Disusun Oleh :
dr. Ratih Kumala Dewi
Pendamping :
dr. Joko Mardiyanto
dr. Reni Kurniawati
1
HALAMAN PENGESAHAN
Pendamping Pendamping
2
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 36 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kertomulyo 4/1 Margoyo, Pati
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Kuli bangunan
Agama : Islam
No. RM : 216xxx
Tanggal Masuk RS : 07-11-2018
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Lumpuh di kedua tungkai
3
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Hipertensi : disangkal
b. Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
c. Riwayat Stroke : disangkal
d. Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
e. Riwayat penyakit Paru/Asma: disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Keadaan Umum : CM (Lemah), GCS E4V5M6
b. Vital Sign :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Heart Rate : 82 x/menit
Respiratory rate : 20 x/menit
Suhu : 36.7ºC
2. Status Generalis
a. Kepala : bentuk normocephal, deformitas (-)
b. Mata : oedema palpebrae (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)
c. Leher : Jejas (-) pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tyroid
(-), peningkatan JVP (-)
4
d. Thoraks :
1) Pulmo
- Inspeksi
simetris kanan-kiri, ketinggalan gerak (-), retraksi interkosta (-)
- Palpasi
ketinggalan gerak (-/-), fremitus (normal/normal)
- Perkusi
sonor di seluruh lapang paru kecuali pada batas jantung
- Auskultasi
Suara Dasar Vesikuler (+/+), wheezing (+/+), ronkhi (+/+)
2) Cor
- Inspeksi
Ictus cordis tak tampak
- Palpasi
Ictus cordis kuat angkat
- Perkusi
Dalam batas normal
- Auskultasi
Bunyi jantung I-II reguler, bising jantung (-)
e. Abdomen :
1) Inspeksi : perut supel, kelainan tak tampak
2) Palpasi : nyeri tekan (-), dalam batas normal
3) Perkusi : tympani, dalam batas normal
4) Auskultasi : peristaltik (+) dbn
f. Extremitas : Oedema kedua kaki (-), Akral hangat, kekuatan otot
Kanan (0) kiri (0)
3. Status Neurologis
a. Kesadaran :
- Kuantitatif : GCS 15 (E4V5M6)
- Kualitatif : tingkah laku dan suasana hati baik
b. Orientasi : tempat, waktu, orang, dan sekitar baik
5
c. Jalan pikiran : baik, kecerdasan baik
d. Daya ingat : jangka pendek dan jangka panjang baik
e. Kemampuan bicara : bicara dengan baik
f. Cara berjalan : tidak dapat dinilai karena pasien selalu
berada di tempat tidur
g. Gerakan abnormal : tidak ada
4. Nervi Cranialis
N I (Olfaktorius) Reflek pembau dan penciuman kanan dan
kiri dbn
N II (Optikus) Daya penglihatan (+/+), pengenalan warna
(+/+), medan penglihatan dbn
N III (Occulomotorius) Ptosis (-/-), gerak mata atas, medial,
bawah (+/+), ukuran pupil isokor (+/+),
refleks cahaya (+/+), strabismus (-/-),
diplopia (-/-)
N IV (Trochlearis) Gerak mata ke lateral bawah (+/+),
strabismus (-/-), diplopia (-/-)
N V (Trigeminus) Membuka mulut (+), menggigit (+),
refleks kornea (+/+), trismus (-)
N VI (Abducen) Gerak mata ke lateral (+/+), strabismus (-/-
), diplopia (-/-)
N VII (Fascialis) Kerutan dahi (+), kedipan mata (+), sudut
mulut asimetris (+), mengerutkan dahi dan
alis (+/+), meringis (+), menutup mata
(+/+), menggembungkan pipi (+/+), tiks
fasial (-)
N VIII (Vestibulocochlearis) Derik arloji (+/+)
N IX (Glossofaringeus) Tersedak (-)
N X (Vagus) Bersuara (+), menelan (+)
6
N XI (Accesorius) Memalingkan kepala (+), mengangkat
bahu (+), trofi otot bahu normal (eutrofi)
N XII (Hipoglossus) Menjulurkan lidah (+), deviasi (-), trofi
otot lidah (eutrofi), lidah tremor (-)
5. Anggota Gerak
Angggota Gerak Atas
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Drop hand (-), claw hand (- Drop hand (-), claw hand (-),
), pitcher hand (-), pitcher hand (-), deformitas /
deformitas / fraktur (-), fraktur (-), keterlambatan
keterlambatan gerak (-) gerak (-)
Palpasi Normal Normal
Gerak Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas Normal Normal
7
Reflek Fisiologis
- Reflek Biseps : +/+
- Reflek Triseps : +/+
- Reflek Patella : -/-
- Reflek Achilles : -/-
Reflek Patologis
- Reflek Hoffman-Tromner : -/-
- Reflek Babinski : -/-
- Reflek Chaddock : -/-
- Reflek Oppenheim : -/-
- Reflek Gordon : -/-
6. Pemeriksaan Sensorik
Rangsang raba : anestesi tungkai kanan dan kiri mulai dari bawah
umbilicus
Rangsang nyeri : analgesia / hipoalgesia
Rangsang suhu : -/-
Propioseptif : -/-
Diskrimisasi 2 titik : -/-
8
Memori : dalam batas normal
Kognitif : dalam batas normal
Bahasa : dalam batas normal
Visuospasial : dalam batas normal
9. Pemeriksaan Koordinasi
Disdiadokokinesis : dalam batas normal
Tes telunjuk hidung : dalam batas normal
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal 7-11-2018
Hematologi
Golongan darah AB
Hematologi Analyser
Hasil Satuan Rujukan
Jumlah leukosit 7.8 103/ul 3.8-10.6
Jumlah eritrosit 4.83 106/ul 4.7-6.1
Hemoglobin 14.2 g/dl 13.2-17.3
Hematokrit 40.3 % 40-52
MCV 83.4 fL 80-100
9
MCH 29.4 pg 26-34
MCHC 35.2 % 32-36
Jumlah tombosit 209 103/ul 150-400
RDW-CV 12.7 % 11.5-14.5
RDW-SD 38.0 fL 35-47
PDW 13.4 fL 9.0-13.0
MPV 10.7 fL 6.8-10.0
P-LCR 31.1 %
Hitung Jenis
Netrofil 67.70 % 50.0-70.0
Limfosit 18.30 % 25.0-40.0
Monosit 5.80 % 2.0-8.0
Eosinofil 7.90 % 2-4
Basofil 0.30 % 0-1
Kimia Klinik
GDS 95 mg/dL 70-160
Ureum 16.7 mg/dL 10-50
Creatinine 0.73 mg/dL 0,60-1.20
Natrium darah 140.5 mmol/L 135-155
Kalium darah 3.97 mmol/L 3.6-5.5
Chlorida darah 104.0 mmol/L 95-108
2. EKG
Tanggal 08-11-2018
10
3. X-Foto Vertebra Thoracolumbosacral AP-Lateral
11
12
Kesan :
Angulasi pada os cocygeus 2 fraktur
Penyempitan diskus dan foramen intervertebralis L5-S1
Tidak tampak kompresi
Tidak tampak spondilolisthesis
E. Resume
Seorang laki-laki 36 tahun datang dengan keluhan mengalami kelumpuhan
pada kedua tungkai setelah mengalami jatuh terduduk sejak 1 hari yang lalu
tanpa muntah maupun penurunan kesadaran, tidak terdapat hilang ingatan.
F. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Paraplegi inferior, analgesia/hipoalgesia
Diagnisis Topis : Medula spinalis setinggi L5-SI dan Cocygeus 2
Diagnosis Etiologi : Trauma
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
- Inf. RL 20 tpm
- Injeksi Metilprednisolon 2x1A
- Injeksi Omeprazole 1x1A
- Injeksi Deksketoprofen 2x1A dalam Nacl 100cc
2. Non Medikamentosa
- Pasang kateter urin
- Rehabilitasi meningkatkan kemandirian
- Mobilisasi miring kanan dan kiri, fleksi-ekstensi tungkai bawah
- Konsultasi ahli bedah saraf
H. Prognosis
13
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
I. Edukasi
a. Edukasi pasien agar terus melakukan mobilisasi untuk mencegah
kekakuan sendi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
14
Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet
berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Pembagian ini
penting untuk meramalkan prognosis dan penanganan selanjutnya. Teknik yang
paling sering digunakan adalah pemeriksaan sacral sparing. Data di Amerika
Serikat menunjukkan urutan frekuensi disabilitas neurologis karena cedera medula
spinalis traumatika sbb : (1) tetraplegi inkomplet (29,5%), (2) paraplegi komplet
(27,3%), (3) paraplegi inkomplet (21,3%), dan (4) tetraplegi komplet (18,5%).
15
Bagian superior dimulai dari foramen magnum pada tengkorak, tempat
bergabungnya dengan medulla oblongata otak. Medula spinalis berakhir di
inferior regio lumbar. Di bawah, medula spinalis menipis menjadi conus
medularis dari ujungnya yang merupakan lanjutan piamater yaitu filum terminale
yang berjalan kebawah dan melekat di bagia belakang os coccygeus.
Dermatom
16
Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf
spinalis. Ada 8 saraf servikal, 12 saraf torakal, 5 saraf lumbal dan 5 saraf sakral.
Masing masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang dipersarafinya ke
otak.
2.3 Klasifikasi
Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet
berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi.
17
Terdapat 5 sindrom utama cedera medula spinalis inkomplet menurut
American Spinal Cord Injury Association(2)yaitu : (1) Central Cord Syndrome,
(2) Anterior Cord Syndrome, (3) Brown Sequard Syndrome, (4) Cauda Equina
Syndrome, dan (5) Conus Medullaris syndrome. Lee(6)menambahkan lagi sebuah
sindrom inkomplet yang sangat jarang terjadi yaitu Posterior Cord Syndrome
18
2.4 Pemeriksaan penunjang
2.5 Tatalaksana
Cedera medula spinalis tidak komplet cenderung memiliki prognosis yang lebih
baik. Apabila fungsi sensoris di bawah lesi masih ada, maka kemungkinan untuk
kembali berjalan adalah lebih dari 50%
19
of Health di Amerika Serikat(11). Namun demikian penggunaannya sebagai terapi
utama cedera medula spinalis traumatika masih dikritisi banyak pihak dan belum
digunakan sebagai standar terapi. Kajian oleh Brakendalam Cochrane Library
menunjukkan bahwa metilprednisolon dosis tinggi merupakan satu-satunya terapi
farmakologik yang terbukti efektif pada uji klinik tahap 3 sehingga dianjurkan
untuk digunakan sebagai terapi cedera medula spinalis traumatika.
2.6 Prognosis
20