Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM PRAKTEK PEMBELAJARAN


(Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar Mengajar)

Dosen Pengampu
Dr. Supriyanto, MA

Disusun Oleh :
Masrurin Baroroh [16040202054]

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT Alhamdulillah,


makalah ini yang berjudul “Teori Belajar Kognitif dalam Praktek
Pembelajaran” sebagai tugas dari mata kuliah “Teori Belajar Mengajar”
Terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Dr. Supriyanto,
M. A. yang telah membimbing dan memberikan mata kuliah Teori
Belajar Mengajar kepada kami semua, semoga semua amalan dan ibadah
diterima oleh Allah Ta’ala. Dan juga terimakasih kepada kepada semua
pihak yang telah banyak menyuport dan membantu demi selesainya
makalah ini.
Demikianlah tugas makalah ini disusun semoga memberi manfaat
dan ilmu kepada kami dan kepada pembaca.

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
DESKRIPSI MATERI ................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan................................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif ...................................................... 7
B. Pendapat Para Pakar tentang Teori Belajar Kognitif ......................... 9
C. Perumusan Tujuan Belajar pada Ranah Kognitif ............................... 13
D. Teori belajar kognitif dalam Pembelajaran ........................................ 15
E. Pembelajaran PAI menggunakan Teori Belajar Kognitif .................. 16

BAB III PENUTUP


A. Simpulan............................................................................................. 18
B. Saran ................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 29

3
DESKRIPSI MATERI

Pada dasarnya belajar dengan pemahaman kognitif adalah suatu proses


usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia
sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk
memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,
tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia yang menciptakan kapasitas (Creates
the Capasity).
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada
perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya
untuk memahami dunia.Teori belajar kognitif yang digunakan untuk
menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon
dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas.
Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar, Pembelajar
aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman. Pemahaman bahwa pelajar
mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui. Belajar
membangun pemahaman dari pada catatan. Belajar adalah perubahan dalam
struktur mental seseorang.

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki
kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar
juga dapat dipandang sebagai proses dalam upaya pencarian makna yang
dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan kompetensi personal. Belajar menurut teori
belajar kognitif merupakan proses mental aktif untuk memperoleh, mengingat
dan menggunakan pengetahuan.
Kegiatan aktivitas pembelajaran dibuat dengan tujuan untuk
memfasilitasi siswa dalam mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran.
Kompetensi mencerminkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat
diperlihatkan oleh seseorang setelah menempuh proses pembelajaran. Oleh
karena itu, kegiatan pembelajaran harus didasari pada teori-terori dan
prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa mencapai tujuan pembelajaran
tersebut.
Teori belajar perlu dipahami oleh guru atau seorang pendidik dalam merancang
proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Pemahaman yang baik
tentang teori-teori belajar dapat digunakan sebagai dasar untuk menciptakan
kegiatan pembelajaran seperti yang diharapakan, salah satunya teori belajar
kognitif.
Teori pembelajaran penyedia panduan bagi pengajar untuk membawa
siswa didik dalam dalam mengembangkan kogniftif, emosional, sosial, fisik,
dan spiritual. Panduan-panduan tersebut adalah kejelasan informasi yang
mendeskripsikan tujuan, pengetahuan yang diperlukan, dan untuk kerjaan
penting. Hal ini adalah untuk mengantisipasi perubahan yang perlu
diantisipasi, yaitu perubahan yang sifatnya sedikit demi sedikit (piecemeal)
dan yang bersifat sistemik (systemic). Jadi teori pembelajaran itu penting
sebagai suatu dasar pengetahuan yang memandu praktek pendidikan
“bagaimana memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan yang senantasia
berubah, terlebih dalam cakupanyang sistematik.

5
Praktek pembelajaran adalah suatu subsistem yang merupakan bagian
dari sebuah sistem. Jika dalam sebuah perjalana, sistemnya berubah, maka
subsistemnya pasti berubah, oleh karena masing-masing kebutuhan subsistem
harus memiliki titik temu dengan sistenya supaya sistem tersebut dapat
mendukung subsistemnya secara berkelanjutan. Jadi perubahan sistemik yang
terjadi pada sistem pembelajaran mesti diikuti oleh perubahan sistemik pada
subsistem teori pembelajaran harus diikuti oleh perubahan paradigma
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar kognitif?
2. Bagaimana Perumusan Tujuan Pembelajaran dalam ranah kognitif?
3. Bagaimana teori belajar kognitif terhadap pembelajaran PAI?

C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan teori belajar kognitif;
2. Mengetahui Perumusan Tujuan Pembelajaran dalam ranah kognitif;
3. Mengetahui teori belajar kognitif terhadap pembelajaran PAI.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif


Menurut Wundt kognitif adalah suatu proses aktif dan kreatif yang
bertujuan membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Wundt
percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif
yang kemudian disimpan di dalam memori.
Teori belajar kognitif menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang
sering disebut sebagai model perceptual. Belajar merupakan perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku
yang tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan
aspek kejiwaan lainnya. belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses
berpikiryang sangat kompleks.1
Menurut pendekatan kognitif, dalam kaitan teori pemrosesan informasi,
unsur terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki
setiap individu sesuai dengan situasi belajarnya. Apa yang telah diketahui
siswa akan menentukan apa yang akan diperhatikannya, dipersepsi olehnya,
dipelajari, diingat atau bahkan dilupakan. Perspktif kognitif membagi jenis
pengetahuan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.2
1. Pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam
bentuk kata atau disebut pula pengetahuan yang konseptual. Pengetahuan
yang deklaratif rentangnya luas, dapat tentang fakta, konsep, generalisasi,
pengalaman pribadi atau tentang hukum dan aturan.
2. Pegetahuan procedural, yaitu pengetahuan tentang tahap-tahap atau
proses-proses yang harus dilakukan, atau pengetahuan tentang bagaimana
1
Budiningsih, DR. Belajar dan Pembalajara. Jakarta. Hal. 34
2
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 75

7
melakukan (how to do). Pengetahuan ini dicirikan oleh adanya praktik
atau implementasi dari suatu konsep.
3. Pengetahuan kondisional, yaitu pengetahuan tentang kapan dan mengapa
(when and why) suatu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
procedural digunakan. Pengetahuan ini terkait dengan bagaimana
mengimplementasikan baik pengetahuan deklaratif, maupun procedural.
Pengetahuan ini amat penting karena menentukan kapan penggunaan
konsep dan prosedur yang tepat dalam pemecahan masalah.

Dalam konteks kognivisme yang dianggap pengembanagan teori


pemrosesan informasi yang justru Robert M. Gagne, yang kemudian
dikembangkan oleh Geoerge Miller.3 Menurut Gangne, dalam pembelajaran
terjadi proses peerimaan informasi yang selanjutnya diolah sehingga
menghasilkan keluaran berupa hasil belajar.
Dalam pengolahan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi
internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah kondisi
dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran yang
optimal serta proses kognitif yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan
kondisi eksternal adalah rangsanag dari luar yang mempengaruhi individu
dalam proses pembelajaran.4
Model pengolahan informasi merupakan model dalam teori belajar yang
menjelaskan kerja motorik manusia yang meliputi Tiga macam system
penyimpanan ingatan, yaitu :
1. Memori sensori, suatu sistem mengingat stimuli secara cepat.
2. Memori kerja, yaitu memori jangka pendek.
3. Memori jangka panjang. Berfungsi menyimpan informasi yang sangat
besar dalam waktu yang lama.

3
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 77
4
Ibid, Hal. 77

8
B. Pendapat Para Pakar tentang Teori Belajar Kognitif
1. Teori Kogitif Gestalt
Pokok pandangan gestalt bahwa objek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi.5 Pandangan
gestalt lebih menekankan kepada perilaku molar.
Implementasi teori Gestalt dalam pembelajaran, antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight), kemampuan tilikan adalah kemapuan
mengenali keterkaitan unsur-unsur dalam suatu peristiwa.
b. Pembelajaran bermakana (meaningful learning), kebermakaa unsure-
unsur yang terkait dalam proses pembelajaran akan semakin efektif
sesuatu yang dipelajari, hal ini akan sangat penting dalam
pemecahan masalah.
c. Perilaku bertujuan (purposive behavior), maknanya perilaku terarah
pada tujuan. Proses pembelajaran akan sangat efektif jika peserta
didik mengenal tujuan yang ingin dicapai dari suatu proses
pembelajaran tersebut.
d. Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan di mana ia berada. Materi
pembelajaran hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan
kondisi lingkungan ditempat siswa tinggal dan hidup. Konsep ini
dikembangkan oleh Lewin.
e. Transfer dalam belajar, transfer belajar akan terjadi apabila peserta
didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu maslah dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
pemecahan masalah.

2. Teori belajar medan kognitif dari kurt lewin


Kurt lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif (cognitive
feld menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial,
karena pada hakikatnya masing-masing individu berada didalam suatu
medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang disebut life space. Life

5
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 80

9
space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi,
misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek
material yang dihadapi.6
Jadi, tingkah laku merupakan hasil inteaksi antar kekuatan, baik
yang berasal dari dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan
kejiwaan, maupun yang berasal dari luar diri individu, seperti tantangan
dan permasalahan yang dihadapi.7 Dalam pencapaian tujuan seorang
individu selalu ada hambatan atau tantangan yang harus dihadapi.
Sehingga motivasi internal akan muncul karena untuk mencapai suatu
tujuan dengan menghadapi hambatan diperlukan motivasi dalam diri,
dengan demikian peran motivasi jauh lebih penting daripada hadiah.

3. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif disebut pula teori perkembangan


intelektual atau teori perkembangan mental. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif adalah suatu proses genetik yaitu suatu proses
yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf.8
Piaget cenderung menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan
sebagai hasil belajar berasal dari dalam individu. Proses berpikir anak
merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi
intelektual, dari konkret menuju abstrak.9
Menurut Piaget Secara garis besar skema yang digunakan anak untuk
memahami dunianya dibagi dalam empat periode utama atau tahapan-
tahapan sebagai berikut :
a. Tahap sensori motor ( sejak lahir sampai sekitar 2 tahun)
b. Tahap pra-operasional ( sekitar usia 2 – 7 tahun)
c. Tahap operasional konkret ( sekitar 7- 11 tahun)
d. Tahap operasional formal ( usia 11 tahun dan seterusnya)

6
Djaali, 2011, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Hal. 75
7
Djaali, 2011, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Hal. 76
8
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 82-83
9
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 83

10
Perkembangan skema adalah universal dalam urutannya, artinya
semua pembelajar di seluruh dunia memang harus melewati tahap sensori
motor sampai kepada tahap operasional formal.10 Menurut Piaget
(Semiawan, 2002 : 51-52) semua perkembangan skema bersifat universal
bagi seluruh umat manusia, sehingga implikasinya bagi pendidikan
adalah kita tidak dapat mengajarkan sesuatu pada seseorang bila belum
ada kesiapan yang merujuk kepada kematangannya.11
Piaget mengembangkan konsep adaptasi dengan dua varian yaitu
asimilasi dan akomodasi. Adaptasi yaitu struktur fungsional, sebuah
istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukkan pentingnya pola
hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses pengembangan
kognitif.12 Akomodasi yaitu menciptakan langkah baru atau
memperbaharui atau menggabungkan isitlah/konsep lama menghadapi
tantangan baru.13 Jadi, asimilasi terjadi perubahan pada objeknya,
sedangkan pada akomodasi perubahan pada subjeknya, sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan objek yang ada diluar dirinya.14
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut :
a. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik bila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik.
c. Bahan yang harus dipejarai anak hendaknya dirasakan sebagai bahan
baru tetapi tidak asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
e. Didalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.
Konsep Piaget langkah-langkah pembelajaran meliputi aktivitas
sebagai berikut :

10
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 85
11
Ibid, Hal. 85
12
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 86
13
Ibid, Hal. 86
14
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 86-87

11
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Memilih materi pembelajaran
c. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
d. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan topik-topik
e. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang
kreativitas dan cara berpikir siswa
f. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

4. Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner


Dasar teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan secara aktif saat belajar di kelas. Konsepnya dalah
belajar dengan menemukan, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran
yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat
kemajuan berpikir anak.15
Menurut Bruner seiring dengan terjadinya pertumbuhan kognitif para
pembelajar harus melalui tiga tahapan perkembangan intelektual itu
menurut Bruner meliputi :
a. Enaktif, seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi
terhadap suatu objek.
b. Ikonik, pembelajarn terjadi melalui penggunaan model dan gambar-
gambar dan visualisasi verbal.
c. Simbolik, siswa mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam
istilah yang abstrak.
Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah guru harus
memandu para siswa sehingga mereka dapat membangun basis
pengetahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memorisasi
hafalan.16
Teori pembelajaran dari Jerome Bruner adalah teori pembelajaran
konsep atau pembelajaran kategori atau dikenal sebagai pemerolehan
konsep.17

15
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 89
16
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 89
17
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 90

12
Jadi, pembelajaran konsep adalah strategi yang mempersyaratkan
seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan seorang
pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan kelompok-
kelompok atau kategori-kategori yang mengandung cirri-ciri konsep yang
relevan dengan kelompok atau kategori yang tidak mengandung cirri-ciri
konsep yang relevan.18
Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa
c. Memilih materi pelajaran
d. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar
f. Mengatur topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, dari tahap enaktif, ikonik, ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

C. Perumusan Tujuan Belajar pada Ranah Kognitif


Menurut Bloms Taxonomy Perumusan Pembelajaran sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pengenvtahuan didefinisikan sebagai suatu ingatan terhadap materi
yang telah dipelajari. Hal itu meliputi ingatan terhadap jumlah materi
yang banyak, dari fakta-fakta yang khusus hingga teori-teori yang
lengkap. Namun, yang dikehendaki di sini ialah menyampaikan
informasi yang tepat ke dalam pikiran. Level pengetahuan adalah level
hasil belajar yang paling rendah dalam tataran ranah kognitif.

2. Pemahaman
Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menangkap makna
suatu bahan ajar. Hal itu dapat diperlihatkan dengan cara :
a. Menerjemahkan behan dari suatu bentuk ke bentuk lain (seperti
huruf ke angka)

18
Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 91

13
b. Menafsirkan bahan (menjelaskan atau meringkas)
c. Mengistimasi trend masa depan (seperti memprediksi konsekuensi
dan pengaruh).
Hasil pembelajaran untuk level ini lebih tinggi dari sekedar hafalan;
dan level ini merupakan tingkat pemahaman yang paling rendah.19

3. Penerapan
Penerapan yang dimaksudkan menunjuk pada kemampuan
menggunakan bahan ajar yang telah dipelajari pada situasi yang baru dan
konkret. Hal itu meliputi hal-hal, seperti penerapan atauran, metode,
konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori. Hasil pembelajaran level ini
menurut tingkat pemahaman yang lebih tinggi dari kedua level
sebelumnya.

4. Analisis
Analisis menuntut suatu kemampuan menilah-milah suatu bahan
pada bagian-bagian komponennya sehingga stuktur bahan tersebut dapat
dipahami. Hal itu meliputi identifikasi bagian-bagian itu, dan pengenalan
terhadap prinsip-prinsip pengorganisasian yang unsur yang terkait. Level
ini lebih tinggi dari level pemahaman dan penerapan karena level ini
menuntut dua pemahaman sekaligus yaitu pemahaman terhadap isi dan
bentuk struktur materi.
5. Sintesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk menghimpun atau
menyatukan bagian-bagian atau elemen-elemen untuk membentuk pola
baru. Termasuk dalam kategori level ini adalah bentuk komunikasi yang
unik (tema atau pidato), rancangan operasional (proposal penelitian) atau
skema yang megklasifikasikan informasi. Hasil belajar level ini
menekankan pada prilaku kreatif, dengan kekhususan pembentukan pola
baru dari suatu struktur.

19
Zaini, Hisyam. Dkk, Desain Pembelajaran diPerguruan Tinggi, Hal. 69

14
6. Evaluasi
Evaluasi merujuk pada kemampuan untuk memutuskan atau
menentukan nilai suati materi (pernyataan, puisi, novel, laporan
penelitian) untuk suatu tujuan yang telah ditentukan. Putusan-putusan
tersebut tentu harus didasari kriteria yang pasti. Kriteria tersebut bisa
bersifat internal (pengorganisasian) atau eksternal (relavansinya terhadap
tujuan), dan bisa menentukan kriteria sendiri atau diberikan kriteria.
Hasil belajar level ini adalah level yang paling tinggi dari ranah kognitif
karena mengandung semua unsur dari level sebelumnya ditambah dengan
penetapan nilai secara sadar yang didasari kriteria yang pasti.20

D. Teori belajar kognitif dalam Pembelajaran


Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas
belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan
proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
kognitif ini sudah banyak digunakan.
Dalam merumuskan pembalejaran, mengembangkan strategi dan tujuan
pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam
pendekatan behavoristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Sedangkan kegiatan pembelajarnya mengkuti prinsip-prinsp sebagai berikut :
1. Siswa bukan sebagai oang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan bnda-benda konkret.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
hanya dengan mengaktifkan seswa maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki si belajar.

20
Zaini, Hisyam. Dkk, Desain Pembelajaran diPerguruan Tinggi, Hal. 70

15
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi belajar disusun
dengan menggunakan pola dan atau logika tertentu, dari sederhana
kekompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal.
Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah
menunjukan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa
yang telah diketahui siswa.
7. Adanya perbedaaan individual pada diri siswa perludiperhatikan, karena
faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan lajar siswa. Perbedaan
tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampan berfikir,
pengetahuan awal dan sebagainya.

E. Pembelajaran PAI menggunakan Teori Belajar Kognitif


1. Penerapan Materi PAI Pada tingkat Sensori Motorik
Pada tahap sensori motor, anak belajar menggunakan inderanya,
sehingga pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan mengenalkan indera
anak terhadap materi agama Islam. Misalnya, memperdengarkan anak
pada bunyi-bunyian al-Quran, meletakkan anak disamping orang yang
sedang melakukan shalat, mengikutsertakan anak ketika pergi ke masjid,
mengucapkan salam, dan membiasakan berdoa sebelum melakukan
pekerjaan.

2. Penerapan Pada tingkat Praoperasional


Pada tahap praoperasional, anak masih berpandangan egosenterisme.
Oleh karena itu pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan mengajak
anak terlibat dalam interaksi sosial. Misalnya mengajarkan anak untuk
bershadaqah, membantu teman dalam permainan, dan shalat berjamaah.
Anak pada tahap ini masih belum bisa berpikir abstrak dan memiliki
imajinasi yang tinggi. Pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan metode
dongeng dan cerita. Orang yang lebih dewasa dapat menceritakan kisah-
kisah nabi, kisah para sahabat, maupun cerita mengenaikegemilangan

16
sejarah Islam. Dengan imajinasi yang tinggi, anak akan dapat melakukan
reka ulang kejadian yang diceritakan dengan cara mereka sendiri. Cerita-
cerita itu akan terinternalisasi dalam pikiran anak hingga dewasa.
Pada tahap praoperasional, anak bersikap kritis dengan mengajukan
banyak pertanyaan. Anak pada tahap ini sering bertanya, kenapa?
Sehingga seringkali orangtua merasa kesulitan ketika anak bertanya
tentang masalah21
Ketuhanan atau hal-hal ghaib. Namun, berbohong kepada anak
karena merasa anak tidak mengerti merupakan kesalahan besar. Anak
akan mengingat kebohngan itu hingga dewasa. Begitupula dengan
mengatakan „sudah jangan tanya-tanya lagi‟ akan membuat anak tidak
berani bersikap kritis.

3. Penerapan Pada tingkat Operasional Konkrit


Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir logis namun masih
belum mampu berpikir abstrak. Pembalajaran PAI pada tahap ini dapat
menggunakan logika dalam menanamkan materi. Misalnya ketika anak
bertanya mengenai cara malaikat rokib dan atid mencatat amal seluruh
orang di dunia. Orang yang lebih dewasa dapat menjelaskan dengan
menganalogikan dengan CCTV, dengan malaikat rokib atid sebagai
pengawasnya.

4. Penerapan Pada tingkat Operasional Formal


Pada tahap ini remaja sudah mampu berpikir abstrak sehingga
pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan metode diskusi ataupun
problem solving. Misalnya pada pelajaran sejarah Islam. Pada materi
tahkim, siswa tidak saja hafal rentetan sejarah yang terjadi tetapi juga
bisa menganalisa mengapa peristiwa tahkim terjadi, apa akibat peristiwa
tahkim pada masa setelahnya serta dapat melakukan analisa mengenai
apa yang terjadi seandainya peristiwa tahkim tidak pernah terjadi.

21
Robert E. Slavin, Educational Psychology, , Hal. 57-58

17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Teori belajar kognitif menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang
sering disebut sebagai model perceptual. Belajar merupakan perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku
yang tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan
aspek kejiwaan lainnya. belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses
berpikiryang sangat kompleks.
Pokok pandangan gestalt bahwa objek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi. Kurt lewin
mengembangkan teori belajar medan kognitif (cognitive feld menitikberatkan
perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya
masing-masing individu berada didalam suatu medan kekuatan, yang bersifat
psikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan
lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya orang yang dijumpai, fungsi
kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah suatu proses genetik yaitu
suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
saraf. Piaget cenderung menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan
sebagai hasil belajar berasal dari dalam individu. Dasar teori Bruner adalah
ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif
saat belajar di kelas. Konsepnya dalah belajar dengan menemukan, siswa
mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk
akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.

18
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas
belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan
proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
kognitif ini sudah banyak digunakan.
Dalam merumuskan pembalejaran, mengembangkan strategi dan tujuan
pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam
pendekatan behavoristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.

B. Saran
Pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh
para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di
kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif siswa, guru akan mengalami
kesulitan dalam membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya
mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh
guru di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan
salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya
berbagai pengetahuan siswa melalui kegiatan belajar baik secara mandiri
maupun secara kelompok

19
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, D. C. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Djaali. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hariyanto, S. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.
Hisyam Zaini, d. (202). Desain Pembelajaran di Perhuruan Tinggi.
Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Slavin, R. E. (2008). Psikologi Pendidkan: Teori dan Praktik, Jilid 1. (S.
Mariyanto, Penerj.) Jakarta: Index.

20

Anda mungkin juga menyukai