Disusun oleh :
Kelompok VI A dan B:
1. Feb
ri ikram
2. Fer
yn
yulnico
.m
3. Han
ggi
chandra
4. Jeni
fitriani
5. Kart
ika
bunga
melati
6. Mov
i
tamjiner
7. Muk
tar eko
putra
8. Nov
randa
eka
putra
9. Reti
dwika
putri
10.Rism
a ningsih
DINAS KESEHATAN
2011/2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
1. 1 Latar Belakang 1
2. 2 Ruang Lingkup 2
1. 3 Tujuan Penulisan 2
2. 4 Metode Penulisan 3
3. 5 Sistemik Penulisan 3
2.2.1 Pengkajiaan 12
2.2.2 Diangnosa 16
2.2.3 Intervensi 17
2.2.4 Implementasi 24
2.2.5 Evaluasi 25
Asuhan Keperawatanpada Tn.S Umur 60 Tahun Dengan Post Operasi Benigne Prostat
Hyperplasia Di Ruang Icu Rsud M.Yunus 26
BAB IV PEMBAHASAN
4. 1 Pengkajian 42
4. 2 Diangnosa 43
4. 3 Intervensi 43
4. 4 Implementasi 44
4. 5 Evaluasi 44
BAB V PENUTUP
5. 1 kesimpulan 45
5. 2 Saran 46
LEMBAR KONSUL
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kemajuan ilmu dan teknologi di segala bidang dalam kehidupan ini membawa dampak yang sangat
signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan, umur harapan hidup dan
bertambahnya usia lanjut yang melebihi perkiraan statistik. Kondisi tersebut akan merubah komposisi
dari kasus-kasus penyakit infeksi yang tadinya menempati urutan pertama sekarang bergeser pada
penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik yang menempati urutan pertama. Kasus degeneratif
yang diderita oleh kaum pria yang menempati urutan tersering adalah kasus Benigna Prostat
Hipertrofi (BPH) karena kasus ini menyebabkan tidak lancarnya saluran perkemihan (Smeltser,
2002)
Benigna Prostate Hipertropi adalah pembesaran granula dan organ seluler kelenjar prostate
yang berhubungan dengan proses perubahan endokrin berkenaan dengan proses perubahan
endokrin berkenaan dengan proses penuaan (Tucker, 1998). Kelenjar prostate melingkari
kandung dan uretra sehingga hipertropi prostate sering kali menghalangi pengosongan kandung
kemih (Tucker, 1998) Kejadian BPH pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50 %,
pada usia 80 tahun angka kejadiannya adalah 60 %. Tidak lancarnya dalam pengeluaran urin,
kencing terasa panas, kencing menetes dan lama-lama bisa menyebabkan tidak bisa kencing
(Anuria). Tentu hal ini akan menimbulkan kecemasan kepada kaum pria (Syamsuhidayat, 1998).
Hal ini dipengaruhi karena kebiasaan para pria mengangkat beban berat dalam rentang waktu
lama, faktor penuaan dan faktor hormonal (Harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/07askep-
hipertrofi-prostat).Menurut pengamatan peneliti selama praktek di Rumah Sakit Umum RSUD M
Yunus, di ruang ICU dari 3 orang pasien penderita BPH rata-rata berusia diatas 60 tahun.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil masalah ini sebagai laporan
kasus yang berjudul " ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN PENYAKIT POST OP
BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI DI RUANGAN ICU RSUD M.YUNUS BENGKULU " dari
tanggal 23 November 2010 sampai dengan 25 November 2010. .
1. 2 Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini tim penulis akan membahas konsep dasar BPH dan asuhan
keperawatan dengan diagnosa medis POST OP BPH dalam 3 hari perawatan di ruang ICU RSUD
M.Yunus Bengkulu dari tanggal 23 November 2010 sampai 25 November 2010.
1. 3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
2. Tujuan khusus
1. Mampu menjelaskan konsep dasar teori Asuhan Keperawatan
dengan diagnosa POST OPERASIBPH
2. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa POST
OPERASI BPH
3. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
diagnosa POST OPERASI BPH
4. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa POST OPERASI BPH
5. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien dengan
diagnosa POST OPERASI BPH
6. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan
diagnosa POST OPERASI BPH
7. Mampu menyimpulkan dan membandingkan antara hasil
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan teori pada klien dengan diagnosa
POST OPERASI BPH
1. 4 Metode Penelitian
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus.
1. 5 Sistemik Penulisan
Bab I Pendahuluan berisikan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis yang terdiri dari dua bahasan yaitu konsep dasar teoritistentang definisi,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,.Kedua
yaitu konsep dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab III Tinjauan kasus dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, inervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab IV Pembahasan berisi tentang pembahasan antara kesenjangan teori dan fakta.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Benigna Prostat Hiperplasia adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat secara umum pada
pria lebih dari 50 tahun, menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urin
(Arrayan, 2008)
Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh
karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar /
jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF
Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193).
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke
arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat
menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya
tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi
kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak.
Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical.
1. 2 Anatomi Fisiologi Perkemihan
Gambar 2.1
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi / mengitari uretra posterior
dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli, sedangkan bagian distalnya
kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot
dasar panggul.Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk
nipis. Ukuran panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2 - 3 cm.
Beratnya sekitar 20 gram.
Jaringan Kelenjar 50 - 70 %
JaringanStroma (penyangga)
Kapsul/Musculer
Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym yang berfungsi untuk
pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi (penggumpalan) di dalam testis yang
membawa sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja memeras
cairan prostat keluar melalui uretra. Sel – sel sperma yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar
melalui uretra. Jumlah cairan yang dihasilkan meliputi 10 – 30 % dari ejakulasi. Kelainan pada
prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah Peradangan (prostatitis). Kelainan yang
lain sepeti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak memegang
peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran
kencing. Kelainanyang disebut belakangan ini manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut.
1. 3 Etiologi
Hingga sekarang belum di ketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi
beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dihidrotesteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang di duga sebagai
penyebab BPH adalah :
1. Teori dihidrotesteron
2. Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
3. Interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat
4. Berkurangnya kematian sel (apoptosisi)
5. Teori stem sel, selalu dibentuk sel baru untuk menggantikan sel yang mengalami
apotosis.
Benigne Prostat Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya :
1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine
kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.
2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat,
panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas
masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine
lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal
seperti gagal ginjal, hydroneprosis.(Djamaluddin,1994)
2.1. 5 Patofisiologis
2.1. 6 Gejala Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma
Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
2.1. 8 Penatalaksanaan
Tindakan Pembedahan :
2.2 1 Pengkajian
Biasanya klien yang mengalami BPH adalah klien yang berumur diatas 60 tahun,
dan klien yang bekerja berat.
1. Keluhan utama
2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya gejala yang timbul pada klien BPH salah satunya adalah
Uritritis.
1. Pemeriksaan fisik
Sirkulasi
Gejala:
Tanda :
Makanan \ cairan :
Nyeri/kenyamanan :
Keamanan :
Gejala: demam
Seksualitas :
Gejala:
tanda :
Klien dan keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan
1. Pemeriksaan penunjang
1.LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin
1. Penatalaksanaan
Tindakan Pembedahan :
Reseksi kelanjar prostat dilakukan transuretra dengan mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar
daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan
adalah berupa larutan non ionic. Yang dimasksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saar
operasi. Cairan yang serring dipakai adalah H2O steril (aquades).
Elektrovaporasi prostat
Cara elektrovaporasi prostat adlah sama dengan TURP, hanya saja teknik ini memakai roller ballyang
spesifik dan dengan mesin diatrmi yang cukup kuat, sehingga mampu membuat vaporisasi kelenjar
prostat. Tekhnik ini cukup aman, tidak banyak menimbulkan perdarahan pada saat operasi, dan masa
mondok di rumah sakit lebih singkat. Namun teknik ini hanya diperuntukkan pada prostat yang tidak
terlalu besar (<50 gram) dan membutuhkan waktu operasi yang lebih lama.
Pre operasi
Kriteria hasil :
Berkemih dalam jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung kemih
1. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi kandung
kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
1. Tujuan
1. Kriteria hasil
Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan ketrampilan relaksasi dan
aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu. Tampak rileks, tidur / istirahat
dengan tepat.
R / Menghilangkan spasme
1. Tujuan
2. Kriteria hasil
Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan dengan: tanda -tanda vital stabil, nadi perifer
teraba, pengisian perifer baik, membran mukosa lembab dan keluaran urin tepat.
2. Kriteria hasil
Melakukan perubahan pola hidup atau prilasku ysng perlu, berpartisipasi dalam
program pengobatan.
4. Post operasi
5. 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot
spincter
3. Tujuan :
4. Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan
derajat kenyamanan secara adekuat.
5. Kriteria hasil:
6. a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
7. b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
8.
9.
10. Intervensi:
11. a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus
serta penghilang nyeri.
12. R : untuk mengetahui tingkatan nyeri yang dialami klien.
13. b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut,
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
14. R: mengetahui keadaan klien pada saat itu.
15. c. Berikompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
16. R : kompres hangat dapat mengurangi rasa nyeri.
17. d. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen
tegang)
18. R : agar tidak terjadi tingginya resiko luka pada bekas operasi.
19. e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan
perawatan aseptik terapeutik. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat
20. R : untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi peningkatan resiko
terjadinya infeksi.
21.
No. RM : 24 33 90
Ruangan : ICU
1. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn. S
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Penanggung jawab.:
Nama : Ny. A
Umur : 59 tahun
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
N : 84 x/I S : 36,9oC
3.
4.
5.
6.
1. Makan
Frekuensi
Jenis makanan
1. Minum 2 – 3 x /hari 3 x /hari
Frekuensi
Jenis minum Nasi, lauk pauk, Makanan cair
sayuran
Eliminasi :
8 – 9 gelas/hari
1. BAB
Air putih 3 x/hari (150 cc)
Frekuensi
Warna
Air putih
Konsistensi
Bau
1. BAK
Frekuensi
2. Warna
1 x/hari
Bau
Jumlah Kuning 1 x/hari
Istirahat tidur : Lembek Kuning
Kebiasaan tidur Khas Lembek
Gangguan tidur
Khas
Memakai selimut + bantal
2 – 3 x/hari
- 4 – 5 jam/hari
Ya Ya
Di lap
2 x/hari
-
2 x/minggu
3. Klien hanya melakukan aktifitas hanya di
Klien dapat tempat tidur dan di bantu oleh keluarga
beraktifitas secara atau perawat
mandiri
4.
5.
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 150/80 mmHg P : 21 x/menit
N : 84 x/menit S : 36,9 oC
1. Kepala
2. Mata
3. Hidung
4. Telinga
5. Mulut
6. Leher
7. Toraks
Inspeksi : bentuk simetris tidak ada lesi warna sama dengan sekitarnya
8. Abdomen
Perkusi : tympani
9. Genetalia
Inspeksi : terpasang kateter spool blase
10. Ekstremitas
Atas
Bawah
1. Data psikologi
Klien dan keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan
2. Data sosial
Hubunga keluarga dan klien baek, terlihat dari istri dan anak – anak klien, yang selalu
menunggu klien.
3. Data spiritual
Klien beragama islam, klien dan keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan klien.
4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratoriun
2 jam pp : 200
SGOT : 21 U/L
SGPT : 12 U/L
5. Terapi
Cefotaxime 2 x 1 (1gr)
Transamin 2 x 1 ampul (IV)
Remopain 2 x 1 ampul (Drip)
Analisa data
Peradangan
Serotanin
Tachikardi
Merangsang
neuroeseptor
Kompensasi
Hipotalamus
Nyeri
Nyeri
N 84 x/m
2 Gangguan pemenuhan
P 21 x/m
Terjaga kebutuhan istirahat tidur
O
S 36,9 C
Prostatektomi
Pemasangan
kateterisasi
Gangguan Aktivitas
Kesulitan untuk
bergerak
Gangguan
3 aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn.S No.Rm : 24 33 90
Tgl Tgl
NO Diagnosa keperawatan Paraf Paraf
ditemukan teratasi
23 – 11 –
2010
1
3
23 – 11 –
2010
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.Menetapkan
kemampuan/kebutuhan pasien
1.Lakukan pengkajian dan memudahkan pilihan
Setelah dilakukan gangguan tidur pasien intervensi.
perawatan 3 x 24 jam
gangguan pemenuhan 2.Untuk mendapatkan energi
istirahat tidur dapat yang cukup
teratasi dengan kriteria
hasil : 2.Bantu klien mencari 3.Kemajuan aktifitas bertahap
posisi yang nyaman di mencegah peningkatan kerja
- pasien dapat istirahat tempat tidur. jantung.
dengan tenang
3.Berikan lingkungan
- pasien tidak gelisah yang aman dan nyaman
lagi
4.Kolaborasi pemberian 4.Memberikan bantuan hanya
- tidur 7-8 jam / hari. obat analgetik dan sebatas kebutuhan akan
antibiotik mendorong kemandirian dalam
melakukan aktifitas.
2.
5. menghindari kekakuan otot
dah hipertropi
- adanya peningkatan
toleransi terhadap
aktivitas 2.Berikan nutrisi yang
adekuat.
3.
1. Tindakan Keperawatan
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanggal
NO
dan Implementasi Respon hasil Paraf
DX
Waktu
1
P :
Mengkaji nyeri pasien (lokasi,
prostatektomi
intensitas )
Q : nyeri tajam, kuat
23 – 11-
R : bagian
08.00 suprapubis
Wib
S : skala nyeri 4
T : waktu
m'gerakan tubuh
Pasien
Melakukan pengkajian mengungkapkan
2 gangguan tidur pasien keluhan tentang
gangguan tidurnya
24-11-
2010 Klian hanya
Mengevaluasi respon klian
3 bisa bergerak
terhadap aktifitas
09.00 ditempaat tidur
Wib
2 Klien lebih
Membantu klien menentukan
nyaman bila posisinya
posisi yang nyaman ditempat tidur
setengah duduk
Luka terlihat
Melakukan perawatan luka
1 bersih dan tidak ada
post operasi
benda-benda infeksi
Nyeri
2 berkurang, tidak ada
alergi
Berkolaborasi pemberian obat
antibiotic dan analgetik :
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain 2X1 amp
Skala nyeri : 4.
Mengkaji nyeri pasien
Klien hanya
1 25-11-10 Mengevaluasi respon pasien
bisa bergerak ditempat
terhadap aktifitas.
tidur.
Klien lebih
Membantu klien membuat
2 nyaman bila posisinya
posisi yang nyaman ditempat tidur
sebagian duduk
Luka terlihat
Melakukan perawatan luka
1 bersih dan tidak ada
post operasi
benda-benda infeksi
Nyeri
berkurang, tidak ada
alergi
Berkolaborasi dalam
pemberian obat antibiotic dan
analgetik :
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain2X1 amp
Klien hanya
Mengevaluasi respon pasien
bisa bergerak ditempat
terhadap aktifitas.
tidur.
3
Luka terlihat
Melakukan perawatan luka
1 bersih dan tidak ada
post operasi
benda-benda infeksi
Nyeri
berkurang dan tidak
Berkolaborasi dalam ada alergi
pemberian obat antibiotic dan
2 analgetik :
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain 2X1 amp
Memberikan klien makanan
yang mengandung banyak energi Energy klien
3 1. Roti yang lembut terpenuhi
2. Susu
1. Evaluasi Keperawatan
EVALUASI SUMATIF
No Hari dan
Catatan Perkembangan Paraf
DX Tanggal
S : klian mengatakan masih merasa nyeri
1 26 -11- 2010
O : skala nyeri 3
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
S : kllien mengatakan tidurnya sudah
nyaman
P : lanjutkan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama memberikan asuhan keperawatan tim penulis menemukan beberapa kesenjangan antara
konsep teoritis dan kasus yang ditemukan. Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai
dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk
mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan
asuhan keperawatan yang akan di lakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan
metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien danklien serta observasi dengan
menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
Selama melakukan pengkajian tim penulis tidak banyak menemui kesulitan, hal ini berkaitan
dengan kerjasama dan partisipasi dari pasien dan keluarga dalam memberikan informasi yang
diperlukan, berkaitan dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis
menemukan beberapa gejala khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : nyeri pada bagian post operasi
pada bagian abdomen dan rasa tidak nyaman pada daerah pemasangan kateter spuleblas.
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus BPH tim penulis mendapat hasil
diagnosa keperawatan yaitu :
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada
pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selam 3 hari perawatan. Dari 3 diagnosa ini
intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga,
dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan di lakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang di
temukan sehingga mendapatkan tujuan yang di inginkan.
4.5 Implementasi Keperawatan
Tahap ini adalah tahap untuk melakukan tindakan – tindakan yang telah di rencanakan
sebelumnya.Semua tindakn bisa dilakukan. Tetapi tim penulis tidak dapat memberikan perawatan
dalam 24 jam karena adanya pergantian dinas yang telah diatur.
Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari, dari 3 diagnosa yang ditegakkan tidak ada yang
teratasi karena pasien masih mengeluhkan nyeri yang di deritanya dan masih kurang nafsu makan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien Tn.S dengan diagnose BPH selama 3 hari
perawatan di Ruang Melati RSUD M.Yunus Bengkulu dapat di ambil kesimpulan :
5.2 Saran
Agar ada penulis lain yang dapat membuat makalah BPH dengan lebih baik lagi.
1. Bagi Lahan
Agar dapat membimbing kepada mahasiswa/ mahasiswi yang praktek dengan maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.