Anda di halaman 1dari 14

YUDHI 2K18

METODE PENGUJIAN
CAMPURAN BETON & BETON
TERPASANG
YUDHI 2K18

BETON
BETON HARUS MEMENUHI 3K :
Kelecakan (Workability) → Uji Slump
Keawetan (Durability) → Keawetan Beton dari lingkungan sekitarnya
Kekuatan (Strength) → Uji yang merusak dan Uji yang tidak merusak

Pengujian beton keras merupakan salah satu unsur pengawasan pembetonan dengan tujuan
mengendalikan/ membuktikan apakah beton yang telah dibuat itu memenuhi persyaratan yang
dikehendaki atau tidak, sesuai dengan rencana atau tidak.
Pengujian beton keras dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Cara merusak (Destructive Test/DT):
o Kuat Tekan Silinder beton (RECOMMENDED)
o Core drill Inti Beton (NOT RECOMMENDED)
2. Cara tidak merusak (Non Destructive Test/NDT):
o Schmidt Test Hammer (NOT RECOMMENDED)
o UPV (Ultrasonic pulse velocity) (RECOMMENDED)
Kedua cara ini masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian yang pelaksanaannya sangat
tergantung dari kepentingan pengujian serta kelengkapan alat ujinya
YUDHI 2K18

PENGUJIAN SLUMP BETON (SNI 1972-2008)

Uji ini merupakan cara utama untuk 1. Isi cetakan dengan beton segar kurang lebih 1/3 isi
mengetahui konsistensi dan kemudahan cetakan , diratakan dan dipadatkan dengan tongkat
pengerjaan beton (workability) sebanyak 25 kali
2. Dilanjutan dengan mengisi kembali cetakan dengan
beton segar sekitar 1/3 isi cetakan, diratakan dan
dipadatkan sebanyak 25 kali.
3. Dilanjutakan dengan mengisi cetakan sampai
penuh, dipadatkan 25 kali tusukan dengan tongkat
besi
4. Permukaan beton dalam kerucut diratakan dengan
tongkat, beton yang jatuh di sekitar cetakan
disingkirkan
5. Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke
atas
6. Cetakan dibalik dan diletakkan disamping benda
uji, Ukur perbedaan tinggi rata-rata permukaan
beton terhadap sisi bawah tongkat untuk
menentukan ukuran “slump”
YUDHI 2K18

ANALISA HASIL UJI SLUMP

1. True Slump - True slump adalah satu-satunya slump yang dapat diukur dalam tes. Pengukuran
diambil antara bagian atas kerucut dan bagian atas beton setelah kerucut telah dihapus seperti
yang ditunjukkan pada gambar.
2. Zero Slump - Zero slump adalah indikasi rasio air-semen yang sangat rendah, yang menghasilkan
campuran kering. Jenis beton ini umumnya digunakan untuk pembangunan jalan.
3. Collapsed Slump - Ini merupakan indikasi bahwa rasio air-semen terlalu tinggi, yaitu campuran
beton terlalu basah atau campuran yang dapat dikerjakan dengan kerja tinggi, yang mana
pengujian kemerosotan tidak tepat.
4. Shear Slump – Shear slump menunjukkan bahwa hasilnya tidak lengkap, dan beton akan diuji
ulang.
YUDHI 2K18

UJI KUAT TEKAN BETON (SNI 1974-2011)

Hasil pengujian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengendalian mutu dari komposisi campuran
beton, proses pencampuran dan kegiatan pengecoran beton, penentuan hasil pekerjaan yang memenuhi
spesifikasi dan evaluasi keefektifan bahan tambah serta pengendalian kesetaraan penggunaannya

Contoh bentuk form hasil kuat tekan sesuai SNI 1974-2011


YUDHI 2K18

COREDRILL PENGAMBILAN SAMPLE BETON INTI (SNI 2492-2002)

 Metode core drill adalah suatu metoda


pengambilan sampel beton pada suatu struktur
bangunan. Sampel yang diambil (bentuk silinder)
selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan pengujian seperti Kuat tekan.
 Pengambilan sample beton dengan coredrill
(pengeboran inti) dan uji kuat tekan beton di
laboratorium untuk Pengambilan contoh
dilakukan dengan alat bor yang mata bornya
berupa “pipa” dari intan, sehingga diperoleh
contoh beton berupa silinder.
 Silinder beton yang diperoleh tergantung ukuran
diameter mata-bornya, umumnya antara 2”
sampai 8”. Dan disarankan diameter silinder
tidak kurang dari 3 kali ukuran maksimum
agregat betonnya.
 Benda uji beton inti sesudah kaping yaitu harus
memenuhi ketentuan 2,00 ≥ L/D ≥ 1,00 dimana
tebal lapisan untuk kaping tidak boleh melebihi
10 mm
YUDHI 2K18

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sample


beton adalah sebagai berikut:
1. Umur beton minimal 14 hari
2. Dari satu pengambilan contoh diambil 3 titik pengeboran. Pengeboran harus ditempat yang tidak membahayakan
struktur, misalnya jangan dekat sambungan tulangan, momen maksimum, dan tulangan utama.
3. Benda uji yang cacat karena terlalu banyak terdapat rongga, adanya serpihan/agregat kasar yang lepas, tulangan
besi yang lepas dan ketidakteraturan dimensi, tidak boleh digunakan untuk
4. Diameter benda uji untuk uji kuat tekan tidak boleh kurang dari 90 mm;
5. Rasio tinggi sample (L) dengan diameter (D) lebih besar atau sama dengan 0,95 , dimana L = panjang dan D
=diameter benda uji
6. Pengeboran harus tegak lurus dengan permukaan beton.
7. Lubang bekas pengeboran harus segera diisi dengan beton yang mutunya minimal sama.
8. Apabila ada kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti, letaknya harus tegak lurus terhadap sumbu
benda uji;
9. Jumlah kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti tidak boleh lebih dari 2 batang;
10. Apabila jumlah kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti lebih dari 2 batang, benda uji harus
dikerjakan dengan gergaji beton dan gerinda, sehingga memenuhi ketentuan dan bila tidak terpenuhi, benda uji
tersebut tidak boleh digunakan untuk uji kuat tekan
YUDHI 2K18

Hammer Test (SNI 03-4430-1997)

 Concrete Hammer Test atau Schmidt Gambar berikut mengilustrasikan prinsip kerja
Hammer Test merupakan suatu metode Concrete Hammer atau Schmidt Hammer
uji yang mudah dan praktis untuk
memperkirakan mutu beton
 Prinsip kerja Concrete Hammer adalah
dengan memberikan beban impact
(tumbukan) pada permukaan beton
dengan menggunakan suatu massa yang
diaktifkan dengan menggunakan energy
yang besarnya tertentu.
 Karena timbul tumbukan antara massa
tersebut dengan permukaan beton,
massa tersebut akan dipantulkan
kembali. Jarak pantulan massa yang
terukur memberikan indikasi kekerasan
permukaan beton. Kekerasan beton
dapat memberikan indikasi kuat
tekannya.
YUDHI 2K18

Hammer Test (SNI 03-4430-1997)

Bidang uji pada elemen struktur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. permukaan beton yang akan diuji harus merupakan permukaan yang padat, halus, dan
tidak dilapisi oleh plesteran atau bahan pelapis lainnya;
2. bidang uji yang dipilih harus kering dan halus, bebas dari tonjolan-tonjolan atau lubang-
lubang;
3. lokasi-lokasi bidang uji harus ditentukan sesuai dengan dimensi elemen struktur dan
jumlah nilai uji yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan kekuatan beton.

Persiapan pengujian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :


1. permukaan bidang uji diberi tanda batas lokasi untuk titik-titik uji dengan minimum
berukuran seluas 100 x 100 mm2 ;
2. permukaan bidang uji yang kasar harus digerinda halus sebelum diuji ;
3. bidang uji pada struktur yang berumur lebih dari enam bulan harus digerinda rata sampai
kedalaman 5 mm sebelum diuji
YUDHI 2K18

Hammer Test (SNI 03-4430-1997)

FAKTOR KOREKSI ALAT (R)

Nilai pantul harus diantara 78 sampai 80.


Jika nilai pantul yang didapat lebih kecil dari 78, maka kemungkinan hanya kotoranlah yang harus dibersihkan.
Jika nilai pantul yang didapat lebih besar dari 80, maka angka pantul harus dikoreksi dengan rumus :

Dimana :
n = Jumlah pengukuran pada beton.
Ra = Angka pantul yang didapat pada pemeriksaan dengan landasan uji
YUDHI 2K18

Hammer Test (SNI 03-4430-1997)

FAKTOR KOREKSI ARAH SUDUT

Koreksi terhadap penunjukkan palu penguji untuk arah tumbukan yang tidak horizontal, secara ilustrasi
digambarkan sebagai berikut :
YUDHI 2K18

Hammer Test (SNI 03-4430-1997)

Perhitungan kuat tekan karakteristik

 b
N

 ( −  b )2
 bm =
bm
S= 1
N N −1

σb= kuat tekan rata-rata pukulan setelah dikali dengan kalibrasi alat dan koreksi sudut pukulan
S= Standar deviasi
YUDHI 2K18

Ultrasonic Pulse Velocity Test

UPVT bekerja berdasarkan pengukuran waktu tempuh


gelombang ultrasonik yang menjalar dalam struktur beton
Gelombang ultrasonik disalurkan dari transmitter transducer
yang ditempatkan dipermukaan beton melalui material
beton menuju receiver transducer dan waktu tempuh
gelombang tersebut diukur oleh Read-Out unit PUNDIT
Portable Unit Non Destructive Indicator Tester dalam m
detik
Kedua transducer tersebut dapat ditempatkan secara direct,
semi direct atau indirect. Karena jarak antara kedua
transducer ini telah diketahui, maka kecepatan gelombang
ultrasonik dalam material beton dapat dihitung, yaitu tebal
beton dibagi dengan waktu tempuh
Karena kecepatan rambat gelombang adalah merupakan
fungsi dari kepadatan material, maka dengan diketahuinya
cepat rambat gelombang ultrasonik di dalam beton,
kecepatan tersebut dapat dikorelasikan ke nilai kepadatan
beton, yang selanjutnya dikorelasikan lagi ke mutu beton,
berdasarkan grafik empiris hubungan kecepatan rambat
gelombang dengan mutu beton.
YUDHI 2K18

Ultrasonic Pulse Velocity Test

Ultrasonic Pulse Velocity Test Pengujian identifikasi kuat tekan beton


dilaksanakan berdasarkan (BS 1881- dengan Ultrasonic Pulse Velocity Test
203; ASTM C597). Pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan
dilakukan dengan beberapa metode gelombang ultrasonik di dalam beton yang
berikut: dihitung dengan rumus:
V = L/T
 Direct Method yaitu transmitter dimana L adalah jarak antara transmitter
dan receiver berada pada dua dan receiver dan T adalah waktu yang
permukaan yang paralel. ditempuh oleh gelombang di dalam beton.
Karena kedua parameter ini telah diukur
 Semi-direct Method, yaitu
maka kecepatan gelombang dapat diketahui
transmitter dan receiver berada
pada dua permukaan yang saling
tegak lurus.
 Indirect Method dimana kedua
transducer berada pada permukaan
yang sama.

Anda mungkin juga menyukai