Skill Lab Opthalmology 2
Skill Lab Opthalmology 2
BLOK 19
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
SKILL LAB V
Teknik Pemeriksaan:
1. Letakkan mistar ukur dari margin palpebra superior dan inferior tepat di tengah pupil pada posisi primer
untuk menilai Fissura Palpebra Vertikal.
2. Letakkan mistar ukur dari kantus medial dan lateral untuk menghitung fissura palpebra Horizontal.
3. Lakukan prosedur yang sama pada mata sebelahnya,dan bandingkan hasilnya, catat hasil pengukurannya.
Tujuan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai derajat pengguliran bola mata abnormal dengan melihat refleks sinar
pada kornea.
Dasar
Bila terdapat fiksasi sentral pada satu mata maka refleks sinar yang diberikan pada kornea mata lainnya dapat
menentukan derajat deviasi mata secara kasar.
Alat
Sentolop
Teknik
Sentolop disinarkan setinggi mata pasien, sebagai sinar fiksasi
Sentolop terletak 30 cm dari pasien
Refleks sinar pada mata fiksasi diletakkan di tengah pupil
Dilihat letak refleks sinar pada kornea mata yang lain
Nilai
Pada keadaan normal refleks kornea ini sedikit ke nasal dari pusat kornea. Refleks cahaya pada mata
yang berdeviasi bila: lebih dekat pertengahan pupil, berarti deviasi 5-6 derajat, sedang bila pada tepi
pupil, berarti deviasi 12-15 derajat (20 prisma dioptri).
Bila refleks sinar pada kornea terletak antara pinggir pupil dan limbus, berarti deviasi 25 derajat, dan
bila pada pinggir limbus berarti deviasi 45-60 derajat
Umumnya: pergeseran sinar dari tengah pupil 1 (satu) milimeter atau sama dengan deviasi 7 derajat (15
prisma dioptri)
Catatan
Pemeriksaan ini tidak teliti. Pada mata normal refleks sinar pada kedua kornea terletak di sentral. Letak sinar
bila diluar berarti esodeviasi, bila didalam berarti eksodeviasi. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk
pasien yang tidak kooperatif atau fiksasi kurang.
Dasar
Heteroforia merupakan deviasi laten. Bila pada heteroforia fusi kedua mata diganggu deviasi laten akan
terlihat.
Alat
Kartu Snellen
Okluder
Teknik
Bila pasien memakai kacamata maka kacamata tersebut dipasang
Fiksasi pasien:
- diperiksa dalam kedudukan mata posisi primer
- benda yang dilihat 1 garis lebih besar daripada tajam penglihatan terburuk
- dapat dipergunakan nonakomodatif target (sinar)
Mata ditutup bergantian dengan okluder dari mata kanan ke kiri dan sebaliknya
Dilihat kedudukan mata dibawah okluder atau saat okluder dipindah pada mata yang lain
Nilai
Bila mata di belakang okluder bergerak ke luar, ke dalam, ke atas, atau ke bawah menunjukkan adanya
heteroforia
Bila mata segera sesudah okluder dibuka mencoba berfiksasi sehingga terlihat pergerakan ke luar, ke
dalam, ke atas atau ke bawah, hal ini berarti ada foria
Derajat foria dapat diukur dengan meletakkan prisma sehingga tidak terjadi pergerakan mata pada saat
mata dibuka
Catatan
Pemeriksaan dilakukan untuk jarak 30 cm dan 6 meter.
Tujuan
Tes untuk memeriksa fungsi gerak otot penggerak mata.
Dasar
Otot rektus superior berfungsi untuk elevasi, intorsi dan adduksi, dan tes kemampuan elevasi dilakukan pada
kedudukan mata abduksi. Otot oblik superior berfungsi untuk depresi, intorsi dan abduksi, dan tes kemampuan
depresi dilakukan pada kedudukan mata adduksi. Otot oblik inferior untuk elevasi, ekstorsi dan abduksi, dan
tes kemampuan elevasi dilakukan pada kedudukan mata adduksi. Otot rektus medius untuk adduksi dan otot
rektus lateral untuk abduksi
Alat
Obyek (jari)
Teknik
Dilihat kemampuan pergerakan otot pada posisi yang dibuat untuk mendapatkan nilai kemampuan
pergerakan otot, dengan menyuruh pasien mengikuti gerakan jari
Nilai
Ada periode laten 0.2 detik sesudah rangsangan. Sesudah pupil berkonstraksi kuat akan disusul dilatasi
ringan terutama bila penyinaran tidak keras. Bila terjadi hal ini disebut refleks pupil langsung (+)
Pada refleks langsung + atau normal berarti visus ada dan motorik saraf ke III berfungsi baik
Nilai
Terdapat periode laten seperti pada mata yang disinari langsung. Keras kontraksi pupil sama dengan
mata yang disinari langsung. Bila terjadi refleks miosis disebut refleks pupil tidak langsung (+).
Pada keadaan dinilai fungsi saraf motorik ke III untuk membuat konstriksi atau miosis dari mata yang
tidak disinar.
Catatan
Refleks langsung terganggu bila saraf optik sakit (atrofi, papilitis, neuritis) atau ada kerusakan saraf
okulomotor mata yang disinari
Refleks tidak langsung terganggu bila pada saraf mata yang disinari ada kelainan atau terdapat
kerusakan saraf okulomotor mata yang sedang diperiksa refleks konsensual.
Kedua pupil pada keadaan normal mempunyai ukuran yang sama, bulat, dan bereaksi terhadap sinar dan saat
berakomodasi atau melihat dekat.
Dasar
Mata akan terkedip bila terkena sinar kuat, benda yang mendekati mata terlalu cepat, mendengar suara keras,
adanya rabaan pada kornea, konjungtiva, sehingga dibedakan refleks taktil, optik dan pendengaran. Refleks
tatktil kornea didapatkan melalui serabut aferen saraf trigeminus dan serabut eferen saraf fasial. Terdapat
hubungan dengan korteks yang berupa rasa sakit.
Alat
Kapas
Teknik
pasien diminta melihat ke sisi yang berlawanan dari bagian kornea yang akan dites.
Pemeriksaan menahan kelopak mata pasien yang terbuka dengan jari telunjuk dan ibu jari
Dari sisi lain (untuk mencegah terlihat) kapas digeser sejajar dengan permukaan iris menuju kornea
yang akan diperiksa
Diusahakan datang/ mendekatnya kapas tidak disadari pasien
Kapas ditempel pada permukaan kornea.
Dilihat:
terjadinya refleks mengedip
perasaan tidak enak oleh pasien, yang dinyatakan dengan perasaan sakit
timbulnya lakrimasi.
Nilai
apabila terjadi refleks kedip berarti sensibilitas kornea baik dan fungsi trigeminus normal
refleks kedip menurun pada keratitis atau ulkus herpes seimpleks dan infeksi herpes zooster
Teknik
Catatan
Adalah penting diketahui (karakteristik) hilangnya atau berkurangnya reflaks kedip yang dapat berarti adanya
tumor pada sudut serebolopontin. Hal ini adalah penting karena refleks kornea hilang sebelum gejala kelainan
gangguan saraf trigeminus terlihat.
Dasar
Makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin besar bayangan iris pada lensa yang keruh
tersebut sedang makin tebal kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada lensa yang keruh
Alat
Lampu sentolop
Loupe
Teknik
Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45 derajat dengan dataran iris
Dengan Loupe dilihat bayangan iris pada lensa yang keruh
Nilai
Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil berarti lensa belum keruh
seluruhnya (belum sampai ke depan), ini terjadi pada katarak imatur, keadaan ini disebut shadow test
(+)
Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil berarti lensa sudah keruh seluruhnya
(sampai pada kapsul anterior) terdapat pada katarak matur (shadow test (-))
Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di belakang pupil,
sehingga bayangan iris pada lensa besar dan keadaan ini disebut pseudopositif
SKILL LAB IX
Funduskopi untuk melihat fundus refleks dan pembuluh darah, papil, dan makula
(Kompetensi 4A).
Tujuan
Untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli
Dasar
Cahaya yang dimasukkan ke dalam fundus akan memberikan refleks fundus. Gambaran fundus mata akan
terlihat bila fundus diberi sinar.
Alat
1. Oftalmoskop
2. Obat melebarkan pupil: Tropicamide 0,5%-1%
Perhatian:
Sebaiknya sebelum melebarkan pupil diukur dulu tekanan bola mata. Sebaiknya oftalmoskop dilakukan
dengan pupil dilebarkan kecuali bila:
Bilik mata yang dangkal
Dengan tanda pupil setelah trauma kepala
Implan fiksasi pada iris
Pasien pulang mengendarai kendaraan sendiri
Pasien menderita glaukoma sudut sempit
Teknik
Diperiksa di kamar gelap :
Memeriksa mata kanan pasien dengan mata kanan pemeriksa, mata kiri diperiksa dengan mata kiri,
kecuali bila memeriksa pasien dalam keadaan tidur dapat dilakukan dari atas
Mula-mula diputar roda lensa oftalmoskop sehingga menunjukkan angka + 12.00 Dioptri
Oftalmoskop diletakkan 10 cm dari mata pasien. Pada saat ini fokus terletak pada kornea atau pada
lensa mata
Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa mata akan terlihat bayangan yang hitam pada dasar yang
jingga
Selanjutnya oftalmoskop lebih didekatkan pada mata pasien dan roda lensa oftalmoskop diputar
sehingga roda lensa menunjukkan angka mendekati nol
Sinar difokuskan pada papil saraf optik
Diperhatikan warna, tepi, dan pembuluh darah yang keluar dari papil saraf optik
Mata pasien diminta melihat sumber cahaya oftalmoskop yang dipegang pemeriksa, dan pemeriksa
dapat melihat keadaan makula lutea pasien
Dilakukan pemeriksaan pada seluruh bagian retina
NILAI
Dapat dilihat keadaan normal dan patologik pada fundus mata kelainan yang dapat dilihat.
SKILL LAB X
Alat
Jari telunjuk kedua tangan
Teknik
Mata ditutup
Pandangan kedua mata menghadap kebawah
Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea bergantian (alternate)
Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan bola mata.
Nilai
Didapat kesan berapa ringannya bola mata dapat ditekan
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat dicatat, mata N+1, N+2, N+3 atau N-
1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah daripada normal.
Tekanan dapat dibandingkan dengan tahanan bagian lentur telapak tangan dengan tahanan tekanan bola
mata bagian superior. Bila tekanan lebih tinggi dapat dicurigai adanya glaukoma.
Catatan
Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai seperti pada
sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea. Cara pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksa
karena terdapat faktor subyektif.
Ingat refleks okulo kardiak. Bila bola mata ditekan akan terjadi penurunan pulsa nadi. Kadang-kadang
penekanan yang menimbulkan refleks ini dipergunakan untuk membuat nadi berkurang (bradikardia) pada
takikardia supraventikular. Menurunkan nadi juga bermanfaat untuk mengurangi sakit angina.
Tujuan
Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer
Alat
1. Obat tetes anestesi lokal (tetrakain).
2. Tonometer Schiotz.
Teknik
Pasien diminta melonggarkan pakaian termasuk dasi yang dipakai.
Pasien diminta tidur terlentang di tempat tidur.
Mata ditetes tetrakain.
Ditunggu sampai pasien tidak merasa pedas.
Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk clan ibu jari (jangan tertekan bola mata pasien).
Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan matanya atau pasien melihat ke langit-langit
ruangan pemeriksaan.
Telapak tonometer Schiots diletakkan pada permukaan kornea.
Setelah telapak tonometer menunjukkan angka yang tetap, dibaca nilai tekanan pada skala busur Schiotz
yang berantara 0 - 15.
Nilai
Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui bola mata dalam milimeter air raksa.
Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya glaukoma.
Bila tekanan lebih daripada 25 mmHg pasien menderita glaukoma.
Catatan
Tonometer harus dibersihkan atau disterilisasi setiap sebelum pemakaian paling sedikit dengan alkohol untuk
mencegah penularan infeksi.
Tonometer Schiotz tidak dapat dipercaya pada miopia dan penyakit timid dibanding dengan memakai
tonometer aplanasi, karena terdapatnya pengaruh kekakuan sklera pada pemeriksaan dengan tonometer
Schiotz.
Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea dengan beban yang dapat
bergerak beban pada sumbunya.
Umrechnungstabelle 1955
Calibration Scale Hach Friedenwald, Kronfeld, Ballintine and Trotter
Gebrauchsanweisung auf der Ruckseite