SINDROM HELLP
Disusun oleh:
Deta Hamida
1965050021
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan-Nya, saya
dapat menyelesaikan referat yang berjudul SINDROM HELLP. Case Report ini
dibuat sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian dalam Kepaniteraan Klinik
Ilmu Anestesi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas, maka saya sebagai
penyusun Case Report sadar bahwa masih banyak kekurangan dari segi isi, susunan
bahasa, maupun sistematika penulisan. Untuk itu, kami sebagai penyusun Case
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
Ilmu Anestesi, yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang berguna
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang juga
turut serta dalam upaya penyusunan Case Report ini. Akhir kata saya sebagai
penyusun berharap kiranya Case Report ini dapat menjadi informasi yang berguna
bagi tenaga medis, profesi yang bergerak dalam bidang kesehatan, dan juga kaum
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................63
3
BAB I
PENDAHULUAN
Platelets Count yang artinya adalah hemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan
fibrin, menyebabkan penurunan kadar dari faktor pembekuan darah di plasma dan
Kenaikan dari kadar enzim hepar akibat dari nekrosis hemoragia periportal
pada bagian lobulus hepar. Perdarahan dari lesi ini dapat meluas ke bawah
fibrin ataupun akibat dari proses imunologis. Trombositopenia berat <100.000 per
70% Kejadian HELLP sindrom paling sering terjadi pada saat usia
4
HELLP pada kehamilan memiliki risiko yang tinggi pada maternal dan perinatal.
Dilaporkan kematian maternal sebesar 24% dan kematian perinatal berkisar 30-
40%. Sindroma HELLP secara signifikan terbanyak pada wanita berkulit putih dan
wanita keturunan eropa. Sindroma HELLP telah terbukti terjadi pada kelompok
5
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1. IDENTITAS
Nama : Ny. AN
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Pasuruan.
Masuk RS : 11 Agustus 2014 pukul 21.53 WIB
1.2. ANAMNESIS
Keluhan utama
Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih sehari yang lalu sebelum masuk RS pasien yang
tengah hamil merasa pusing tapi tetap dirumah. Kemudian sehari
kemudian pada jam 19.00 pasien mengeluh pusing dan mual namun
pasien tetap di rumah. Pada jam 21.00 pasien tiba-tiba kejang kurang
lebih selama 2 menit. Setelah kejang pasien sadar kembali dan dibawa
ke UGD RSUD BANGIL. Pasien memiliki riwayat pusing + , mual + ,
Muntah + , pandangan kabur - , nyeri ulu hati -. Riwayat tekanan darah
tinggi sebelum dan selama hamil disangkal. Riwayat kedua kaki bengkak
sejak 3 bulan terakhir.
6
Riwayat ANC :
1. SpOG 4x, terakhir kontrol 5 November 2014 . TD normal .
2. HPHT : 4-3-2014
3. TP : 11-12-2014
4. Usia Kehamilan : 37-38 minggu
Riwayat Haid
Menarche pada usia 12 tahun, siklus haid teratur setiap bulan
(kurang lebih 30 hari), lamanya 7 hari. HPHT 43 2014.
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah 1 kali, lama perkawinan 5 tahun.
7
4. TB = 155 cm
BB= 75 kg
BMI= 31,22 kg/m2
5. Kepala dan Leher :
Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-) sklera ikterik (-/-)
6. Thorax :
Pulmo Ins : Bentuk simetris, gerak nafas simetris
Pal : Fremitus raba simetris
Per : sonor/sonor
Aus : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-) wheezing (-/-).
Cor I : iktus kordis tidak terlihat
P : Thrill (-)
P : Batas kiri ICS IV midclavicular line sinistra
A : S1 dan S2 tunggal
7. Abdomen
- TFU : 29 cm
- Letak bujur U
- DJJ : 164 x/i
- TBJ : 2635 gr
- His (-) neg
8. Genitalia Eksterna
- GE : Flux (-) Fluor (-)
- Dipstick : +3
9. Ekstremitas
Atas : Edema (-/-), parese (-/-), akral dingin (-/-)
Bawah : edema (+/+), parese (-/-), akral dingin (-/-)
8
UPD dalam batas normal
Kimia Darah
GDS : 115 mg/dL
SGOT : 345 U/L
SGPT : 259 U/L
Ureum : 29,60 mg/dL
Kreatinin : 0,70 mg/dL
Asam Urat : 5,6 mg/dL
Natrium : 132 mmol/L
Kalium : 4,03 mmol/L
Chlorida : 110 mmol/L
LDH : 1589 U/L
Urinalisa
Kekeruhan : agak keruh
Warna : kuning
BJ : >=1,030
pH : 6,0
Protein : 3+
Glukosa : negatif
Urobilinogen : 1+
Bilirubin : negatif
Darah Samar : 3+
9
USG
- Tampak janin intrauterin Tunggal Hidup letak bujur kepala di bawah
- BPD : 89,1 (36 wod)
- AC : 817 (35w4d)
- FL : 64,5 (33w2d)
- EFW : 2637 gr
- AFL : 9,2
- Plac. Implantasi di corpus pors maturasi gr II
NST
- NST : patologis
- Baselinerate : 160 bpm
- Variability : <5bpm
- Ace (-) Dece (-)
1.5. DIAGNOSIS
G2P1001Ab000 gr. 37-38 mg T/H
+ Eklampsia
+ HELLP Syndrome
+ Fetal compromised
+ Obesitas
1.6. PENATALAKSANAAN
PDx: Lab DL , FH , SGOT, SGPT, LDH tiap 12 jam
PTx : - Resusitasi intrauterin
- O2 10 lt/1 , NRBM
- tidur miring kiri
Injeksi SM full dose :
SM 20 % 4 gr iv , bolus pelan
SM 40% 10 gr IM, bokong kanan-bokong kiri
Dilanjutkan SM maintenance : sm 40% 5 gr/6 jam jika kontraindikasi (-)
Usul terminasi dengan SC cito + IUD pasca placenta
IVFD : RD5 life line
Persiapan operasi :
Injeksi Ampicilin 1gr iv (skin test )
10
Inj ranitidine 1 amp iv
Inj metoclopramid 1 amp iv
Nifedipin 3 x 10 mg
Metildopa 3 x 500 mg
Dexamethasone rescue 10 mg-10 mg – 5 mg – 5 mg – Jadwal
Pasang DC
Daftar OK, sedia darah
Konsultasi anestesi
KIE
Surat Persetujuan (Informed Consent)
Planning Monitoring :
Observasi Vital Sign, Keluhan, His, DJJ, Produksi urine, reflex patella,
balance cairan/6 jam, tanda-tanda impending eklampsia
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Defenisi
Enzyme, Low Platelets Count yang artinya adalah hemolisis dan peningkatan
fungsi hepar dan trombositopenia. Kumpul gejala ini disebut sebagai sindrom
3.2 Patofisiologi
12
Selanjutnya, aktivasi kaskade koagulasi menyebabkan konsumsi trombosit
oleh penurunan eritrosit saat mereka melintasi kapiler yang dilengkapi dengan
HELLP secara bermakna lebih tua (rata-rata umur 25 tahun) dibandingkan pasien
13
Tabel 1. Faktor Resiko Sindroma HELLP
14
3.4 Manifestasi Klinis
Pasien sindroma HELLP dapat mempunyai gejala dan tanda yang sangat
bervariasi, dari yang berniali daignostik sampai semua gejala dan tanda pada
Pasien biasanya muncul dengan keluhan nyeri epigastrium atau nyeri perut kanan atas
(90%), beberapa mengeluh mual dan muntah (50%), yang lain bergejala seperti infeksi
virus. Sebagian besar pasien (90%) mempunyai riwayat malaise selama beberapa hari
sebelum tanda lain. Mual dan atau muntah dan nyeri epigastrium diperkirakan akibat
obstruksi aliran darah di sinusoid hati, yang dihambat oleh deposit fibrin intravaskuler.
Pasien sindrom HELLP biasanya menunjukkan peningkatan berat badan yang bermakna dengan
edema menyeluruh. Hal yang penting adalah bahwa hipertensi berat (sistolik160
3.5 Diagnosis
15
- LDH ≥ 600 IU/L
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Sindroma HELLP 2
3.6 Penatalaksanaan
d. Bila hendaknya dilakukan section caesarea dan bila trombosit < 50.000/cc,
maka perlu diberikan transfusi trombosit. Bila trombosit < 40.000/cc, dan
akan dilakukan section caesarea maka perlu diberi transfusi darah segar
waktu 12 jam.
dengan :
16
- Meningkatnya trombosit
lobektomi.
k. 29
l. Sikap terhadap
kehamilan pada
sindroma HELLP, tanpa
memandang umur
m. kehamilan, harus
segera diakhi
n. 29
o. Sikap terhadap
kehamilan pada
17
sindroma HELLP, tanpa
memandang umur
p. kehamilan, harus
segera diakhiri
18
ALGORITMA TATALAKSANA SINDROMA HELLP 5
Pemberian Pemberian
Kortikosteroid Kortikosteroid
Observasi Penanganan
respon klinik konservatif Terminasi
19
3.7 Prognosis
a. Pada kebanyakan pasien akan stabil dalam waktu 24 – 48 jam dan sebagian
c. Pasien dengan resiko pre – eklampsi atau hipertensi dalam kehamilan dapat
20
BAB IV
ANALISA KASUS
Keluhan pada Ny. S dengan sepsis dan diabetes melitus tipe 2 dapat berupa
tipikal tersebut didapat pada pasien Ny. S yaitu berupa keluhan penurunan
kesadaran disertai demam tinggi yang memburuk seiring berjalannya waktu dan
sesak napas serta peningkatan laju nadi. Terdapat faktor risiko yang didapat pada
pasien tersebut, yaitu adanya riwayat diabetes mellitus dan riwayat demam yang
intercelullar killing merupakan kelainan respon host yang dikaitkan dengan efek
Selain itu juga beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan sepsis
diantaranya yaitu usia diatas 65 tahun dengan insidensi cenderung meningkat pada
usia tersebut, jenis kelamin juga berhubungan dengan tingkat kejadian sepsis
peningkatan suhu tubuh pasien yaitu 38,9oC disertai peningkatan laju nadi yaitu
21
Penurunan kesadaran pada pasien menunjukan bahwa terjadi perburukan keadaan
Pada pasien dilakukan pemeriksaan darah rutin dan didapatkan bahwa terjadi
adanya respon inflamasi terhadap infeksi dari tubuh pasien. Peningkatan cepat ini
neutrofil dari sumsum tulang dan juga karena kontrol granulosit - macrophage
colony stimulating factor (GCSF) yang dikeluarkan oleh limfosit dan monosit pada
Didapatkan kadar hemoglobin yang tidak normal yaitu 4,0 g/dL (L)
kapasitas pembawa oksigen yang cukup pasien membutuhkan jumlah sel darah
merah yang cukup. Pada pasien dengan sepsis kadar hematokrit dan hemoglobin
akan bervariasi karena pergesaran cairan antara kompartemen dalam tubuh, dan
seiring waktu nilai sel darah merah akan lebih rendah karena produksi sel darah
Terjadi penurunan trombosit pada pasien ini yaitu 60 x 10 3/uL (L) yang
mengaktifkan jalur koagulasi ekstrinsik dan melalui lengkung umpan balik secara
22
tidak langsung juga akan mengaktifkan jalur instrinsik. Hasil akhir aktivasi kedua
jalur tersebut saling berkaitan dan sama, yaitu protrombin diubah menjadi trombin
yang berlebihan, serta penekanan pada sumsum tulang sehingga terjadi kegagalan
sepsis.18
Penurunan albumin pada pasien ini yaitu 1,79 mg/dL (L) menunjukkan bahwa
kadar albumin yang abnormal merupakan faktor risiko terjadinya sepsis. Albumin
serum yang rendah merupakan penanda non spesifik penyakit. Penyakit kritis
ekstravaskular. Ada juga perubahan dalam tingkat sintesis dan degradasi protein.
Konsentrasi serum albumin akan menurun sering kali dari awal perjalanan penyakit
kritis.
sesuai, mengontrol sumber infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila
diperlukan.4
a. Resusitasi Inisial
23
Resusitasi harus segera dilakukan bila didapatkan keadaan hipoperfusi.
Selama 6 jam pertama resusitasi, tujuan dari resusitasi pada pasien sepsis
a) CVP 8 – 12 mm Hg
b) MAP ≥ 65 mm Hg
oxygen saturation
Target resusitasi adalah untuk menormalkan laktat pada pasien dengan level
laktat meningkat yang merupakan marker dari hipoperfusi jaringan. Terapi cairan
Bila dalam 6 jam resusitasi, saturasi oksigen tidak mencapai 70% atau mixed
venous oxygen saturation (SvO2) kurang dari 70% dengan resusitasi cairan,
24
1. Larutan Ringer Laktat atau NaCL 0,9%
b. Terapi mikroba
diketahui sepsis berat tanpa syok septik dan syok septik, setelah kultur
mortalitas. Terapi empirik inisial berupa satu atau lebih obat yang memiliki
aktivitas melawan patogen bakteri atau jamur atau virus dan dapat penetrasi
khusus disebabkan oleh bakteri. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati
penurunan jumlah sel darah putih jenis netrofil. Golongan: Antibiotik, Beta-
Lactam, Carbapenem.
25
pada komponen lain produk atau obat lain pada kelas yang sama (seperti
karbapenem).
c. Terapi suportif
1. Oksigenasi
Pada keadaan hipoksemia berat dan gagal napas bila disertai dengan
segera dilakukan.
2. Terapi cairan
pada sepsis berat dan syok septik. Oksigenasi pada keadaan hipoksemia
berat dan gagal napas bila disertai dengan penurunan kesadaran atau
bahwa PMN ini berperan besar dalam innate immune system. Pada
26
system, terjadi penurunan proliferasi dan gangguan fungsi sel T
BAB V
KESIMPULAN
Sepsis adalah sindroma penyakit akibat infeksi yang mengancam jiwa, ditandai
dengan gangguan fungsi organ akibat regulasi respon tubuh terganggu. Sindrom ini
merupakan suatu kelanjutan dari inflamasi yang memburuk dimulai dari SIRS
menjadi sepsis, sepsis berat dan septik syok. Sepsis adalah adanya respon sistemik
terhadap infeksi di dalam tubuh yang dapat berkembang menjadi sepsis berat dan
syok septik. Sepsis berat dan syok septik adalah masalah kesehatan utama dan
menyebabkan kematian terhadap jutaan orang setiap tahunnya. Sepsis Berat adalah
sepsis disertai dengan kondisi disfungsi organ, yang disebabkan karena inflamasi
27
sebagai kondisi sepsis dengan hipotensi refrakter (tekanan darah sistolik <90
mmHg, mean arterial pressure < 65 mmHg, atau penurunan > 40 mmHg dari
ambang dasar tekanan darah sistolik yang tidak responsif setelah diberikan cairan
Mayoritas kasus sepsis disebabkan oleh infeksi bakteri, penyebab dari sepsis
terbesar adalah bakteri gram (-) dengan presentase 60 -70 % kasus, yang
menghasilkan berbagai produk dapat menstimulasi sel imun. Sel tersebut akan
sepsis terjadi pelepasan dan aktivasi mediator inflamasi yang berlebih, yang
mencakup sitokin yang bekerja lokal maupun sistemik, aktivasi netrofil, monosit,
makrofag, sel endotel, trombosit dan sel lainnya, aktivasi kaskade protein plasma
seperti komplemen, pelepasan proteinase dan mediator lipid, oksigen dan nitrogen
radikal.13,14
yang mengalami infeksi didapatkan skor SOFA > 2 atau 2 maka sudah tegak
diagnosis dari sepsis. Ketika mendapatkan pasien infeksi perlu dilakukan skrining
oleh tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah yang disebabkan kelainan dalam
28
sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. Diabetes mellitus sering disertai dengan
infeksi dan tidak jarang dengan infeksi berat atau sepsis. Diabetes mellitus (DM)
peningkatan kadar gula darah akan mengganggu fungsi fagosit dalam chemotaxis
sesuai, mengontrol sumber infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila
diperlukan. Diperlukan pula terapi suportif, seperti bila terjadi respons imun
maladaptif host terhadap infeksi dapat diberikan vasopresor dan inotropik, terapi
29
DAFTAR PUSTAKA
30
31