siang
c. Jajan sembarangan
d. Mandi malam hari
c. Saluran kencing
d. Saluran pencernaan
Lampiran 4
Dokumentasi
Penelitian
72
57
74
Lampiran 5
Penguji 3