Pendahuluan
Definisi
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional
yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan
iskemik, juga disebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari
hipotensi atau hipoksia serebri.
Pada abad ke 20, demensia pada orang lanjut usia diduga berasal dari
vaskular. Tetapi penelitian autopsi dan neuroimaging modern menunjukkan banyak
kasus demensia pada orang lanjut usia di Eropa dan Amerika Utara adalah dampak
dari penyakit Alzheimer. Walaupun begitu, beberapa individu mengalami gangguan
kognitif sebagai akibat dari stroke. Kebanyakan dari pasien ini menunjukkan tanda
klinis seperti afasia atau disfungsi visual dan defisit neurologis ini jarang dikelirukan
dengan penurunan kognitif karena demensia.
Banyak orang lanjut usia dengan penurunan kognitif yang progresif
mempunyai patologi vaskular dan perubahan yang berhubungan dengan Alzheimer
secara bersamaan. Pada pasien seperti ini, terdapat kombinasi patologi penyakit
Alzheimer dan Vaskular sehingga sukar untuk menentukan penyebab sebenarnya dari
demensianya.
Epidemiologi
Demensia vascular adalah penyebab paling sering nomor dua dari demensia di
AS dan eropa, tapi paling sering di beberapa Negara di Asia. Prevalensinya adalah
1.5% di Negara Barat dan 2.2% di jepang. Di Jepang, demensia vaskular mencakup
50% dari semua demensia yang terjadi pada orang berusia di atas 65 tahun. Di eropa,
demensia vascular dan demensia tipe campuran berturut-turut 20% dan 40%
merupakan penyebab seluruh kasus. Prevalensi demensia 9 kali lebih tinggi pada
pasien yang pernah mengalami stroke. Satu tahun setelah stroke, 25% pasien
mengalami demensia.
Etiologi
Penyebab demensia yang paling sering adalah penyakit Alzheimer, stroke, dan
berbagai penyakit yang menyebabkan gangguan serebrovaskular. Penyebab
timbulnya penyakit Alzheimer tidak diketahui,tetapi diduga melibatkan faktor genetik
karena penyakit ini ditemukan banyak disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa
kelainan gen tertentu. Pada serangan stroke yang berturut-turut atau berulang akan
menimbulkan demensia. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami
cedera otak atau cardiac arrest.
Demensia vaskular diakibatkan oleh adanya penyakit pembuluh darah
serebral. Adanya infark tunggal di lokasi tertentu, episode hipotensi, infark komplit,
dan perdarahan juga dapat menyebabkan timbulnya kelainan kognitif. Sindrom
demensia yang terjadi pada demensia vaskular merupakan konsekuensi dari lesi
hipoksia, iskemia, atau adanya perdarahan di otak.
Faktor resiko
Selain itu, faktor yang harus ditelusuri adalah riwayat penyakit terdahulu. Dari
penelitian penderita stroke didapatkan prevalensi demensia yang cukup tinggi. Dari
evaluasi 252 penderita yang 3 bulan sebelumnya menderita stroke, didapatkan hasil
bahwa 26,3% dari mereka menderita demensia. Angka ini cukup signifikan karena
sangat jauh dari kelompok pembanding (kontrol) yaitu 3,2%. Pada pasien-pasien
dengan Transient Ischemic Attack (TIA) didapatkan 23,5% menderita demensia,
23,5% menderita demensia borderline, dan 53% tidak ditemukan gejala demensia.
Demensia terkait-Stroke
Tipe yang paling sering muncul, terjadi akibat infark dari bagian tertentu di otak.
Yang paling sering disebut demensia multi-infark, yang disebabkan oleh stroke-
stroke kecil yang terjadi dalam waktu lama. Stroke ini dapat sangat kecil bahkan
hingga pasien tidak merasakan gejala, atau gejalanya bersifat sementara. Ketika
demensia vaskular terjadi akibat stroke yang jelas, maka disebut demensia post-
stroke (atau demensia infark tunggal).
Demensia Vaskular Sub-kortikal (Penyakit pembuluh darah kecil atau penyakit
Binswanger)
Demensia sub-kortikal kadangkala dihubungkan dengan penyakit pembuluh darah
kecil (Small vessel disesase). Ada pula bentuk spesifik dari demensia subkortikal
yang disebut penyakit Binwanger. Demensia vaskular subkortikal disebabkan oleh
ker
usakan pembuluh darah kecil yang terletak jauh di dalam otak. Gejala dapat berupa
kesulitan berjalan, hilangnya ekspresi wajah, dan kesulitan berbicara. Kehilangan
kontrol berkemih pada awal perjalanan penyakit juga sering dikeluhkan. Gejala ini
tidak selalu ada dan biasanya hilang timbul
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular hampir semuanya bersifat
subkortikal, bervariasi dan biasanya menggambarkan peningkatan kesulitan dalam
menjalankan aktivitas harian seperti makan, berpakaian, berbelanja dan sebagainya.
Hampir semua kasus demensia vaskular menunjukkan tanda dan simptom motorik.
Patogenesis
Demensia vaskular, atau gangguan kognitif vaskular, adalah hasil akhir dari
kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskular. Adanya infark
multiple, infark lakunar, infark tunggal di daerah tertentu pada otak, sindrom
Binswanger, angiopati amiloid serebral, hipoperfusi, perdarahan, dan berbagai
mekanisme lain menjadi patogenesis timbulnya demensia vaskular.
1. Infark Multiple
Demensia multi infark merupakan akibat dari infark multipel dan bilateral.
Terdapat riwayat satuatau beberapa kali serangan stroke dengan gejalafokal seperti
hemiparesis/hemiplegi, afasia,hemianopsia. Pseudobulbar palsy sering
disertaidisartria, gangguan berjalan (small step gait), refleks Babinski dan
inkontinensia. Computed tomography imaging (CT scan) otak menunjukkan
hipodensitas bilateral disertai atrofi kortikal, kadang-kadang disertai dilatasi
ventrikel.
2. Infark Lakunar
4. Sindrom Binswanger
Sindrom Binswanger menunjukkan demensia progresif dengan riwayat stroke,
hipertensi dan kadang-kadang diabetes melitus. Sering disertai gejala pseudobulbar
palsy, kelainan piramidal, gangguan berjalan (gait) dan inkontinensia. Terdapat atrofi
white matter, pembesaran ventrikel dengan korteks serebral yang normal. Faktor
risikonya adalah small artery diseases (hipertensi, angiopati amiloid), kegagalan
autoregulasi aliran darah di otak pada usia lanjut, hipoperfusi periventrikel karena
kegagalan jantung,aritmia dan hipotensi.
7. Perdarahan
Demensia dapat terjadi karena lesi perdarahan seperti hematoma subdural
kronik, gejala sisa dari perdarahan sub arachnoid dan hematoma serebral.Hematoma
multipel berhubungan dengan angiopati amiloid serebral idiopatik atau herediter.
Diagnosis
A. Kriteria Diagnostik
a) Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh gangguan memori dan
satu atau lebih dari gangguan kognitif berikut ini:
1) Afasia (gangguan berbahasa)
2) Apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas motorik,
sementara fungsi mototik normal).
3) Agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasi suatu benda walaupun
fungsi sensoriknya normal).
4) Gangguan dalam fungsi eksekutif (merancang, mengorganisasikan, daya
abstraksi, dan membuat urutan).
b) Defisit kognitif pada kriteria a) yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan
okupasional yang jelas.
c) Tanda dan gejala neurologik fokal (refleks fisiologik meningkat, refleks
patologik positif, paralisis pseudobulbar, gangguan langkah, kelumpuhan
anggota gerak) atau bukti laboratorium dan radiologik yang membuktikan adanya
gangguan peredaran darah otak (GPOD), seperti infark multipleks yang
melibatkan korteks dan subkorteks, yang dapat menjelaskan kaitannya dengan
munculnya gangguan.
d) Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
Dengan menggunakan kriteria diagnostik yang berbeda didapatkan prevalensi
demensia vaskular yang berbeda, dimana prevalensi tertinggi didapatkan bila
menggunakan kriteria DSM-IV dan terendah bila menggunakan kriteria NINDS-
AIREN. Consortium of Canadian Centers for Clinical Cognitive Research
menyatakan bahwa tidak ada kriteria diagnostik yang lebih baik dari berbagai kriteria
yang ada.(12) DSM-IV mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi spesifitasnya rendah.
ADDTC penggunaanya lebih terbatas pada demensia vaskular jenis iskemik
sedangkan NINDS-AIREN dapat digunakan untuk semua mekanisme demensia
vaskular (hipoksia, iskemik, atau perdarahan). Kriteria ADDTC dan NINDS-AIREN
mempunyai tiga tingkat kepastian (probable, possible, definite), memerlukan
hubungan waktu antara stroke dan demensia serta bukti morfologi adanya stroke.
Penderita dengan DVa atau demensia multi infark mempunyai skor lebih dari
7, sedang yang skornya kurang dari 4 mungkin menderita Alzheimer.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pencitraan
Dengan adanya fasilitas pemeriksaan CT scan kepala atau MRI dapat dipastikan
adanya perdarahan atau infark (tunggal atau multipel) yang besar serta lokasinya.
Juga dapat disingkirkan kemungkinan gangguan struktur lain yang dapat memberikan
gambaran mirip dengan demensia vaskular, misalnya metastasis dari neoplasma.
Adapun gambaran yang didapatkan dari pemeriksaan CT scan dan MRI adalah
sebagai berikut:
a. Tidak adanya lesi serebrovaskular pada CT scan atau MRI adalah bukti terhadap
etiologi vaskular.
b. Gambaran CT scan atau MRI yang mendukung demensia vaskular adalah infark
multiplebilateralyang terletak pada hemisfer yang dominan dan struktur limbik,
stroke lacunar multipelatau adanya lesi periventricula yang meluas sampai ke
daerah substansia alba.
c. Pasien dengan mild cognitive impairment (MCI)vaskular, yang merupakan
stadium prodromal untuk demensia vaskular subkorteks, memiliki gambaran MRI
yang berbeda dari pasien dengan MCIamnestik, sebagai tahap prodromal untuk
penyakit Alzheimer. MCI vaskular menunjukkan lesi infark lacunaryanglebih luas,
adanya leukoaraiosis,atrofi yang minimal pada hippocampal dan entorhinal
cortikal, sedangkan untuk MCIamnestik menunjukkan keadaan yang sebaliknya.
2. Laboratorium
Terapi
Tujuan penatalaksanaan demensia vaskular adalah:
Mencegah terjadinya serangan stroke baru
Menjaga dan memaksimalkan fungsi
Mengurangi gangguan tingkah laku
Meringankan beban pengasuh
Menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya
Penatalaksanaan terdiri dari non-medikamentosa dan medikamentosa:
1. Non-Medikamentosa
a. Memperbaiki memori
The Heart and Stroke Foundation of Canada mengusulkan beberapa
cara untuk mengatasi defisit memori dengan lebih baik.
Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas yang
perlu dilakukan. Dengan ini stres dapat dikurangkan.
Melatih otak dengan mengingat kembali kegiatan sepanjang
hari sebelum tidur.
Menjauhi distraksi seperti Tv/Radio jika mencoba
berkonsentrasi.
Tidak tergesa-gesa mengerjakan sesuatu hal baru.
b. Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan risiko
demensia vaskular berhubungan dengan konsumsi lemak total.
Tingkat folat, vitamin B6 dan vitamin B12 yang rendah juga
berhubungan dengan peningkatan homosisteine yang merupakan
faktor risiko stroke.
i. Diet DASH
Beberapa studi intervensi gizi, the Trials of Hypertension Prevention (TOHP)
dan Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) mendemostrasikan keberhasilan
pencegahan hipertensi dan menurunkan tekanan darah orang dengan tekanan darah
normal-tinggi. Pada studi TOHP, ditargetkan berat badan berkurang 4,5 kg atau juga
dengan pembatasan sodium (target harian 80 mmol atau 80 mEq) menurunkan
insidensi hipertensi. Akan tetapi, perubahan perilaku tidak dikaji lebih lanjut.
Sementara penelitian dengan DASH menunjukkan bahwa diet tinggi buah-buahan,
sayuran, dan produk susu nonlemak serta rendah rendah lemak total, dapat
menurunkan SBP rata-rata 6-11 mm Hg. Diet secara total lebih efektif daripada hanya
diet dengan penambahan sayur dan buah. Faktor hipertensi merupakan salah satu
penyebab VaD yang signifikan, sehinga memodifikasi hipertensi dapat memberikan
efek yang cukup drastis bagi penurunan insidensi demensia vaskular.
2. Medikamentosa
a. Mencegah demensia vaskular memburuk
Progresifitas demensia vaskular dapat diperlambat jika faktor risiko vaskular
seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes diobati. Agen anti platlet
berguna untuk mencegah stroke berulang. Pada demensia vaskular, aspirin
mempunyai efek positif pada defisit kognitif. Agen antiplatelet yang lain adalah
tioclodipine dan clopidogrel.
Aspirin: mencegah platelet-aggregating thromboxane A2 dengan memblokir
aksi prostaglandin sintetase yang seterusnya mencegah sintesis prostaglandin
Tioclodipine: digunakan untuk pasien yang tidak toleransi terhadap terapi
aspirin atau gagal dengan terapi aspirin.
Clopidogrel bisulfate: obat antiplatlet yang menginhibisi ikatan ADP ke
reseptor platlet secara direk.
DEMENSIA VASKULAR
Oleh:
APRILIA T. WARKEY
NIM. 2012-83-014
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019