Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERANCANGAN DESAIN INTERIOR GEDUNG

1. Pengertian desain interior


A. Suptandar
Karya Arsitek/Desainer yang khusus menyangkut bagian dalam suatu bangunan.
Bentuk-bentuknya sejalan perkembangan iptek yang dalam proses perancangannya
selalu dipengaruhi unsur-unsur geografi setempat dan kebiasaan-kebiasaan sosial
yang diwujudkan dalam gaya-gaya kontemporer.
B. DK. Ching
Merencanakan, menata dan merancang ruang-ruang interior dalam bangunan yang
dapat memenuhi kebutuhan dasar kita akan sarana untuk bernaung dan berlindung;
Menentukan langkah sekaligus mengatur bentuk aktivitas kita; Memelihara
aspirasi kita dan mengekspresikan ide-ide yang menyertai segala tindakan kita,
mempengaruhi penampilan, perasaan dan kepribadian kita.
Maka maksud dan tujuan desainer interior adalah untuk memperbaiki fungsi,
memperkaya nilai estetis dan meningkatkan aspek psikologis dari ruang interior.
C. Sachari
Profesi yang mengkaji dan mempelajari desain ruang dalam sebuah bangunan
dengan berbagai pendekatan dan pertimbangan baik fungsi ruang, suasana, elemen
estetis, pemilihan material, sosial budaya serta gaya hidup hingga pertimbangan-
pertimbangan teknis penataan ruang.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa desain interior adalah Kegiatan Merancang bagian
dalam bangunan yang mempertimbangkan mulai dari fungsi ruang, suasana, elemen ruang,
pemilihan material, sosial budaya, gaya hidup hingga pertimbangan teknis penataan ruang
yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi dan memperkaya nilai estetis ruang interior. Desain
Interior bertujuan untuk menata kehidupan manusia menjadi lebih baik yang di ungkapkan
melalui media tata ruang.

2. Pedoman perancangan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap manusia.
Rumah tinggal yang nyaman dan indah akan membuat penghuninya betah di rumah. Rumah
berfungsi sebagai tempat beristirahat, tempat bekerja, berkumpul, beribadah, serta tempat
pertama dalam mendidik dan membesarkan anak dalam suatu keluarga.

Pembagian ruangan dalam rumah sesuai dengan fungsinya, yaitu :

a. Daerah umum (public area) : ruang tamu, teras


b. Daerah kerja (service area) : dapur, garasi dan gudang
c. Daerah pribadi (private area) : ruang tidur, kamar mandi
d. Daerah semi public (living area) : ruang keluarga, ruang makan

Perencanaan rumah tinggal harus mampu memenuhi prinsip :

A. Ekonomis, artinya biaya yang dikeluarkan seefisien mungkin.


B. Sikap ilmiah, artinya semuanya mempunyai ukuran dan bentuk yang beralasan sehingga
layak bagi manusia (harus berdasarkan penelitian dan analisa).
C. Kebutuhan, artinya perencana harus merencanakan sebuah rumah untuk klien yang
memesan, bukan untuk dirinya sendiri.

Terdapat 3 faktor utama sebagai syarat untuk membuat bangunan dengan arsitektur yang baik,
diantaranya :

a. Faktor fungsional, artinya enak dipakai dan memenuhi persyaratan sehingga tidak
menyulitkan pemakaian.
b. Faktor struktural, artinya harus kuat sehingga orang yang memakainya merasa aman.
c. Faktor estetika, artinya bangunan itu harus indah.

Ketiga faktor di atas harus direncanakan secara bersamaan, artinya ketiganya berkaitan satu
dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan yang utuh.

Dasar – dasar pengelompokan ruang

A. POLA AKTIVITAS Yaitu dengan melihat urutan kegiatan / tingkat kegiatan yang
berhubungan erat, sehingga ruang fungsionalnya menjadi dekat. Misalnya ruang tidur
dekat dengan KM / WC.
B. ADANYA KEBUTUHAN UTILITAS YANG SAMA yaitu Ruang dikelompokan
menjadi dekat agar menghemat biaya ekonomi. Misalnya dapur dekat dengan toilet agar
saluran sumber air bersihnya tidak terlalu jauh.
C. ADANYA PERSYARATAN YANG SAMA Misalnya sama-sama membutuhkan
ketenangan sehingga diletakkan pada zone yang tenang.

3. Programing Ruang
Pemrograman dalam arsitektur dapat dikatakan sebagai proses menggali fakta-fakta
hingga menetapkan kebutuhan-kebutuhan klien. Didalam proses ini terdapat sejumlah
pertimbangan-pertimbangan seperti fungsi (ruang termasuk didalamnya), bentuk, ekonomi
hingga waktu (Pena,William, 1977) Berbicara mengenai pertimbangan fungsi, berarti
secara tidak langsung berkenaan dengan masalah ruang. Maka program ruang pada
dasarnya adalah menetapkan kebutuhan ruang yang dapat memenuhi kebutuhan dan
tuntutan klien. Tahapan Pemrograman ruang berturut-turut adalah :
a. Menetapkan Kebutuhan Ruang
b. Menetapkan Besaran Ruang
c. Menetapkan Zoning/pengelompokkan Fungsi Ruang
d. Menetapkan Hubungan Ruang

A. Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang menetapkan macam fungsi ruang yang dibutuhkan untuk memenuhi
tuntutan dan kebutuhan klien. Tahapan-tahapan menetapkan kebutuhan ruang adalah :
a. Menetapkan Pelaku
Tahap paling awal dari proses menetapkan kebutuhan ruang adalah penetapan
akan pelaku, jenis pelaku, dan jumlah pelaku dalam sebuah ruangan . Pelaku dapat
dibagi dalam dua jenis yaitu :
 Pelaku internal (privat)
Pelaku internal/privat adalah pelaku individu maupun kelompok yang
berhubungan langsung dengan aktifitas, pemilikan serta pengelolaan suatu ruang.
Kelompok ini pula yang secara legalitas formal berhak menggunakan ruangan
tersebut.Pelaku internal/privat inipun dapat dibagi atas hirarki/tingkatan privasinya,
dari suatu tingkat privasi rendah hingga tinggi.
 Pelaku eksternal (publik)
Pelaku eksternal/publik adalah pelaku individu maupun kelompok yang
berhubungan langsung dengan aktifitas suatu ruang, namun tidak secara langsung
berhubungan dengan kepemilikan maupun pengelolaan ruang tersebut.

Penetapan pelaku mengandung makna bahwa hanya pelaku-pelaku inilah yang


nantinya akan menggunakan ruang yang direncana. Jenis pelaku, disis lain adalah
penggolongan pelaku-pelaku yang telah ditetapkan dalam 2 kelompok (internal/privat dan
eksternal/publik) yang telah disebutkan diatas. Selain itu, jumlah masing-masing
pelakupun harus pula ditetapkan, karena akan mempengaruhi besar area ruang yang akan
direncanakan.

b. Menetapkan Aktifitas Pelaku yang Akan Diakomodir


Pola aktifitas adalah seluruh kegiatan pelaku dalam satu waktu (hari, minggu,
bulan, tahun dst.) yang memiliki suatu keteraturan di dalam ruang yang direncana. pola
aktifitas ini dapat dirumuskan melalui pembuatan skenario aktifitas pelaku yang
mungkin terjadi. Skenario aktifitas dapat dilakukan melalui kegiatan pengamatan
(observasi) terhadap aktifitas-aktifitas pelaku yang ada pada ruang yang akan
direncanakan atau dengan mengamati pola aktifitas pada ruang dengan fungsi yang
serupa dengan ruang yang akan direncana.

c. Pengelompokan aktifitas yang serupa


Tahapan berikutnya setelah pola aktifitas didapatkan, adalah mengelompokkan
pola-pola yang memiliki kesamaan. Perlu untuk dicermati adalah pola-pola yang
membutuhkan suatu ruang khusus dan yang dapat digabungkan dengan ruang lainnya.
Hal ini sangat penting karena tidak seluruh pola aktifitas menuntut suatu ruang yang
mandiri.

d. Menetapkan Kebutuhan Ruang


Tahap akhir dari proses ini adalah dengan menetapkan ruang-ruang yang
dibutuhkan. Mengingat bahwa terdapat pola-pola aktifitas yang serupa namun tidak
diakomodir dalam sebuah ruangan, maka perlu pula dicatatkan akan jumlah ruang yang
akan dibuat.
Untuk memudahkan proses menetapkan kebutuhan ruang ini, dapat dibuat sebuah tabel
yang menggambarkan seluruh data yang telah didapatkan.
Jenis Jumlah
NO Pelaku Aktifitas Pelaku KebutuhanRuang
Pelaku Pelaku

B. Besaran Ruang
Pada dasarnya ruang adalah tempat aktifitas manusia, oleh karena itu untuk dapat
menghitung besaran suatu ruang, terdapat sejumlah pertimbangan. Pertimbangan-
pertimbangan dalam menghitung besarnya suatu ruang adalah :
a. Besaran Pelaku (menyangkut besaran antropormorfik dan jumlah pelaku)
Pelaku dalam hal ini adalah orang atau sekelompok orang yang akan beraktifitas
dan menggunakan suatu ruangan. Besaran pelaku dapat diprediksikan besarnya dengan
melihat besaran antropomorfik dan jumlah pelaku yang akan menggunakan suatu ruang.
Besaran antropomorfik menunjuk pada besaran tubuh seorang pelaku. Besaran ini dapat
berbeda untuk satu orang terhadap lainnya. Namun untuk dapat memudahkan
perhitungan, umumnya dapat digunakan standar besaran antropomorfik yang telah
distandarisasikan. Besaran ini dapat mengacu pada besaran antropomorfik yang pada
buku Data Arsitektur (standar Eropa) ataupun Time Saver Standart (Standar Amerika).
Pada besaran antropomorfik ini, dapat dilihat luasan area seorang pelaku pada kondisi
berdiri, berjalan, duduk hingga tidur.
Antopometri adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia
guna merumuskan perbedaan-perbadaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok
dan lain sebagainya.

Faktor – faktor data antropometrik

1. Ketepatan. Populasi pemakai hasil rancangan harus terlebih dahulu didefinisikan


dengan tepat melalui beberapa faktor seperti : umur, jenis kelamin, pekerjaan dan
etnis.
2. Kesalahpahaman Tentang Pengertian “Manusia Rata-Rata”. Bila suatu
perancangan dengan jarak bersih tertentu dapat digunakan atau dilalui oleh mereka
dengan ukuran tubuh yang terbesar, tentunya mereka yang berukuran tubuh lebih kecil
pasti dapat pula menggunakannya atau melaluinya.
3. Jangkauan, Jarak Bersih dan Kemampuan Penyesuaian. Bila hasil perancangan
dapat digunakan oleh mereka dengan jangkauan terpendek, tentunya mereka yang
berjangkauan tangan lebih panjang juga dapat menggunakan hasil perancangan
tersebut.
4. Pergerakan Manusia
Pergerakan adalah keadaan alamiah manusia dan dasar dari keberadaannya.
Kehidupan manusia menunjukkan ketiadaan keadaan yang static; mulai dari kedipan
mata sampai gerak lari dengan kecepatan tinggi, pada saat tidur maupun terjaga,
manusia selalu dalam keadaan bergerak. Dalam aplikasi atau penerapan data
antropometrik, seorang perancang harus mempertemukan kondisi data statis dengan
kenyataan aspek dinamis dari pergerakan tubuh manusia.
5. Rentang Gerakan Sendi
Tingkat kemampuan sendi badan untuk bergerak atau berputar jelas akan sangat
berpengaruh pada hubungan gerakan individu dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
para perancang seharusnya mengetahui juga rentang dari gerakan-gerakan sendi.
6. Batasan-Batasan
Penting untuk mengingatkan para peserta didik, perancang interior, atau arsitek untuk
tidak menganggap data antropometrik yang disajikan sebagai informasi yang sangat
akurat dan sangat ilmiah sehingga tidak mungkin salah. Data yang ada seharusnya
dipandang sebagai salah satu sumber informasi lainnya, atau sebagai alat bantu bagi
para perancang ruang atau interior.

ANALISIS UKURAN SKALA MANUSIA


 Tinggi Badan
Definisi : adalah jarak vertikal dari lantai sampai bagian atas
kepala, diukur saat subjek dalam posisi berdiri tegak lurus
dan menatap lurus ke depan.
Penerapan : untuk menetapkan tinggi minimum bukaan-
bukaan, pintu-pintu dan kusen-kusen, atau untuk menetapkan
jarak minimum letak gangguan di atas kepala yang diijinkan,
diukur dari permukaan lantai.
 Tinggi Mata
Definisi : jarak vertikal dari lantai hingga sudut dalam mata,
yang diukur saat subjek memandang lurus ke depan, dalam
posisi berdiri tegak.
Penerapan : penentuan garis pandang untuk beberapa fasilitas
seperti teater, auditorium, ruang-ruang rapat, dan penempatan
tanda-tanda serta berbagai materi visual lainnya.
 Tinggi Siku
Definisi : jarak yang diukur secara vertikal dari permukaan
lantai hingga bagian terendah dari siku yang merupakan titik
pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah.
Penerapan : menentukan ketinggian yang nyaman bagi meja
kerja, wastafel, meja dapur, bangku kerja, dan berbagai
permukaan kerja lainnya yang digunakan dalam posisi berdiri.
 Tinggi Duduk Pada Posisi Tegak
Definisi : jarak vertikal dari permukaan tempat duduk
hingga bagian puncak kepala dengan subjek pada posisi
tubuh tegak.
Penerapan : penentuan ketinggian yang diizinkan untuk
meletakan benda-benda di atas permukaan tempat duduk,
pengaturan tempat tidur susun, ketinggian dari partisi yang
rendah pada kantor-kantor ataupun bilik makan dan minum.
 Tinggi Duduk Pada Posisi Normal
Definisi : jarak vertikal dari permukaan tempat duduk hingga
bagian puncak kepala, diukur saat subjek duduk dengan sikap
tubuh santai.
Penerapan : penetapan tinggi minimum untuk peletakan benda-
benda dari atas tempat duduk, atau sama dengan fungsi yang di
atas.
 Tinggi Mata Pada Posisi Duduk
Definisi : jarak vertikal dari sudut bagian dalam mata hingga
permukaan tempat duduk.
Penerapan : menentukan garis pandang dan daerah sudut
pandang optimal untuk perancangan-perancangan pada teater,
auditorium, ruang kuliah dam berbagai ruang interior yang
membutuhkan aktivitas audio visual.
 Tinggi Pertengahan Bahu Pada Posisi Duduk
Definisi : jarak vertikal dari permukaan tempat duduk hingga
titik pertengahan bahu antara leher dan acromion.
Penerapan : perancangan ruangan kerja yang padat,
perancangan kendaraan dan pemakaian yang terbatas bagi
arsitek atau perancang interior.
 Rentang Bahu
Definisi : jarak horizontal maksimum yang melintasi otot-otot
deltoid.
Penerapan : menentukan kelonggaran bagi tempat duduk di
sekeliling meja dan tempat duduk berderet di teater dan
auditorium. Data-data ini juga dapat berguna untuk menentukan
jarak bersih sirkulasi dalam ruang-ruang publik dan pribadi.
 Rentang Siku Ke Siku
Definisi : jarak yang melintasi permukaan lateral antara siku
yang diukur pada posisi siku ditekuk dan beristirahat dengan
santai di samping tubuh dengan lengan bawah pada posisi
horizontal.
Penerapan : menentukan kelonggaran ruang bagi tempat duduk
di sekeliling meja rapat, meja makan, atau konter.
 Rentang Panggul
Definisi : rentang dari tubuh yang diukur melintasi bagian
terbesar dari panggul. Dapat diperoleh saat subjek dalam posisi
berdiri atau duduk.
Penerapan : menentukan kelonggaran bagi ukuran lebar bagian
dalam kursi, tempat duduk bar dan konter, bangku kantor yang
tinggi.
 Tinggi Siku Pada Posisi Istirahat
Definisi : tinggi dari mulai puncak permukaan tempat duduk
hingga bagian puncak bawah dari siku.
Penerapan : membantu untuk menentukan ketinggian sandaran
tangan, konter kerja, meja, meja tulis, dan peralatan lainnya.
 Tinggi Bersih Paha
Definisi : jarak vertikal yang diambil dari permukaan tempat
duduk hingga bagian puncak paha.
Penerapan : perancangan elemen-elemen interior, seperti meja,
meja rapat, lemari kerja atau perabot lain sehingga terdapat jarak
bersih yang memungkinkan adanya ruang yang longgar dengan
paha yang ada di bawahnya ketika duduk.
 Tinggi Lutut
Definisi : jarak vertikal dari lantai hingga titik tengah tempurung
lutut.
Penerapan : penentuan jarak dari lantai hingga bagian bawah
meja tulis, meja, atau counter, terutama bila pemakai dalam
posisi duduk perlu menempatkan bagian bawah tubuhnya
sebagian di bawah perabot-perabot tersebut.
 Tinggi Lipatan Pada Lutut
Definisi : jarak yang diambil secara vertikal dari lantai hingga
bagian bawah paha tepat di belakang lutut, ketika orang berada
dalam posisi duduk tegak.
Penerapan : menentukan tinggi permukaan tempat duduk dari
atas permukaan lantai, terutama titik tertinggi bagian depan
tempat duduk.
 Jarak Dari Pantat Hingga Lipatan Dalam Lutut
Definisi : jarak horizontal dari permukaan terluar dari pantat
hingga bagian belakang kaki bagian bawah.
Penerapan : perancangan tempat duduk, terutama lokasi kaki,
permukaan vertikal dari bagian depan bangku, bangket dan
lainnya, serta penentuan panjang tempat duduk ke arah depan.
 Jarak Dari Pantat Ke Lutut
Definisi : jarak horizontal permukaan terluar dari pantat ke
bagian depan tempurung lutut.
Penerapan : penentuan jarak yang tepat dari bagian belakang
kursi hingga halangan fisik atau objek-objek yang terletak di
depan lutut. Contohnya tempat duduk yang terpasang permanen
di auditorium, susunan bangku bis, teater, dan berbagai tempat
ibadah.
 Jarak Pantat Ke Ibu Jari Kaki
Definisi : jarak horisontal dari permukaan terluar pantat hingga
ujung ibu jari kaki.
Penerapan : penentuan jarak yang tepat dari bagian belakang kursi hingga halangan
fisik atau objek-objek yang terletak di depan lutut. Contohnya tempat duduk yang
terpasang permanen di auditorium, susunan bangku bis, teater, dan berbagai tempat
ibadah.
 Jarak Pantat Ke Tumit
Definisi : jarak horisontal dasar tumit hingga dinding tempat
subjek duduk dengan posisi tegak dan kai terjulur maksimal ke
depan sepanjang permukaan tempat duduk.
Penerapan: penentuan kebutuhan ruang untuk lounge dan
pengaturan tempat duduk yang bersifat informal atau peralatan
dalam ruang latihan.
 Jangkauan Vertikal Pada Posisi Duduk
Definisi : tinggi ujung jari tengah di atas permukaan tempat duduk
saat lengan tangan dan jari-jari direntangkan secara vertikal.
Penerapan : penentuan lokasi control yang terletak di atas kepala,
tombol-timbol dan lain sebagainya serta lebih berguna lagi bagi
perancang peralatan.
 Jangkauan Genggaman Vertikal
Definisi : jarak yang diukur dari permukaan lantai hingga ujung
palang yang digenggam dengan tangan kanan, dalam posisi berdiri
tegak dan tangan dinaikan setinggi-tingginya tanpa merasa tidak
nyaman atau sakit.
Penerapan : penentuan ketinggian maksimal di atas permukaan
lantai untuk peletakan tombol, alat control, pegangan, pengungkit,
rak buku, rak topi, dll.
 Jangkauan Lengan Ke Samping
Definisi : jarak dari garis tengah tubuh hingga permukaan luar
sebuah palang yang digenggam tangan kanan, dalam posisi berdiri
tegak dengan lengan terentang horisontal tanpa menimbulkan sakit.
Penerapan : perancangan peralatan dalam menentukan lokasi
control, interior rumah sakit atau laboratorium.
 Jangkauan Ujung Ibu Jari Tangan
Definisi : jarak dari dinding hingga ujung ibu jari yang diukur
dengan posisi bahu menempel pada dinding, lengan terentang ke
depan dan jari telunjuk subjek menyentuh ujung ibu jarinya.
Penerapan : penentuan ukuran maksimal jangkauan rak pada
konter kerja, lemari yang terhalang partisi di depan meja kantor.
 Tebal Tubuh Maksimal
Definisi : jarak horisontal antara bagian terdepan dari tubuh hingga
bagian terbelakangnya. Titik terdepan terletak pada dada atau
perut, titik terbelakang terletak pada pantat atau daerah bahu.
Penerapan : perancangan peralatan dan menentukan jarak bersih
yang diperlukan pada ruang yang sangat padat atau situasi antrian.
 Rentang Tubuh Maksimal
Definisi : adalah jarak maksimal dengan pengukuran
melintasi tubuh, termasuk lengan.
Penerapan : perencanaan lebar lorong, koridor, pintu atau
akses bukaan, daerah pertemuan publik dan lain
sebagainya.

b. Besaran Aktifitas
Aktifitas suatu ruangan berarti seluruh kegiatan yang dilakukan di dalam
ruangan tersebut. Jenis aktifitas dapat digolongkan atas 2 macam yaitu aktifitas
kelompok dan individu. Karakteristik suatu aktifitas terbagi atas aktifitas formal dan
informal. Sedangkan macam aktifitas dapat berupa aktifitas bekerja, bermain, ibadah,
istirahat, dan sebagainya.
Besar area aktifitas yang dapat ditampung dalam suatu ruang dapat dihitung
sebesar 20 30 % dari luas ruang yang digunakan untuk pelaku dan furniture. Dalam
nilai ini tercakup pula besarnya sirkulasi (pergerakan) yang terjadi dalam ruangan
tersebut. Nilai 20 – 30% ini didasrkan atas efisiensi ruang terhadap faktor ekonomi
kontruksi bangunan. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa besarnya aktifitas
dapat mencapai lebih dari nilai 20 – 30% ini. Hal tersebut dapat dikarenakan faktor
ekonomi tidak menjadi prioritas utamanya.
c. Besaran Furnitur
Furniture atau perlengkapan ruang, ditetapkan sesuai dengan macam aktifitas
serta jumlah pelaku yang menggunakannya. Sebagai acuan guna memudahkan
mendapatkan besar luasan area yang akan digunakan untuk suatu furniture, dapat
digunakan standar-standar besaran yang telah ada (data Arsitektur, Neufert).
NO Nama Ruang Jumlah Besaran Area Pelaku Besaran Furnitur Besaran Aktifitas 20-
Pelaku M2 (A) M2 (B) 30%(A+B) M2

Contoh : Sebuah rumah direncanakan akan dibangun. Rumah ini diharapkan akan dapat
menampung sebuah keluarga kecil (bapak : pekerja kantor, ibu : ibu rumah tangga dan anak :
pelajar smp), dan tamu-tamu yang akan berkunjung. Rencanakan ruang-ruang yang harus
disediakan untuk rumah tersebut!

Jenis Jumlah Kebutuhan


NO Pelaku Aktifitas Pelaku
Pelaku Pelaku Ruang
1 Ayah Internal 1 Bangun tidur, mandi, makan, 1. Ruang tidur
bekerja,pulang, istirahat, mandi, 2. Ruang makan
berbincang dengan keluarga, makan 3. Kamar mandi
malam, menerima tamu, mengerjakan 4. Ruang
tugas kantor, menonton tv, tidur keluarga
5. Ruang tamu
6. Ruang kerja
2 Ibu Internal 1 bangun tidur, mandi, menyiapkan 1. Ruang tidur
makan, makan, membersihkan rumah, 2. Ruang makan
belanja, menyiapkan makan siang, 3. Dapur
mencuci, menyetrika pakaian, istirahat, 4. Kamar mandi
mandi, berbincang dengan keluarga, 5. Ruang cuci
menyiapkan makan malam, makan, 6. Ruang
menonton tv, tidur. keluarga
3 Anak Internal 1 bangun tidur, mandi, makan, sekolah, 1. Ruang tidur
pulang, istirahat, makan siang, belajar, 2. Ruang makan
menonton tv, mandi, makan malam, 3. Kamar mandi
berbincang dengan keluarga, tidur 4. Ruang
keluarga
4 Tamu Eksternal 1-4 Berbincang – bincang, menonton Tv 1. Ruang tamu
2. Ruang
Keluarga
Dari daftar kebutuhan ruang yang telah didapatkan, dapat dibuat penyederhanaan ruang
dengan cara menggabungkan ruang-ruang yang memiliki fungsi dan karakteristik yang
sama. Namun harus dicermati bahwa tidak seluruh ruang ynag memilik kesamaan harus
disatukan, karena dimungkinkan pula untuk dipisahkan seperti kamar mandi untuk bapak
dan ibu terhadap anak, ruang tidur bapak dan ibu terhadap anak dsb. Sehingga total
kebutuhan ruang yang harus disediakan adalah :
a. R. Tidur Bapak/Ibu
b. R. Tidur Anak
c. R. Makan
d. R. Cuci pakaian dan seterika
e. R. Dapur dan cuci
f. R. Istirahat/keluarga
g. R. Tamu
i. R. Kerja dan Belajar
j. Kamar Mandi/lavatori khusus
Besaran Ruang
A. Terhadap Pelaku

Pelaku (jumlah) Luas


No. Nama Ruang 2 2
@ 0,8 M (M )
1. Bapak
1. R. Tidur Bapak/Ibu 2. Ibu 3 X 0,8 = 2,4
3. Anak
1. Anak
2. Ibu
2. R. Tidur Anak 4 X 0.8 = 3,2
3. Bapak
4. Tamu (1)
1. Ibu
3. R. Makan 2. Bapak 3 X 0,8 = 2,4
3. Anak
4. R. Cuci dan Setrika 1. Ibu 1 X 0,8 = 0,8
1. Ibu
5. R. Dapur dan Cuci 2. Bapak 3 X 0,8 = 2,4
3. Anak
1. Bapak
2. Ibu
6. R. Keluarga 4 X 0,8 = 3,2
3. Anak
4. Tamu
1. Bapak
2. Ibu
7. R. Tamu 5 X 0,8 = 4,0
3. Anak
4. Tamu (2)
1. Bapak
8. R. Kerja dan Belajar 2. Anak 3 X 0,8 = 2,4
3. Tamu (1)
Kamar Mandi/lavatori 1. Bapak
9. 2 X 0,8 = 1,6
Khusus Bapak dan Ibu 2. Ibu
10. Kamar Mandi/lavatori 1. Bapak/Ibu/Anak/Tamu 1 X 0,8 = 0,8

B. Terhadap Furniture
2
No. Ruang Furniture ( jumlah) Luas (M )

1. Tempat Tidur (1) 1. 1 X 2X1 = 2


1. R. Tidur Bapak/Ibu 2. Lemari Pakaian (1) 2. 1 X 1 X 0,5 = 0,5
3. Meja Rias/Toalet (1) 3. 1 X 0,5 X 0,5 = 0,25

1. Tempat Tidur (1) 1. 1 X 2X0,5 = 1


2. Lemari Pakaian (1) 2. 1 X 1 X 0,5 = 0,5
2. R. Tidur Anak
3. Meja belajar (1) 3. 1 X 0,5 X 1 = 0,5
4. Lemari buku (1) 4. 1 X 0,5 X 0,5 = 0,25
1. Meja makan (1) 1. 1 X 1 X 1,5 = 1,5
2. Kursi Makan (5) 2. 5 X 0,5 X 0,5 = 1,25
3. R. Makan
3. Lemari Perabot Makan (1) 3. 1 X 1 X 0,5 = 0,5
4. Wastafel (1) 4. 1 X 0,5 X 0,5 = 0,25

1. Meja Seterika (1) 1. 1 X 0,5 X 1 = 0,5


4. R. Cuci dan Setrika 2. Kursi (1) 2. 1 X 0,5 X 0,5 = 0,25
3. Lemari Pakaian (1) 3. 1 X 1 X 0,5 = 0,5

1. Meja Pantry (1) 1. 1 X 0,5 X 1 = 0,5


5. R. Dapur dan Cuci 2. Meja Cuci (1) 2. 1 X 0,5 X 1 = 0,5
3. Rak Piring (1) 3. 1 X 0,25 X 0,5 = 1,25

1. Kursi (3) 1. 3 X 0,5 X 0,5 = 0,75


6. R. Keluarga
2. Meja (1) 2. 1 X 0,5 X 0,5 = 0,25

1. Kursi (5) 1. 5 X 0,5 X 0,5 = 1,25


7. R. Tamu 2. Meja (1) 2. 1 X 0,5 X 0,5 = 0,25
3. Rak (1) 3. 1 X 1 X 0,5 + 0,5

1. Meja kerja (2) 1. 2 X 0,5 X 1 = 1


8. R. Kerja dan Belajar 2. Kursi (3) 2. 3 X 0,5 X 0,5 = 0,75
3. Lemari Buku (2) 3. 2 X 0,5 X1 = 1

1. Bathub (1) 1. 1 X 0,5 X 2 = 1


Kamar Mandi/lavatori
9. 2. Closet (1) 2. 1 X 0,5 X 1 = 0,5
Khusus Bapak dan Ibu
3. Wastafel (1) 3. 1 X 0,5 X 0,5 = 0,25

1. Bak Mandi (1) 1. 1 X 0,5 X 0,5 = 0,25


10. Kamar Mandi/lavatori
2. Closet (1) 2. 1 X 0,5 X 1 =0,5

C. Terhadap Aktifitas

Furniture + Pelaku (A) Luas = 20% A


No. Ruang 2 2
M M
1. R. Tidur Bapak/Ibu 2,4 + 2,75 = 5,15 1,03
2. R. Tidur Anak 2,25 + 3,2 = 5,45 1,09
3. R. Makan 3,5 + 2,4 = 5,9 1,18
4. R. Cuci dan Setrika 1,25 + 0,8 = 2,05 0,41
5. R. Dapur dan Cuci 2,25 + 2,4 = 4,65 0,93
6. R. Istirahat 1 + 2,4 = 3,4 0,68
7. R. Tamu 2+4=6 1,2
8. R. Kerja dan Belajar 2,75 + 2,4 = 5,15 1,03
Kamar Mandi/lavatori
9. 1,75 + 1,6 = 2,35 0,47
Khusus Bapak dan Ibu
10. Kamar Mandi/lavatori 0,75 + 0,8 = 1,55 0,311

Luas Total Untuk Setiap Ruang

Furniture + Pelaku (A) + Luas


No. Ruang 2 2
Aktifitas M M
1. R. Tidur Bapak/Ibu 2,4 + 2,75 + 1,03 6,18
2. R. Tidur Anak 2,25 + 3,2 + 1,09 6,54
3. R. Makan 3,5 + 2,4 +1,18 7,08
4. R. Cuci dan Setrika 1,25 + 0,8 + 0,41 2,46
5. R. Dapur dan Cuci 2,25 + 2,4 + 0,93 5,58
6. R. Istirahat 1 + 2,4 + 0,68 4,08
7. R. Tamu 2 + 4 + 1,2 7,2
8. R. Kerja dan Belajar 2,75 + 2,4 + 1,03 6,18
Kamar Mandi/lavatori
9. 1,75 + 1,6 + 0,47 2,82
Khusus Bapak dan Ibu
10. Kamar Mandi/lavatori 0,75 + 0,8 + 0,311 1,86
Luas Total 56,88

C. Zoning / Pendaerahan
Zoning adalah pemintakan untuk area-area di dalam lahan perancangan. Zoning adalah
bentuk mikro dari pemilahan/maping/pembagian lahan untuk kebutuhan aktivitas
tertentu.

PRIVATE

SEMI SERVICE
PUBLIC

PUBLIC
• Publik : ruang-ruang yang mudah dijangkau publik, di dalam kegiatannya bukan
bersifat pribadi. Dipilih area yang paling dekat dengan lalu lintas kegiatan sekitar.
• Zoning public adalah ruang yang selain anggota keluraga dapat dengan mudah
memasukinya yaitu ruang tamu, garasi dan teras.
• Semi Publik : adalah ruang-ruang yang agak jauh dari jangkauan publik, namun secara
kebisingan tidak perlu begitu dihiraukan. Hanya orang tertentu saja yang bisa
memasukinya, yaitu ruang keluarga, perpustakaan / ruang baca, ruang olahraga.
• Zoning semi public dipilih area yang memiliki kebisingan dan lalu lintas kegiatan
sedang. Perancang memilih area ini berada di tengah-tengah lahan perancangan.
• Privat : adalah ruang yang sangat pribadi dan tidak semua orang dapat masuk, hanya
anggota keluarga tertentu saja yang menempatinya yaitu kamar tidur.
• Zoning private membutuhkan ketenangan yang sangat tinggi, dipilih area yang paling
terhindar dari kebisingan jalan dan lingkungan sekitar.
• Servis : adalah zona yang ada pada setiap jenis bangunan karena kebutuhannya yang
vital. Terdiri dari ruang tidur pembantu, ruang mandi pembantu, ruang cuci, ruang
jemur, ruang setrika dan ruang gudang.
• Zona ini fleksible, bisa ditempatkan dimana saja, di area depan lantai bawah, di area
depan lantai atas, di area belakang lantai atas dan sebagainya.

Semi Publik Service

Privat service

Publik

Anda mungkin juga menyukai