LIPIDA
Disusun Oleh :
RAGIL HADI PRASETYO
NIM : 1321720011
Pelarut :
Eter
Kloroform
Alkohol panas
Alkohol dingin
Basa encer
Asam encer
Aquadest
Alat
Gelas piala
Erlenmeyer
Buret
Batang pengaduk
Pipet tetes
Aluminium foil
Timbangan
Pelarut yang digunakan : air, alcohol panas, alcohol dingin, eter dan
kloroform
Ditambahkan 2 ml chloroform
Ditambahkan 2 ml chloroform
c. Terhadap kloroform
Ditambahkan 2 ml chloroform
Titik akhir titrasi ditandakan dengan adanya perubahan warna larutan dari
bening menjadi merah muda seulas
V. PENGAMATAN
1. Uji kelarutan
No Pelarut Hasil Minyak Hasil Minyak
Kelapa Zaitun
1 Air Tidak Larut Tidak Larut
2 Alkohol Panas Tidak Larut Tidak larut
3 Alkohol Dingin Tidak Larut Tidak Larut
4 Eter Larut Larut
5 Kholoform Larut Larut
Gambar 5.1 Pengamatan Hasil Sampel Minyak Zaitun
VI. PEMBAHASAN
Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam
serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti suatu
hidrokarbon atau dietil eter. Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam
lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic seperti eter, aseton, kloroform, dan
benzene.
Pada uji yang pertama dilakukan uji daya larut dari minyak zaitun dan minyak
kelapa terhadap beberapa pelarut seperti air, alkohol panas, alkohol dingin, eter dan
kloroform. Prinsip dari uji kelarutan ini yaitu lemak dan minyak tidak dapat larut
dalam air tetapi sedikit larut dalam alcohol dan larut sempurna dalam pelarut organic
seperti eter, kloroform, aseton, benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam
air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena bila dibiarkan, maka kedua cairn
akan memisah menjaadi duaa lapisan. Dari percobaan yang dilakukan, minyak zaitun
dan minyak kelapa dapat larut sempurna dalam eter dan kloroform tetapi sukar larut
pada alkohol panas/dingin dan tidak larut pada air. Hal ini disebabkan karena lemak
hanya larut pada pelarut yang memiliki sifat larutan sama sepertinya, yaitu bersifat
non polar. Pada pelarut eter, dan kloroform adalah pelarut non polar sehingga minyak
saling suka dan mudah larut, tetapi pada alkohol panas/dingin yang semi polar lemak
tetap tidak dapat larut sempurna, begitupun pada air karena air bersifat polar
sedangkan minyk zaitun dan minyak kelapa bersifat nonpolar.
Pada uji selanjutnya dilakukan uji ketidakjenuhan, pada uji ini sifat
ketidakjenuhan minyak menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu lemak.
Dimana reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi oleh iodium. Iodium akan memutus
ikatan rangkap yang terdapat pada molekul zat, kemudian iodium tersebut akan
menggantikan posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga
jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada
sama sekali (jika semuanya teradisi oleh iodium). Dengan adanya reaksi ini maka
warna larutan iodium akan hilang. Pada uji ini digunakan beberapa beberapa uji
dengan berbagai sampel, salah satunya adalah dengan uji ketidakjenuhan dengan
asam oleat, asam stearate dengan penambahan kloroform dan iod Hubl. Warna yang
timbul pada Asam Oleat yaitu bewarna kuning sedangkan pada asam sterat bewarna
merah muda. Seharusnya warna yang ditimbulkan dari sampel asam oleat adalah
bewarna merah muda karena asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh
sedangkan asam stearat merupakan asam lemak jenuh yang berasal dari hewan, asam
lemak ini sangat sulit untuk diputus ikatan rangkapnya. Warna merah muda pada
asam oleat menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh mulai mereduksi pereaksi iod
Hubl, iod hubl ini akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap
pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Sampel selanjutnya yang digunakan
adalah Lemak Hewan, Margarin, Minyak Kelapa, dan Minyak Zaitun. Pada lemak
hewan menimbulkan warna merah muda yang bening (tidak keruh) sedangkan pada
margarin menimbulkan warna merah muda yang keruh. Seharusnya pada lemak
hewan menimbulkan warna merah muda yang keruh karena lemak hewan merupakan
asam lemak jenuh yang sukar diputus ikatan rangkapnya. Pada sampel minyak zaitun
menimbulkan warna merah muda, sedangkan pada minyak kelapa menimbulkan
warna kuning yang bening, hal ini bisa disebabkan karena minyak kelapa tersebut
terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemaknya. Percobaan
ini dilakukan untuk menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu lipid.
Pada uji selanjutnya adalah uji dengan Natrium Karbonat, sampel yang diuji
yaitu minyak zaitun dan minyak kelapa. pada penambahan dengan air kedua sampel
tersebut sama sama menghasilkan dua fase (2 layer), yaitu pada bagian bawah air
sedngkan padaa lapisan atas minyak. Sedangkan pada penambahan Na2CO3, minyak
zaitun larut yang bewarna putih susu tetapi setelah didiamkan terbentuk 2 lapisan.
Tetapi pada sampel minyak kelapa, minyak dapat larut dan bewarna putih susu.
Seharusnya semua minyak tidak larut dalam Na2CO3 tetapi akan membentuk emulsi
yang stabil dikarenakan asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan
soda (Na2CO3) dan membentuk sabun. Warna putih susu menunjukkan terbentuknya
sabun hasil reaksi minyak dengan Na2CO3.
Pada uji proses penyabunan pada lemak hewan dan air terbentuk dua fase
larutan yang tidak menyampur, setelah dipanaskan juga sama, setelah penambahan
KOH warna larutan pada fase yang dibawah mulai berwarna keruh. Dan setelah
dipanaskan lagi minyak dan air menyatu, hal ini dikarenakan minyak telah
terhidrolisis oleh basa menjadi gliserol dan buih dengan reaksi sebagai berikut :
Pada uji terakhir yaitu bilangan penyabunan, pada uji ini digunakan variabel
sampel yaitu minyak zaitun dan VCO (Virgin Coconut Oil), Berat jenis dari masing-
masing sampel ini adalah 0,9150 gram/mL dan 0,9237 gram/mL, sedangkan
volumenya saat dititrasi KOH 0,01 N masing-masing sebesar 0,7 mL dan 1,1 mL.
Fungsi KOH adalah mempercepat terjadinya proses penyabunan, dimana KOH
merupakan basa yang dapat menghidrolisis lemak sehingga terbentuk gliserol dan
sabun, dimana pada proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak gliserol.
Alkohol dalam alkoholis berfungsi dalam proses hidrolisis alkali karena pada
umumnya lipida tidak larut dalam air oleh karena itu kecepatan hidrolisa dapat
dipercepat dengan memakai pelarut yang sesuai. Pada praktikum ini didapat mg
KOH pada minyak zaitun sebesar 2,146 mg KOH/ 1g lemak sedangkan pada sampel
VCO didapt mg KOH sebear 3,341 mg KOH/1 gram lemak, dimana nilai mg KOH
ini berguna untuk menunjukkan banyaknya KOH yang digunakan untuk
menyabunkan lemak. Pada uji ini dilakukan proses titrasi yang menggunakan KOH
sebagai penitar dan sampel minyak yang dititar. Pada proses ini awal warna larutan
adalah tidak bewarna dan setelah penambahan indikator Phenolptalein juga tetap
tidak berwarna, tetapi setelah mencapai titik akhir setelah penitrasian dihasilkan
warna merah muda muda seulas. Proses ini digunakan indikator Phenolptalein karena
akhir dari titrasi akan menghasilkan pH cenderung basa yang cocok degan trayek pH
nya yaitu di range 8-9,3.
VII. KESIMPULAN
1. Uji kelarutan menghasilkan lemak larut eter dan kloroform. Sulit larut pada alkohol
panas/dingin dan tidak larut pada air.
2. Uji dengan Na-Karbonat menghasilkan larutan mnyak yang tidak larut dan terdapat
wana putih susu akibat terbentuknya sabun.
3. Uji ketidakjenuhan
a) Dengan asam oleat menghasilkan warna kuning sedangkan dengan asam
stearat menghasilkan warna merah muda.
b) Lemak hewan menghasilkan warna merah muda yang bening, margarin
menghasilkan warna merah muda yang keruh, minyak zaitun menghasilkan
warna merah muda seulas sedangkan pada minyak kelapa menghasilkan
warna kuning yang bening.
4. Uji proses penyabunan didapat hasil lemak yang larut dan menghasilkan busa
5. Uji bilangan penyabunan didapat 2,146 mg KOH/ 1g lemak pada sampel minyak
zaitun dan 3,341 mg KOH/ 1g lemak pada sampel VCO.
IX. LAMPIRAN
Senyawa polar : Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut
mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda.
Contoh : H2O, HCL, HF, HI dan HBr
Senyawa non polar : Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang
berikatan mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama/hampir sama.
Contoh : O2, CO2,CH4 dan Cl2
Ciri-ciri senyawa polar :
1. Dapat larut dalam air dan pelarut polar lain
2. Memiliki kutub( +) dan kutub (-) , akibat tidak meratanya distribusi
elektron
3. Memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
memiliki perbedaan keelektronegatifan
Contoh : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5
Ciri-ciri senyawa non polar :
1. Tidak larut dalam air dan pelarut polar lain
2. Tidak memiliki kutub (+) dan kutub (-) , akibat meratanya distribusi
elektron
3. Tidak memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui)
atau keelektronegatifannya sama
Contoh : Cl2, PCl5, H2, N2
Senyawa polar memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar, perbedaan
harga ini mendorong timbulnya kutub kutub listrik yang permanen ( dipol
permanent ) Jadi antar molekul polar terjadi gaya tarik dipol permanent.
Senyawa non polar memiliki perbedaan keelektronegatifan yang kecil, bahkan
untuk senyawa biner dwiatom ( seperti O2,H2) perbedaan keelektronegatifannya =
0.
Bila terdapat senyawa non polar terjadi gaya tarik dipol sesaat ( gaya
dispersi/ gaya london ) gaya ini terjadi akibat muatan + inti atom salah satu atom
menginduksi elektron atom lain sehingga terjadilah kutub kutub yang sifatnya
sesaat