Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI

Kejadian BPH pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50 %, pada usia 80
tahun angka kejadiannya adalah 60 %. Tidak lancarnya dalam pengeluaran urin,
kencing terasa panas, kencing menetes dan lama-lama bisa menyebabkan tidak bisa
kencing (Anuria). Tentu saja hal ini akan menimbulkan kecemasan kepada kaum pria.

ETIOLOGI

Sejak dulu diyakini BPH terjadi hanya pada lelaki berusia lanjut dan tak mungkin
terjadi pada lelaki yang testisnya dibuang sebelum pubertas. Melalui penelitian, BPH
dikaitkan dengan perubahan komposisi hormon testosteron dan estrogen di masa tua:

1. Berkurangnya jumlah tesosteron yang aktif


2. Peningkatan hormon estrogen memengaruhi pertumbuhan sel kelenjar prostat
3. Produksi dihidrotestosteron pada lelaki usia lanjut yang memacu pertumbuhan sel.

Penyebab kelainan ini tidak diketahui dengan jelas, tetapi kini diduga akibat pengaruh
hormon antara lain androgen dan estrogen.

KLASIFIKASI

1) Stadium I : keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine


kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.
2) Stadium II : keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat,
panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol,
batas atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.
3) Stadium III : gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa
urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4) Stadium IV : inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit
keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.

PATOFISIOLOGI

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan
menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk
dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.
Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa
hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase
penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih
sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-
gejala prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan
akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.

KOMPLIKASI

Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita
harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan
menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu
endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika
urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis
dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis. Perdarahan, Inkontinesia, Batu VU,
Retensi urine, Impotensi, Epididimis, Hemoroid, hernia, prolaps rektum akibat mengedan,
Infeksi saluran kemih disebabkan kateterisasi, Hidronefrosi. (sumber: Sjamsuhidajat, 2005 ).

PENCEGAHAN

Beberapa upaya yang bisa ditempuh diantaranya mengkonsumsi makanan rendah lemak.
Selain itu ada beberapa jenis makanan yang perlu ditingkatkan untuk mencegah datangnya
penyakit prostate khususnya kanker yaitu Soy Iso Flavones, lycopene, selenium, vitamin E,
teh hijau, anti androgen dan vitamin D.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan pada pasien dengan hyperplasia adalah :
a. Laboratorium
1). Sedimen Urin: Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran
kemih.
2). Kultur Urin : Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
b. Pencitraan
1). Foto polos abdomen : Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa
prostat dan kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang merupakan
tanda dari retensi urin.
2). IVP (Intra Vena Pielografi) : Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa
hidroureter atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-
buli.
3). Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal) : Untuk mengetahui, pembesaran prostat,
volume buli-buli atau mengukur sisa urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel,
tumor.
4). Systocopy: Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra parsprostatika
dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum.

PENATALAKSANAAN

Tindakan Konservatif yang dilakukan :


1. Mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar akibat efek pemberian
antibiotik.
2. Memperkuat tonus otot detrusor dengan merendam daerah perineal, gluetal,
inguinal denagn air hangat yang mengandung anti septik.
3. Anjurkan pasien untuk mengurangi intake protein, alkohol, hawa dingin,
karena akan mengakibatkan hiperemia prostat.

Tindakan Pembedahan :

Pembedahan Terbuka /prostatektomi :

1. Prostatektomi suprapubic transvesikularis, pengangkatan kelenjar prostat


dengan jalan membuka vesuka urinaria dan prostat dinukleasi dari dalam.
2. Prostatektomi retropubic, pengangkatan kelenjar prostat dengan jalan
membuka dinding perut bagian bawah tanpa membuka kandung kemih.
3. Prostatektomi perinialis yaitu mengangkat kelenjar prostat dengan jalan
membuka perinium

Dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung pada stadium-stadium dari gambaran
klinis
a. Stadium I : Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan
pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan
terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak
mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak
dianjurkan untuk pemakaian lama.
b. Stadium II : Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya
dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
c. Stadium III : Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan
prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya
dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika,
retropubik dan perineal.
d. Stadium IV : Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari
retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau
pembedahan terbuka.
Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan dapat
dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa.
Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen yang menekan
produksi LH. (Sumber : Sjamsuhidjat 2005)

KESIMPULAN

Walaupun Benigna Prostat Hiperplasia selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai
gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:

1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih


2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis

Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasia :

1. Aliran kencing yang lemah, terputus, dan terkesan meragukan


2. Sensasi urgensi (ingin segera kencing) atau kencing menetes
3. Sering kencing terutama malam hari
4. Perlu mengejan untuk bisa kencing

Anemia Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih
sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih,
maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.
SARAN

Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :


Mengingat dalam setiaap permasalahan kesehatan yang menyangkut saluran kemih,pastinya
melibatkan ginjal oleh karenanya hal-hal yang dapat kita lakukan sebagai wujud pencegahan
atau menjaga kesehatan diantaranya perbanyaklah mengkonsumsi air mineral,minimal 8 gelas
perhari atau setara dengan 2 liter air untuk melancarkan pencernaan dan kinerja fungsi ginjal.

Anda mungkin juga menyukai

  • Lampiran 6
    Lampiran 6
    Dokumen10 halaman
    Lampiran 6
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan GEA
    Laporan Pendahuluan GEA
    Dokumen7 halaman
    Laporan Pendahuluan GEA
    Anonymous UMqClkQI
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan GEA
    Laporan Pendahuluan GEA
    Dokumen7 halaman
    Laporan Pendahuluan GEA
    Anonymous UMqClkQI
    Belum ada peringkat
  • RESIGN
    RESIGN
    Dokumen4 halaman
    RESIGN
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Tak Sosial
    Tak Sosial
    Dokumen31 halaman
    Tak Sosial
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • DM Map Patofis
    DM Map Patofis
    Dokumen1 halaman
    DM Map Patofis
    Li N Da
    Belum ada peringkat
  • Makalah Seminarjhbjb
    Makalah Seminarjhbjb
    Dokumen45 halaman
    Makalah Seminarjhbjb
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Askep Pasien Curiga
    Askep Pasien Curiga
    Dokumen4 halaman
    Askep Pasien Curiga
    Ima Latief
    Belum ada peringkat
  • Makalah KMB Asuhan Keparawatan Pada BPH
    Makalah KMB Asuhan Keparawatan Pada BPH
    Dokumen18 halaman
    Makalah KMB Asuhan Keparawatan Pada BPH
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Makalah Observasi Salon Kecantikan
    Makalah Observasi Salon Kecantikan
    Dokumen12 halaman
    Makalah Observasi Salon Kecantikan
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Askep Delireum
    Askep Delireum
    Dokumen13 halaman
    Askep Delireum
    Eka Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Bu Janes Jadi
    Bu Janes Jadi
    Dokumen18 halaman
    Bu Janes Jadi
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • B.jan ROM
    B.jan ROM
    Dokumen19 halaman
    B.jan ROM
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Rom
    Kata Pengantar Rom
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Rom
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Sumber Data: ..................
    Sumber Data: ..................
    Dokumen10 halaman
    Sumber Data: ..................
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Louise
    Tugas Louise
    Dokumen2 halaman
    Tugas Louise
    DewiChan
    Belum ada peringkat
  • Prostatitis Dina
    Prostatitis Dina
    Dokumen6 halaman
    Prostatitis Dina
    DewiChan
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Bedah 2011
    Ilmu Bedah 2011
    Dokumen10 halaman
    Ilmu Bedah 2011
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Vandud
    Vandud
    Dokumen2 halaman
    Vandud
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Kista Ovarium
    Kista Ovarium
    Dokumen10 halaman
    Kista Ovarium
    Rasid Sang Lades
    Belum ada peringkat
  • LP Pnemonikuuuu
    LP Pnemonikuuuu
    Dokumen33 halaman
    LP Pnemonikuuuu
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Kista Ovarium
    Kista Ovarium
    Dokumen10 halaman
    Kista Ovarium
    Rasid Sang Lades
    Belum ada peringkat
  • Health Education LITHIUM
    Health Education LITHIUM
    Dokumen1 halaman
    Health Education LITHIUM
    Anoegrah Ştreetşŕad ArZa
    Belum ada peringkat
  • Sap Personal Hygiene
    Sap Personal Hygiene
    Dokumen8 halaman
    Sap Personal Hygiene
    clarazettira
    Belum ada peringkat