Anda di halaman 1dari 24

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

TUGAS MAKALAH
PENGINDERAAN JAUH
“CITRA RADAR”

OLEH :
KELOMPOK 1

HALIJA JAWARDIN F 121 15 051


KLINSMAN F 121 15 006
IRA KUSUMADANI F 121 16 008
JHON GASING RIPIAN F 121 16 029
YOHILIN DIMITRI F 121 16 093
ANDI BASRULLAH F 121 16 052
EKSEL MAREOLI F 121 16 045
FAISAL DJ F 121 16 041
MOH.AGUNG F 121 16 010
MOH.ARIF F 121 16 077

PALU
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radar merupakan salah satu teknologi yang sangat berkembang utamanya
dalam dunia penerbangan dan pelayaran. Radar dapat menggantikan fungsi mata
manusia untuk memantau objek pada jarak jauh dalam jangkauan yang telah
ditentukan dalam spesifikasinya. Radar adalah suatu system gelombang
elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak dan membuat
map benda-benda seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan bermotor dan
informasi cuaca (hujan). Panjang gelombang yang dipancarkan radar adalah
beberapa milimeter hingga satu meter. Gelombang radio/sinyal yang dipancarkan
dan dipantulkan dari suatu benda tertentu akan ditangkap oleh radar. Dengan
menganalisa sinyal yang dipantulkan tersebut, pemantul sinyal dapat ditentukan
lokasinya dan kadang-kadang dapat juga ditentukan jenisnya. Meskipun sinyal
yang diterima relatif lemah/kecil, namun radio sinyal tersebut dapat dengan
mudah dideteksi dan diperkuat oleh radar. Istilah radar dikenal pada tahun 1941
yang merupakan singkatan dari Radio Detection and Ranging. Radar digunakan
dalam banyak konteks, termasuk dalam bidang pengendalian lalu lintas udara (Air
Traffic Control) maupun laut, yaitu untuk mendeteksi pesawat atau kapal, baik
ketika berada di landasan atau dermaga maupun ketika sedang di udara atau
dilaut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pengindraan citra radar
2. Pengertian citra radar
3. Manfaat citra radar
4. Bagaimana menginterpretasi citra radar tersebut
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui sistem pengindraan citra radar
2. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan interpretasi citra radar tersebut
3. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat citra radar

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Radar
Radar adalah singkatan dari Radio Direction And (Radio) Raging. Sesuai
dengan namanya radar digunakan untuk mendeteksi posisi pesawat yang
dinyatakan dengan arah atau azimuth yang mengacu pada arah Utara dan pada
jarak (range) tertentu dari antena.
Radar bekerja dengan menggunakan gelombang radio yang dipantukan dari
permukaan objek. Radar menghasilkan sinyal energi elektromagnetik yang
difokuskan oleh antena dan ditransmisikan ke atmosfer. Benda yang berada dalam
alur sinyal elektromagnetik ini yang disebut objek, menyebarkan energi
elektromagnetik tersebut. Sebagian dari energi elektromagnetik tersebut
disebarkan kembali ke arah radar. Antena penerima yang biasanya juga antenna
pemancar menangkap sebaran balik tersebut dan memasukkannya ke alat yang
disebut receiver.
Sedangkan alat pendeteksi konvensional, radar atau kepanjangannya Radio
Detection and Ranging, menggunakan gelombang radio untuk pendeteksian. Jika
gelombang yang dipancarkan mengenai benda (dalam hal ini adalah pesawat)
akan berbalik arah, dan waktu yang diperlukan untuk kembali lewat alat penerima
dapat mengetahui informasi jarak, kecepatan, arah, dan ketinggian.
B. Karakteriastik Citra Radar
Citra radar memiliki karakteristik yang secara mendasar berbeda dengan
berbagai citra yang diperoleh secara obtis seperti citra satelit ataupun foto udara.
Karakteristik ini terkait dengan teknik yang digunakan dalam pengambilan citra
radar dan juga pada konsep radiometri. Citra radar yang tercetak menjadi bentuk
hardcopy akan nampak sangat berbeda dengan citra yang dihasilkan dari citra
satelit lain ataupun pandangan mata manusia. Bayangan pada citra radar terkait
dengan kemiringan pancaran energi gelombang mikro dari sistem radar, bukan
karena faktor geometri sudut pancaran matahari. Tingkat keabu-abuan (greyscale)
pada citra radar terkait dengan kekuatan relatif gelombang mikro yang di pencar
balikkan oleh elemen bentang lahan. Intensitas nilai pencarbalikan sinyal akan

3
beragam tergantung pada kekasaran bentang lahan dan kemiringan lahan. Sinyal
radar terutama terkait dengan kondisi geometris area yang menjadi target.
Parameter yang digunakan dalam analisis citra radar adalah rona, tekstur, bentuk,
struktur, dan ukuran.
a) Rona.
Rona pada citra radar adalah intensitas rata-rata dari sinyal yang
terpencarbalikkan. Sinyal yang tinggi akan dimunculkan dengan rona yang
cerah, sedangkan sinyal rendah akan dimunculkan dengan rona gelap.
b) Tekstur
Tekstur pada citra radar terkait dengan distribusi spasial dari resolusi sel.
Terdapat tiga golongan tekstur pada citra radar ini yaitu tekstur mikro, tekstur
meso dan tekstur makro.
c) Bentuk
Bentuk dapat didefinisikan sebagai bentuk spasial yang terkait dengan kontur
yang relatif konstan atau batas-batas obyek secara sederhana. Beberapa obyek
seperti jalan, jembatan, landasan pesawat terbang, dan lain-lain dapat dikenali
dari bentuknya.
d) Struktur
Struktur adalah susunan obyek secara spasial yang meliputi seluruh wilayah
dengan konfigurasi yang berulang.
e) Ukuran
Ukuran obyek ini digunakan sebagai elemen pengenal secara kualitatif pada
citra radar. Ukuran dari obyek yang dikenali pada citra memberikan
pemahaman relatif tentang skala dan berbagai dimensi dari obyek-obyek yang
lain.

4
C. Jenis – Jenis Radar
1. Doppler Radar

Doppler radar merupakan jenis radar yang mengukur kecepatan radial dari
sebuah objek yang masuk ke dalam daerah tangkapan radar dengan menggunakan
Efek Doppler. Hal ini dilakukan dengan memancarkan sinyal microwave
(gelombang mikro) ke objek lalu menangkap refleksinya, dan kemudian dianalisis
perubahannya. Doppler radar merupakan jenis radar yang sangat akurat dalam
mengukur kecepatan radial. Contoh Doppler radar adalah Weather Radar yang
digunakan untuk mendeteksi cuaca.
2. Bistatic Radar

Bistatic radar merupakan suatu jenis sistem radar yang komponennya terdiri
dari pemancar sinyal (transmitter) dan penerima sinyal (receiver), di mana kedua
komponen tersebut terpisah. Kedua komponen itu dipisahkan oleh suatu jarak
yang dapat dibandingkan dengan jarak target/objek. Objek dapat dideteksi
berdasarkan sinyal yang dipantulkan oleh objek tersebut ke pusat antena. Contoh
Bistatic radar adalah Passive radar. Passive radar adalah sistem radar yang

5
mendeteksi dan melacak objek dengan proses refleksi dari sumber non-kooperatif
pencahayaan di lingkungan, seperti penyiaran komersial dan sistem komunikasi
D. Sistem Radar
1. Komponen sistem radar
Sistem radar terdiri dari 3 komponen yaitu sebagai berikut.
1) Antena

Antena yang terletak pada radar merupakan suatu antena reflektor


berbentuk piring parabola yang menyebarkan energi elektromagnetik dari titik
fokusnya dan dipantulkan melalui permukaan yang berbentuk parabola. Antena
radar memiliki du akutub (dwikutub). Input sinyal yang masuk dijabarkan dalam
bentuk phased-array (bertingkat atau bertahap). Ini merupakan sebaran unsur-
unsur objek yang tertangkap antena dan kemudian diteruskan ke pusat sistem
RADAR.
2) Pemancar sinyal (transmitter)

6
Pada sistem radar, pemancar sinyal (transmitter) berfungsi untuk
memancarkan gelombang elektromagnetik melalui reflektor antena. Hal ini
dilakukan agar sinyal objek yang berada didaerah tangkapan radar dapat dikenali.
Pada umumnya, transmitter memiliki bandwidth dengan kapasitas yang besar.
Transmitter juga memiliki tenaga yang cukup kuat, efisien, bisa dipercaya,
ukurannya tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat, serta mudah dalam hal
perawatannya.
3) Penerima sinyal (receiver)
Pada sistem radar, penerima sinyal (receiver) berfungsi sebagai penerima
kembali pantulan gelombang elektromagnetik dari sinyal objek yang tertangkap
oleh radar melalui reflektor antena. Pada umumnya, receiver memiliki
kemampuan untuk menyaring sinyal yang diterimanya agar sesuai dengan
pendeteksian yang diinginkan, dapat memperkuat sinyal objek yang lemah dan
meneruskan sinyal objek tersebut ke pemroses data dan sinyal (signal and data
processor), dan kemudian menampilkan gambarnya di layarmonitor (display).
Komponen lain dari system radar ialah sebagai berikut.
a) Modulator, adalah alat pengendali transmitter dengan menentukan waktu
dan jumlah sinyal yang harus ditransmisikan.
b) Duplexer sebagai penghubung antara transmitter dan receiver.
c) Layar tampilan, menampilkan informasi actual tentang pulsa yang telah
kembali.
d) Signal procesor sebagai pengolah sinyal kembali.

7
Adapun hubungan antara komponen radar diatas dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

2. Penginderaan jauh sistem radar


Didalam Patandean, A. J. 2005, Terdapat beberapa penginderaan jauh
sistem radar yaitu sebagai berikut.
1) Asas penginderaan
Karena penginderaan jauh system radar merupakan penginderaan jauh
system aktif, tenaga elektromagnetik yang digunakan didalam penginderaan
dibangkitkan pada sensor. Tenaga ini berupa pulsa bertenaga tinggi yang
dipancarkan dalam waktu sangat pendek yaitu sekitar 10-6 detik. Pancaran
ditunjukkan kearah tertentu, bila pulsa radar mengenai objek, pulsa itu dapat
dipantulkan kembali ke sensor radar. Sensor tersebut akan mengukur dan
mencatat waktu dari saat pemancaran hingga kembali kesensor dan juga
mengukur dan mencatat intensitas tenaga balik pulsa itu. Berdasarkan waktu
perjalanan pulsa radar dapat diperhitungkan jarak objek sedangkan berdasarkan
intensitas tenaga baliknya dapat ditaksir jenis objeknya. Intensitas atau kekuatan
pulsa radar yang diterima kembali oleh sensor menentukan karakteristik spectral
objek pada citra radar.
Sensor radar dapat dipasang pada permukaan tanah, dipesawat terbang,
maupun disatelit. Keluarannya ada 2 jenis yaitu data non citra dan citra non radar.

8
Data non citra terdiri dari system radar Doppler untuk mengukur kecepatan
kendaraan.
2) Panjang gelomabang dan daya tembus pulsa radar
Daya tembus pulsa radar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu daya tembus
terhadap atmosfer dan terhadap permukaan tanah. Hambatan atmosfer terbesar
dialami oleh pulsa radar yang bergelomaang pendek. Pulsa radar saluran x dapat
menembus kabut, debu, awan dan semua hambatan atmosfer kecuali hujan lebat.
Pulsa radar dapat menembus beberapa jenis awan, akan tetapi hujan dan awan
tebal memantulkannya. Pulsa radar saluran L sering disebut memiliki
kemampuan disegala cuaca Karen ia dapat menembus segala hambatan atmosfer
termasuk hujan lebat.
Daya tembus pulsa radar terhadap permukaan tanah sangat bergantung atas
panjang gelombangnya dan kompleks dielectric konstantanya. Daya tembus
semakin besar jika panjang gelombang semakin besar pula. Daya tembusnya kecil
bagi objek yang kkompleks dieletriknya tinggi. Bagi objek lembab, daya tembus
sangat kecil hingga dapat diabaikan.
Avery dan berlin yang mendasarkan atas pendapat bloem (1984),
menyatakan bahwa secara teoritik gelombang radar dapat menembus permukaan
tanah apabila:
a) butir – butir material penutupnya kurang dari sepersepuluh panjang
gelombangnya.
b) kelembapannya kurang dari 1 % tebal lapisan penutup tidak lebih dari
beberapa meter.
3) Sensor
a) Real Aperture Radar (RAR)
Cara kerja sensor RAR ialah:
- Pemancar membangkitkan pulsa radar
- Pulsa diarahkan objek target oleh antena
- Pancaran pulsa membentuk berkas seperti kipas dengan arah tegak
lurus terhadap jalur terbang
- Penerima menerima pulsa radar balik menjadi sinyal video (elektrik)

9
b) Synthetic Aperture Radar (SAR)
Synthetic Aperture Radar adalah teknologi radar imaging yang memanfaatkan
teknik pemrosesan sinyal untuk membuat agar antenna berukuran kecil dapat
memberikan hasil seperti antenna yang berukuran lebih panjang dengan
cara menggerakkan antenna tersebut.
E. Cara Kerja Radar
Pada umumnya, radar beroperasi dengan cara menyebarkan tenaga
elektromagnetik terbatas di dalam piringan antena. Tujuannya adalah untuk
menangkap sinyal dari benda yang melintas di daerah tangkapan antena yang
bersudut 200 – 400. Ketika ada benda yang masuk ke dalam daerah tangkapan
antena tersebut, maka sinyal dari benda tersebut akan ditangkap dan diteruskan ke
pusat sistem radar untuk kemudian diproses sehingga benda tersebut nantinya
akan tampak dalam layar monitor/display. Cara kerja radar seperti gambar
dibawah ini.

(Ilustrasi Kerja Radar)


Untuk lebih mudah memahami prinsip kerja dari radar, dapat diumpamakan
dengan peristiwa saat kita berteriak kedalam sumur dimana ketika berteriak maka
dalam beberapa detik kita kembali mendengar gema dari suara kita sendiri. Gema
terjadi karena beberapa gelombang suara dalam teriakan kita memantul kembali

10
dari permukaan baik dari permukaan air atau permukaan didinding sumur iu
sendiri. Lamanya waktu antara saat kita berteriak dan saat kita mendengar gema
ditentukan oleh jarak antara kita dan permukaan benda yang menciptakan gema.
F. Manfaat Radar
Radar memiliki banyak manfaat diberbagai bidang, seperti sebagai berikut.
1. Prakiraan cuaca
Weather Radar merupakan jenis radar cuaca yang memiliki kemampuan
untuk mendeteksi intensitas curah hujan dan cuaca buruk, misalnya badai.
Sedangkan, Wind Profiler merupakan jenis radar cuaca yang berguna untuk
mendeteksi kecepatan dan arah angin dengan menggunakan gelombang suara
(SODAR).

(Gambar Weather Radar )

(Gambar Wind Profiler)

11
2. Keperluan militer
Airborne Early Warning (AEW) merupakan sebuah sistem radar yang
berfungsi untuk mendeteksi posisi dan keberadaan pesawat terbang lain. Sistem
radar ini biasanya dimanfaatkan untuk pertahanan dan penyerangan udara dalam
dunia militer. Radar pemandu peluru kendali, biasa digunakan oleh sejumlah
pesawat tempur untuk mencapai sasaran/target penembakan. Salah satu pesawat
yang menggunakan jenis radar ini adalah pesawat tempur Amerika Serikat F-14.
Dengan memasang radar ini pada peluru kendali udara (AIM-54 Phoenix), maka
peluru kendali yang ditembakkan ke udara itu (air-to-air missile) diharapkan dapat
mencapai sasarannya dengan tepat.

3. Keperluan kepolisian
Radar biasa dimanfaatkan oleh kepolisian untuk mendeteksi kecepatan
kendaraan bermotor saat melaju di jalan. Radar yang biasa digunakan untuk
masalah ini adalah radar gun (radar kecepatan) yang berbentuk seperti pistol dan
microdigicam radar.

12
4. Keperluan penerbangan
Dalam bidang penerbangan, penggunaan radar terlihat jelas pada pemakaian
Air Traffic Control (ATC). Air Traffic Control merupakan suatu kendali dalam
pengaturan lalu lintas udara. Tugasnya adalah untuk mengatur lalu lalang serta
kelancaran lalu lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan lepas landas
(take off), terbang di udara, maupun yang akan mendarat (landing). ATC juga
berfungsi untuk memberikan layanan bantuan informasi bagi pilot tentang cuaca,
situasi dan kondisi bandara yang dituju. radar mempunyai kelebihan dalam
komunikasi. radar yang sangat kuat dapat membantu pilot untuk melihat cuaca,
layaknya pesawat terbang dan lain lain.

5. Keperluan pelayaran

13
Dalam bidang pelayaran, radar digunakan untuk mengatur jalur
perjalanan kapal agar setiap kapal dapat berjalan dan berlalu lalang di jalurnya
masing-masing dan tidak saling bertabrakan, sekalipun dalam cuaca yang kurang
baik, misalnya cuaca berkabut.
6. Wifi Radar
Wifi radar adalah aplikasi yang dirancang untuk ponsel Nokia s60v3
ataupun bisa juga dicoba di Nokia s60v5 sebagai aplikasi unuk mendeteksi
keberadaan sinyal Wifi/Jaringan internet melalui sambungan gelombang radio.
Aplikasi Wifi Radar ini akan memberitahukan dengan notifikasi suara jika
aplikasi ini mendeteksi keberadaan Wifi, jadi menurut saya cukup berguna bagi
anda yang memilki ponsel ber-Wifi dan sering menggunakan fasilitas Wifi jika
berinternet. Anda tak perlu mencari sinyal Wifi secara manual, tinggal
mengaktifkan aplikasi Wifi Radar dan mengoperasikannya, maka aplikasi Wifi
Radar ini akan mendeteksi adanya sinyal Wifi yang ditagkap oleh ponsel anda.
Wifi radar ini sanga berguna bagi anda yang suka memanfaatkan fasilitas Wifi
untuk internetan, karena aplikasi ini akan memberitahukan adanya sinyal wifi di
tempat yang sedang dilewati.

G. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Radar


Ada banyak keuntungan penggunaan radar untuk remote sensing. Sensor
radar tersedia pada semua kapabilitas cuaca sebagaimana energi gelombang mikro
menembus awan dan hujan, biarpun, hujan menjadi sebuah faktor pada radar
wavelength < 3 cm. Sensor radar merupakan system penginderaan jauh yang aktif
(active remote sensing system), independen terhadap cahaya matahari,
menyediakan sumber energi sendiri, dan juga mampu menyediakan kemampuan
pada siang/malam. Ada penetrasi partial terhadap vegetasi dan tanah. Data radar
menawarkan informasi berbeda dari daerah visible dan infra merah dari spektrum
elektromagnetik.
Ada pula kekurangan dari (drawback) data radar. Radar imagery
menampilkan “distorsi” yang melekat (inherent) pada geometry citra radar. Juga
satu yang harus dikoreksi untuk speckle (bintik, bercak, kurik) atau coherent

14
fading (warna yang pudar, kehilangan saling berlengketan). Radar sensitive
terhadap topografi, permukaan yang kasar seperti tanah lapang (terrain) dan
penutup tanah (ground cover), sifat-sifat dielektrik (dielectric properties)
(moisture content), dan gerakan. Semuanya ini bisa dihubungkan dengan ciri-ciri
permukaan seperti landform dan morfologinya, landcover (penutup tanah), dan
ciri-ciri hidrologis (hydrological features).
H. Peran Citra Radar dalam Memetakan Lahan dan Penutup Lahan

Penggunaan citra radar untuk memetakan lahan dan penutup lahan telah
menarik perhatian besar akhir-akhir ini karena citra radar merupakan sistem
segala cuaca yang melengkapi fotografi udara. Citra radar secara visual juga
tampak mirip dengan foto udara dan karakteristik citra umumnya seperti rona,
tekstur, pola, bentuk, dan asosiasi dapat diterapkan pada interpretasi citra radar.
(CP Lo,1986). Penutup lahan (landcover) merupakan salah satu obyek yang
tampak langsung pada citra radar. Oleh karena itu, interpretasi penutup lahan
merupakan interpretasi yang sangat penting dan merupakan interpretasi awal pada
interpretasi untuk tujuan tertentu (landuse). Interpretasi yang dilakukan pada citra
radar memiliki tingkat ketelitian yang bersifat umum (luas). Hal ini disebabkan
tingkat klasifikasi penutup lahan yang dapat diinterpretasi tidak dapat dilakukan
secara lebih mendetail (rinci). Tiap interpretasi pada penutup lahan / penggunaan
lahan di suatu daerah berkaitan dengan data penginderaan jauh yang digunakan
dalam proses interpretasi. Format interpretasi citra yang representatif terhadap
beberapa tingkat klasifikasi penggunaan lahan / penutup lahan disesuaikan dengan
tujuan penelitian yang dilakukan. Apabila diperlukan hasil interpretasi dengan

15
tingkat ketelitian yang lebih rinci maka yang digunakan adalah foto udara dengan
skala besar, sedangkan untuk interpretasi daerah yang relatif luas dengan mengacu
pada tingkat klasifikasi yang lebih sederhana maka data penginderaan jauh yang
digunakan ialah citra satelit. Untuk penginterpretasian lebih detail maka
diperlukan data pendukung (tambahan) berupa sistem klasifikasi USGS. Sistem
klasifikasi USGS ini disusun berdasarkan kriteria, antara lain : (1) tingkat
ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus
tidak kurang dari 85 %, (2) ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus
kurang lebih sama, (3) sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah
yang luas, dan lain-lain. Dari beberapa kriteria diatas, maka sistem diatas dapat
digunakan sebagai batasan dalam proses awal menginterpretasikan suatu obyek
dalam data penginderaan jauh. Citra SLAR memiliki dua sistem yaitu sistem
synthetic aperture radar (SAR) dan sistem real aperture radar (RAR). Dari
masing-masing sistem radar yang membedakannya ialah terletak pada antena yang
akan menghasilkan beda resolusi spasial (Avery dan Berlin, 1985). Pada sistem
SAR, antena yang digunakan adalah antena pendek yang dapat berfungsi seperti
antena panjang. Hal ini dimungkinkan adanya efek Doppler yang mengakibatkan
adanya gerak semu bagi obyek pada tiap pancaran pulsa radar sehingga lebar sorot
antena menjadi lebih besar dan obyek yang berukuran sama pada sistem RAR
tidak tergambar maka pada sistem SAR obyek tersebut dapat tergambar. Salah
satu keunggulan citra radar adalah adanya relief permukaan bumi yang diperjelas,
artinya relief tergambar lebih jelas dari relief sebenarnya maupun dari gambaran
pada jenis citra lainnya. Beberapa bentuk struktural misalnya adanya kelurusan
dan patahan dapat dengan mudah dikenali, demikian pula untuk pola pengaliran
(drainage pattern). Berdasarkan beberapa pola yang dapat dikenali tersebut, citra
radar dapat digunakan untuk interpretasi bentuklahan. Interpretasi bentuklahan
dari citra didasarkan atas keseragaman (homogenitas) tiga kriteria, yaitu : Bentuk
atau relief yang terlihat berdasarkan kekerasan permukaan atau bayangan. Density
atau rona obyek, yaitu tingkat kegelapan obyek yang tampak pada citra. Lokasi,
terutama letak bentuklahan yang bersangkutan dalam hubungannya dengan
bentuklahan secara keseluruhan. Karena resolusi citra radar lebih kasar daripada

16
foto udara dengan ketinggian terbang rendah dan sedang, maka interpretasi citra
radar jarang dilaksanakan dengan skala 1 : 125.000 atau lebih kecil dari itu. Jadi
radar harus dipandang sebagai alat untuk pemetaan tinjau daripada untuk
pemetaan rinci. Karena corak pandang sampingnya maka citra radar agak mirip
foto udara yang diambil dalam kondisi sudut matahari rendah. Meskipun
demikian dalam interpretasi citra radar kita harus ingat tentang efek panjang
gelombang lawan “kekerasan” obyek, efek kandungan air dan kandungan logam,
dan efek “pemantulan sudut”. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
dalam interpretasi citra radar. Meskipun SLAR tampak seperti foto udara yang
dibuat pada pagi hari, cara perekamannya serta aspek geometriknya sangat
berlainan. Foto udara direkam dengan sumbu kamera direkam tegak lurus
terhadap permukaan bumi, sedang citra SLAR direkam dengan arah perekaman ke
samping wahana. Pantulan obyek pada spektrum tampak dan perluasannya lebih
bergantung pada jenis obyeknya, pantulan pulsa radar lebih bergantung pada relief
(makro) dan kekasaran (mikro) nya. Salah satu keunggulan citra SLAR dalah
relief permukaan bumi gambarnya diperjelas, artinya relief tergambar lebih jelas
dari relief sebenarnya maupun dari gambaran pada jenis citra lainnya. Keunggulan
lainnya yaitu ujud kelurusan (lineament) yang diperjelas pula gambarnya.
Kelurusan pada citra SLAR itu mungkin berupa sebuah lipatan yang menilik
ujudnya berupa bukit monoklinal
I. STUDI KASUS CITRA RADAR
a. Pemanfaatan Data Radar untuk TambakWilayah pesisir dan lautan
berpotensi besar dalam menyediakan sumber kehidupan. Indonesia sebagai
Negara kepulauan memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan paling tidak
menghasilkansumberdaya ikan lebih kurang 6,17 juta ton per tahun yang berasal
dari perikanan tangkap (Mulyadi, 2005). Akan tetapi FAO,2007 menyebutkan
bahwa kondisi perikanan di perairan Indonesia, khususnya di Perairan Samudera
Hindia cenderung mengarah pada over exploiteddan Samudera Pasifik telah
mengalami full exploited. Sebagai alternatif usaha perikanan selain penangkapan
adalah melalui usaha budidaya yang memanfaatkan kawasan pesisir, baik
budidaya perikanan berbasis lahan darat (land-basedaquaculture) maupun di laut

17
(marine-basedaquaculture). Kegiatan budidaya yang paling umum dilakukan di
kolam/empang, tambak, tangki, karamba, serta karamba apung. Definisi tambak
atau kolam menurut Biggs et al. (2005) adalah badan air yang berukuran 1 m2
hingga 2 ha yang bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara alami
atau buatan manusia. Jenis-jenis tambak yang ada di Indonesia meliputi: tambak
intensif, tambak semi intensif, tambak tradisional dan tambak organik. Perbedaan
dari ketiga jenis tambak tersebut terdapat pada teknik pengelolaan mulai dari
padat penebaran, pola pemberiaan pakan, serta sistem pengelolaan air dan
lingkungan (Widigdo, 2000). Perkembangan tambak di Indonesia secara intensif
meningkat sejak tahun 1990. Pengembangan tambaktersebut dilakukan melalui
upaya konversi hutan mangrove (Gunarto, 2004).
Di Indonesia, sentra produksi tambak tersebar di daerah Sumatera, Jawa,
Kalimantan dan Sulawesi. Sebagian besar produksi tambak berasal dari pulau
Jawa terutama di sepanjang pantai utara Jawa yang terbentang dari provinsi
Banten hingga Jawa Timur. Salah satu daerah yang memiliki potensi lahan
budidaya tambak yang menjadi sentra produksi perikanan air tawar adalah
Kabupaten Subang. Potensi lahan tambak di Kabupaten Subang berada di wilayah
dataran rendah, di wilayah Subang bagian utara, yang meliputi kecamatan
Sukasari, Pusakanagara, Legonkulon, dan Blanakan. Pada tahun 2010 produksi
perikanan tambak yang dihasilkan adalah sebesar 13.610 ton dan pada tahun 2012
mencapai 17.210,637 ton (subang.go.id). Pada akhir tahun 2012 revitalisasi
tambak dilakukan di pantai utara Jawa dalam rangka industrialisasi perikanan
budidaya, salah satunya dengan penebaran benih udang dan bandeng dengan
tujuan meningkatkan perekonomian negara dan mensejahterakan pebudidaya pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Revitalisasi dilaksanakan di 6
kabupaten di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Serang seluas 150 Ha, Tangerang,
Karawang 79 Ha, Subang 360 Ha, Indramayu 166 Ha, dan Cirebon 245 Ha.
Dengan demikian Kabupaten Subang merupakan daerah revitalisasi tambak paling
luas dibandingkan daerah lain, dengan mempotensikan kembali tambak yang
sudah tidak digunakan atau yang sudah tidak produktif. Hal ini disebabkan oleh

18
Kabupaten Subang yang memiliki potensi terbesar untuk mengembakan perikanan
budidaya tawar khususnya untuk komoditas udang dan bandeng.
Revitalisasi atau perubahan lahan untuk dimanfaatkan atau dikembangkan
menjadi lahan tambak atau lahan pertanian lainnya biasanya dilakukan untuk
meningkatkan nilai perekonomian. Selama proses perubahan pada umumnya nilai
ekosistem lahan tambak tidak diperhatikan sehingga dapat merusak kelestarian
lingkungan. Pemantauan perubahan penggunaan lahan tambak dengan
menggunakan citra penginderaan jauh dapat memberikan informasi sejauh mana
pengaruh aktivitas manusia terhadap lingkungan ekosistem.
Data inderaja optis dengan resolusi spasial dan spektral yang tinggi dapat
digunakan sebagai alat dalam membantu memberikan informasi detil tutupan
lahan dan deteksi perubahannya. Data optis merupakan sumber data yang penting
dalam banyak analisis deteksi perubahan lahan. Akan tetapi, kualitas informasi
yang dihasilkan dari data optis sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan
atmosfer (Chen, 2007). Tidak seperti sensor optis, data Synthetic radar dapat
menembus awan, sehingga memiliki kemampuan untuk menghasilkan citra yang
berkualitas tinggi dibawah kondisi cuaca yang kompleks, sehingga dapat menjadi
sumber data yang efisien untuk pengamatan penggunaan lahan dan perubahannya.
ALOS PALSAR-2 merupakan salah satu contoh data radar yang dapat
dimanfaatkan untuk pemetaan, pemantauan wilayah, bencana, dan sumber daya
alam. L-Band SAR-2 (PALSAR) merupakan radar microwave aktif dengan
rentang frekuensi 1.2 GHz yang pada misi sebelumnya dikenal dengan
Daichi/PALSAR. PALSAR-2 diharapkan mampu mengamati siang dan malam di
semua kondisi cuaca. Pemanfaatan data radar untuk pemantauan lahan tambak
telah banyak dilakukan. Kai Liu et al., 2010 mengamati perubahan lahan tambak
dengan menggunakan 3 data temporal Radarsat-1C. . Selain itu aplikasi
penggunaan data radar adalah penelitian mengenai teknik klasifikasi tutupan lahan
di perairan pesisir dengan pendekatan berbasis objek menggunakan data ALOS
PALSAR (Chen et al., 2014). Lapan telah melakukan pemantauan lahan tambak
di daerah Maros, Provinsi Sulawesi Selatan (Marini et al., 2013) pada program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

19
melalui riset insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (PKPP)
Kementrian Riset dan Teknologi pada tahun 2012
b. Pemanfaatan Data Radar untuk Tambak
Studi AreaLokasi penelitian tambak adalah Gresik. Hal ini disebabkan
karena wilayah Gresik memiliki daerah tambak yang cukup luas, sehingga
sebagian besar penduduknya memiliki usaha budidaya tambak. Lokasi penelitian
tambak disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Lokasi Penelitian Tambak diGresik Jawa Timur


DataData SAR yang digunakan untuk penelitian tambak adalah Sentinel.
c. Metode Identifikasi tambak dilakukan dengan klasifikasi metode density
slicing. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah: Sentinel 1 Toolbox,
ENVI, ER MAPPER, ARC VIEW. Alur penelitian disajikan pada Gambar 5

20
d. Pemanfaatan Data Radar untuk TambakData radar yang digunakan untuk
identifikasi tambak adalah Sentinel 1 tanggal 22 Maret 2015.Data Sentinel 1
memiliki dua polarisasi VH dan VV. Komposit RGB dengan menggunakan
metode gradient VH dan VV menghasilkan false colour composityang dapat
membedakan objek tambak, non tambak dan laut. Seperti terlihat pada Gambar 24

Identifikasi tampak dilakukan dengan menggunakan klasifikasi metode


density slicing. Density slicingdilakukan pada polarisasi VH berdasarkan tiga
kelas tutupan lahan, yaitu tambak (0<Digital number<= 60), non tambak (Digital
number> 60) dan laut (Digital number=0). Hasil klasifikasi dan didukung dengan
informasi dari data RGB serta hasil survey lapangan yang dilakukan pada tanggal
17 –22 Agustus 2015 maka dapat diidentifikasi lokasi tambak di wilayah Gresik
Jawa Timur. Berdasarkan hasil klasifikafi tersebut maka diperoleh luas area
tambak yang ada di Jawa Timur sebesar 88.767,094Ha. Distribusidanluas tambak
serta laporan survey lapangan dapat dilihat di Gambar 25, Tabel 5.1,dan Lampiran
2.

Gambar 25.Distribusi Tambak Berdasarkan Klasifikasi dengan Metode Density


Slicing

21
Tabel 5.Luas Area Tutupan Lahan Hasil Klasifikasi

Kesimpulan untuk identifikasi tambakKomposit RGB dengan komposisi R


band VH, G band VV, dan B band (VH-VV)/(VH+VV) memberikan komposit
warna di mana objek tambak berwarna biru gelap, laut biru cerah, vegetasi
berwarna hijau dan lahan terbuka/bangunan berwarna merah muda. Dengan
demikian komposit ini dapat menunjukkan objek tambak dan non tambak.
Klasifikasi tambak dan non tambak dilakukan dengan density slicing band VH
dan interpretasi visual komposit RGB. Berdasarkan hasil identifikasi dengan
menggunakan data Sentinel 1, luas tambak di wilayah Gresik adalah 88.767,09ha.

22
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Radar (Radio Detection and Ranging) adalah sebuah sistem yang
menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengidentifikasi keberadaan
suatu benda (arah dan kecepatan dari objek). Radar bekerja dengan menggunakan
gelombang radio yang dipantukan dari permukaan objek.Radar menghasilkan
sinyal energi elektromagnetik yang difokuskan oleh antenna dan ditransmisikan
ke atmosfer. Benda yang berada dalam alur sinyal elektromagnetik ini yang
disebut objek, menyebarkan energi elektromagnetik tersebut. Sebagian dari energi
elektromagnetik tersebut disebarkan kembali ke arah radar. Antena penerima yang
biasanya juga antenna pemancar menangkap sebaran balik tersebut dan
memasukkannya ke alat yang disebut receiver.Sedangkan alat pendeteksi
konvensional, radar atau kepanjangannya Radio Detection and Ranging,
menggunakan gelombang radio untuk pendeteksian. Jika gelombang yang
dipancarkan mengenai benda (dalam hal ini adalah pesawat) akan berbalik arah,
dan waktu yang diperlukan untuk kembali lewat alat penerima dapat mengetahui
informasi jarak, kecepatan, arah, dan ketinggian.

23
DAFTAR PUSTAKA
Pangestu, Andwi. 2013. Rombongan makalah/makalah radar. Artikel

Patandean. A. J. 2005. Fisika Lingkungan. Makassar. Tim Penerbit UNM

https://sartutorial.wordpress.com/2012/03/25/apakah-sar-itu/

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://homepages.inf.ed.ac.
uk/rbf/CVonline/LOCAL_COPIES/AV0708/ROESNER/&prev=search

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wik
i/Synthetic_aperture_radar&prev=search

http://bit.ly/2Hnh3u5

24

Anda mungkin juga menyukai