ENZIM
Disusun Oleh:
NIM: 1321720011
TANGERANG SELATAN
2018
I. TUJUAN
- Untuk mengetahui proses aktivitas enzim
- Untuk mengetahui pengarus konsentrasi pada substrat
- Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan pH pada enzim
2 Layer :
0 Atas : Coklat Tua Putih Keruh Kuning Transparan
Bawah : Coklat Muda
Kehitaman 6
Merah Bata 5
Coklat Tua 4
Coklat Muda
3
Kuning Coklat
2
Kuning Bening
1
Putih Keruh
0
Bening 0 5 10 15 20 25
Waktu
Tabung A Tabung B Tabung C Gambar
(menit)
Coklat Terang
0 Coklat Tua Coklat Kehitaman
Coklat Terang
5 Coklat Terang Coklat Tua
Awal
10 Merah Bata Coklat Coklat
Coklat
20 Coklat Tua Coklat Tua
Kemerahan Bawah
Awal
10 Coklat Kemerahan Coklat Tua
Coklat Kemerahan
20 Coklat Tua Pekat
Pekat Akhir
Coklat Kemerahan
5
Pekat
4
Coklat Kemerahan
3
Coklat Tua Pekat
Coklat2Tua
Coklat Muda
1
Coklat Pudar
0
0 5 10 15 20
Tabung A Tabung B
D. Suhu dan Aktivitas Enzim
Suhu
Warna Awal Warna Akhir Gambar
(°C)
Perubahan Warna
Percobaan
Spl + Katekol Setelah Pemanasan Gambar
0.5%+ Eks Enzim 15 Menit
Putih Keruh
2 Ml Hcl 0.4% Keruh Kekuningan
Kekuningan
2ml NA-
Hitam Kehijauan Coklat Kehijauan
Karbonat 1%
Pemanasan 15’’
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini sampel yang digunakan adalah kentang. Praktikum uji
polifenol oksidase dalam kentang ini bertujuan untuk mengetahui proses oksidase
senyawa fenol dan pirogalol oleh enzim polifenol oksidase (PPO) dan juga untuk
memperlihatkan efek aktivitas enzim dengan perendaman dalam air.
Kentang yang di potong mudah mengalami pencoklatan jika dipotong.
Proses pencoklatan (browning) merupakan proses pembentukan pigmen berwarna
kuning yang akan segera berubah menjadi coklat gelap. Pembentukan warna
coklat ini dipicu oleh reaksi oksidasi yang dikatalis oleh enzim fenol oksidase
atau polifenol oksidase. Enzim ini dapat mengkatalisis oksidasi senyawa fenol
menjadi quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen melaniadin yang
berwarna coklat. Pada persiapan ekstrak enzim digunakan Natrium Flourida (NaF)
saat pengahalusan ekstrak enzim, NaF sangat kuat menghambat enzim PPO atau
NaF bisa disebut sebagai inhibitor. NaF merupakan senyawa selain substrat yang
biasa terikat pada sisi aktif enzim (substrat normal) sehingga antara substrat dan
inhibitor terjadi persaingan untuk mendapatkan sisi aktif. Persaingan tersebut
terjadi karena inhibitor biasanya mempunyai kemiripan kimiawi dengan substrat
normal. NaF dapat menghambat kerja enzim PPO yang mengkatalisis oksidasi di-
dan tri-hidroksifenol menjadi kuinon.
Pada praktikum aktivitas enzim digunakan 3 tabung reaksi, tabung reaksi
A berisi ekstrak enzim dengan kotekol 0,01 M, tabung B berisi ekstrak enzim da
aquadest sedangkan tabung C berisi kotekol 0,01 M dan aquadest. Pada sebelum
dipanaskan atau menit ke 0, tabung A terjadi dua layer yaitu pada bagian atas
bewarna coklat tua sedangkan pada bagian bawah bewarna coklat muda. Pada
tabung B bewarna putih keruh sedangkan pada tabung C bewarna kuning
transparan. Setelah diamati pada menit ke 0, semua tabung tersebut dipanaskan
pada suhu 37°C, digunakan suhu 37°C karena enzim PPO ini aktif pada suhu ini
dan membentuk benzakuinon. Di menit ke 5 tabung A mengalami perubahan
warna merah bata atau kecoklatan, hal ini terjadi karena reaksi oksidasi kotekol
(o-dihidrobenzena) menjadi benzokuinon, tetapi di menit selanjutnya tidak terjadi
perubahan warna karena semua kotekol sudah habis bereaksi menjadi
benzokuinon di menit ke 5. Pada tabung B dan C tidak terjadi perubahan warna,
karena pada tabung B tidak terjadi reaksi enzim dengan kotekol, karena tidak
ditambahkan kotekol melainkan aquadest sedangkan pada tabung C hanya kotekol
dengan aquadest, tidak ada penambahan enzim, yang artinya tidak terjadi
benzakuinon.
Pada praktikum pengaruh konsentrasi substrat digunakan 3 tabung reaksi,
pada tabung reaksi A volume kotekol 0,01 M 2 ml dan aquadest 4 ml. pada tabung
reaksi B volume kotekol 0,01 M menjadi 4 ml sedangkan aquadestnya sebanyak 2
ml sedangkan pada tabung reaksi C kotekol 0,01 M ditambahkan sebanyak 6 ml
tetapi tidak ada penambahan aquadest. Semua tabung reaksi tersebut ditambahkan
ekstrak enzim sebanyak 2 ml dan perubahan warna yang terjadi yaitu coklat
teraang pada tabung A, coklat tua pada tabung B dan coklat kehitaman pada
tabung C, setelah itu dipanaskan pada suhu 37°C. Pada menit ke 5 tidak terjadi
perubahan warna pada tabung A, tetapi pada tabung B warnanya menjadi lebih
muda dari menit ke 0 dan pada tabung C berubah warna menjadi coklat tua. Di
menit ke 10 tabung A mengalami perubahan warna menjadi merah bata,
sedangkan tabung B dan tabung C menjadi coklat. Pada menit ke 15 terjadi lagi
perubahan warna pada masing-masing tabung yaitu pada tabung A menjadi warna
coklat yang lebih terang (merah bata), pada tabung B dan C menjadi coklat muda.
Pada menit ke 20, tabung A menjadi warna coklat sedikit kemerahan sedangkan
pada tabung B dan C menjadi warna coklat tua. Pada tabung C pembentukan
warna coklat lebih cepat terjadi karena tidak adanya proses pengenceran,
sedangkan pada tabung A proses pembentukan warna coklat lebih lama karena
ada pengenceran enzim yang lebih banak dibanding pada tabung B. Jadi
peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik,
atau berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. Dan dengan bertambahnya
waktu, pada tiap konsentrasi enzim pertambahan jumlah produk akan menunjukan
defleksi, tidak lagi berbanding lurus sejalan dengan berlalunya waktu tersebut.
Karena setelah selang beberapa waktu jumlah substrat yang tersedia sudah mulai
berkurang, sehingga dengan sendirinya produk hasil reaksi enzim akan berkurang
seperti pada tabung B dan C, yang tadinya warna coklat pekat menjadi coklat
yang lebih muda dibanding sebelumnya.
Pada praktikum pengaruh konsentrasi enzim, digunakan 2 tabung yaitu
tabung A dan B. Pada tabung A berisi 15 tetes kotekol 0,01 M dan 15 tetes ekstrak
enzim sedangkan pada tabung B berisi 15 tetes kotekol 0,01 M dan 3 tetes ekstrak
enzim dan 12 tetes aquadest. Warna yang terbentuk yaitu coklat kemerahan pada
tabung A dan coklat muda pada tabung B. Setelah dipanaskan pada suhu 37°C
selama 20 menit dan tiap 5 menit dilakukan pengamatan maka hasil yang didapat
pada tabung A dan B, yaitu di menit ke 5,10,15 tidak terjadi perubahan warna.
Tetapi pada tabung B terjadi perubahan warna di menit ke 5 yaitu menjadi coklat
tua dan warna ini tetap sampai di menit selanjutnya walaupun ada sedikit sekali
perubahan warna pada setiap pengamatan. Dan di menit ke 20 tabung A
mengalami perubahan warna menjadi coklat kemarahan yang lebih pekat dari
sebelumnya begitupun dengan tabung B yang mengalami perubahan warna
menjadi coklat tua yang pekat. Pengenceran menyebabkan terjadinya benzakuinon
lebih cepat karena enzim PPO yang bereaksi dengan kotekol lebih sedikit.
Uji selanjutnya yaitu pengaruh suhu dan aktivitas enzim, pada uji ini
digunakan 3 variabel suhu yang berbeda yaitu suhu 0ºC, 37ºC, dan 70ºC. uji ini
menggunakan 3 tabung reaksi yang masing-masing berisi 15 tetes ekstrak enzim
dan dipanaskan pada variasi suhu 0ºC, 37ºC, dan 70ºC. Jika suhu sudah tercapai
segera tambahkan 15 tetes kotekol 0,01 M, dan kembali dipanaskan di suhu awal
tabung tersebut. Perubahan warna yang terjadi yaitu pada suhu 0ºC menjadi warna
hitam kecoklatan, pada suhu 37ºC menjadi warna coklat kehijauan sedangkan
pada suhu 70ºC menjadi warna abu-abu keruh. Pada suhu 37ºC warna coklat
terbentuk yang artinya pada suhu ini enzim bekerja dan menghasilkan
benzakuinon yang bewarna coklat. Pada suhu 70ºC terjadi pembenturan antara
substrat dengan enzim yang terus berlangsung namun keadaan ini tidak
menambah laju reaksi melainkan mengurangi laju reaksi yang disebabkan karena
enzim mengalami denaturasi sehingga bangun tiga dimensinya berubah secara
bertahap. Jika suhu jauh lebih tinggi dari suhu optimum, maka makin besar
deformasi struktur tiga dimensi tersebut dan makin sukar bagi substrat untuk
menempati secara tepat dibagian aktif molekul enzim.
Uji yang terakhir yaitu pengaruh pH pada aktivitas enzim, ada 4 tabung
reaksi yang berisi masing-masing 2 ml HCl 0,4 % dengan perkiraan pH 1, 2 ml
asam laktat 0,1 % dengan perkiraan pH 5, 2 ml aquadest dengan perkiraan pH 7,
dan 2 ml Natrium Karbonat (Na2CO3) dengan perkiraan pH 9. Lalu masing
masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 15 tetes kotekol 0,01 M dan 15 tetes
ekstrak enzim. Warna yang terbentuk pada pH 1 yaitu kuning kekeruhan, pada pH
5 bewarna coklat keruh, pada pH 7 bewarna coklat sedangkan pada pH 9
berwarna hitam kehujauan. Setelah dipanaskan pada suhu 37°C selama 15 menit,
warna yang terbentuk pada pH 1 yaitu menjadi putih keruh, pada pH 5 menjadi
putih keruh dan terdapat endapan abu abu, pada pH 7 menjadi warna merah
kecoklatan, dan pada pH 9 menjadi warna coklat kehijauan. Warna coklat
terbentuk pada pH 7, yang artinya pada pH ini PPO bereaksi sempurna dengan
kotekol dan membentuk benzakuinon yang bewarna coklat. Pada pH asam yaitu
pH 1 dan 5, enzim mengalami denaturasi karena sifat asam yang menurunkan
aktivitas enzim, oleh karena itu warna yang terbentuk keruh.
VII. KESIMPULAN
Enzim dapat dianalisis secara kualitatif dengan cara uji enzim
polifenoloksidase, pada uji pengaruh konsentrasi substrat yaitu pengenceran
konsentrasi substrat enzim akan mempengaruhi kecepatan terbentuknya
benzakuinon, sedangkan pada uji konsentrasi enzim semakin encer larutan akan
mempercepat proses terbentuknya benzakuinon, untuk pengaruh suhu dan
aktivitas enzim yaitu enzim PPO akan aktif pada suhu 37°C, sedangkan pada
pengaruh pH pada aktivitas enzim, yaitu enzim akan bereaksi maksimal dengan
kotekol membentuk benzakuinon pada pH netral (pH 7).