Anda di halaman 1dari 27

BUPATI BOGOR

PERATURAN BUPATI BOGOR


NOMOR 41 TAHUN 2016
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2014
TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BUPATI BOGOR,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatur pemilihan dan
pemberhentian kepala desa di Kabupaten Bogor, telah
ditetapkan Peraturan Bupati Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Desa;
b. bahwa sehubungan dengan telah berlakunya Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Desa, maka Peraturan
Bupati Nomor 29 Tahun 2014 sebagaimana dimaksud dalam
huruf a perlu diubah dan disesuaikan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
Bupati tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Bogor
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemilihan dan
Pemberhentian Kepala Desa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan
Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4456);
4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
6. Undang-Undang .........
-2-
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234)
7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5256);
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
10.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
11. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4826);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5717);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5887);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 2092);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4);
17. Peraturan .........
-3-
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3 Tahun 2003
tentang Pembentukan Kecamatan (Lembaran Daerah Kabupaten
Bogor Tahun 2003 Nomor 127, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Bogor Nomor 8);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 6 Tahun 2015
tentang Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2015
Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bogor
Nomor 84);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2016 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Bogor Nomor 96);
20. Peraturan Bupati Nomor 29 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Desa (Berita Daerah
Kabupaten Bogor Tahun 2014 Nomor 29);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2014
TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN
KEPALA DESA.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Bogor Nomor 29
Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian
Kepala Desa (Berita Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2014 Nomor
29), diubah sebagai berikut :
1. ketentuan angka 4 diubah, diantara angka 19 dan angka 20
disisipkan 1 (satu) angka, yakni angka 19a, angka 25 dan
angka 32 diubah, angka 33 dihapus, diantara angka 33 dan
angka 34 disisipkan 4 (empat) angka, yakni angka 33a, angka
33b, angka 33c dan angka 33d, diantara angka 34 dan angka
35 disisipkan 4 (empat) angka, yakni angka 34a, angka 34b,
angka 34c dan angka 34d serta angka 36 ditambahkan
6 (enam) angka baru, yakni angka 36a, angka 36b, angka 36c,
angka 36d, angka 36e dan angka 36f Pasal 1, sehingga Pasal 1
berbunyi sebagai berikut :

Pasal 1
1. Daerah adalah Kabupaten Bogor.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bogor.
3. Bupati adalah Bupati Bogor.
4. Kecamatan adalah perangkat daerah sebagai unsur
pelaksana kewilayahan pada tingkat kecamatan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
5. Camat .........
-4-
5. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam
pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
kewenangan pemerintahan dari Bupati untuk menangani
sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan
tugas umum pemerintahan.
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Kepala Desa adalah pemimpin penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di
desa.
10. Perangkat Desa adalah sekretariat desa, pelaksana
kewilayahan dan pelaksana teknis.
11. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut
BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
12. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama
lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra
pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.
13. Unsur masyarakat adalah tokoh masyarakat, perwakilan
kelompok tani, perwakilan kelompok pengrajin, perwakilan
kelompok perempuan dan perwakilan kelompok lainnya
sesuai kondisi desa yang bersangkutan.
14. Tokoh masyarakat adalah tokoh adat, tokoh keagamaan,
dan tokoh pendidikan.
15. Pemilihan Kepala Desa secara serentak adalah pemilihan
kepala Desa yang dilaksanakan pada hari yang sama
dengan mempertimbangkan jumlah Desa dan kemampuan
biaya pemilihan.
16. Pemilihan Kepala Desa antarwaktu adalah pemilihan
kepala desa yang dilaksanakan akibat adanya
pemberhentian Kepala Desa sebelum berakhir masa
jabatan dengan sisa masa jabatan lebih dari 1 (satu)
tahun.
17. Musyawarah Desa adalah musyawarah yang
diselenggarakan oleh BPD khusus untuk pemilihan Kepala
Desa antarwaktu.
18. Panitia .........
-5-
18. Panitia Pemilihan Kepala Desa yang selanjutnya disebut
Panitia Pemilihan adalah panitia yang dibentuk oleh BPD
dalam musyawarah BPD untuk menyelenggarakan proses
pemilihan Kepala Desa.
19. Panitia Pemilihan Kepala Desa antarwaktu yang
selanjutnya disebut Panitia Pemilihan antarwaktu adalah
panitia yang dibentuk oleh BPD dalam musyawarah desa
untuk menyelenggarakan proses pemilihan Kepala Desa
antarwaktu.
19a. Bakal Calon Kepala Desa adalah warga negara Indonesia
yang mendaftarkan diri sebagai calon kepala desa.
20. Calon Kepala Desa adalah Bakal Calon Kepala Desa yang
telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai Calon yang
berhak dipilih menjadi Kepala Desa.
21. Calon Kepala Desa Terpilih yang selanjutnya disebut Calon
Terpilih adalah Calon Kepala Desa yang memperoleh suara
terbanyak dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa.
22. Penjabat Kepala Desa adalah Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan tugas, hak dan wewenang serta kewajiban
Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu.
23. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Pemerintah Daerah.
24. Pemilih adalah penduduk desa Warga Negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi persyaratan untuk
menggunakan hak pilih dalam Pemilihan Kepala Desa.
25. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS
adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan data
Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum terakhir yang telah
diperbaharui dan diteliti kembali atas kebenarannya serta
ditambah dengan pemilih baru sesuai dengan data
penduduk yang sudah dilakukan perekaman oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
26. Daftar Pemilih Tambahan yang selanjutnya disebut
DPTam adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan
dokumen kependudukan yang diusulkan oleh pemilih
bersangkutan dan/atau masyarakat desa karena yang
bersangkutan belum terdaftar dalam DPS.
27. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah
daftar pemilih yang telah ditetapkan oleh Panitia
Pemilihan sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan
jumlah pemilih dalam pemilihan Kepala Desa yang terdiri
dari DPS dan DPTam.
28. Pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa yang selanjutnya
disebut Pendaftaran adalah tahapan kegiatan yang
dilakukan oleh panitia pemilihan kepala desa untuk
mendapatkan bakal calon Kepala Desa.
29. Penelitian Kelengkapan Administrasi Bakal Calon Kepala
Desa yang selanjutnya disebut Penelitian adalah tahapan
kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan untuk
mendapatkan calon Kepala Desa.
30. Kampanye .........
-6-
30. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
Calon Kepala Desa untuk meyakinkan para pemilih dalam
rangka mendapatkan dukungan sebesar-besarnya dari
pemilih.
31. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat
TPS, adalah tempat dilaksanakannya pemungutan dan
penghitungan suara.
32. Seleksi Tambahan Pemilihan Kepala Desa secara serentak
adalah seleksi yang dilakukan oleh panitia pemilihan
terhadap Bakal Calon Kepala Desa apabila jumlah Bakal
Calon Kepala Desa lebih dari 5 (lima) orang.
33. dihapus.
33a. Seleksi Tambahan Pemilihan Kepala Desa antarwaktu
adalah seleksi yang dilakukan oleh panitia pemilihan
antarwaktu terhadap Bakal Calon Kepala Desa apabila
jumlah Bakal Calon Kepala Desa lebih dari 3 (tiga) orang.
33b. Penetapan adalah penetapan Bakal Calon Kepala Desa
menjadi Calon Kepala Desa yang dilakukan oleh Panitia
Pemilihan.
33c. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang
diinginkan pada akhir periode perencanaan yang
disampaikan oleh calon Kepala Desa.
33d. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang
disampaikan oleh calon Kepala Desa.
34. Hari adalah hari kalender.
34a. Pemberian suara adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memilih calon Kepala Desa dengan menggunakan metode
pemilihan secara manual atau pemilihan secara e-voting.
34b. Pemilihan secara manual adalah Pemilihan Kepala Desa
yang cara pemungutan suara menggunakan kertas surat
suara, dengan cara pemilih mencoblos atau mencontreng
atau memberikan tanda lain pada surat suara yang
mencantumkan nomor, gambar dan nama calon Kepala
Desa.
34c. Pemungutan Suara Elektronik (e-voting) adalah Pemilihan
Kepala Desa yang cara pemungutan suara menggunakan
rangkaian peralatan e-voting tertentu dengan menyentuh 2
(dua) langkah/kali pada layar monitor komputer yang
terdapat nomor, gambar dan nama calon Kepala Desa.
34d. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan
dalam jangka waktu tertentu.
35. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya
disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
36. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya
disebut APBDesa adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintah Desa yang dibahas dan disepakati bersama
oleh Pemerintah Desa dan BPD, dan ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
36a. Panitia .........
-7-
36a. Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kabupaten Bogor
adalah panitia yang dibentuk oleh Bupati untuk
merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa serentak di tingkat
Daerah.
36b. Tim Teknis Inti adalah tim yang bertugas membantu
Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Daerah dalam
menyiapkan dan mengamankan peralatan pemungutan
suara secara elektronik beserta segenap program dan
aplikasinya.
36c. Tim Teknis Lapangan adalah yang bertugas membantu
Panitia Pemilihan Kepala Desa menyiapkan dan
mengoperasikan peralatan pemungutan suara secara
elektronik untuk keperluan pemungutan suara pada
setiap TPS.
36d. Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan
sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
36e. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur
oleh peserta, pemberi kerja,dan/atau Pemerintah.
36f. Kecelakaan Kerja adalah kecelakaaan yang terjadi dalam
hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja.
2. Diantara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan 1 (satu) pasal baru,
yakni Pasal 4a, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 4a
Pemilihan Kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf a, dilaksanakan dengan menggunakan
metode secara manual atau elektronik (e-voting).

3. Ketentuan Pasal 6 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:


Pasal 6
(1) Dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, Bupati
dapat membentuk Panitia Pemilihan Tingkat Daerah yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(2) Panitia Pemilihan Tingkat Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diketuai oleh Sekretaris Daerah yang
beranggotakan :
a. Asisten pada Sekretariat Daerah yang tugas pokok dan
fungsinya di bidang Pemerintahan;
b. Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya di
bidang pengawasan;
c. Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya di
bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa;
d. Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya di
bidang ketentraman dan ketertiban;
e. Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya di
bidang Komunikasi dan informasi;
f. Perangkat .........
-8-
f. Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya di
bidang kependudukan dan Pencatatan Sipil; dan
g. Camat;
h. unsur Kepolisian Resort Bogor;
i. unsur Komando Distrik Militer 0621;
j. unsur Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor;
k. unsur Pengadilan Negeri Kabupaten Bogor; dan
l. unsur Perangkat Daerah/instansi terkait dengan
pemilihan Kepala Desa.
(3) Panitia Pemilihan Tingkat Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), mempunyai tugas sebagai berikut :
a. merencanakan, mengkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa di
tingkat Daerah;
b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan pemilihan
kepala desa kepada panitia pemilihan kepala desa;
c. menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara;
d. memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan
kotak suara serta perlengkapan pemilihan lainnya;
e. melakukan sosialisasi pemilihan kepala desa kepada
Kepala Desa dan anggota BPD;
f. memfasilitasi penyelesaian permasalahan pemilihan
Kepala Desa di tingkat daerah;
g. melakukan evaluasi pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa di tingkat Daerah;
h. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati.

4. Diantara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 1 (satu) pasal baru,


yakni Pasal 6a, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 6a
(1) Pada Tingkat Kecamatan, dapat dibentuk Tim Fasilitasi
dengan susunan Tim paling kurang terdiri dari:
a. Camat sebagai Penanggungjawab;
b. Sekretaris Camat sebagai Ketua;
c. Kepala Seksi yang tugas pokok dan fungsinya
membidangi pemerintahan pada Kecamatan sebagai
Sekretaris;
d. Anggota :
1. Kepala Seksi yang tugas pokok dan fungsinya
membidangi perekonomian dan pembangunan
pada Kecamatan;
2. Kepala Seksi yang tugas pokok dan fungsinya
membidangi kesejahteraan masyarakat pada
Kecamatan;
3. Kepala Seksi yang tugas pokok dan fungsinya
membidangi pemerintahan pada Kecamatan;
4. Kepala Seksi yang tugas pokok dan fungsinya
membidangi ketenteraman dan ketertiban umum
pada Kecamatan;
5. unsur .........
-9-
5. unsur Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) terkait
di Kecamatan;
6. unsur Kepolisian Sektor; dan
7. unsur Komando Rayon Militer.
(2) Tim Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mempunyai tugas :
a. melakukan pembinaan dan pengarahan kepada Panitia
Pemilihan;
b. membantu Panitia Pemilihan dalam melaksanakan
penelitian dan klarifikasi kelengkapan persyaratan
administrasi bakal calon;
c. memfasilitasi pembentukan Panitia Pemilihan;
d. memfasilitasi menyusunan tata tertib pemilihan kepala
desa;
e. membantu pengundian nomor urut calon dan
penyusunan anggaran biaya pemilihan kepala desa;
f. membantu verifikasi perencanaan anggaran yang
diajukan oleh panitia pemilihan;
g. melakukan monitoring dan pengawasan pelaksanaan
pemungutan dan penghitungan suara;
h. membantu Panitia Pemilihan dalam menyelesaikan
perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa.
(3) Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Camat.

5. Diantara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 14 disisipkan 1 (satu) ayat
baru, yakni ayat (2a) dan ayat (3) diubah, sehingga Pasal
14 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 14
(1) Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada APBD.
(2) Biaya pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud
ayat (1), dipergunakan untuk :
a. pengadaan surat suara;
b. pengadaan kotak suara;
c. pengadaan kelengkapan peralatan lainnya; dan
d. honorarium panitia.
(2a) Dalam hal Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan dengan
menggunakan metode secara elektronik (e-voting)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4a, maka biaya
pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dipergunakan untuk honorarium panitia dan
pengadaan kelengkapan peralatan untuk metode secara
elektronik (e voting).
(3) Dalam hal biaya pemilihan Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (2a) tidak mencukupi,
maka kekurangan biaya dibebankan pada APBDesa.
(4) Dalam hal terjadi penundaan pemungutan suara, maka
biaya penundaan pemungutan suara dibebankan kepada
APBDesa.
6. Ketentuan .........
-10-
6. Ketentuan ayat (1) huruf a Pasal 16 diubah, sehingga Pasal 16
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 16
(1) Penduduk desa yang berhak memilih Kepala Desa adalah
Warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. terdaftar secara sah sebagai warga desa dan bertempat
tinggal di desa setempat paling singkat 6 (enam) bulan
sebelum DPS disahkan yang dibuktikan dengan Kartu
Tanda Penduduk Elektronik dan/atau Kartu Keluarga;
b. paling kurang berusia 17 tahun atau sudah/pernah
menikah pada hari pemungutan suara;
c. nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya;
d. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap;
e. bukan anggota TNI dan Polri aktif; dan
f. tercantum sebagai pemilih dalam DPT.
(2) Seorang pemilih hanya didaftar 1 (satu) kali dalam daftar
pemilih.
(3) Seseorang yang telah terdaftar dalam DPT, apabila tidak
lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tidak dapat menggunakan hak pilihnya.

7. Ketentuan Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) dihapus, dan ayat (3)
diubah, sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 17
(1) Dihapus.
(2) Dihapus.
(3) Pendaftaran Pemilih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (1) huruf a, dilaksanakan paling lama 14
(empat belas) hari dan hasilnya ditetapkan dalam DPS
yang disusun berdasarkan Rukun Tetangga dan Rukun
Warga serta ditetapkan ditandatangani oleh Sekretaris dan
Ketua panitia pemilihan.
(4) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diumumkan di
Kantor Desa dan di tempat strategis lainnya dalam jangka
waktu 3 (tiga) hari, terhitung sejak tanggal ditandatangani.
(5) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
pemilih atau anggota keluarga dapat mengajukan
perbaikan mengenai penulisan nama dan/atau identitas
lainnya kepada panitia melalui pengurus Rukun Tetangga
dan Rukun Warga.
(6) Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), pemilih atau anggota keluarga dapat memberikan
informasi yang meliputi :
a. pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia;
b. pemilih terdaftar ganda;
c. pemilih yang terdaftar tetapi tidak memenuhi syarat
sebagai pemilih; dan/atau
d. pemilih sudah tidak berdomisili di desa tersebut.
(7) Apabila .........
-11-
(7) Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) diterima, panitia
pemilihan melakukan perbaikan DPS.

8. Ketentuan Pasal 26 diubah, sehingga Pasal 26 berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 26
Persyaratan Bakal Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 ayat (3), sebagai berikut :
a. Warga Negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan Bhinneka Tunggal Ika;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah
pertama atau sederajat;
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling
tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat mendaftar;
f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
g. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih,
kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana
penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka
kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana
serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;
h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
i. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
j. sehat jasmani dan rohani;
k. berkelakuan baik, jujur dan adil;
l. Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri sebagai Kepala
Desa, harus mendapatkan izin tertulis dari Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah;
m. bagi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), PNS TNI,
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan
PNS Polri harus mengundurkan diri dari jabatannya;
n. belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa dalam 3 (tiga)
kali masa jabatan, baik berturut-turut maupun tidak
berturut turut, baik di desa yang sama maupun di desa
yang berbeda, termasuk masa jabatan kepala desa
antarwaktu;
o. telah menyerahkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa akhir masa jabatan bagi kepala desa yang akan
mencalonkan diri kembali sebagai calon kepala desa;
p. belum .........
-12-
p. belum pernah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Kepala Desa, BPD, Perangkat Desa, Pegawai Negeri Sipil,
Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia,
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau
pegawai Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah yang dinyatakan dengan surat keterangan dari
pejabat berwenang; dan
q. bebas narkotika dan obat terlarang (Narkoba).

9. Ketentuan ayat (1) Pasal 27 diubah, sehingga Pasal 27 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 27
(1) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (3), sebagai berikut :
a. surat permohonan atau lamaran yang ditulis tangan
di atas kertas bermeterai cukup, ditujukan kepada
Panitia Pemilihan;
b. surat pernyataan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa di atas kertas bermeterai cukup;
c. foto kopi Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el)
dan Kartu Keluarga (KK) dan yang masih berlaku serta
dilegalisir instansi berwenang;
d. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang
Dasar 1945, mempertahankan dan memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhinneka Tunggal Ika yang dibuat diatas kertas
bermaterai cukup;
e. foto kopi ijazah Pendidikan dari Sekolah Dasar sampai
dengan Ijazah terakhir minimal Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama atau sederajat, yang telah dilegalisir
oleh pejabat yang berwenang, serta menunjukan bukti
ijazah asli;
f. foto kopi Akta Kelahiran yang dilegalisir oleh pejabat
yang berwenang serta menunjukan dokumen aslinya;
g. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi Kepala
Desa yang dibuat diatas kertas bermaterai cukup;
h. surat keterangan dari Ketua Pengadilan bahwa tidak
pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling sedikit 5 (lima) tahun
atau lebih, kecuali yang bersangkutan telah selesai
menjalani pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan
mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada
masyarakat bahwa yang bersangkutan pernah
dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan
berulang-ulang;
i. surat .........
-13-
i. surat pernyataan tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali yang
bersangkutan telah selesai menjalani pidana penjara
selama 5 (lima) tahun dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada masyarakat bahwa yang
bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai
pelaku kejahatan berulang-ulang;
j. surat keterangan dari Ketua Pengadilan Negeri bahwa
tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan
putusan Pengadilan yang telah mempunyai hukum
tetap;
k. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari
Rumah Sakit Pemerintah;
l. surat pernyataan berkelakuan baik, jujur dan adil
yang dibuat diatas kertas bermaterai cukup;
m. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang
dikeluarkan oleh Kepolisian Resort;
n. surat pengunduran diri dari jabatan bagi anggota
Tentara Nasional Indonesia, Pegawai Negeri Sipil
Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian
Republik Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil Kepolisian
Republik Indonesia yang dikuatkan dengan keterangan
dari instansi yang berwenang;
o. surat izin tertulis dari Pejabat yang berwenang bagi
PNS;
p. pas photo terbaru berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak
4 (empat) lembar;
q. surat pernyataan tidak pernah menjadi Kepala Desa
selama 3 (tiga) kali masa jabatan, baik berturut-turut
maupun tidak berturut-turut, baik di desa yang sama
maupun di desa yang berbeda, dibuat diatas kertas
bermaterai cukup;
r. surat keterangan dari Camat bahwa tidak pernah
menjadi Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan,
baik berturut-turut maupun tidak berturut-turut, baik
di desa yang sama maupun di desa yang berbeda
khusus bagi calon Kepala Desa yang sudah pernah
atau sedang menjabat Kepala Desa di Daerah;
s. daftar riwayat hidup.
t. bagi calon Kepala Desa yang pernah menjabat sebagai
Kepala Desa harus melampirkan tanda terima
penyampaian Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa akhir masa jabatan; dan
u. surat keterangan bebas narkoba dari Laboratorium
Kesehatan milik pemerintah.
(2) Berkas persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibuat sebanyak 4 (empat) rangkap,
masing-masing untuk Panitia Pemilihan, BPD, Camat dan
Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Daerah.
10. Ketentuan .........
-14-
10. Ketentuan Pasal 35 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 35
(1) Ketua atau Anggota BPD yang mencalonkan diri sebagai
Kepala Desa, harus mengajukan pengunduran diri kepada
Camat sejak ditetapkan sebagai calon oleh panitia
pemilihan.
(2) Dalam hal Ketua BPD mencalonkan diri sebagai Kepala
Desa, pengisian kekosongan jabatan Ketua dilakukan
melalui rapat paripurna BPD.
(3) Dalam hal terdapat anggota BPD yang mencalonkan diri
sebagai Kepala Desa, pengisian kekosongan anggota
dilakukan melalui pergantian antarwaktu.
(4) Tata cara pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan pencalonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sesuai ketentuan perundang undangan.

11. Ketentuan ayat (1) dan ayat (4) Pasal 42 diubah, sehingga
Pasal 42 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 42
(1) Hari dan tanggal pemungutan suara secara serentak,
ditetapkan oleh Bupati.
(2) Penetapan waktu, tempat pemungutan dan penghitungan
suara ditetapkan oleh Panitia Pemilihan paling lambat
14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan pemungutan
suara yang dituangkan dalam berita acara.
(3) Pemungutan suara dilakukan secara terpusat di 1 (satu)
tempat yang dihadiri oleh Calon Kepala Desa, Camat
dan/atau Pejabat, Kepala Desa dan BPD.
(4) Dalam hal pemungutan suara dilakukan secara tersebar,
maka dilaksanakan berdasarkan pertimbangan demografis
dan geografis desa.
(5) Dalam hal terjadi perubahan waktu dan tempat
pelaksanaan pemungutan suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Panitia Pemilihan mengadakan musyawarah
dengan calon atau saksi calon yang diberi kuasa secara
tertulis dan dihadiri oleh Pejabat serta hasilnya
dituangkan dalam berita acara.

12. Pasal 55 dihapus.

13. Ketentuan Pasal 56 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:


Pasal 56
Penentuan tempat, hari dan waktu perpanjangan pemungutan
suara ditetapkan oleh panitia pemilihan setelah
dimusyawarahkan dengan calon kepala desa serta dihadiri oleh
BPD dan pejabat.
14. Ketentuan ………
-15-
14. Ketentuan Pasal 57 ayat (1) diubah dan ayat (2) dihapus,
sehingga Pasal 57 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 57
(1) Perpanjangan pemungutan suara diikuti oleh pemilih yang
terdaftar dalam DPT yang belum menggunakan hak pilih.
(2) dihapus.

15. Pasal 59 dihapus.


16. Pasal 60 dihapus.
17. Ketentuan ayat (3) Pasal 61 diubah, sehingga Pasal 61 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 61
(1) Dalam hal terjadi bencana alam, gangguan keamanan dan
ketertiban atau terjadi penyimpangan dalam pemungutan
suara atau sebab lain yang mengakibatkan terhentinya
pelaksanaan pemungutan suara, maka pemungutan suara
ditunda sementara dan pemungutan suara dilanjutkan
berdasarkan penetapan dari panitia pemilihan dengan
persetujuan calon kepala desa yang dituangkan dalam
berita acara.
(2) Dalam hal pemungutan suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak dapat dilanjutkan maka pemungutan
suara ditunda paling lama 30 (tiga puluh) hari untuk
dilakukan perpanjangan pemungutan suara.
(3) Tata cara pelaksanaan pemungutan suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. pembukaan;
b. laporan Ketua Panitia Pemilihan;
c. penjelasan teknis tentang tata cara pemungutan suara
oleh Panitia Pemilihan;
d. pemeriksaan bilik suara, surat suara, kotak suara, dan
kelengkapannya, dilakukan oleh calon didampingi oleh
Panitia Pemilihan dan disaksikan oleh Pejabat serta
penandatanganan pernyataan para calon;
e. penandatanganan berita acara pemeriksaan oleh ketua
panitia dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota
panitia dan ditandatangani oleh saksi calon;
f. pembacaan dan penandatanganan pernyataan para
calon kepala desa;
g. pelaksanaan perpanjangan pemungutan suara;
h. penutupan pelaksanaan perpanjangan pemungutan
suara oleh Panitia Pemilihan, dilanjutkan dengan
pembacaan dan penandatanganan pernyataan para
calon;
i. penghitungan suara, dilaksanakan oleh Panitia
Pemilihan secara terbuka dan disaksikan oleh para
calon atau para saksi calon, BPD, Kepala Desa,
pejabat, dan warga masyarakat;
j. penandatanganan berita acara hasil pemungutan
suara;
k. pembuatan .........
-16-
k. pembuatan dan penandatanganan berita acara
pemungutan dan penghitungan suara;
l. penutupan perpanjangan penghitungan suara ditandai
dengan pengumuman hasil penghitungan suara; dan
m. pembacaan doa.

18. Ketentuan ayat (1) Pasal 62 diubah, sehingga Pasal 62 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 62
(1) Pemungutan suara dinyatakan sah dengan didasarkan
pada perhitungan :
a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan
salinan DPT untuk TPS;
b. jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan
c. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih
karena rusak atau keliru dicoblos.
(2) Penghitungan suara dilakukan di TPS oleh panitia
pemilihan setelah pemungutan suara dinyatakan sah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dihadiri oleh
saksi calon, BPD, Kepala Desa, pejabat, dan warga
masyarakat.
(3) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan dengan cara yang memungkinkan saksi calon,
BPD, penjabat, dan penduduk desa yang hadir dapat
menyaksikan secara jelas proses penghitungan suara.

19. Diantara Bagian Keempat dan Bagian Kelima disisipkan


1 (satu) bagian baru, yakni Bagian Keempat A, dan antara
Pasal 68 dan Pasal 69 disisipkan 6 (enam) pasal baru, yakni
Pasal 68a, Pasal 68b, Pasal 68c, Pasal 68d, Pasal 68e dan Pasal
68f, yang berbunyi sebagai berikut :

Bagian Keempat A
Pemungutan Suara Secara Elektronik (e-voting)
Pasal 68a
(1) Dalam rangka mendukung kelancaran pemungutan suara
secara elektronik (e-voting) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4a, Bupati membentuk Tim Teknis Inti dan Tim
Teknis Lapangan guna membantu Panitia Pemilihan.
(2) Tim Teknis Inti dan Tim Teknis Lapangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
(3) Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diisi oleh
Pegawai Negeri Sipil yang berlatar belakang pendidikan
teknologi informasi dan/atau Pegawai Negeri Sipil yang
menguasai teknologi informasi.
(4) Tim Teknis Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
paling sedikit berjumlah 3 (tiga) orang dan paling banyak 5
(lima) orang.
(5) Tim Teknis Lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), paling sedikit berjumlah 2 (dua) orang dan paling
banyak 3 (tiga) orang.
(6) Tim Teknis .........
-17-
(6) Tim Teknis Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertugas:
a. memberikan pelatihan kepada Tim Teknis Lapangan
dan/atau Panitia Pemilihan untuk dapat
mempergunakan alat e-Voting;
b. melakukan instalasi peralatan e-Voting sesuai dengan
aplikasi program yang akan dipergunakan dalam
pemungutan suara;
c. menginstal aplikasi pemungutan suara secara
elektronik (e-voting) dan DPT elektronik ke peralatan
elektronik;
d. mengunggah/memasukkan tanda gambar/foto Calon
Kepala Desa sesuai dengan nomor urut masing-masing
calon pada aplikasi program yang akan dipergunakan
dalam pemungutan suara;
e. menyiapkan sekaligus memastikan berfungsinya
peralatan e-voting sebelum pelaksanaan pemungutan
suara dan melakukan perbaikan apabila terjadi
gangguan peralatan e-voting untuk pemilihan Kepala
Desa;
f. membantu menyelesaikan permasalahan yang
mungkin timbul yang menyangkut hal-hal teknis
peralatan e-voting pada saat pelaksanaan pemungutan
dan perhitungan suara, serta pengiriman hasil;
g. melaksanakan penyimpanan semua dokumen
elektronik hasil pemungutan dan penghitungan suara
secara elektronik dan dokumen lain yang berkaitan
dengan Pemilihan Kepala Desa;
h. melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan
teknologi informasi dalam pemilihan Kepala Desa; dan
i. melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara tertulis
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
(7) Tim Teknis Lapangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), bertugas:
a. menyiapkan peralatan e-voting pada setiap TPS untuk
digunakan dalam pemungutan suara;
b. memastikan bahwa peralatan e-voting siap digunakan
pada saat pemungutan suara;
c. melakukan pengosongan data pada peralatan e-voting
untuk keperluan pemungutan suara secara elektronik;
d. mengoperasikan penghitungan suara dengan aplikasi
yang tersedia pada komputer sesuai ketentuan;
e. melakukan penyimpanan hasil pemungutan dan
penghitungan suara secara elektronik;
f. mengamankan peralatan e-voting setelah digunakan
untuk pemungutan suara dan diserahkan kepada
Panitia Pemilihan atau Perangkat Daerah yang
ditunjuk; dan
g. melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan
teknologi informasi dalam pemilihan Kepala Desa.
Pasal 68b .........
-18-

Pasal 68b
Tim Teknis Inti dan Tim Teknis Lapangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68a, melaksanakan tugas sampai
dengan masa pengaduan hasil Pemilihan Kepala Desa berakhir.

Pasal 68c
(1) Mekanisme pemberian suara dengan menggunakan alat
pemungutan suara secara elektronik e-voting, sebagai
berikut:
a. pemilih datang ke lokasi TPS;
b. pemilih masuk ke dalam TPS lewat pintu masuk yang
disediakan dengan menunjukkan dan menyerahkan
surat undangan;
c. petugas pemungutan suara meneliti surat undangan
dan mencocokan dengan DPT serta memastikan bahwa
yang bersangkutan merupakan pemilih sah belum
menggunakan hak memilih;
d. apabila pemilih menggunakan Kartu Tanda Penduduk
elektronik, maka Petugas pemungutan suara meneliti
Kartu Tanda Penduduk Elektronik pemilih dengan
bantuan alat verifikator Kartu Tanda Penduduk untuk
memastikan bahwa Kartu Tanda Penduduk Elektronik
yang dibawa adalah sah dan miliknya;
e. petugas pemungutan suara memberi tanda pada
undangan dan nama pemilih dalam DPT yang baru
hadir sebagai keterangan pemilih telah hadir
menggunakan hak memilih;
f. pemilih membawa surat undangan yang telah diberi
tanda sah/cocok untuk ditukar dengan smart card ke
meja/petugas pemungutan suara;
g. pemilih menunggu di tempat yang telah disediakan
apabila keadaan harus antri;
h. petugas pemungutan suara memberikan smart card
kepada Pemilih untuk digunakan sebagai alat untuk
menampilkan kartu suara elektronik;
i. pemilih menuju ke bilik suara dengan membawa
smart card;
j. pemilih memasukan smart card ke card reader atau
dapat dibantu petugas bilik suara;
k. setelah smart card dimasukkan ke card reader akan
tampil kartu suara elektronik berupa tanda gambar
calon dalam layar monitor yang ada di dalam bilik
suara;
l. setelah muncul tanda gambar calon pada monitor,
pemilih menyentuh satu kali pada salah satu tanda
gambar calon yang menjadi pilihannya;
m. setelah .........
-19-
m. setelah tanda gambar calon disentuh, maka pada layar
monitor muncul lembar konfirmasi berupa tulisan “YA”
dan tanda warna hijau dalam kotak dan tulisan
“TIDAK” dan tanda “X” warna merah dalam kotak,
untuk memastikan pilihan sudah benar atau pilihan
belum benar;
n. jika pilihan sudah benar, Pemilih menyentuh tepat
pada tulisan “YA” dan tanda  warna hijau dalam
kotak dan jika belum benar menyentuh tepat pada
tulisan “TIDAK” dan tanda “X” warna merah dalam
kotak;
o. jika Pemilih menyentuh tulisan “YA” dan tanda 
warna hijau dalam kotak, maka akan keluar lembar
struk sebagai bukti pemilih telah menggunakan hak
memilih;
p. jika pemilih menyentuh tulisan “TIDAK” dan tanda “X”
warna merah dalam kotak, maka layar akan kembali
ke tanda gambar calon untuk memberi kesempatan
Pemilih menentukan pilihannya;
q. pemilih yang telah menggunakan hak memilih keluar
dari bilik suara dengan membawa lembar struk dan
menyerahkan smart card kepada petugas pemungutan
suara untuk digenerik ulang;
r. pemilih memasukkan lembar struk ke dalam kotak
suara atau audit yang telah disediakan Panitia
Pemilihan;
s. pemilih menuju pintu keluar yang telah disediakan
Panitia Pemilihan;
t. sebelum keluar pemilih wajib mencelupkan salah satu
jari ke bak tinta yang disiapkan Panitia Pemilihan
sebagai tanda telah menggunakan hak memilih.
(2) Dalam hal tidak muncul tanda gambar calon pada layar
monitor, berarti data dalam smart card telah digunakan
sebelumnya atau belum digenerik.
(3) Apabila smart card belum digenerik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), maka pemilih dapat meminta ganti smart
card hanya untuk satu kali.
(4) Pemilih menggunakan hak memilih hanya untuk satu kali
dan smart card yang telah digunakan tidak dapat
digunakan lagi oleh yang bersangkutan.

Pasal 68d
(1) Setelah pemungutan suara ditutup, panitia pemilihan
mempersilahkan tim teknis lapangan menutup aplikasi dan
menampilkan perolehan suara masing-masing calon.
(2) Untuk melihat perolehan suara masing-masing calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan
cara menampilkan hasil pemungutan suara pada alat
e-voting di setiap bilik.
(3) Untuk melihat perolehan suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dilakukan oleh tim teknis lapangan dan
disaksikan oleh panitia pemilihan, para calon/saksi, BPD,
Tim/Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Daerah.
(4) Setelah .........
-20-
(4) Setelah melihat perolehan suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), tim teknis lapangan mencetak/print out hasil
perolehan suara dari masing-masing bilik suara.
(5) Hasil cetakan/print out perolehan suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), ditandatangani oleh ketua panitia
pemilihan bersama para calon/saksi.
(6) Setelah hasil cetakan/print out perolehan suara
ditandatangani sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
panitia pemilihan melakukan rekapitulasi jumlah
perolehan suara masing-masing calon.
(7) Setelah melakukan rekapitulasi perolehan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), panitia pemilihan
mengumumkan hasil perolehan suara masing-masing
calon.

Pasal 68e
(1) Setelah pengumuman hasil perolehan suara
masing-masing calon sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 68d ayat (7), panitia pemilihan menyusun Berita
Acara dan dilanjutkan dengan menandatangani Berita
Acara.
(2) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditandatangani oleh Panitia Pemilihan dan Calon/saksi.
(3) Dalam hal penandatanganan Berita Acara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ada calon/saksi tidak bersedia
untuk menandatangani Berita Acara, maka Berita Acara
dinyatakan sah.

Pasal 68f
(1) Dalam hal terdapat keberatan dari calon terhadap hasil
penghitungan suara dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka panitia pemilihan dapat
menghitung hasil pemungutan suara secara manual
dengan cara membuka kotak audit dan menghitung
struk/hasil cetak alat e-voting.
(2) Keberatan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lambat 3 (tiga) hari setelah
penghitungan suara.
(3) Penghitungan suara secara manual sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disaksikan oleh para calon/saksi, BPD, tim
fasilitasi dan Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat
Daerah.
(4) Dalam hal hasil penghitungan secara manual sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdapat perbedaan dengan hasil
cetak alat e-Voting, maka hasil penghitungan suara yang
sah adalah penghitungan berdasarkan e-Voting.
20. Ketentuan .........
-21-
20. Ketentuan Pasal 74 diubah, sehingga berbunyi :
Pasal 74
(1) Dalam melaksanakan penyelesaian perselisihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3), Bupati
menugaskan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat
Daerah.
(2) Hasil penyelesaian perselisihan oleh Panitia Pemilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pertimbangan kepada Bupati untuk menetapkan atau
tidak menetapkan pengesahan dan pengangkatan calon
terpilih.
(3) Dalam hal hasil penyelesaian perselisihan oleh Panitia
Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat
dugaan terjadi tindak pidana seperti pemalsuan ijazah dan
pemalsuan dokumen lainnya yang belum dapat
dibuktikan, maka Bupati menetapkan pengesahan dan
pengangkatan calon terpilih.

21. Diantara Bab III dan Bab IV disisipkan 1 (satu) Bab baru, yakni
Bab III A, dan diantara Pasal 75 dan Pasal 76 disisipkan 7
(tujuh) pasal baru yakni Pasal 75a, Pasal 75b, Pasal 75c, Pasal
75d, Pasal 75e, Pasal 75f, Pasal 75g, sehingga berbunyi
sebagai berikut :

BAB III A
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Hak Kepala Desa
Pasal 75a
Hak Kepala Desa adalah :
a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah
Desa;
b. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan dan
penerimaan lainnya yang sah;
d. mendapatkan perlindungan hukum atas kebijakan yang
dilaksanakan;
e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban
lainnya kepada perangkat desa;
f. mendapatkan jaminan sosial, meliputi :
1. jaminan kesehatan;
2. jaminan kecelakaan kerja;
3. jaminan kematian;
4. jaminan hari tua;dan
5. jaminan pensiun.
g. mendapatkan pengembangan kapasitas; dan
h. cuti.

Pasal 75b
Jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75a
huruf f angka 1, besaran premi/iuran ditetapkan 5 % dari
penghasilan tetap dalam APBDesa tahun berkenaan.
Pasal 75c .........
-22-
Pasal 75c
(1) Jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan
hari tua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75a huruf f
angka 2, angka 3 dan angka 4, besaran premi/iuran
ditetapkan 6,24 % dari penghasilan tetap dalam APBDesa
tahun berkenaan.
(2) Jaminan pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75a
huruf f angka 5, besaran premi/iuran ditetapkan 3,00 %
dari penghasilan tetap Kepala Desa dalam APBDesa tahun
berkenaan.

Pasal 75d
(1) Hak cuti bagi Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75a huruf h, adalah :
a. cuti pencalonan Kepala Desa;
b. cuti ibadah haji dan umroh;
c. cuti sakit; dan
d. cuti bersalin.
(2) Cuti pencalonan pemilihan Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, diberikan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Kepala Desa/incumbent/petahana yang akan
mencalonkan diri kembali dalam pemilihan Kepala
Desa mengajukan permohonan cuti secara tertulis
kepada Camat paling lambat 1 (satu) minggu sebelum
penetapan calon kepala desa; dan
b. Camat memberikan cuti secara tertulis kepada Kepala
Desa sejak ditetapkannya sebagai calon kepala desa
sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan
calon terpilih.
(3) Cuti ibadah haji dan umroh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, diberikan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. cuti besar yang diberikan kepada Kepala Desa untuk
memenuhi kewajiban agama diantaranya menunaikan
ibadah haji selama 40 (empat puluh) hari sedangkan
untuk ibadah umroh selama 12 (dua belas) hari;
b. untuk mendapatkan cuti ibadah haji dan umroh,
Kepala Desa yang bersangkutan mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Camat melalui
BPD;
c. cuti ibadah haji dan umroh Kepala Desa diberikan
secara tertulis oleh Camat.
(4) Cuti .........
-23-
(4) Cuti karena sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, diberikan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kepala Desa yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua)
hari berhak mengajukan cuti, dengan ketentuan yang
bersangkutan memberitahukan kepada Camat dengan
melampirkan surat keterangan dokter;
b. Kepala Desa yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai
dengan 14 (empat belas) hari berhak atas cuti, dengan
ketentuan yang bersangkutan mengajukan permintaan
secara tertulis kepada Camat dengan melampirkan
surat keterangan dokter.
c. Kepala Desa yang menderita sakit lebih dari 14 (empat
belas) hari berhak atas cuti, dengan ketentuan yang
bersangkutan harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Camat dengan melampirkan surat
keterangan dari Dokter Pemerintah;
d. cuti karena alasan sakit sebagaimana dimaksud pada
huruf c, diberikan untuk waktu paling lama 6 (enam)
bulan, dan apabila dipandang perlu dapat ditambah
untuk paling lama 6 (enam) bulan berdasarkan surat
keterangan Dokter Pemerintah;
e. Kepala Desa yang tidak sembuh dari penyakitnya
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
huruf c dan d, harus diuji kembali kesehatannya oleh
Dokter Pemerintah;
f. apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan
sebagaimana dimaksud pada huruf e, Kepala Desa
yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya,
maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya
sebagai Kepala Desa karena sakit berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Kepala Desa wanita yang mengalami gugur kandungan
berhak atas cuti karena alasan kesehatan untuk paling
lama 1 1/2 (satu setengah) bulan;
h. untuk mendapatkan cuti karena alasan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada huruf g, Kepala Desa
yang bersangkutan harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Camat dengan melampirkan
surat keterangan Dokter atau Bidan Pemerintah;
i. Kepala Desa yang mengalami kecelakaan karena
menjalankan tugas dan kewajibannya sehingga
memerlukan perawatan, berhak atas cuti karena
alasan kesehatan sampai sembuh dari penyakitnya;
j. cuti karena alasan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada huruf b sampai dengan i, diberikan secara
tertulis oleh camat;
k. cuti karena alasan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a cukup tercatat dalam daftar hadir.
(5) Cuti .........
-24-
(5) Cuti Bersalin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, diberikan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. untuk persalinan anak pertama, anak kedua dan anak


ketiga, Kepala Desa wanita berhak atas cuti bersalin;
b. lamanya cuti bersalin tersebut adalah 1 (satu) bulan
sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan;
c. untuk mendapatkan cuti bersalin, Kepala Desa yang
bersangkutan harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Camat;
d. cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh Camat.

Pasal 75e
(1) Kepala Desa yang melaksanakan hak cuti, tetap
mendapatkan hak berupa penghasilan tetap.
(2) Dalam hal Kepala Desa melaksanakan hak cuti, maka
tugas Kepala Desa dilaksanakan oleh Perangkat Desa yang
ditetapkan dengan Keputusan Camat.

Bagian Kedua
Kewajiban Kepala Desa
Pasal 75f
Kepala Desa mempunyai kewajiban :
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;
c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;
d. menaati dan menegakan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan
gender;
f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang
akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien,
bersih serta bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme;
g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh
pemangku kepentingan di desa;
h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa;
i. mengelola keuangan dan aset desa;
j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan desa;
k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa;
l. mengembangkan perekonomian masyarakat desa;
m. membina .........
-25-
m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat
desa;
n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan
di desa;
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan
melestarikan lingkungan hidup; dan
p. memberikan informasi kepada masyarakat desa.

Bagian Ketiga
Larangan Kepala Desa
Pasal 75g
Kepala Desa dilarang:
a. merugikan kepentingan umum;
b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri,
anggota keluarga, pihak lain dan/atau golongan tertentu;
c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak dan/atau
kewajibannya;
d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga
dan/atau golongan masyarakat tertentu;
e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat
desa;
f. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang,
barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan
dilakukannya;
g. menjadi pengurus partai politik;
h. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;
i. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota BPD,
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa
Barat atau dan jabatan lain yang ditentukan dalam
peraturan perundangan-undangan;
j. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan
umum dan/atau pemilihan kepala daerah;
k. melanggar sumpah/janji jabatan;
l. meninggalkan tugas selama 30 (tiga puluh) hari secara
berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan; dan
m. menyalahgunakan narkoba, melakukan perjudian dan/atau
tindakan asusila lainnya.
Pasal II .........
-26-
Pasal II
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Bogor.

Ditetapkan di Cibinong
pada tanggal 9 Desember 2016

BUPATI BOGOR,

ttd

NURHAYANTI
Diundangkan di Cibinong
Pada tanggal 9 Desember 2016
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOGOR,

ttd

ADANG SUPTANDAR
BERITA DAERAH KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016 NOMOR 41

Anda mungkin juga menyukai