HEPATOMA
Disusun Oleh:
dr. Rizka Oktaviana
Pembimbing:
dr.Pandu Ishaq Nandana, SpU
LAPORAN KASUS
“ HEPATOMA ”
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Dokter Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “HEPAOMA” dengan baik dan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas program
internship dokter Indonesia. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk
menambah pengetahuan tentang Hepatoma.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
dr.Pandu Ishaq Nandana, SpU selaku pembimbing dalam penyusunan laporan
kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan–rekan anggota
kelompok internship.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya
masukan, kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih yang sebesar–besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan
tambahan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
II.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan tambahan
2
bila makan harus sedikit demi sedikit karena perut mudah terasa begah akibatnya
nafsu makan berkurang.
Perut yang terasa penuh dan membesar membuat pasien kadang merasa
sesak yang bersifat hilang timbul dan tidak dipengaruhi aktivitas ataupun cuaca
dan debu. Sesak juga tidak disertai adanya nyeri dada ataupun bengkak di kedua
kaki. Batuk sejak 1 bulan lalu, berdahak putih encer dengan riwayat batuk darah
(berupa bercak merah segar bercampur dahak) 1 kali. OS mengaku akhir-akhir ini
sering seperti demam (meriang) tetapi tidak terlalu tinggi dan tidak disertai
menggigil. Kadang keringat malam (+). OS juga mengaku cepat lelah dan berat
badan menurun dari ± 55 kg menjadi 43 kg dalam waktu satu bulan.
c. Riwayat Pengobatan
Sudah pernah ranap di Rs Risa dan di beri obat – obatan oleh dokter spesialis
penyakit dalam
d. Riwayat Kebiasaan
3
Riwayat merokok 5 tahun lalu, setiap hari, jumlah tidak menentu tetapi
dalam seminggu tidak pernah lebih dari 1 bungkus, saat ini sudah berhenti.
Riwayat minum alkohol 10 tahun lalu, tetapi sedikit dan jarang, saat ini sudah
berhenti. Riwayat penggunaan NAPZA disangkal. Riwayat makanan siap saji dan
berpengawet jarang, makanan berbahan kacang tanah juga jarang, setiap hari
makanan dimasak dengan penyedap buatan tetapi sedikit. OS mengaku kurang
minum air putih. Kebiasaan minum jamu-jamuan dan obat-obatan di warung
disangkal.
e. Riwayat Keluarga
g. Riwayat Alergi
a) Pemeriksaan Umum
4
RR : 20 x/menit, irama teratur, tipe abdomino-
torakal
Suhu : 36,5°C
Berat badan : 43 kg
b. Status Generalis
KEPALA
Bentuk : Normochepali
5
Serumen : +/+ Darah/cairan/sekret : -/-
MULUT
Bibir : lembab, kecoklatan, pucat (-), sianosis (-)
Tonsil : T1 –T1, Hiperemis (-)
Bau pernapasan : tidak ada
Gigi geligi : OH baik, caries ( - )
Gusi : Berdarah (-), bengkak (-), stomatitis (-)
Faring : tidak hiperemis
Lidah : kotor (-), atrofi papil (-), hiperemis (-), kotor (-), tremor
(-)
LEHER
Deformitas : (-)
Trakea : deviasi (-)
Kelenjar Tiroid : pembesaran (-), kulit sekitar normal, nyeri tekan (-)
KGB : pembesaran (-), nyeri tekan (-)
JVP : 5 + 2 cm H2O
Retraksi otot bantu pernapasan (-)
THORAKS
Bentuk : Datar, barrel chest (-), simetris saat statis dan dinamis,
Buah dada :Simetris, papila mamae kecokelatan, retraksi (-), sekret (-),
peau d’
orange (-), benjolan (-), ginekomastia (-)
Kulit : Pucat (-), ikterik, dan spider nevi (-)
Paru – Paru
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis, Retraksi iga: dinamis
Supra sternal (-/-),
6
Intercostae (-/-)
Perkusi Kiri Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang
paru paru
Jantung
7
Batas kiri : ICS V, 1 cm lateral dari garis midklavikularis
sinistra
Batas atas : ICS III, linea parasternalis sinistra
Auskultasi :
Suara dasar : S1-S2 murni, regular, irama teratur,
frekuensi 92 x/menit
Suara tambahan : murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
- Inspeksi
o Tampak perut membuncit, tidak simetris (kanan atas tampak
lebih menonjol), warna kulit ikterik, spider nevi (-), jaringan
parut (-), tampak dilatasi vena
- Auskultasi
o Bising usus (+) lemah , frekuensi 2x/menit, bruit hepatic (-)
- Palpasi
o Supel, defans muskuler (-). Pada kuadran kanan atas teraba
massa konsistensi keras, permukaan bernodul/berbenjol dan nyeri
tekan (+).Teraba pembesaran hepar, dimana lobus kanan teraba 6
cm dibawah arcus costae dextra sedangkan lobus kiri teraba 2 cm
dibawah processus xyphoideus, dengan tepi tumpul, permukaan
licin, konsistensi keras, nyeri tekan (+). Vesica fellea tidak teraba,
murphy sign (-). Teraba pembesaran lien di Schuffner 3, tepi
tumpul, permukaan rata, konsistensi lunak, dan nyeri tekan (+).
Ballotemen (+). Undulasi (+).
- Perkusi
o Timpani keempat kuadran abdomen (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-), area Traube redup, dan shifting dullness (+).
INGUINAL
Tidak dilakukan pemeriksaan
GENITALIA
Tidak dilakukan pemeriksaan
EKSTREMITAS
8
Superior Inferior
Dekstra/Sinistra Dekstra/Sinistra
1. Laboratorium
a. Hasil pemeriksaan dilaporkan tanggal 20 oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
HEMATOLOGI
HEMATOKRIT 25.9 % 42 - 52
MCV 75.4 U 76 - 96
9
MCH 24.5 Pcg 27 - 31
DIFF COUNT
Limfosit 22 % 25-40
Eosinofil 2 % 2-4
Basofil 0 % 0-1
Kimia Darah
HEMATOLOGI
10
ERITROSIT 4.1 10^6/ul 4.7 - 6.1
HEMATOKRIT 31.4 % 42 – 52
MCV 75.9 U 76 – 96
2. USG abdomen
Deskripsi
Kesan
3. Foto thoraks PA
11
meliputi seluruh lobus paru kanan), kalsifikasi (-), diafragma menurun (-), gambaran jantung tear
drop
Cor (-),pulmo
dan sela iga melebar (-), dan sinus costophrenicus tajam.
Normal
II.5 FOLLOW UP
TB paru duplex aktif dengan fibrosis.
Tanggal 23 Oktober 2021
Nyeri perut kanan atas, mual, muntah tiap makan, belum BAB 3 hari, BAK sedikit dan
S berwarna gelap, kadang sesak.
O Keadaan umum: compos mentis, tampak sakit sedang, kesan gizi kurang
Leher : JVP 5+2 cm H2O, KGB tidak membesar, otot bantu pernafasan (-)
Abdomen : Supel, asimetris, ikterik, massa berbenjol, keras dan nyeri tekan di kuadran
kanan atas, hepatomegali lobus dextra 6 cm dibawah arcus costae, lobus kiri 2
cm dibwah processus xyphoideus, licin, tepi tumpul, keras, nyeri tekan (+).
Splenomegali schuffner 3 dengan daerah Traube redup. BU melemah,
Ballotement (+). Ascites dengan undulasi dan shifting dullness (+).
USG : Massa hiperekoik di lobus kanan hepar berbentuk bulat, ukuran 10,21 x 10, 27 cm,
disertai ascites dan hepatomegali. Sludge pada vesica fellea. Pelebaran intestine dengan
peristaltic minimal. Massa pada pol atas ren dextra ukuran 3,78 x 2,16 cm, pelebaran
12
kalises, dan batu pada pelvis renis sinistra berukuran 1,67 cm dengan disertai kalises
melebar.
A Suspek hepatoma, massa ren dextra, sludge vesica fellea dengan cholesistitis dan
urolithiasis ren sinistra, anemia mikrositik hipokromik.
P PRC 1000 cc, IVFD RL 20 tpm, diet lunak, pasang NGT dan DC (pasien menolak)
Lasix 2x1, ceftriaxon 2x1 gr IV, cedantron 2x4 mg IV, urdahex 3x1, B complex 2x1
Nyeri perut kanan atas, mual, muntah berkurang, belum BAB 4 hari, BAK sedikit dan
S berwarna gelap, sesak.
O Keadaan umum: compos mentis, tampak sakit sedang, kesan gizi kurang
Leher : JVP 5+2 cm H2O, KGB tidak membesar, otot bantu pernafasan (-)
Abdomen : Supel, asimetris, ikterik, massa (+) nyeri tekan di kuadran kanan atas,
hepatomegali nyeri tekan (+). Splenomegali schuffner 3 dengan daerah Traube
redup. BU melemah, Ballotement (+). Ascites dengan undulasi dan shifting
dullness (+).
A Suspek hepatoma, massa ren dextra, sludge vesica fellea dengan cholesistitis dan
urolithiasis ren sinistra, anemia mikrositik hipokromik, TB paru duplex dengan fibrosis
13
Terapi lain-lain tetap
Nyeri perut kanan atas masih , mual, muntah berkurang, belum BAB 5 hari, BAK sedikit
S dan berwarna gelap, kadang sesak
O Keadaan umum: compos mentis, tampak sakit sedang, kesan gizi kurang
Leher : JVP 5+2 cm H2O, KGB tidak membesar, otot bantu pernafasan (-)
Abdomen : Supel, asimetris, ikterik, massa (+) nyeri tekan di kuadran kanan atas,
hepatomegali nyeri tekan (+). Splenomegali schuffner 3 dengan daerah Traube
redup. BU 2x/menit melemah, Ballotement (+). Ascites dengan undulasi dan
shifting dullness (+).
A Suspek hepatoma, massa ren dextra, sludge vesica fellea dengan cholesistitis dan
urolithiasis ren sinistra, anemia mikrositik hipokromik, TB paru duplex dengan fibrosis
Nyeri perut kanan atas, mual, muntah berkurang, belum BAB masih belum, BAK sedikit
S dan berwarna gelap, sesak berkurang
O Keadaan umum: compos mentis, tampak sakit sedang, kesan gizi kurang
14
Sclera ikterik
Leher : JVP 5+2 cm H2O, KGB tidak membesar, otot bantu pernafasan (-)
Abdomen : Supel, asimetris, ikterik, massa (+) nyeri tekan di kuadran kanan atas,
hepatomegali nyeri tekan (+). Splenomegali schuffner 3 dengan daerah Traube
redup. BU (+), Ballotement (+). Ascites berkurang dengan shifting dullness (+)
A Suspek hepatoma, massa ren dextra, sludge vesica fellea dengan cholesistitis dan
urolithiasis ren sinistra, anemia mikrositik hipokromik, TB paru duplex dengan fibrosis
P Terapi tetap
II.6 RESUME
15
ada keringat malam, cepat lelah dan dalam 1 bulan berat badan turun ±12 kg.
Terdapat riwayat hepatitis dengan pengobatan tidak adekuat. Riwayat merokok,
alkohol, penyedap makanan buatan dan paparan insektisida setiap hari.
16
1. Nyeri perut kanan atas
2. Perut membesar
3. Mual dan muntah tiap kali makan
4. Perut begah dan anoreksia
5. Obstipasi
6. BAK sedikit dan warna seperti teh
7. Sesak
8. Demam subfebris berulang
9. Cepat lelah dan penurunan berat badan
10. Subfebris
11. Gizi kurang
12. Konjungtiva anemis
13. Sklera dan kulit ikterik
14. Batuk berdahak dan ronkhi (+/+)
15. Perut membuncit, tidak simetris, dilatasi vena
16. Hepatomegali dan massa
17. Splenomegali dan daerah Traube redup
18. Ballotement (+)
19. Ascites dengan undulasi dan shifting dullness (+)
20. Lekositosis, netrofil meningkat, limfosit menurun
21. Eritrosit, hemoglobin dan hematokrit menurun
22. MCV,MCH dan MCHC menurun
23. LED dan ureum creatinin meningkat
24. Bile sludge vesica fellea
25. Infiltrat dan fibrosis di kedua apex paru
17
membesar. Nyeri dapat diakibatkan tumor tumbuh dengan cepat
yang menyebabkan penambahan regangan pada kapsul hati.
- Mual dan muntah dan obstipasi dapat terjadi karena adanya tumor
ganas di sel hepar yang menyebabkan obstruksi V.porta dan distensi
V. splancnic, akibatnya V.gastrika menjadi distensi timbul oedema
gaster dan gejala dyspepsia seperti mual dan muntah.
- BAK seperti teh, adanya proses kerusakan sel hepar oleh hepatoma
menyebabkan penurunan fungsi hepatosit yang berperan
mengkonjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk akibatnya
terjadi peningkatan bilirubin 1 yang menyebabkan warna kulit dan
sclera menjadi ikterik serta urin menjadi seperti teh
- Sesak dapat diakibatkan penekanan diafragma akibat hepar yang
membesar sehingga ekspansi paru menjadi terhambat atau bisa juga
karena adanya proses perluasan hepatoma ke paru.
- Cepat lelah, sering demam tidak tinggi dan penurunan berat badan,
dapat timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit
tumor, jika tanpa bukti infeksi disebut demam kanker, umumnya
tidak disertai menggigil
- Adanya faktor resiko antara lain laki-laki, riwayat minum alkohol
dan merokok, paparan insektisida dan riwayat hepatitis dengan
pengobatan inadekuat.
Gejala objektif
- Sclera dan kulit ikterik akibat penumpukan bilirubin 1 dalam darah,
ikterik tidak nampak bila kadar bilirubin < 2-3 mg/dl.
- Perut membuncit, tidak simetris (kanan atas tampak lebih menonjol),
tampak dilatasi vena dapat diakibatkan karena adanya distensi
pembuluh darah V. kolateral di abdomen.
- Massa di KKA konsistensi keras, permukaan bernodul/berbenjol dan
nyeri tekan (+) Teraba pembesaran hepar, dimana lobus kanan
teraba 6 cm dibawah arcus costae dextra sedangkan lobus kiri teraba
2 cm dibawah processus xyphoideus, dengan tepi tumpul, permukaan
licin, konsistensi keras, nyeri tekan (+).
18
- Splenomegali di Schuffner 3, tepi tumpul, permukaan rata,
konsistensi lunak, dan nyeri tekan (+), area Traube redup. Dapat
disebabkan karena adanya obstruksi V. porta menyebabkan V.
splancnic mengalami distensi yang akan diteruskan ke V.lienalis dan
V. esophagus sehingga menyebabkan tekanan osmotic meningkat
mengakibatkan splenomegaly perdarahan V. esophagus menjadi
hematemesis melena tetapi pada pasien (-).
- Ascites dengan shifting dullness (+) dan undulasi (+). Akibat dari
obstruksi di V. porta menyebabkan distensi V. mesentrika sehingga
tekanan osmotic meningkat dan terjadi perpindahan cairan
menyebabkan ascites.
Penatalaksanaan
Medikamentosa berupa terapi simptomatik antara lain:
- Lasix 2 x 1 amp
- KSR 2 x 1
- Cedantron 2 x 4 mg IV
- B complex 2 x 1
- Ca gluconas 10cc/1000 cc
Non medikamentosa:
- Tirah baring, diet lunak kaya nutrisi
- Pemeriksaan penyaring untuk memastikan diagnosis sebagai tumor
primer hepar.
Berupa :
AFP/ alfa fetoprotein merupakan sejenis glikoprotein, disin-
tesis oleh hepatosit dan sakus vitelinus, terdapat dalam serum
darah janin. Normal 0-20 ng/ml. kadar lebih dari 400 ng/ml
adalah diagnostic untuk hepatoma.
Kriteria radiologis dengan koinsidensi 2 cara imaging
(USG/CT SCAN/MRI/ANGIOGRAFI) lesi fokal > 2 cm
dengan hipervaskularisasi arterial. Gambaran mosaic, formasi
septum, bagian perifer sonolusen, bayangan kapsul yang
19
dibentuk pseudokapsul fibrotic serta penyengatan eko
posterior.
Pemeriksaan status hepatitis HbSAg, HbeAg, VHB DNA
ALT dan anti HCV atau RNA HCV
- Dapat pula dilakukan terapi lain untuk menurunkan pertumbuhan
tumor seperti ablasi tumor perkutan (penggunaan asam poliprenoik
selama 12 bulan), TACE/ Trans arterial embolization atau chemo
embolization), dan imunoterapi
20
Gejala objektif
- Konjungtiva anemis
- Penurunan Hb, hematocrit, MCV, MCH dan MCHC, dapat
disebabkan adanya penyakit kronis berupa TB paru dan kemungkinan
hepatoma yang diderita pasien. Pada penyakit kronis kerap terjadi anemia
yang ditandai dengan pemendekan masa hidup eritrosit, gangguan
metabolism besi dan gangguan produksi eritrosit.
Penatalaksanaan
- Transfusi PRC 250 cc sebanyak 4 kolf
- Pemantauan tanda vital sebab dapat terjadi takikardi dan juga
peningkatan respirasi akibat penurunan suplai oksigen ke
jaringan
- Pemeriksaan kadar serum Fe dan TIBC untuk memastikan
dimana kemungkinannya serum Fe akan menurun karena
cadangan yang ada habis terpakai dan belum sempat diganti
sedangkan TIBC akan meningkat
4) Insufisiensi ginjal dengan massa ren dextra dan urolithiasis ren sinistra
Gejala subjektif
Keluhan BAK sedikit, dapat merupakan akibat dari penurunan
fungsi filtrasi ginjal yang disebabkan oelh infiltrasi massa ginjal atau
21
adanya batu. Keberadaan massa dan batu ginjal tersebut juga dapat
menghambat aliran urin sehingga terjadi hidronefrosis.
Gejala objektif
- Ballotement (+)
- Gambaran USG berupa ren dextra tampak besar, normoekoik,
disertai massa pada pol atas ukuran 3,78 x 2,16 cm dan
pelebaran kalises tanpa hipervaskular. Ren sinistra ukuran
besar, normoekoik, disertai pelebaran kalises dan gambaran
batu pada pelvis renis, ukuran 1,67 cm.
- Peningkatan ureum dan creatinin dimana ureum 118 dan
creatinin 2.66 yang menunjukkan tidak adekuatnya fungsi
filtrasi.
Penatalaksanaan
- Pertimbangan hemodialisis sebab terdapat penurunan GFR
berat (stage 4: GFR 19-25) dimana hasil perhitungan GFR
pada pasien adalah 21 (dihitung dengan rumus Cockroft D.
- Pemberian furosemid
- Batasi asupan protein diet (0.8-1g/kg BB per hari)
- Batasi garam (1-2 g/hari) dan air kurang dari 1 liter perhari
- Pemeriksaan kadar elektrolit darah untuk mendeteksi adanya
gangguan seperti hiperkalemi dan sebagainya.
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
23
sel parenkimal yang termasuk di dalamnya endotolium, sel kupffer dan sel stellata
yang berbentuk seperti bintang. (Putz,2006)
Darah vena memasuki hati melalui hubungan vaskuler yang khas dan
kompleks yang dikenal sebagai sistem porta hati. Vena yang mengalir dari saluran
cerna tidak secara langsung menyatu pada vena cava inferior akan tetapi vena
vena dari lambung dan usus terlebih dahulu memasuki sistem vena porta. Pada
sistem ini produk-produk yang diserap dari saluran cerna untuk diolah, disimpan,
dan didetoksifikasi sebelum produk produk tersebut kembali ke sirkulasi besar.
Persarafan hepar dilakukan oleh N. simpatikus dari ganglion seliakus, berjalan
bersama pembuluh darah pada lig. hepatogastrika dan masuk porta hepatis. Serta
N. Vagus dari trunkus sinistra yang mencapai porta hepatis mneyusuri kurvatura
minor gaster dalam omentum. (Putz,2006)
Organ ini penting untuk sekresi empedu, namun juga memiliki fungi lain
antara lain :
24
Tumor dapat muncul sebagai massa tunggal atau sebagai suatu massa yang
difus dan sulit dibedakan dengan jaringan hati disekitarnya karena konsistensinya
yang tidak dapat dibedakan dengan jaringan hepar biasa. Massa ini dapat
mengganggu jalan dari saluran empedu maupun menyebabkan hipertensi portal
sehingga gejala klinis baru akan terlihat setelah massa menjadi besar. Tanpa
pengobatan yang agresif, hepatoma dapat menyebabkan kematian dalam 6 – 20
bulan.(Hermawan,2006)
c) Epidemiologi
d) Etiologi
25
hepatitis, aflatoksin dan pencemaran air minum merupakan 3 faktor utama yang
terkait dengan timbulnya hepatoma.(Lawrence,2008)
1. Virus hepatitis
HBV
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya hepatoma
terbukti kuat, baik secara epidemiologis, klinis maupun eksperimental.
Karsinogenisitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi
kronik, peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam
DNA sel pejamu, dan aktifitas protein spesifik-HBV berinteraksi dengan gen
hati. Pada dasarnya, perubahan hepatosit dari kondisi inaktif (quiescent)
menjadi sel yang aktif bereplikasi menentukan tingkat karsinogenesis hati.
(Dienstag,2005)
HCV
Infeksi HCV berperan penting dalam patogenesis hepatoma pada
pasien yang bukan pengidap HBV. Pada kelompok pasien penyakit hati
akibat transfusi darah dengan anti-HCV positif, interval antara saat transfusi
hingga terjadinya HCC dapat mencapai 29 tahun. Hepatokarsinogenesis
akibat infeksi HCV diduga melalui aktifitas nekroinfiamasi kronik dan sirosis
hati.(Dienstag,2005)
2. Aflatoksin
Aflatoksin Bl (AFB1) merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh
jamur Aspergillus. Metabolit AFB1 yaitu AFB 1-2-3-epoksid merupakan
karsinogen utama dari kelompok aflatoksin yang mampu membentuk
ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satu mekanisme
hepatokarsinogenesisnya ialah kemampuan AFB 1 menginduksi mutasi
pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53.(Lawence,2008)
26
Fuhuan di Guangxi, Shunde di Guangdong dll. menunjukkan peminum air
saluran perumahan, air kolam memiliki mortalitas hepatoma secara jelas lebih
tinggi dari peminum air sumur dalam. Dengan beralih ke minum air sumur
dalam, mortalitas hepatoma penduduk cenderung menurun. Algae biru hijau
dalam air saluran perumahan dan air kolam dianggap sebagai salah satu
karsinogen utama.(Kew,2002)
e) Faktor resiko
Sirosis Hati
Sirosis hati (SH) merupakan faktor risiko utama hepatoma di dunia dan
melatarbelakangi lebih dari 80% kasus hepatoma. Otopsi pada pasien SH
mendapatkan 20-80% diantaranya telah menderita HCC. Prediktor utama
hepatoma pada SH adalah jenis kelamin laki-laki, peningkatan kadar alfa feto
protein (AFP) serum, beratnya penyakit dan tingginya aktifitas proliferasi sel hati.
(Kuma,2004)
Obesitas
Seperti diketahui, obesitas merupakan faktor risiko utama untuk non-
alcoholic fatty liver disease (NAFLD), khususnya nonalcoholic steatohepatitis
(NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian dapat
berlanjut menjadi HCC.(Kuma,2004)
Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat
alkohol (>50-70 g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita HCC
27
melalui sirosis hati alkoholik. Efek hepatotoksik alkohol bersifat dose-dependent,
sehingga asupan sedikit alkohol tidak meningkatkan risiko terjadinya HCC.
(Lawrence,2008)
Selain yang telah disebutkan di atas, bahan atau kondisi lain yang
merupakan faktor risiko HCC namun lebih jarang dibicarakan/ditemukan, antara
lain : penyakit hati autoimun( hepatitis autoimun, sirosis bilier primer), penyakit
hati metabolik(hemokromatosis genetik, defisiensi antitripsin-alfa 1, penyakit
Wilson), kotrasepsi oral, senyawa kimia( thorotrast, vinil klorida, nitrosamin,
insektisida organoklorin, asam tanik), tembakau.(Lawrence,2008)
f) Patologi
28
29
Photomicrograph of a liver demonstrating hepatocellular carcinoma.
g) Patogenesis
30
Inflamasi, nekrosis, fibrosis, dan regenerasi dari sel hati yang terus
berlanjut merupaka proses khas dari cirrhosis hepatic yang juga merupakan proses
dari pembentukan hepatoma walaupun pada pasien – pasien dengan hepatoma,
kelainan cirrhosis tidak selalu ada. Hal ini mungkin berhubungan dengan proses
replikasi DNA virus dari virus hepatitis yang juga memproduksi HBV X protein
yang tidak dapat bergabung dengan DNA sel hati, yang merupakan host dari
infeksi Virus hepatitis, dikarenakan protein tersebut merupakan suatu RNA. RNA
ini akan berkembang dan mereplikasi diri di sitoplasma dari sel hati dan
menyebabkan suatu perkembangan dari keganasan yang nantinya akan
mengahambat apoptosis dan meningkatkan proliferasi sel hati. Para ahli genetika
mencari gen – gen yang berubah dalam perkembangan sel hepatoma ini dan
didapatkan adanya mutasi dari gen p53, PIKCA, dan β-
Catenin. (Budihusodo,2007)
Sel – sel ini meregenrasi sel – sel hati yang rusak tetapi sel – sel ini juga
berkembang sendiri menjadi nodul – nodul yang ganas sebagai respons dari
adanya penyakit yang kronik yang disebabkan oleh infeksi virus.nodul – nodul
inilah yang pada perkembangan lebih lanjut akan menjadi hepatoma.
(Dienstag,2005)
31
Manifestasi Klinis
(1) Nyeri abdomen kanan atas: hepatoma stadium sedang dan lanjut sering dating
berobat karena kembung dan tak nyaman atau nyeri samar di abdomen kanan
32
atas.
Nyeri umumnya bersifat tumpul( dullache) atau menusuk intermiten atau
kontinu, sebagian merasa area hati terbebat kencang, disebabkan tumor
tumbuh dengan cepat hingga menambah regangan pada kapsul hati. Jika nyeri
abdomen bertambah hebat atau timbul akut abdomen harus pikirkan ruptur
hepatoma.
(2) Massa abdomen atas: hepatoma lobus kanan dapat menyebabkan batas atas
hati bergeser ke atas, pemeriksaan fisik menemukan hepatomegali di
bawah arkus kostae berbenjol benjol; hepatoma segmen inferior lobus
kanan sering dapat langsung teraba massa di bawah arkus kostae kanan;
hepatoma lobus kiri tampil sebagai massa di bawah prosesus xifoideus atau
massa di bawah arkus kostae kiri.
(3) Perut kembung: timbul karena massa tumor sangat besar, asites dan gangguan
fungsi hati.
(4) Anoreksia: timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran
gastrointestinal, perut tidak bisa menerma makanan dalam jumlah banyak
karena terasa begah.
(5) Letih, mengurus: dapat disebabkan metabolit dari tumor ganas dan
berkurangnya masukan makanan dll, yang parah dapat sampai kakeksia.
(6) Demam: timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit tumor,
jika tanpa bukti infeksi disebut demam kanker, umumnya tidak disertai
menggigil.
(7) Ikterus: tampil sebagai kuningnya sclera dan kulit, umumnya karena
gangguan fungsi hati, biasanya sudah stadium lanjut, juga dapat karena
sumbat kanker di saluran empedu atau tumor mendesak saluran empedu
hingga timbul ikterus obstruktif.
(8) Asites: juga merupakan tanda stadium lanjut. Secara klinis ditemukan perut
membuncit dan pekak bergeser, sering disertai udem kedua tungkai.
(9) Lainnya: selain itu terdapat kecenderungan perdarahan, diare, nyeri bahu
belakang
kanan, udem kedua tungkai bawah, kulit gatal dan lainnya, juga manifestasi
sirosis
33
hati seperti splenomegali, palmar eritema, lingua hepatik, spider nevi,
venodilatasi
dinding abdomen dll. Pada stadium akhir hepatoma sering timbul metastasis
paru,
tulang dan banyak organ lain
g) Diagnosis
I. Pemeriksaan laboratorium
1. Alfa-fetoprotein (AFP)
AFP adalah sejenis glikoprotein, disin-tesis oleh hepatosit dan sakus vitelinus,
terdapat dalam serum darah janin. Pasca partus 2 minggu, AFP dalam serum
hampir lenyap, dalam serum orang normal hanya terdapat sedikit sekali (< 25
ng/L). Ketika hepatosit berubah ganas, AFP kembali muncul. Selain itu teratoma
testes atau ovarium serta beberapa tumor lain (seperti karsinoma gaster, paru dll.)
dalam serum pasien juga dapat ditemukan AFP; wanita hamil dan sebagian pasien
hepatitis akut kandungan AFP dalam serum mereka juga dapat meningkat.
(Hermawan,2006)
Alpha- Interpretation
fetoprotein
(ng/mL)
34
cirrhotic liver or levels are rapidly increasing.
- Diffusely growing HCC, may be difficult to detect on imaging.
- Occasionally in patients with active liver disease (particularly HBV or
HCV infection) reflecting inflammation, regeneration, or
seroconversion
Normal value Does not exclude HCC (cirrhotic and noncirrhotic liver).
Alpha- Interpretation
fetoprotein
(ng/mL)
Normal value Does not exclude HCC (cirrhotic and noncirrhotic liver)
35
Zat petanda hepatoma sangat banyak, tapi semuanya tidak spesifik untuk
diagnosis sifat hepatoma primer. Penggunaan gabungan untuk diagnosis kasus
dengan AFP negatif memiliki nilai rujukan tertemu, yang relatif umum digunakan
adalah: des-gama karboksi protrombin (DCP), alfa-L-fukosidase (AFU), gama-
glutamil transpeptidase (GGT-II), CA19-9, antitripsin, feritin, CEA, dll.
(Kew,2002)
l. Ultrasonografi (USG)
36
2. CT
3. MRI
37
terapi. Dengan zat kontras spesifik hepatosit dapat menemukan hepatoma kecil
kurang dari 1cm dengan angka keberhasilan 55%(Desen,2008)
38
Untuk pasien yang dicurigai hepatoma atau lesi penempat ruang dalam
hati yang tak dapat menyingkirkan hepatoma, semua harus diupayakan kejelasan
diagnosisnya dalam waktu sesingkat mungkin. Teknik pemeriksaan pencitraan
modern tidak dapat dilewatkan, biasanya dimulai dengan pemeriksaan noninvasif,
bila perlu barulah dilakukan pemeriksaan invasif. Untuk kasus yang dengan
berbagai pemeriksaan masih belum jelas diagnosisnya, harus dipantau
ditindaklanjuti secaraketat, bila perlu pertim-bangkan laparotomi eksploratif.
(Kuma,2004)
SISTEM STAGING
39
Standar diagnosis
(1) AFP > 400 ug/L, dapat menyingkirkan kehamilan, tumor embrional sistem
repro-duksi, penyakit hati aktif, hepatoma metastatik, selain itu teraba hati
mem-besar, keras dan bermassa nodular besar atau pemeriksaan pencitraan
menun-jukkan lesi penempat ruang karakteristik hepatoma.
(2) AFP < 400 ug/L, dapat menyingldrkan kehamilan, tumor embrional sistem
reproduksi, penyakit hati aktif, hepatoma metastatik, selain itu terdapat
dua jenis pemeriksaan pencitraan menunjukkan lesi penempat ruang
karakteristik hepatoma atau terdapat dua petanda hepatoma (DCP, GGT-
II, AFU, CA19-9, dll.) positif serta satu pemeriksaan pencitraan
menunjukkan lesi penempat ruang karakteristik hepatoma.
40
(3) Menunjukkan manifestasi klinis hepatoma dan terdapat kepastian lesi
metastatik ekstrahepatik (termasuk asites hemoragis makroskopik atau
di dalamnya ditemukan sel ganas) serta dapat meny ing-kirkan hepatoma
metastatik
2. Standar klasifikasi stadium klinis hepatoma primer
la : tumor tunggal berdiameter < 3 cm, tanpa emboli rumor, tanpa metastasis
kelenjar limfe peritoneal ataupun jauh; Child A.
Ib : tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan <5cm, di separuh
hati, tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun
jauh; Child A.
Ha : tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan < 10 cm, di separuh
hati, atau dua tumor dengan diameter gabungan < 5 cm, di kedua belahan hati
kiri dan kanan, tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe peritoneal
ataupun jauh; Child A.
lib : tumor tunggal atau multipel dengan diameter gabungan > 10 cm, di separuh
hati, atau tumor multipel dengan diameter gabungan > 5 cm, di kedua belahan
hati kiri dan kanan, tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe
peritoneal ataupun jauh; Child A. Terdapat emboli tumor di percabangan vena
portal, vena hepatik atau saluran empedu dan/atau Child B.
Ilia : tidak peduli kondisi tumor, terdapat emboli tumor di pembuluh utama vena
porta atau vena kava inferior, metastasis kelenjar limfe peritoneal atau jauh,
salah satu daripadanya; Child A atau B.
Illb : tidak peduli kondisi tumor, tidak peduli emboli tumor, metastasis; Child C.
41
h) Diagnosis banding
42
Hemangioma hati. Hemangioma kecil paling sulit dibedakan dari
hepatoma kecil dengan AFP negatif, hemangioma umumnya pada wanita, riwayat
penyakit yang panjang, progresi lambat, bisa tanpa latar belakang hepatitis dan
sirosis hati, zat petanda hepatitis negatif, CT tunda, MRI dapat membantu
diagnosis. Pada tumor metastasis hati, sering terdapat riwayat kanker primer, zat
petanda hepatitis umumnya negatif pencitraan tampak lesi multipel tersebar
dengan ukuran bervariasi. Pada abses hati, terdapat riwayat demam, takut dingin
dan tanda radang lain, pencitraan menemukan di dalam lesi terdapat likuidasi atau
nekrosis. Pada hidatidosis hati, kista hati, riwayat penyakit panjang, tanpa riwayat
penyakit hati, umumnya kondisinya baik, massa besar dan fungsi hati umumnya
baik, zat petanda hepatitis negatif, pencitraan menemukan lesi bersifat cair
penempat ruang, dinding kista tipis, sering disertai ginjal polikistik. Adenoma
hati, umumnya pada wanita, sering dengan riwayat minum pil KB bertahun-tahun,
tanpa latar belakang hepatitis, sirosis hati, petanda hepatitis negatif, CT tunda
dapat membedakan. Hiperplasia nodular fokal, pseudotumor inflamatorik dll.
sering cukup sulit dibedakan dari hepatoma primer (Rani,2006)
i) Penatalaksanaan
Tiga prinsip penting dalam terapi hepatoma adalah terapi dini efektif,
terapi gabungan, dan terapi berulang. Terapi dini efektif. Semakin dini diterapi,
semakin baik hasil terapi terhadap rumor. Untuk hepatoma kecil pasca reseksi 5
tahun survivalnya adalah 50-60%, sedangkan hepatoma besar hanya sekitar 20%.
(Budihusodo,2007)
Terapi operasi
43
1. Metode hepatektomi.
2. Transplantasi hati
Dewasa ini, teknik transplantasi hati sudah sangat matang, namun biayanya
tinggi,donornya sulit. Pasca operasi pasien menggunakan obat imunosupresan anti
rejeksi membuat kanker residif tumbuh lebih cepat dan bermetastasis. hasil terapi
kurang baik untuk hepatoma stadium sedang dan lanjut. Umumnya berpendapat
mikrohepatoma stadium dini dengan sirosis berat merupakan indikasi lebih baik
untuk transplantasi hati.(Budihusodo,2007)
Misalnya, pasca laparotomi, karena tumor menyebar atau alasan lain tidak
dapat dilakukan reseksi, dapat dipertimbangkan terapi operatif nonreseksi,
mencakup: injeksi obat melalui kateter transarteri hepatik atau kemoterapi
embolisasi saat operasi; kemoterapi melalui kateter vena porta saat operasi; ligasi
44
arteri hepatika; koagulasi tumor hati dengan gelombang mikro, ablasi
radiofrekuensi, krioterapi dengan nitrogen cair, evaporisasi dengan laser energi
tinggi saat operasi; injeksi alkohol absolut intratumor saat operasi(Rani,2006)
Terapi lokal
Terapi lokal terdiri atas dua jenis terapi, yaitu terapi ablatif lokal dan
injeksi obat intratumor. (Rani,2006)
Ini adalah metode ablasi lokal yang [paling sering dipakai dan efektif
dewasa ini. Elektroda RFA ditusukkan ke dalam tumor melepaskan energi
radiofrekuensi, hingga jaringan tumor mengalami nekrosis koagulatif panas,
denaturasi, jadi secara selektif mem-bunuh jaringan tumor. Satu kali RFA meng-
hasilkan nekrosis seukuran bola berdiameter 3-5 cm, sehingga dapat membasmi
tuntas mikrohepatoma, dengan hasil kuratif. RFA perkutan memiliki keunggulan
mikroinvasif, aman, efektif, sedikit komplikasi. mudah di-ulangi dll. sehingga
mendapat perhatian luas untuk terapi hepatoma.(Rai,2006)
45
tak dapat direseksi; tumor dapat direseksi tapi diperkirakan tak tahan operasi;
hepatoma rekuren yang tak dapat direseksi; pasca reseksi hepatoma, suspek
terdapat residif, dll. Sedangkan bila volume tumor lebih dari 70% parenkim hati,
fungsi hati terganggu berat, kondisi umum buruk, diperkirakan tak tahan terapi,
semua iru merupakan kontraindikasi kemoembolisasi arteri hepatik.
(Lawrence,2008)
Terapi Paliatif
46
Adapun beberapa jenis terapi lain untuk HCC yang tidak resektabel seperti
imunoterapi dengan interferon, terapi antiestrogen, antiandrogen, oktreotid,
radiasi internal, kemoterapi arterial atau sistemik masih memerlukan penelitian
lebih lanjut untuk mendapatkan penilaian yang meyakinkan.(Singih,2006)
Prognosis dari hepatoma lebih dipengaruhi oleh stadium tumor pada saat
diagnosis, status kesehatan pasien, fungsi sintesis hati dan manfaat
terapi(Dean,2008)
< 2 cm68.2 %
2-5 cm70.7%
> 5 cm75.8%
47
BAB IV
KESIMPULAN
Sebagian besar HCC terjadi pada sirosis hati yang disebabkan oleh faktor
risiko yang sudah dikenal dan dapat dicegah (HBV, HCV, alkohol, dan NASH).
Infeksi HBV dan HCV adalah penyebab terpenting HCC. Faktor lingkungan
seperti aflatoksin ikut berperan dalam proses transformasi pada patogenesis
molekular HCC. Semakin banyak bukti bahwa obesitas dan diabetes melitus
adalah faktor risiko untuk HCC.
48
DAFTAR PUSTAKA
4. Putz, R dan R. Pabs t. 2006 . Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 edisi
22. Jakarta : EGC
7. Kew CM. Hepatic Tumors and Cysts in Feldman: Sleisenger & Fordtran’s
Gastrointestinal and liver disease 7th ed. London: Elsevier, 2002.
49
9. Rani AA, Sugondo S, Wijaya IP, dkk. Hepatoma. Panduan Pelayanan
Medik PAPDI. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, 2006.
10. Desen, Wa n. 2008. Tumor Abdomen. Dalam Buku Ajar Onkologi Klinik
edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
11. Singgih B., Datau E.A., 2006, Hepatoma dan Sindrom Hepator enal.
Jacobson R.D., 2009. Hepatocelluler Carcinoma. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/369226- overview
50