Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH SEMINAR“ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN POST OP BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA


(BPH) DI RUANGAN ICU RSUD M.YUNUS BENGKULU ”
MAKALAH SEMINAR

"ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN POST OP


BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH) DI RUANGAN
ICU RSUD M.YUNUS BENGKULU "

Disusun oleh :

Kelompok VI A dan B:

1. Feb
ri ikram
2. Fer
yn
yulnico
.m
3. Han
ggi
chandra
4. Jeni
fitriani
5. Kart
ika
bunga
melati
6. Mov
i
tamjiner
7. Muk
tar eko
putra
8. Nov
randa
eka
putra
9. Reti
dwika
putri

10.Rism
a ningsih

DINAS KESEHATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU

2011/2012

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii


BAB 1 PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang 1
2. 2 Ruang Lingkup 2
1. 3 Tujuan Penulisan 2
2. 4 Metode Penulisan 3
3. 5 Sistemik Penulisan 3

BAB II TINJAUAN TEORIRIS

1. Konsep Dasar BPH

2.1. 1 Pengertian BPH 4

1. 2 Anatomi Fisiologi Perkemihan 5


2. 3 Etiologi 6
3. 4 Derajat BPH 7
4. 5 Patofisiologi 8
5. 6 Gejala klinis 9
6. 7 Pemeriksaan penunjang 10
7. 8 Penatalaksanaan 10

2.2 Konsep Askep

2.2.1 Pengkajiaan 12

2.2.2 Diangnosa 16

2.2.3 Intervensi 17

2.2.4 Implementasi 24

2.2.5 Evaluasi 25

BAB III Asuhan Keperawatan POST OP BPH

Asuhan Keperawatanpada Tn.S Umur 60 Tahun Dengan Post Operasi Benigne Prostat
Hyperplasia Di Ruang Icu Rsud M.Yunus 26

BAB IV PEMBAHASAN
4. 1 Pengkajian 42

4. 2 Diangnosa 43

4. 3 Intervensi 43

4. 4 Implementasi 44

4. 5 Evaluasi 44

BAB V PENUTUP

5. 1 kesimpulan 45

5. 2 Saran 46

LEMBAR KONSUL

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu dan teknologi di segala bidang dalam kehidupan ini membawa dampak yang sangat
signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan, umur harapan hidup dan
bertambahnya usia lanjut yang melebihi perkiraan statistik. Kondisi tersebut akan merubah komposisi
dari kasus-kasus penyakit infeksi yang tadinya menempati urutan pertama sekarang bergeser pada
penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik yang menempati urutan pertama. Kasus degeneratif
yang diderita oleh kaum pria yang menempati urutan tersering adalah kasus Benigna Prostat
Hipertrofi (BPH) karena kasus ini menyebabkan tidak lancarnya saluran perkemihan (Smeltser,
2002)

Benigna Prostate Hipertropi adalah pembesaran granula dan organ seluler kelenjar prostate
yang berhubungan dengan proses perubahan endokrin berkenaan dengan proses perubahan
endokrin berkenaan dengan proses penuaan (Tucker, 1998). Kelenjar prostate melingkari
kandung dan uretra sehingga hipertropi prostate sering kali menghalangi pengosongan kandung
kemih (Tucker, 1998) Kejadian BPH pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50 %,
pada usia 80 tahun angka kejadiannya adalah 60 %. Tidak lancarnya dalam pengeluaran urin,
kencing terasa panas, kencing menetes dan lama-lama bisa menyebabkan tidak bisa kencing
(Anuria). Tentu hal ini akan menimbulkan kecemasan kepada kaum pria (Syamsuhidayat, 1998).
Hal ini dipengaruhi karena kebiasaan para pria mengangkat beban berat dalam rentang waktu
lama, faktor penuaan dan faktor hormonal (Harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/07askep-
hipertrofi-prostat).Menurut pengamatan peneliti selama praktek di Rumah Sakit Umum RSUD M
Yunus, di ruang ICU dari 3 orang pasien penderita BPH rata-rata berusia diatas 60 tahun.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil masalah ini sebagai laporan
kasus yang berjudul " ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN PENYAKIT POST OP
BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI DI RUANGAN ICU RSUD M.YUNUS BENGKULU " dari
tanggal 23 November 2010 sampai dengan 25 November 2010. .

1. 2 Ruang Lingkup

Dalam penulisan makalah ini tim penulis akan membahas konsep dasar BPH dan asuhan
keperawatan dengan diagnosa medis POST OP BPH dalam 3 hari perawatan di ruang ICU RSUD
M.Yunus Bengkulu dari tanggal 23 November 2010 sampai 25 November 2010.

1. 3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan meliputi tujuan umum dan tujuan khusus :

1. Tujuan umum :

Memperoleh informasi tentang penyakit BPH dan asuhan keperawatannya.

2. Tujuan khusus
1. Mampu menjelaskan konsep dasar teori Asuhan Keperawatan
dengan diagnosa POST OPERASIBPH
2. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa POST
OPERASI BPH
3. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
diagnosa POST OPERASI BPH
4. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa POST OPERASI BPH
5. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien dengan
diagnosa POST OPERASI BPH
6. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan
diagnosa POST OPERASI BPH
7. Mampu menyimpulkan dan membandingkan antara hasil
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan teori pada klien dengan diagnosa
POST OPERASI BPH

1. 4 Metode Penelitian

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus.
1. 5 Sistemik Penulisan

Penulisan makalah ini disusun dalam lima Bab yang meliputi :

Bab I Pendahuluan berisikan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis yang terdiri dari dua bahasan yaitu konsep dasar teoritistentang definisi,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,.Kedua
yaitu konsep dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.

Bab III Tinjauan kasus dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, inervensi, implementasi dan evaluasi.

Bab IV Pembahasan berisi tentang pembahasan antara kesenjangan teori dan fakta.

Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. 1 Konsep Dasar BPH


2. 1 Pengartian

Benigna Prostat Hiperplasia adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat secara umum pada
pria lebih dari 50 tahun, menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urin
(Arrayan, 2008)

Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh
karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar /
jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF
Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193).

BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke
arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat
menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya
tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi
kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak.
Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical.
1. 2 Anatomi Fisiologi Perkemihan

Gambar 2.1

Anatomi Fisiologi Perkemihan

Sumber : Penuntun Pratikum Laboratorium Mandiri

Anatomi Fisiologi 2008

Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi / mengitari uretra posterior
dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli, sedangkan bagian distalnya
kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot
dasar panggul.Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk
nipis. Ukuran panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2 - 3 cm.
Beratnya sekitar 20 gram.

Prostat terdiri dari :

 Jaringan Kelenjar 50 - 70 %
 JaringanStroma (penyangga)
 Kapsul/Musculer

Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym yang berfungsi untuk
pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi (penggumpalan) di dalam testis yang
membawa sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja memeras
cairan prostat keluar melalui uretra. Sel – sel sperma yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar
melalui uretra. Jumlah cairan yang dihasilkan meliputi 10 – 30 % dari ejakulasi. Kelainan pada
prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah Peradangan (prostatitis). Kelainan yang
lain sepeti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak memegang
peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran
kencing. Kelainanyang disebut belakangan ini manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut.

1. 3 Etiologi

Hingga sekarang belum di ketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi
beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dihidrotesteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang di duga sebagai
penyebab BPH adalah :

1. Teori dihidrotesteron
2. Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
3. Interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat
4. Berkurangnya kematian sel (apoptosisi)
5. Teori stem sel, selalu dibentuk sel baru untuk menggantikan sel yang mengalami
apotosis.

2.1. 4 Derajat BPH

Benigne Prostat Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya :

1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine
kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.
2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat,
panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas
masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine
lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal
seperti gagal ginjal, hydroneprosis.(Djamaluddin,1994)
2.1. 5 Patofisiologis
2.1. 6 Gejala Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma
Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :

1. Gejala Obstruktif yaitu :


1. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu
beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan
dalam uretra prostatika.
2. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena
ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika
sampai berakhirnya miksi.
3. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
4. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
5. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

1. Gejala Iritasi yaitu :


1. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
2. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada
malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
3. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

2.1. 7 Pemeriksaan Penunjang

1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan


urin

2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,


cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi
ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal
(TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat
ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan
keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De
Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung
kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui
insisi pada anterior kapsula prostat.

4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui


perineum.

2.1. 8 Penatalaksanaan

Tindakan Konservatif yang dilakukan :

1. Mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar akibat efek pemberian


antibiotik.
2. Memperkuat tonus otot detrusor dengan merendam daerah perineal, gluetal, inguinal
denagn air hangat yang mengandung anti septik
3. Anjurkan pasien untuk mengurangi intake protein, alkohol, hawa dingin, karena akan
mengakibatkan hiperemia prostat.

Tindakan Pembedahan :

1. Pembedahan Terbuka /prostatektomi :


1. Prostatektomi suprapubic transvesikularis, pengangkatan kelenjar prostat
dengan jalan membuka vesuka urinaria dan prostat dinukleasi dari dalam.
2. Prostatektomi retropubic, pengangkatan kelenjar prostat dengan jalan
membuka dinding perut bagian bawah tanpa membuka kandung kemih.
3. Prostatektomi perinialis yaitu mengangkat kelenjar prostat dengan jalan
membuka perinium
1. Asuhan Keperawatan
Pada Klien BPH

2.2 1 Pengkajian

Biasanya klien yang mengalami BPH adalah klien yang berumur diatas 60 tahun,
dan klien yang bekerja berat.

1. Keluhan utama

Biasanya pasien yang mengalami BPH mempunyai keluhan frekuensi dan


inkontensia urine dan nyeri pada bagian simpisis pubis.

2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien akan mengeluhperasaan tidak bisa mengosongkan vesika


urinaria,frekuensi urinaria setiap hari,berkemih pada malam hari,sering
berkemih,menurunnya pancaran urine.

2.Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya gejala yang timbul pada klien BPH salah satunya adalah

Uritritis.

1. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada masalah genetik pada BPH.

1. Pemeriksaan fisik

Sirkulasi

Tanda :peninggian tekanan darah(efek pembesaran ginjal)


Eliminasi

Gejala:

 penurunan kekuatan atau dorongan aliran urine: tetesan


 Keragu-raguan pada berkemih awal
 Ketidak mampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap
 Nokturia,disuria,hematoria
 ISK berulang ,riwayat batu(statis urinaria)
 Konstipasi(protrusi prostat kedalam rektum)

Tanda :

 Massa padat di bawah abdomen bawah (distensi kandung


kemih),nyeri tekan kandung kemih
 Hernia inguinalis:hemoroid(mengakibatkan peningkatan tekanan
abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi
tahanan

Makanan \ cairan :

Gejala : anoreksia:mual muntah,penurunan berat badan

Nyeri/kenyamanan :

Gejala : nyeri supra pubis,panggul/punggung : tajam,kuat(pada prostatitis akut),nyeri


punggung bawah

Keamanan :

Gejala: demam

Seksualitas :

Gejala:

 masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksual


 takut inkontinensia/menetes selam hunbunga intim
 penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi

tanda :

 pembesaran ,nyeri tekan prostat


1. Riwayat psikososial

Klien dan keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan

1. Pemeriksaan penunjang

1.LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin

2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,


cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi
ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal
(TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat
ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan
keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De
Jong, 1997).

3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung


kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui
insisi pada anterior kapsula prostat.

4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui


perineum.

1. Penatalaksanaan

Tindakan Konservatif yang dilakukan :

1. Mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar akibat efek


pemberian antibiotik.
2. Memperkuat tonus otot detrusor dengan merendam daerah perineal, gluetal,
inguinal denagn air hangat yang mengandung anti septik
3. Anjurkan pasien untuk mengurangi intake protein, alkohol, hawa dingin,
karena akan mengakibatkan hiperemia prostat.

Tindakan Pembedahan :

1. Pembedahan Terbuka /prostatektomi :


1. Prostatektomi suprapubic transvesikularis, pengangkatan kelenjar prostat
dengan jalan membuka vesuka urinaria dan prostat dinukleasi dari dalam.
2. Prostatektomi retropubic, pengangkatan kelenjar prostat dengan jalan
membuka dinding perut bagian bawah tanpa membuka kandung kemih.
3. Prostatektomi perinialis yaitu mengangkat kelenjar prostat dengan jalan
membuka perinium

Tindakan post operasi :

TURP (resekresi prostat trasuretra)

Reseksi kelanjar prostat dilakukan transuretra dengan mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar
daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan
adalah berupa larutan non ionic. Yang dimasksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saar
operasi. Cairan yang serring dipakai adalah H2O steril (aquades).

Elektrovaporasi prostat

Cara elektrovaporasi prostat adlah sama dengan TURP, hanya saja teknik ini memakai roller ballyang
spesifik dan dengan mesin diatrmi yang cukup kuat, sehingga mampu membuat vaporisasi kelenjar
prostat. Tekhnik ini cukup aman, tidak banyak menimbulkan perdarahan pada saat operasi, dan masa
mondok di rumah sakit lebih singkat. Namun teknik ini hanya diperuntukkan pada prostat yang tidak
terlalu besar (<50 gram) dan membutuhkan waktu operasi yang lebih lama.

2.2 2 Diagnosa post operasi

1. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder

3. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh

4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme


melalui kateterisasi

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,


perawatannya

Diagnosa pre operasi

1. Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran


prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih unmtuk berkontraksi
secara adekuat.
2. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi kandung kemih,
kolik ginjal, infeksi urinaria.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis..
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi
prosedur bedah
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi
1. Intervensi

Pre operasi

1. Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran


prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.

1) Tujuan : tidak terjadi obstruksi

 Kriteria hasil :

Berkemih dalam jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung kemih

 Rencana tindakan dan rasional


o Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.

R/ Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih

o Observasi aliran urina perhatian ukuran dan kekuatan pancaran urina

R / Untuk mengevaluasi ibstruksi dan pilihan intervensi

o Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih

R/ Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang dapat


mempengaruhi fungsi ginjal

o Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi jantung.

R / Peningkatkan aliran cairan meningkatkan perfusi ginjal serta membersihkan ginjal


,kandung kemih dari pertumbuhan bakteri

o Berikan obat sesuai indikasi ( antispamodik)

R/ mengurangi spasme kandung kemih dan mempercepat penyembuhan

1. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi kandung
kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
1. Tujuan

Nyeri hilang / terkontrol.

1. Kriteria hasil
Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan ketrampilan relaksasi dan
aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu. Tampak rileks, tidur / istirahat
dengan tepat.

2. Rencana tindakan dan rasional


 Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas ( skala 0 - 10 ).

R / Nyeri tajam, intermitten dengan dorongan berkemih / masase urin sekitar


kateter menunjukkan spasme buli-buli, yang cenderung lebih berat pada
pendekatan TURP ( biasanya menurun dalam 48 jam ).

 Pertahankan patensi kateter dan sistem drainase. Pertahankan selang bebas


dari lekukan dan bekuan.

R/ Mempertahankan fungsi kateter dan drainase sistem, menurunkan resiko


distensi / spasme buli - buli.

c). Pertahankan tirah baring bila diindikasikan

R/ Diperlukan selama fase awal selama fase akut.

d) Berikan tindakan kenyamanan ( sentuhan terapeutik, pengubahan posisi, pijatan


punggung ) dan aktivitas terapeutik.

R / Menurunkan tegangan otot, memfokusksn kembali perhatian dan dapat


meningkatkan kemampuan koping.

1. Berikan rendam duduk atau lampu penghangat bila


diindikasikan.
R/ Meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan edema serta meningkatkan
penyembuhan ( pendekatan perineal ).

f) Kolaborasi dalam pemberian antispasmodik

R / Menghilangkan spasme

c. Resiko tinggi kekurangan cairan yang berhubungan dengan pasca obstruksi


diuresis.

1. Tujuan

Keseimbangan cairan tubuh tetap terpelihara.

2. Kriteria hasil

Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan dengan: tanda -tanda vital stabil, nadi perifer
teraba, pengisian perifer baik, membran mukosa lembab dan keluaran urin tepat.

3. Rencana tindakan dan rasional


1. Awasi keluaran tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan keluaran 100-200 ml/.
R/ Diuresisi yang cepat dapat mengurangkan volume total karena ketidakl
cukupan jumlah natrium diabsorbsi tubulus ginjal.

2. Pantau masukan dan haluaran cairan.

R/ Indikator keseimangan cairan dan kebutuhan penggantian.

3. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan nadi dan pernapasan,


penurunan tekanan darah, diaforesis, pucat,

R/ Deteksi dini terhadap hipovolemik sistemik

1. Tingkatkan tirah baring dengan kepala lebih tinggi

R/ Menurunkan kerja jantung memudahkan hemeostatis sirkulasi.

2. Kolaborasi dalam memantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh:

Hb / Ht, jumlah sel darah merah. Pemeriksaan koagulasi, jumlah trombosi

R/ Berguna dalam evaluasi kehilangan darah / kebutuhan penggantian. Serta


dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi misalnya penurunan faktor
pembekuan darah,

1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi


prosedur bedah.
1. Tujuan

Pasien tampak rileks.

2. Kriteria hasil

Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi, menunjukkan rentang yang


yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut.

3. Rencana tindakan dan rasional


1. Dampingi klien dan bina hubungan saling percaya

R/ Menunjukka perhatian dan keinginan untuk membantu

2. Memberikan informasi tentang prosedur tindakan yang akan


dilakukan.

R / Membantu pasien dalam memahami tujuan dari suatu tindakan.

3. Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah atau


perasaan.

R/ Memberikan kesempatan pada pasien dan konsep solusi pemecahan


masalah
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi
1. Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
prognosisnya.
2. Kriteria hasil

Melakukan perubahan pola hidup atau prilasku ysng perlu, berpartisipasi dalam
program pengobatan.

3. Rencana tindakan dan rasional


1. Dorong pasien menyatakan rasa takut persaan dan perhatian.

R / Membantu pasien dalam mengalami perasaan.

b) Kaji ulang proses penyakit,pengalaman pasien

R/ Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan


informasi terapi.

4. Post operasi
5. 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot
spincter
3. Tujuan :
4. Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan
derajat kenyamanan secara adekuat.
5. Kriteria hasil:
6. a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
7. b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
8.

9.

10. Intervensi:
11. a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus
serta penghilang nyeri.
12. R : untuk mengetahui tingkatan nyeri yang dialami klien.
13. b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut,
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
14. R: mengetahui keadaan klien pada saat itu.
15. c. Berikompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
16. R : kompres hangat dapat mengurangi rasa nyeri.
17. d. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen
tegang)
18. R : agar tidak terjadi tingginya resiko luka pada bekas operasi.
19. e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan
perawatan aseptik terapeutik. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat
20. R : untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi peningkatan resiko
terjadinya infeksi.
21.

22. 2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan


obstruksi sekunder.
23. Tujuan :
24. Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin
25. Kriteria :
26. Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.
27. Intervensi :
28. a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus denganteknik
steril
29. R : agar tidak terjadi pembekuan darah pada bekas luka operasi.
30. b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan
tertutup
31. R : agar cairan urin dapat berjalan dengan lancar.
32. c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit
lembab, takikardi, dispnea)
33. R : agar tidak terjadi syok yang berlebihan
34. d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan
sesudah menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau
jaringan
35. R : mengurangi resiko terjadinya nyeri.
36. e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai
hari kedua post operasi)
37. R : untuk mengetahui apakah masih terjadi perdarahan pada daerah operasi
atau tidak.
38. f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-
3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih.Berikan latihan perineal (kegel training) 15-
20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.
39. R : untuk mengetahui jumlah inteke dan output cairan dalam tubuh klien.
40.

41. 3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan


saluran ejakulasi, hilangnya fungsi tubuh
42. Tujuan :
43. Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi
seksualnya
44. Kriteria hasil :
45. Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas
secara optimal.
46. Intervensi :
47. a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan
perubahannya
48. R : Untuk mengetahui masalah klien
49. b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat
50. R : untuk meningkatan hubungan saling percaya kepada klien.
51. c. Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek
prostatektomi dalam fungsi seksual
52. R : Untuk mengetahui masalah klien
53. d. Libatkan keluarga/istri dalam perawatan pemecahan masalah fungsi seksual
54. R : agar keluarga tahu bagai mana cara untuk memecahkan masalah kepada klien.
55. e. Beri penjelasan penting tentang: Impoten terjadi pada prosedur radikal
56. R : agar klien tahu tanda dan gejala impoten.
57. h. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan
seksual selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.
58. R : Bisa terjadi perdarahan dan ketidaknyamanan
59.

60. 4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée


ikroorganisme melalui kateterisasi
61. Tujuan :
62. Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi
63. Kriteria hasil:
64. a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
65. b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
66. c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik
67. Intervensi:
68. a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
69. R : untuk mengurangi gumpalan yang dapat menyumbat kateter, menyebabkan
peregangan dan perdarahan kandung kemih
70. b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanyasumbatan,
kebocoran).
71. R : agar tidak terjadi resiko infeksi pada saluran kemih
72. c. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan
drainase
73. R : untuk mengurangi terjadinya infeksi.
74. d. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin
dressing
75. R : agar tidak terjadi infeksi pada luka yang dialami klien.
76. e. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)
77. R : untuk mengetahui gejala – gejala yang akan timbul setelah operasi
78. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit, perawatannya
79. Tujuan :
80. Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari
81. Kriteria :
82. Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan
mendemonstrasikan perawatan
83. Intervensi :
84. a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang penyakit,
perawat
85. R : untuk mengetahui apa yang sedang dialami klien saat ini.
86. b. Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:
87. o Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter
88. o Perawatan di rumah
89. R : agar klien dapat melakukan perawatan pada dirinya sendiri
90. 2.2 4 Implementasi
91. Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana yang meliputi
tindakan yang direncanakanoleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan
ketentuan – ketentuan rumah sakit ( Depkes RI, 1982)
92. Jadi setelah rencana tindakan keperawatan tersusun, selanjutnya rencana tindakan
tersebut di terapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
93. 2.2 5 Evaluasi
94. Evaluasi adalah merupakan umpan balik bagi proses keperawatan di mana
perawat mencari kepastian keberhasilan rencana dan proses.
95. Evaluasi asuhan keperawatan merupakan mekanisme umpan balik untuk menilai
efektif atau tidaknya proses keperawatan yang telah di lakukan, dengan membandingkan
hasil asuhan keperawatan yang telah di berikan pada klien.
96. Evaluasi dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan sumatif.Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang di dapat setelah tindakan dilakukan (respon pasien), evaluasi
sumatif adalah evalusi yang didapat setelah semua tindakan telah selesai dilakukan (catatan
perkembangan).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S Umur 60 Tahun

Dengan POST OPERASI BENIGNE PROSTAT HYPERPLASIA

Di RUANG ICU RSUD M.YUNUS

Tgl masuk : 20 - 11 -2010

Tgl pengkajian : 23 – 11 -2010

No. RM : 24 33 90

Ruangan : ICU

Dx. Medis : POST OP BPH

1. Pengkajian
1. Identitas klien

Nama : Tn. S

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : Laki – laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Pasar Tais Seluma

Penanggung jawab.:
Nama : Ny. A

Umur : 59 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Hub. Dengan klien : Istri

2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama

Klien mengeluh susah buang air kecil (BAK)

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien masuk ke rumah sakit M.Yunus Bengkulu, pada tanggal 20 – 11 –


2010Dengan keluhan susah BAK. Pada saat di lakukan pengkajian pada
tanggal 23 - 11 – 2010 Klien telah di lakukan operasi tampak lemah
terbaring di tempat tidur, tampak gelisah, dengan nilai GCS (E = 4, V = 5, M
= 6). Klien mengatakan nyeri pada bagian suprapubis dengan skala nyeri 3,
seperti tertusuk – tusuk, klien mengatakan nyeri sedikit berkurang, bila
posisi tubuh nya terlentang, klien terpasang kateter, terpasang infus pada
tangan sebelah kiri dengan RL %20 tetes /menit, terpasang alat monitor.

TTV : TD : 150/80 mmHg RR : 21 x/i

N : 84 x/I S : 36,9oC

1. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan sudah mengalami susah BAK lebih kurang 2


minggu sebelum dilakukan operasi. Klien mengatakan pada saat ia
ingin BAK lama dan kencing yang dikeluar kan sedikit – sedikit, serta
terasa perih. Klien mengatakan dulu ia pernah merokok selama +/-
20 tahun. Namun, semenjak sakit klien berhenti merokok. sebelum di
operasi klien di rawat di ruangan seruni. Serta klien memiliki riwayat
hipertensi

3.

4.

5.
6.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien mengatakan anggota keluarganyatidak ada yang mengalami


penyakit seperti klien pada saat ini ataupun penyakit menular lain nya

7. Kebiasaan Sehari – hari

No. Kebiasaan Sehari – hari Dirumah Dirumah sakit


1.
Nutrisi :

1. Makan
 Frekuensi
 Jenis makanan
1. Minum 2 – 3 x /hari 3 x /hari
 Frekuensi
 Jenis minum Nasi, lauk pauk, Makanan cair
sayuran
Eliminasi :
8 – 9 gelas/hari
1. BAB
Air putih 3 x/hari (150 cc)
 Frekuensi
 Warna
Air putih
 Konsistensi
 Bau
1. BAK
 Frekuensi
2.  Warna
1 x/hari
 Bau
 Jumlah Kuning 1 x/hari
Istirahat tidur : Lembek Kuning
Kebiasaan tidur Khas Lembek
Gangguan tidur
Khas
Memakai selimut + bantal
2 – 3 x/hari

Kuning kemerahan Terpasang kateter


Personal hygiene Khas Kuning kemerahan
Mandi 50 – 100 cc/hari Sedikit amis
Cuci rambut
Tidak terukur
Aktifitas
6 – 7 jam/hari

- 4 – 5 jam/hari

Ya Ya

Selimut (ya), bantal (tidak)

Di lap
2 x/hari
-
2 x/minggu
3. Klien hanya melakukan aktifitas hanya di
Klien dapat tempat tidur dan di bantu oleh keluarga
beraktifitas secara atau perawat
mandiri

4.

5.

1. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : lemah
 Kesadaran : compos mentis
 TTV : TD : 150/80 mmHg P : 21 x/menit

N : 84 x/menit S : 36,9 oC

1. Kepala

Inspeksi : distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris


Palpasi : tidak ada nyeri tekan

2. Mata

Inspeksi : anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

3. Hidung

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

4. Telinga

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pengeluaran

Palpasi : tidak ada lesi dan pembengkakan

5. Mulut

Inspeksi : bentuk simetris, sianosis ( - ), kering.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

6. Leher

Inspeksi : bentuk simetris, pembengkakan vena jugularis ( - )

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

7. Toraks

Inspeksi : bentuk simetris tidak ada lesi warna sama dengan sekitarnya

Palpasi : Pergerakan dinding dada sama

Perkusi : Bunyi paru resonan

Alkultasi : Bunyi paru vesikuler

8. Abdomen

Inspeksi : ada penonjolan pada daerah supra pubik terpasang selang


drainase di sebalah kanan abdomen

Akultasi : bising usus 16x/ menit,

Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik

Perkusi : tympani

9. Genetalia
Inspeksi : terpasang kateter spool blase

Palpasi : adanya nyeri tekan

10. Ekstremitas

Atas

Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang Infus RL 20


tts/m

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Bawah

Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

1. Data psikologi

Klien dan keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan

2. Data sosial

Hubunga keluarga dan klien baek, terlihat dari istri dan anak – anak klien, yang selalu
menunggu klien.

3. Data spiritual

Klien beragama islam, klien dan keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan klien.

4. Pemeriksaan Penunjang

Laboratoriun

Hb : 15,3 mg/dl (13,4 mg/dl)

Leukosit : 10.000 (4000-10.000)

BSN : 98 mg/dl ( 140 mg/dl)

2 jam pp : 200

BUN : 21 mg/dl (10 – 20)

Serum Creatinin : 0,7 mg/dl (0,6 – 1,3)

Kalium : 4 mmol/l (3,5 – 5,2 mmol/l)

Natrium : 140 mmol/l (135 – 146 mmol/l)


Albumin : 3,4 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl)

SGOT : 21 U/L

SGPT : 12 U/L

Bilirubin Direk : 0,14

Bilirubin Total : 0,32

5. Terapi
 Cefotaxime 2 x 1 (1gr)
 Transamin 2 x 1 ampul (IV)
 Remopain 2 x 1 ampul (Drip)

Analisa data

Nama : Tn.S No.Rm : 24 33 90

Umur : 60 Th Ruangan : ICU

NO Data Senjang Interprestasi data Masalah


1 DS : klien mengatakan nyeri pada Nyeri akut
Prostatektomi
bagian yang dioperasi

DO : klien tampak meringis

 Ekrpresi tampak gelisah Insisis luka


 Skala nyeri 3
 TD 150/80 mmHg
 S 36,9 oC
 Klien banyak keringat

Peradangan
Serotanin

Tachikardi

Merangsang
neuroeseptor

Kompensasi

Hipotalamus

Nyeri

Nyeri

DS : klien mengatakan susah tidur

DO : klien tampak gelisah


 Klien tampak lemah RAS
 Klien tidur ± 4-5 jam/hari
 TTV TD 150/80 mmHg

N 84 x/m
2 Gangguan pemenuhan
P 21 x/m
Terjaga kebutuhan istirahat tidur
O
S 36,9 C

DS : klien mengatakan susah bergerak


di tempat tidur Gangguan
istirahat tidur
DO : klien tampak lemah

 Klien tampak dibantu oleh


keluarga dan perawat setiap melakukan
aktivitas

Prostatektomi

Pemasangan
kateterisasi

Gangguan Aktivitas
Kesulitan untuk
bergerak

Gangguan
3 aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn.S No.Rm : 24 33 90

Umur : 60 Th Ruangan : ICU

Tgl Tgl
NO Diagnosa keperawatan Paraf Paraf
ditemukan teratasi
23 – 11 –
2010
1

Nyeri akut berhubungan dengan prosedur


pembedahan (prostatektomi)dan kateterisasi

Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat 23 – 11 –


2
tidur berhubungan dengan nyeri 2010

Gangguan Aktivitas berhubungan dengan


kelemahan tubuh

3
23 – 11 –
2010
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Tn.S No.Rm : 24 33 90

Umur : 60 Th Ruangan : ICU

Tujuan dan kriteria


NO Intervensi Rasional
hasil
1 1.Kaji lokasi, intensitas
Setelah dilakukan nyeri 1.Untuk mengetahui keadaan
perawatan 3 x 24 jam nyeri
gangguan rasa nyaman 2. Lakukan teknik
: nyeri dapat berkurang relaksasi dan distraksi 2. untuk mengurangi rasa nyeri
/ hilang dengan kriteria dan mengalihkan rasa nyeri
:
3.Menurunkan resiko distensi /
 Klien tidak spasme kandung kemih.
meringis lagi 3.Pertahankan patensi dan
 Klien tidak sistem kateterisasi 3.Menurunkan iritasi dengan
gelisah lagi mempertahankan aliran cairan
konstan kemukosa kandung
 Skala nyeri 1 kemih
 TD stabil
4.Mencegah terjadinya infeksi
4.Berikan informasi yang
dan mempercepat proses
akurat tentang kateter,
penyembuhan
drainase dan spasme
kandung kemih.
1.Mengetahui penyebab
gangguan tidur

2.memberikan kenyamanan saat


tidur
4.Lakukan perawatan luka
post operasi
prostatektomi. 3.Meningkatkan kualitas tidur

4.untuk mengurangi nyeri dan


mencegah infeksi pada luka
post operasi

1.Menetapkan
kemampuan/kebutuhan pasien
1.Lakukan pengkajian dan memudahkan pilihan
Setelah dilakukan gangguan tidur pasien intervensi.
perawatan 3 x 24 jam
gangguan pemenuhan 2.Untuk mendapatkan energi
istirahat tidur dapat yang cukup
teratasi dengan kriteria
hasil : 2.Bantu klien mencari 3.Kemajuan aktifitas bertahap
posisi yang nyaman di mencegah peningkatan kerja
- pasien dapat istirahat tempat tidur. jantung.
dengan tenang
3.Berikan lingkungan
- pasien tidak gelisah yang aman dan nyaman
lagi
4.Kolaborasi pemberian 4.Memberikan bantuan hanya
- tidur 7-8 jam / hari. obat analgetik dan sebatas kebutuhan akan
antibiotik mendorong kemandirian dalam
melakukan aktifitas.
2.
5. menghindari kekakuan otot
dah hipertropi

1.Evaluasi respon pasien


terhadap aktifitas.
Setelah dilakukan
perawatan 3 x 24 jam
intoleransi aktivitas
dapat teratasi dengan
kriteria hasil :

- klien tidak lemah lagi

- adanya peningkatan
toleransi terhadap
aktivitas 2.Berikan nutrisi yang
adekuat.

3.Berikan dorongan untuk


melakukan
aktifitas/perawatan diri
bertahap jika dapat
ditoleransi.

4.Berikan bantuan sesuai


kebutuhan.

3.

5. lakukan rom pasif

1. Tindakan Keperawatan

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. S Ruangan : ICU

Umur : 63 Tahun No. MR : 49009

Tanggal
NO
dan Implementasi Respon hasil Paraf
DX
Waktu
1
 P :
 Mengkaji nyeri pasien (lokasi,
prostatektomi
intensitas )
Q : nyeri tajam, kuat
23 – 11-
R : bagian
08.00 suprapubis
Wib
S : skala nyeri 4

T : waktu
m'gerakan tubuh

 Pasien
 Melakukan pengkajian mengungkapkan
2 gangguan tidur pasien keluhan tentang
gangguan tidurnya

24-11-
2010  Klian hanya
 Mengevaluasi respon klian
3 bisa bergerak
terhadap aktifitas
09.00 ditempaat tidur
Wib

2  Klien lebih
 Membantu klien menentukan
nyaman bila posisinya
posisi yang nyaman ditempat tidur
setengah duduk

 Luka terlihat
 Melakukan perawatan luka
1 bersih dan tidak ada
post operasi
benda-benda infeksi
 Nyeri
2 berkurang, tidak ada
alergi
 Berkolaborasi pemberian obat
antibiotic dan analgetik :
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain 2X1 amp

 Memberikan klien makanan


yang mengandung banyak energi  Energy klien
3 1. Roti yang lembut terpenuhi
2. Susu

 Skala nyeri : 4.
 Mengkaji nyeri pasien
 Klien hanya
1 25-11-10  Mengevaluasi respon pasien
bisa bergerak ditempat
terhadap aktifitas.
tidur.

 Klien lebih
 Membantu klien membuat
2 nyaman bila posisinya
posisi yang nyaman ditempat tidur
sebagian duduk

 Luka terlihat
 Melakukan perawatan luka
1 bersih dan tidak ada
post operasi
benda-benda infeksi
 Nyeri
berkurang, tidak ada
alergi
 Berkolaborasi dalam
pemberian obat antibiotic dan
analgetik :
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain2X1 amp

 Memberikan klien makanan


yang mengandung banyak energi  Energy klien
3 1. Roti yang lembut terpenuhi
2. Susu

1 26-11-10  Mengkaji nyeri pasien  Skala nyeri : 3

 Klien hanya
 Mengevaluasi respon pasien
bisa bergerak ditempat
terhadap aktifitas.
tidur.
3

 Luka terlihat
 Melakukan perawatan luka
1 bersih dan tidak ada
post operasi
benda-benda infeksi

 Nyeri
berkurang dan tidak
 Berkolaborasi dalam ada alergi
pemberian obat antibiotic dan
2 analgetik :
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain 2X1 amp
 Memberikan klien makanan
yang mengandung banyak energi  Energy klien
3 1. Roti yang lembut terpenuhi
2. Susu

1. Evaluasi Keperawatan

EVALUASI SUMATIF

Nama : Tn. S Ruangan : ICU

Umur : 63 Tahun No. MR : 490057

No Hari dan
Catatan Perkembangan Paraf
DX Tanggal
S : klian mengatakan masih merasa nyeri
1 26 -11- 2010
O : skala nyeri 3
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
S : kllien mengatakan tidurnya sudah
nyaman

Klien mengatakan sudah banyak istirahat

O : klien tidak gelisah lagi


2 26- 11 2010
Klien masih tampak lemah

A : Masalah teratasi sebagian

P : - Intervensi tetap dilanjutkan

S : klien mengatakan hanya bisa bergerak


ditempat tidur

O : klien masih tampak lemah

3 Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga dan


perawat

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

BAB IV

PEMBAHASAN

Selama memberikan asuhan keperawatan tim penulis menemukan beberapa kesenjangan antara
konsep teoritis dan kasus yang ditemukan. Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai
dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk
mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan
asuhan keperawatan yang akan di lakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan
metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien danklien serta observasi dengan
menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.

Selama melakukan pengkajian tim penulis tidak banyak menemui kesulitan, hal ini berkaitan
dengan kerjasama dan partisipasi dari pasien dan keluarga dalam memberikan informasi yang
diperlukan, berkaitan dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis
menemukan beberapa gejala khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : nyeri pada bagian post operasi
pada bagian abdomen dan rasa tidak nyaman pada daerah pemasangan kateter spuleblas.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus BPH tim penulis mendapat hasil
diagnosa keperawatan yaitu :

1. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder

3. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh

4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme


melalui kateterisasi

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,


perawatannya

Sedangkan diagnosa yang di dapat pada kasus ada 3 diagnosa yaitu :

 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan


(prostatektomi)dan kateterisasi

 Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh

4.3 Intervensi Keperawatan

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada
pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selam 3 hari perawatan. Dari 3 diagnosa ini
intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga,
dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan di lakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang di
temukan sehingga mendapatkan tujuan yang di inginkan.
4.5 Implementasi Keperawatan

Tahap ini adalah tahap untuk melakukan tindakan – tindakan yang telah di rencanakan
sebelumnya.Semua tindakn bisa dilakukan. Tetapi tim penulis tidak dapat memberikan perawatan
dalam 24 jam karena adanya pergantian dinas yang telah diatur.

4.6 Evaluasi Keperawatan

Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari, dari 3 diagnosa yang ditegakkan tidak ada yang
teratasi karena pasien masih mengeluhkan nyeri yang di deritanya dan masih kurang nafsu makan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien Tn.S dengan diagnose BPH selama 3 hari
perawatan di Ruang Melati RSUD M.Yunus Bengkulu dapat di ambil kesimpulan :

1. Benigna Prostat Hiperplasia adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat


secara umum pada pria lebih dari 50 tahun, menyebabkan berbagai derajat obstruksi
uretral dan pembatasan aliran urin
2. Selama 3 hari perawatan di Rumah Sakit, pada Tn.S ditemukan Diagnosa :
 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan
(prostatektomi)dan kateterisasi

 Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh


1. Intervensi dibuat sesuai dengan masalah keperawatan dengan memperlihatkan
kondisi klien serta ketersediaan sarana dan prasarana di ruangan termasuk kemampuan
perawat dalam melaksanakannya.
2. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan Intervensi Keperawatan.Tindakan –
tindakan keperawatan dapat di laksanakan dengan baik berkat adanya kerjasama
keperawatan, keluarga, dan tim kesehatan lainnya.
3. Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari, dari 3 diagnosa yang ditegakkan
tidak ada yang teratasi karena pasien masih mengeluhkan nyeri yang di deritanya.

5.2 Saran

1. Bagi mahasiswa / mahasiswi

Agar ada penulis lain yang dapat membuat makalah BPH dengan lebih baik lagi.

1. Bagi Instiusi Pendidikan


 Agar dapat melengkapi buku – buku perpustakaan tentang BPH
 Agar dapat meningkatatkan kualitas pengajaran dan proses bimbingan yang
berhubungan dengan BPH.

1. Bagi Lahan
 Agar dapat membimbing kepada mahasiswa/ mahasiswi yang praktek dengan maksimal

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press.


Surabaya

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

Diposkan oleh Feryn Yulnico di 12.47


Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Anda mungkin juga menyukai

  • Lampiran 6
    Lampiran 6
    Dokumen10 halaman
    Lampiran 6
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan GEA
    Laporan Pendahuluan GEA
    Dokumen7 halaman
    Laporan Pendahuluan GEA
    Anonymous UMqClkQI
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan GEA
    Laporan Pendahuluan GEA
    Dokumen7 halaman
    Laporan Pendahuluan GEA
    Anonymous UMqClkQI
    Belum ada peringkat
  • RESIGN
    RESIGN
    Dokumen4 halaman
    RESIGN
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Tak Sosial
    Tak Sosial
    Dokumen31 halaman
    Tak Sosial
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • DM Map Patofis
    DM Map Patofis
    Dokumen1 halaman
    DM Map Patofis
    Li N Da
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman XBHHHGFGH
    Rangkuman XBHHHGFGH
    Dokumen5 halaman
    Rangkuman XBHHHGFGH
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Askep Pasien Curiga
    Askep Pasien Curiga
    Dokumen4 halaman
    Askep Pasien Curiga
    Ima Latief
    Belum ada peringkat
  • Makalah KMB Asuhan Keparawatan Pada BPH
    Makalah KMB Asuhan Keparawatan Pada BPH
    Dokumen18 halaman
    Makalah KMB Asuhan Keparawatan Pada BPH
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Makalah Observasi Salon Kecantikan
    Makalah Observasi Salon Kecantikan
    Dokumen12 halaman
    Makalah Observasi Salon Kecantikan
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Askep Delireum
    Askep Delireum
    Dokumen13 halaman
    Askep Delireum
    Eka Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Bu Janes Jadi
    Bu Janes Jadi
    Dokumen18 halaman
    Bu Janes Jadi
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • B.jan ROM
    B.jan ROM
    Dokumen19 halaman
    B.jan ROM
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Rom
    Kata Pengantar Rom
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Rom
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Sumber Data: ..................
    Sumber Data: ..................
    Dokumen10 halaman
    Sumber Data: ..................
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Louise
    Tugas Louise
    Dokumen2 halaman
    Tugas Louise
    DewiChan
    Belum ada peringkat
  • Prostatitis Dina
    Prostatitis Dina
    Dokumen6 halaman
    Prostatitis Dina
    DewiChan
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Bedah 2011
    Ilmu Bedah 2011
    Dokumen10 halaman
    Ilmu Bedah 2011
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Vandud
    Vandud
    Dokumen2 halaman
    Vandud
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Kista Ovarium
    Kista Ovarium
    Dokumen10 halaman
    Kista Ovarium
    Rasid Sang Lades
    Belum ada peringkat
  • LP Pnemonikuuuu
    LP Pnemonikuuuu
    Dokumen33 halaman
    LP Pnemonikuuuu
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Kista Ovarium
    Kista Ovarium
    Dokumen10 halaman
    Kista Ovarium
    Rasid Sang Lades
    Belum ada peringkat
  • Health Education LITHIUM
    Health Education LITHIUM
    Dokumen1 halaman
    Health Education LITHIUM
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Sap Personal Hygiene
    Sap Personal Hygiene
    Dokumen8 halaman
    Sap Personal Hygiene
    clarazettira
    Belum ada peringkat