Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du:
Adalah sebuah anugerah yang besar ketika seorang hamba menjumpai bulan Ramadhan yang
diberkahi ini, karena ia akan memetik sekian banyak faedah yang besar jika ia benar-benar
memanfaatkan bulan yang agung ini untuk beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya.
Diantara faedah yang besar itu adalah diraihnya kesabaran.
Termasuk cakupan kesabaran adalah sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, dalam
menghindari maksiat kepada Allah dan dalam menghadapi takdir Allah yang berat (yang
dirasakan oleh seorang hamba). Ketiga hal ini -yang mengumpulkan seluruh ajaran agama
Islam ini- tidaklah bisa terlaksana kecuali dengan kesabaran.
Diantaranya Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
Dari riwayat di atas disebutkan bahwa setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan
hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan
puasa tidaklah dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya.
Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa
ada batasan bilangan.
Kenapa bisa demikian?
Ibnu Rajab Al Hambali –semoga Allah merahmati beliau– mengatakan, ”Karena puasa
adalah bagian dari kesabaran”. Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah Ta’ala
berfirman,
Sumber:
1. https://muslim.or.id/22096-kajian-ramadhan-33-bulan-ramadhan-bulan-sabar.html
2. https://muslim.or.id/25997-ramadhan-adalah-bulan-kesabaran-1.html
BERTAKWA DENGAN PUASA RAMADHAN
Sungguh, di bulan Ramadhan ini banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik. Pelajaran
yang bisa kita ambil yang paling besar adalah pelajaran takwa. Bahkan setiap amalan yang
ada di bulan Ramadhan bertujuan untuk meraih takwa.
Lalu apa yang dimaksud takwa?
Takwa sebagaimana kata ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Intinya, takwa
adalah wasiat Allah pada seluruh makhluk-Nya. Takwa pun menjadi wasiat Rasul –
shallallahu ‘alaihi wa sallam– kepada umatnya. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 404).
Kata Ibnu Rajab Al Hambali,
.أن يعلم العبد ُ ما يُتهقى ثم يتقي
ْ : وأص ُل التقوى
“Takwa asalnya adalah seseorang mengetahui apa yang mesti ia hindari lalu ia tinggalkan.”
Allah Ta’ala berfirman,
َب َعلَى الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون َ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا ُك ِت
ِ ب َعلَ ْي ُك ُم
َ الصيَا ُم َك َما ُك ِت
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).
Ayat ini menunjukkan bahwa di antara hikmah puasa adalah agar seorang hamba dapat
menggapai derajat takwa dan puasa adalah sebab meraih derajat yang mulia ini. Hal ini
dikarenakan dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap
larangan-Nya. Inilah pengertian takwa. Bentuk takwa dalam puasa dapat kita lihat dalam
berbagai hal berikut.
Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang Allah larang ketika itu yaitu
dia meninggalkan makan, minum, berjima’ dengan istri dan sebagainya yang sebenarnya hati
sangat condong dan ingin melakukannya. Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub atau
mendekatkan diri pada Allah dan meraih pahala dari-Nya. Inilah bentuk takwa.
Kedua, orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan
duniawi yang ada. Namun dia mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi diri-Nya. Ini juga
salah bentuk takwa yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah.
Ketiga, ketika berpuasa, setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan.
Dan ketaatan merupakan jalan untuk menggapai takwa.
Keempat, berpuasa menyebabkan lunaknya hati untuk senantiasa berdzikir kepada Allah
Ta’ala dan memutus berbagai sebab yang dapat melalaikan-Nya.
Sumber:
1. https://rumaysho.com/482-hikmah-di-balik-puasa-ramadhan.html
2. https://muslim.or.id/30320-meraih-ketakwaan-dengan-berpuasa-ramadhan.html