Oleh:
Dosen Pembimbing:
dr. H. A. Hamid Nawawi, Sp. A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun kita menuju jalan kebenaran sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat memilah
antara yang baik dan buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada
Laboratorium Ilmu Bedah, yaitu dr. H. A. Hamid Nawawi, Sp.A yang memberikan bimbingan dalam
menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga
dalam penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Laporan kasus ini membahas terkait definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, dan manajemen penatalaksanaannya.
Kami menyadari dalam laporan ini belum sempurna secara keseluruhan oleh karena itu kami dengan
tangan terbuka menerima masukan-masukan yang membangun sehingga dapat membantu dalam
penyempurnaan dan pengembangan penyelesaian laporan selanjutnya.
Demikian pengantar kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Cover
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
ii
DAFTAR TABEL
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui penegakan diagnosis dan tatalaksana Pre-Eklamsia Berat
1.4 Manfaat
Tugas laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan ilmu
pengetahuan terhadap penegakan diagnosa dan kejadian dari Pre-Eklamsia Berat
2
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Indentitas
Identitas Pasien
Nama : Ny. H
No RM : 210582
TTL/Umur : 1 Juli 1975 / 44 tahun
Suku : Madura
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl Ach Munif, Burneh
Status Perkawinan : Kawin, 1x, lama nikah 24 tahun
Identitas Suami
Nama : Tn. R
Umur : 45 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Madura
Agama : Islam
Alamat : Jl Ach Munif, Burneh
MRS : 17 September 2019
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama : Kenceng-kenceng
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan kenceng-kenceng. Pasien
merupakan rujukan BPM dengan diagnosa GVP3013 UK 37/38 minggu + PEB dengan
tensi 178/105 mmHg, keluar cairan dari jalan lahir (-). pusing (-), mual muntah (-), kejang
(-).
b. Riwayat kehamilan ini
- Hamil muda : mual (+), muntah (-), perdarahan (-), kejang (-)
- Hamil tua : sakit kepala (-), mual muntah (-),perdarahan (-), kejang (-)
- Pijat perut :-
- Minum jamu atau obat : -
3
4
4
5
5
6
b. Status Generalis
1. Kulit : gatal (-), luka (-), bekas luka : (-) warna kulit : sawo matang.
2. Kepala
₋ Wajah : simetris
₋ Mata : pupil isokhor 3 cm, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), visus (TDE),
posisi mata (orthophoria), pergerakan mata (ke segala arah), odem palpebra (-/-).
₋ Mulut: kebersihan gigi cukup, stomatitis (-), hiperemi faring (-), pembesaran tonsil (-)
3. Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-), bendungan vena leher (-)
4. Thoraks
Mammae simetris, hiperpigmentasi areola (+), puting susu menonjol (+), kolostrum
(-)
Cardio
₋ Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
₋ Palpasi : ictus cordis kuat angkat
₋ Perkusi : Batas kiri bawah : ICS V mid clavicula line sinistra
Batas kanan bawah: ICS IV parasternalis dextra
₋ Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
₋ Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada simetris, retraksi (-/-)
₋ Palpasi : fremitus taktil kiri sama dengan kanan
₋ Perkusi : sonor/sonor
₋ Auskultasi
Suara dasar : vesikuler (+/+)
Suara tambahan : Rhonki Wheezing
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
5. Abdomen
₋ Inspeksi : membesar membujur, gambaran pembuluh darah collateral (-),
tumor (-), striae livide (+), striae albican (-), linea alba (-), linea nigra (+), bekas
operasi (-)
₋ Auskultasi : suara bising usus normal.
₋ Palpasi : pembesaran organ (-), nyeri tekan (-), teraba massa abnormal (-).
₋ Perkusi : timpani (+)
6
7
6. Ekstremitas: akral hangat (+/+) superior dan inferior, edema (-/-) pada ekstremitas
inferior, reflek patella (++/++)
c. Status Obstetri
Pemeriksaan luar
Inspeksi : Perut membesar arah membujur, BSC (-)
Palpasi :
₋ Leopold I : diatas teraba besar, bulat, lunak, tidak melenting. TFU 3 jari di
bawah prosesus xiphoideus (33 cm)
₋ Leopold II : teraba tahanan memanjang sebelah kiri.
₋ Leopold III : bagian terbawah dari janin teraba besar, bulat, dan melenting.
Bagian terendah janin masuk ke PAP.
₋ Leopold IV : Bagian terendah janin masuk ke PAP.
₋ Auskultasi : Bunyi jantung janin 144x/menit, reguler, tunggal.
His : (+)
Pemeriksaan dalam
Dilakukan pada tanggal 17 September 2019 Jam: 14.00
₋ VT : Ø 8 cm/75%/ket (+)/kep/SS mell/H II
₋ Ukuran panggul dalam batas normal
₋
2.4 Diagnosa Banding
-Preklamsia berat
-Hipertensi gestasional
7
8
a. Laboratorium
Darah lengkap dan Urin lengkap
Tgl 17/09/2019
HEMOSTASIS
APT 9.8 9.4-12.5 detik
APTT 28,6 25.1-36.5 detik
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV Rapid I (SD) Non Reaktif Non Reaktif pg/ml
Hepatitis Marker
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif pg/ml
KIMIA KLINIK
Elektrolit
Natrium (Na) 139 137-150 mmol/L
Kalium (K) 4.22 3.5-5.0 mmol/L
Fungsi Hati
Albumin 3,4 3.4-4.8 g/dL
AST (SGOT) 30 0-35 U/L
ALT(SGPT) 29 0-32 U/L
Fungsi Ginjal
BUN/Blood Urea Nitrogen 6,0 4.6-23.0 mg/dL
Kreatinin 0,53 0.45-0.75 mg/dL
8
9
9
10
10
11
c. Ultrasonography
Keterangan :
K/T/H/IU
BPD : 8,47 cm
HC : 30,30 cm
AC : 31,74 cm
FL : 7,48 cm
EFW 2872,10 gr
2.8 Planning
Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi pasien, tindakan yang
dilakukan, serta prognosisnya.
Diagnostik :
DL, UL, LFT, RFT, SE, FH, GDA
USG, NST
Terapi :
Oksigen masker 8 lpm
Inj MgSO4 4g IV 40% selama 5-10 menit
MgSO4 40% 1gr/jam dalam syringe pump
Metildopa 3x500 mg
Nifedipin 3x10 mg bila TD≥160/110 mmHg
Balance cairan CM= CK + 500 cc
Minum dibatasi 1000 cc/24 jam
Obstetri
11
12
2.9 Observasi
Tanggal 17/09/2019 pukul 15.25 wib
lahir bayi spt B, laki-laki BB 3100 g, PB : 50 cm, LK 33 cm, A-S 7-8, bayi nafas spontan,
cacat (-). Ketuban jernih.
Monitoring :
Keluhan pasien
Fluksus
TTV
Kontraksi uterus
Urine output
Observasi 24 jam post partum
2.10 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
12
13
FOLLOW UP
17/09/19 Kenceng-kenceng. Keadaan Umum : Cukup Ny. H, 44 th, Obs KU+TTV, CHPB
Kesadaran : Compos Mentis (cortonen, his, penurunan,
GVP3013, Gravida
14.00 WIB TD : 178/105 mmHg bundle), akselerasi evaluasi
HR : 97 x/i 37/38 minggu tiap 2 jam.
RR : 20 x/i tunggal hidup Infus RD 5% 500cc/24 jam
T : 36,5 0C Oksigen masker 8 lpm
inpartu kala 1 fase
Obstetri : TFU 33 cm, puki, preskep, Injeksi MgSO4 40% 4 gr IV
DJJ 157x/m, His (+) aktif + PEB perlahan dilanjutkan dengan
Genital : VT Cervix axial, pembukaan Φ inj MgSO4 40% 1 gr/jam
8 cm, eff 75%, ketuban (-), kepala H II dalam syringe pump
Nifedipin 3x10 mg
Metildopa 3x500 mg
Pro lab: DL, FH , HBsAg,
anti HIV rapid, LFT, BUN,
SK, GDA, UL.
Pro radiologi: USG, NST.
13
14
25/07/19 Kenceng-kenceng semakin sering Keadaan Umum : Baik Ny. R, 44 th, Ibu dipimpin mengejan
Kesadaran : Compos Mentis
GVP3013, Hamil
15.15 TD : 120/70 mmHg
HR : 84 x/i 39 minggu dengan
RR : 20 x/i PEB
T : 36,5 0C
Obstetri : TFU 33 cm, puki, preskep,
DJJ 144x/m, His (+)
Genital : VT Cervix axial, pembukaan Φ
10 cm, eff 100 %, ketuban (+), kepala H
III
17/09/19 Ibu telah melahirkan bayi Keadaan Umum : Cukup Bayi lahir spt B, Inj Oksitosin 1 ampul IM
Kesadaran : Compos Mentis Infus RD 5 %
dengan BB : 3100
15.25 TD : 150/100 mmHg Drip Oxytocin 2 amp
HR : 88 x/i gram, PB 50 cm, Explorasi perdarahan
RR : 20 x/i LK : 33 cm, AS : 7-
T : 36,5 0C
8 anus (+) cacat (-)
perdarahan 200cc.
14
15
18/09/19 Tidak ada keluhan Keadaan Umum : Cukup Ny. H Post P4014 Observasi KU + TTV
Kesadaran : Compos Mentis Observasi Perdarahan
Hari-1 + PEB
TD : 140/90 mmHg Asam mefenamat 3x500 mg
HR : 88 x/i Metildopa 3x500 mg
RR : 20 x/i Ferrous sulfat 2x1 tablet
0
T : 36,5 C
19/9/19 Tidak ada keluhan Keadaan Umum : Baik Ny. H Post P4014 Nifedipin 3x10 mg
Kesadaran : Compos Mentis Metildopa 3x500 mg
Hari-2 + PEB
06.00 TD : 120/70 mmHg Ferrous sulfat 2x1
HR : 88 x/i tablet/hari
RR : 20 x/i Azitromisin 3x500 g
0
T : 36,5 C Pro lab: DL. UL
TFU 2 jari di bawah umbilicus
Kontraksi (-) baik
Menyusui (+), mobilisasi (+)
19/9/19 Tidak ada keluhan Keadaan Umum : Baik Ny. H Post P4014 Pasien pulang
Kesadaran : Compos Mentis Resep obat pulang:
Hari-2 + PEB
14.00 TD : 120/70 mmHg - Metil dopa 3x500
HR : 88 x/i mg
RR : 20 x/i
15
16
16
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Terdapat 4 jenis hipertensi dalam kehamilan, antara lain1,2 :
1. Hipertensi kronik, yaitu tekanan darah >140/90 mm/Hg sebelum hamil atau
didiagnosa sebelum usia gestasi 20 minggu , atau bila terdapat hipertensi didiagnosa
setelah usia gestasi 20 minggu dan persisten 12 minggu setelah melahirkan.
2. Hipertensi gestasional, yaitu tekanan darah >140/90 mm/Hg untuk pertama
kalinya ketika hamil, tidak terdapat proteinuria, dan tekanan darah kembali normal
kurang dari 12 minggu setelah melahirkan.
3. Preeklampsia-eklampsia, yaitu tekanan darah >140/90 mm/Hg setelah usia
gestasi 20 minggu pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah yang normal,
disertai adanya proteinuria (0,3 gr protein dalam spesimen urin 24 jam), sedangkan
eklampsia didefinisikan sebagai kejang yang tidak dapat dihubungkan dengan kasus lain
pada wanita dengan preeklampsia.
4. Superimposed Preeclampsia, (preeklampsia pada pengidap hipertensi kronis)
dengan gejala yaitu onset baru proteinuria dengan jumlah proteinuria > 300 mg/24 jam
pada ibu hamil dengan hipertensi, tetapi tidak ada proteinuria sebelum usia gestasi 20
minggu.
Hipertensi umumnya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Kenaikan
tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg dapat membantu penegakan diagnosis
hipertensi. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 4 jam pada
keadaan istirahat 2,3.
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24 jam yang kadarnya
melebihi 0.3 gram/liter atau pemeriksaan kualitatif (dipstick test) menunjukkan 1+ atau 2+ atau
1 gram/liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Umumnya proteinuria timbul lebih lambat, sehingga
harus dianggap sebagai tanda yang serius 4,5.
Walaupun edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis pre-eklampsia, namun
adanya penumpukan cairan secara umum dan berlebihan di jaringan tubuh seperti pretibia,
dinding perut, lumbosakral, wajah dan tangan harus tetap diwaspadai. Edema dapat
menyebabkan kenaikan berat badan tubuh. Normalnya, wanita hamil mengalami kenaikan berat
17
18
badan sekitar 500 gr per minggu, 2000 gr per bulan, atau 13 kg selama kehamilan. Apabila
kenaikan berat badannya lebih dari normal, perlu dicurigai timbulnya pre-eklampsia 3,4,5.
Preeklampsia pada perkembangannya dapat berkembang menjadi eklampsia, yang ditandai
dengan timbulnya kejang atau koma. Eklampsia dapat menyebabkan terjadinya DIC
(Disseminated intravascular coagulation) yang menyebabkan jejas iskemi pada berbagai
organ, sehingga eklampsia dapat berakibat fatal 3,4.
3.2 Epidemiologi
Angka kejadian preeklampsia–eklampsia berkisar antara 2% - 8% dari kehamilan di
seluruh dunia (Steegers, et al.,2010). Kejadian preeklampsia merupakan penanda awal dari
kejadian eklampsia, dan diperkirakan kejadian preeklampsia menjadi lebih tinggi di negara
berkembang. Angka kejadian preeklampsia di negara berkembang, seperti di negara Amerika
Utara dan Eropa adalah sama dan diperkirakan sekitar 5-7 kasus per 10.000 kelahiran 6,7,8.
Angka kejadian preeklampsia di Indonesia sekitar 7-10%, hal ini merupakan bukti bahwa
preeklampsia merupakan penyebab kematian nomor 2 di Indonesia bagi ibu hamil, sedangkan
no.1 penyebab kematian ibu di Indonesia adalah akibat perdarahan 6.
Beberapa faktor resiko preeklampsia /eklampsia, antara lain adalah sebagai berikut 2,3,4 :
a. Usia
Insidens meningkat lebih dari 3 kali lipat pada wanita hamil berusia < 20 tahun atau >
35 tahun.
b. Nullipara
c. Primigravida
d. Ras/golongan etnik
e. Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko
meningkat sampai >25%
f. Diet/gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu/pola diet tertentu (WHO). Penelitian lain
menyebutkan bahwa kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang
tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obese/overweight.
g. Iklim / musim
Di daerah tropis insidens lebih tinggi
h. Riwayat penyakit sebelumnya
18
19
3.3 Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, sehingga
penyakit ini disebut dengan “The Diseases of Theories”. Beberapa faktor yang berkaitan
dengan terjadinya preeklampsia adalah 3 :
1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkinan terjadinya preeclampsia,
misalnya pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa. Teori ini didukung pula dengan
adanya kenyataan bahwa keadaan preeklampsia membaik setelah plasenta lahir.
2. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi pada kehamilan
berikutnya. Secara Imunologik diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan
“Blocking Antibodies” terhadap antigen plasenta tidak sempurna, sehingga timbul respons
imun yang tidak menguntungkan terhadap Histikompatibilitas Plasenta. Pada kehamilan
berikutnya, pembentukan “Blocking Antibodies” akan lebih banyak akibat respon imunitas
pada kehamilan sebelumnya, seperti respons imunisasi.
3. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron antagonis, sehingga
menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang menyebabkan retensi air dan natrium,
sehingga terjadi Hipertensi dan Edema.
4. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia bersifat diturunkan
melalui gen resesif tunggal. Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada
kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
19
20
3.4 Patogenesis
Berikut ini merupakan bagan patogenesis Preeklampsia, yaitu :
20
21
Preeklampsia
22
23
3.6 Penatalaksanan
1. Penanganan di Puskesmas
Mengingat terbatasnya fasilitas yang tersedia di puskesmas, maka secara prinsip,
kasus-kasus preeklampsia berat dan eklampsia harus dirujuk ke tempat pelayanan
kesehatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Persiapan-persiapan yang dilakukan dalam
merujuk penderita adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan surat rujukan yang berisikan riwayat penderita.
2. Menyiapkan partus set dan tongue spatel (sudip lidah).
3. Menyiapkan obat-obatan antara lain: valium injeksi, antihipertensi, oksigen, cairan infus
dextrose/ringer laktat.
4. Pada penderita terpasang infus dengan blood set.
5. Pada penderita eklampsia, sebelum berangkat diinjeksi valium 20 mg/iv, dalam
perjalanan diinfus drip valium 10 mg/500 cc dextrose dalam maintenance drops. Selain
itu diberikan oksigen, terutama saat kejang, dan terpasang tongue spatel.
2. Penanganan di Rumah Sakit
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat
selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi :
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medisinal.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan
medisinal.
1. Perawatan Aktif
Perawatan aktif yang dilakukan, yaitu :
a. Indikasi
- Keadaan Ibu:
Kehamilan aterm ( > 37 minggu)
Adanya gejala-gejala impending eklampsia
Perawatan konservatif gagal ( 6 jam setelah pengobatan medisinal terjadi kenaikan
TD, 24 jam setelah pengobatan medisinal gejala tidak berubah)
Adanya Sindrom Hellp
- Keadaan Janin
Adanya tanda-tanda gawat janin
23
24
25
26
- Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal > 38,5 oC dapat dibantu dengan
pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM.
- Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari.
- Analgetik bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat
diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin
lahir.
- Anti Agregasi Platelet: Aspilet 1x80 mg/hari.
Syarat: Trombositopenia (<60.000/cmm)
c. Pengobatan obstetrik
Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu :
i. Induksi persalinan :
- amniotomi
- tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart
monitoring.
ii. Seksio sesaria bila :
- Fetal assesment jelek
- Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau adanya
kontraindikasi tetesan oksitosin.
- 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif.
- Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu :
Kala I
i. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
ii. Fase aktif :
- Amniotomi saja
- Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan
seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan
vakum ekstraksi/forcep ekstraksi. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan
sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada
kehamilan <37 minggu; bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam
untuk maturasi paru janin dengan memberikan kortikosteroid.
26
27
2. Perawatan Konservatif
a. Indikasi perawatan konservatif
- bila kehamilan preterm kurang dari 37 minggu
- tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia
- keadaan janin baik.
b. Pengobatan medisinal :
- Awal diberikan 8 g SM 40% IM bokong kanan- bokong kiri dilanjutkan dengan 4 g
IM setiap 6 jam
- Bila ada perbaikan atau tetap diteruskan 24 jam
- Apabila setelah 24 jam ada tanda-tanda perbaikan maka pengobatan diteruskan sbb :
beri tablet luminal 3 x 30 mg/p.o
- Anti hipertensi oral bila TD masih > 160/110 mmHg.
c. Pengobatan obstetri :
- Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif
hanya disini tidak dilakukan terminasi.
- MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklampsia ringan,
selambat-lambatnya dalam 24 jam.
- Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan konservatif gagal
dan harus diterminasi.
- Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu MgSO4
20% 2 gram intravenous.
d. Penderita dipulangkan bila :
- Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia ringan dan telah
dirawat selama 3 hari.
- Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan : penderita dapat
dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan
1-2 minggu).
3.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi, yaitu :13,18
- Komplikasi pada ibu :
1. Solusio plasenta: Biasa terjadi pada ibu dengan hipertensi akut.
2. Hipofibrinogenemia
27
28
3. Hemolisis: Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis periportal hati pada
penderita pre-eklampsia.
4. Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
5. Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi. Perdarahan pada retina
dapat ditemukan dan merupakan tanda gawat yang menunjukkan adanya apopleksia
serebri.
6. Edema paru
7. Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol umum.
Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan enzim.
8. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet).
9. Prematuritas
10. Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Bisa juga terjadi anuria atau
gagal ginjal.
11. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation): Dapat terjadi bila telah mencapai tahap
eklampsia.
a. Prognosis
Penentuan prognosis ibu dan janin sangat bergantung pada umur gestasi janin, ada
tidaknya perbaikan setelah perawatan, kapan dan bagaimana proses bersalin dilaksanakan,
dan apakah terjadi eklampsia. Kematian ibu antara 9.8%-25.5%, kematian bayi 42.2% -
48.9% 3.
28
29
Pencegahan Preeklampsia
1. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita
hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.
2. Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengobatinya segera
apabila ditemukan.
3. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah
dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat dihilangkan.
4. Berdasarkan teori iskemik plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel yang dapat
menyebabkan hipoksia dan iskemik plasenta, yang pada akhirnya menghasilkan oksidan
(radikal bebas) dalam tubuh, sehingga untuk mencegahnya bisa diberikan antioksidan, yang
dibagi menjadi 3 golongan :
- Antioksidan primer
Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan
memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Contoh
antioksidan primer, ialah enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation
dimustase.
- Antioksidan Sekunder
- Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan
oleh radikal bebas. Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah
metionin sulfoksida reduktase.13,21
29
30
Skrining Preeklamsi
30
31
BAB IV
PEMBAHASAN
b. Pemeriksaan Fisik
TTV TD: 178 / 105 mmHg, Nadi 97x / menit, RR 20x/menit, Tax : 36°C
BMI 33,7 (obesitas)
c. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap:
Leukosit 17,6 ribu/uL, MPV 5,82 fl, eusinofil 1,88%.
Urine Lengkap
Agak keruh
BJ urine 1,010 pg/ml
Blood urine +1
Bakteri +
31
32
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien dapat
didiagnosis dengan GVP4014 37/38 mgg THIU Letkep + Inpartu kala I fase aktif + U >
35th + Primitua sekunder + PEB + TBJ 2800 g. Diagnosa Pre Eklampsia Berat ditegakkan
karena ditemukan hipertensi pada pasien dengan pemeriksaan TTV yaitu 178/105 mmHg.
Faktor risiko preeclampsia-eclampsia yang terdapat pada pasien ini adalah umur
ibu >35 tahun, riwayat hipertensi pada keluarga, dan pola gaya hidup ibu yang suka
mengkonsumsi makanan tinggi garam. Pada usia tua atau > 35 tahun terjadi kelemahan
fisik dan perubahan pada jaringan dan alat kandungan serta jalan lahir tidak lentur lagi,
pada usia tersebut juga cenderung didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu salah satunya
hipertensi, hal ini dikarenakan tekanan darah tinggi yang meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Diet tinggi garam mendukung terjadinya peningkatan tekanan darah
karena kandungan natrium yang tinggi meningkatkan kerja ginjal dengan menarik air
kembali ke peredaran darah, peningkatan ini juga menyebabkan tekanan dinding arteri
yang meningkat sehingga terjadi hipertensi.
32
33
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pasien Ny. H 44 tahun didiagnosis GVP4014 37/38 mgg THIU + Letkep + Inpartu kala
I fase aktif + U >35th + Primitua sekunder + PEB + TBJ 3400 g. Diagnosis tersebut diambil
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan. Atas dasar diagnosis diatas, terapi yang diberikan berupa rehidrasi dan
oksigenasi, MgSO4, antihipertensi yaitu nifedipin dan metildopa, dan observasi ketat jika
ada kejang. Faktor risiko terjadinya preeklamsi pada pasien ini adalah usia ibu >35 tahun
dan primitua sekunder.
5.2 Saran
Perlunya penegakan diagnosis sedini dan penanganan adekuat sehingga dapat mencegah
perkembangan PE kearah PEB atau bahkan eklampsia.
Perlu dilakukan skrining risiko terjadinya preeklampsia untuk setiap wanita hamil sejak
awal kehamilannya sehingga upaya pencegahan preeklampsia optimal dan dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu.
33
34
Referensi:
1. Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan Edisi Pertama.
2. Saraswati N, 2016. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia
pada Ibu Hamil. Unnes Jurnal of Public Health 5(6):90-99.
3. WHO, 2016. Maternal and Perinatal Health.
(http://www.who.int/topics/maternal_health/en/, diakses 19 September 2019)
4. Universitas Sriwijaya. Protap Obgyn: “Preeklampsia Berat”. hal.3-10.
5. ACOG. Practice Bulletin : “Diagnosis and Management of Preeclampsia and
Eclampsia, pg: 33. 2002.
6. Zhang, Jun., dkk. Epidemiology of Pregnancy-induced hypertension. Epidemiologic
Reviews. 19(2). 1997.
7. Arga, J. Guick Obgyn: “PEB”. Departemen Obstetri dan Ginekologi Dr. Mohammad
Hoesin. FK UNSRI. Palembang.
8. Angsar, M,D. Ilmu Kebidanan: “ Hipertensi dalam Kehamilan” (edisi ke-3). Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Indonesia. 2002.
9. WHO. Maternal and Perinatal Health. 2016
(http://www.who.int/topics/maternal_health/en/, diakses 20 September 2019)
10. Lana, K., M.D. Diagnosis and Management of Preeclampsia. The American Family
Physician. 70(12). Hal 1-7. 2004.
11. Mansjoer,A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran : “ Komplikasi selama Kehamilan”
(edisi ke-3). Media Aesculapius. Jakarta. Indonesia. hal. 270-271. 2001
12. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan edisi 1
oleh kementrian kesehatan republik indonesia. Tahun 2013.
13. Buku acuan pelatihan klinik pelayan obstetri emergensi dasar oleh oleh jaringan
nasional pelatihan klinik – kesehatan reproduksi (JNPK-KR) Depkes RI. Tahun 2008.
34