Anda di halaman 1dari 20

BAB I

Pendahuluan

Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat


kronik atau progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur (fungsi kortikal yang
multipel), termasuk daya ingat, daya pikir, daya orientasi, daya pemahaman,
berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya kemampuan menilai. Kesadaran
tidak berkabut, dan biasanya disertai hendaya fungsi kognitif, ada kalanya diawali
oleh kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial atau
motivasi. Sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer, pada penyakit
serebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder mengenai
otak.

Prevalensi demensia semakin meningkat dengan bertambahnya usia.


Prevalensi demensia sedang hingga berat bervariasi pada tiap kelompok usia. Pada
kelompok usia diatas 65 tahun prevalensi demensia sedang hingga berat mencapai 5
persen, sedangkan pada kelompok usia diatas 85 tahun prevalensinya mencapai 20%-
40%. Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50%-60% diantaranya menderita
jenis demensia yang paling sering dijumpai, yaitu demensia tipe Alzheimer
(Alzheimer’s diseases). Prevalensi demensia tipe Alzheimer meningkat seiring
bertambahnya usia. Untuk seseorang yang berusia 65 tahun prevalensinya adalah 0,6
persen pada pria dan 0,8 persen pada wanita. Pada usia 90 tahun, prevalensinya
mencapai 21 persen. Pasien dengan demensia tipe Alzheimer membutuhkan lebih dari
50 persen perawatan rumah. Jenis demensia yang paling lazim ditemui berikutnya
adalah demensia vaskuler, yang secara kausatif dikaitkan dengan penyakit
serebrovaskuler. Hipertensi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk
menderita demensia. Demensia vaskuler meliputi 15%-30% dari seluruh kasus
demensia. Demensia vaskuler paling sering ditemui pada seseorang yang berusia
antara 60-70 tahun dan lebih sering pada laki-laki dari pada wanita. Sekitar 10 hingga
15 persen pasien menderita kedua jenis demensia tersebut.
Bab II
Pembahasan

Definisi
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional
yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan
iskemik, juga disebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari
hipotensi atau hipoksia serebri.
Pada abad ke 20, demensia pada orang lanjut usia diduga berasal dari
vaskular. Tetapi penelitian autopsi dan neuroimaging modern menunjukkan banyak
kasus demensia pada orang lanjut usia di Eropa dan Amerika Utara adalah dampak
dari penyakit Alzheimer. Walaupun begitu, beberapa individu mengalami gangguan
kognitif sebagai akibat dari stroke. Kebanyakan dari pasien ini menunjukkan tanda
klinis seperti afasia atau disfungsi visual dan defisit neurologis ini jarang dikelirukan
dengan penurunan kognitif karena demensia.
Banyak orang lanjut usia dengan penurunan kognitif yang progresif
mempunyai patologi vaskular dan perubahan yang berhubungan dengan Alzheimer
secara bersamaan. Pada pasien seperti ini, terdapat kombinasi patologi penyakit
Alzheimer dan Vaskular sehingga sukar untuk menentukan penyebab sebenarnya dari
demensianya.

Epidemiologi
Demensia vascular adalah penyebab paling sering nomor dua dari demensia di
AS dan eropa, tapi paling sering di beberapa Negara di Asia. Prevalensinya adalah
1.5% di Negara Barat dan 2.2% di jepang. Di Jepang, demensia vaskular mencakup
50% dari semua demensia yang terjadi pada orang berusia di atas 65 tahun. Di eropa,
demensia vascular dan demensia tipe campuran berturut-turut 20% dan 40%
merupakan penyebab seluruh kasus. Prevalensi demensia 9 kali lebih tinggi pada
pasien yang pernah mengalami stroke. Satu tahun setelah stroke, 25% pasien
mengalami demensia.

Etiologi

Penyebab demensia yang paling sering adalah penyakit Alzheimer, stroke, dan
berbagai penyakit yang menyebabkan gangguan serebrovaskular. Penyebab
timbulnya penyakit Alzheimer tidak diketahui,tetapi diduga melibatkan faktor genetik
karena penyakit ini ditemukan banyak disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa
kelainan gen tertentu. Pada serangan stroke yang berturut-turut atau berulang akan
menimbulkan demensia. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami
cedera otak atau cardiac arrest.
Demensia vaskular diakibatkan oleh adanya penyakit pembuluh darah
serebral. Adanya infark tunggal di lokasi tertentu, episode hipotensi, infark komplit,
dan perdarahan juga dapat menyebabkan timbulnya kelainan kognitif. Sindrom
demensia yang terjadi pada demensia vaskular merupakan konsekuensi dari lesi
hipoksia, iskemia, atau adanya perdarahan di otak.

Faktor resiko

Prevalensi demensia vaskular akan semakin meningkat seiring dengan


meningkatnya usia seseorang, dan lebih sering dijumpai pada laki-laki. Sebuah
penelitian di Swedia menunjukkan resiko terjadinya demensia vaskular pada laki-laki
sebesar 34,5% dan perempuan sebesar 19,4%.

Selain itu, faktor yang harus ditelusuri adalah riwayat penyakit terdahulu. Dari
penelitian penderita stroke didapatkan prevalensi demensia yang cukup tinggi. Dari
evaluasi 252 penderita yang 3 bulan sebelumnya menderita stroke, didapatkan hasil
bahwa 26,3% dari mereka menderita demensia. Angka ini cukup signifikan karena
sangat jauh dari kelompok pembanding (kontrol) yaitu 3,2%. Pada pasien-pasien
dengan Transient Ischemic Attack (TIA) didapatkan 23,5% menderita demensia,
23,5% menderita demensia borderline, dan 53% tidak ditemukan gejala demensia.

Tipe Demensia Vaskular menurut Alzheimer’s society

Demensia terkait-Stroke
Tipe yang paling sering muncul, terjadi akibat infark dari bagian tertentu di otak.
Yang paling sering disebut demensia multi-infark, yang disebabkan oleh stroke-
stroke kecil yang terjadi dalam waktu lama. Stroke ini dapat sangat kecil bahkan
hingga pasien tidak merasakan gejala, atau gejalanya bersifat sementara. Ketika
demensia vaskular terjadi akibat stroke yang jelas, maka disebut demensia post-
stroke (atau demensia infark tunggal).
Demensia Vaskular Sub-kortikal (Penyakit pembuluh darah kecil atau penyakit
Binswanger)
Demensia sub-kortikal kadangkala dihubungkan dengan penyakit pembuluh darah
kecil (Small vessel disesase). Ada pula bentuk spesifik dari demensia subkortikal
yang disebut penyakit Binwanger. Demensia vaskular subkortikal disebabkan oleh
ker
usakan pembuluh darah kecil yang terletak jauh di dalam otak. Gejala dapat berupa
kesulitan berjalan, hilangnya ekspresi wajah, dan kesulitan berbicara. Kehilangan
kontrol berkemih pada awal perjalanan penyakit juga sering dikeluhkan. Gejala ini
tidak selalu ada dan biasanya hilang timbul

Demensia Campuran (Vaskular + Alzheimer)


Sekitar 10 persen pasien dengan demensia memiliki tipe campuran. Diagnosis
demensia tipe campuran berarti bahwa penyakit Alzheimer, sama seperti stroke atau
penyakit pembuluh darah kecil, dapat mengakibatkan kerusakan pada otak. Gejalanya
dapat sama dengan gejala penyakit Alzheimer, demensia vaskular, atau kombinasi
keduanya.

Manifestasi klinis
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular hampir semuanya bersifat
subkortikal, bervariasi dan biasanya menggambarkan peningkatan kesulitan dalam
menjalankan aktivitas harian seperti makan, berpakaian, berbelanja dan sebagainya.
Hampir semua kasus demensia vaskular menunjukkan tanda dan simptom motorik.

Tanda dan gejala fisik:


 Kehilangan memori, pelupa
 Lambat berpikir (bradifrenia)
 Pusing
 Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas
 Inersia
 Langkah abnormal
 Konsentrasi berkurang
 Perubahan visuospasial
 Defisit pada fungsi eksekutif
 Sering atau Inkontinensia urin dan alvi

Tanda dan gejala perilaku:


 Perbicaraan tidak jelas
 Gangguan bahasa
 Depresi
 Berhalusinasi
 Berjalan tanpa arah yang jelas
 Menangis dan tertawa yang tidak sesuai. Disfungsi serebral bilateral menyebabkan
inkontinensi emosional (juga dikenal sebagai afek pseudobulbar)
 Sukar menuruti perintah

Patogenesis

Demensia vaskular, atau gangguan kognitif vaskular, adalah hasil akhir dari
kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskular. Adanya infark
multiple, infark lakunar, infark tunggal di daerah tertentu pada otak, sindrom
Binswanger, angiopati amiloid serebral, hipoperfusi, perdarahan, dan berbagai
mekanisme lain menjadi patogenesis timbulnya demensia vaskular.

1. Infark Multiple

Demensia multi infark merupakan akibat dari infark multipel dan bilateral.
Terdapat riwayat satuatau beberapa kali serangan stroke dengan gejalafokal seperti
hemiparesis/hemiplegi, afasia,hemianopsia. Pseudobulbar palsy sering
disertaidisartria, gangguan berjalan (small step gait), refleks Babinski dan
inkontinensia. Computed tomography imaging (CT scan) otak menunjukkan
hipodensitas bilateral disertai atrofi kortikal, kadang-kadang disertai dilatasi
ventrikel.

2. Infark Lakunar

Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15mm, disebabkan kelainan pada


small penetratingarteries di daerah diencephalon, batang otak dansub kortikal akibat
dari hipertensi. Pada sepertiga kasus, infark lakunar bersifat asimptomatik.Apabila
menimbulkan gejala, dapat terjadi gangguan sensorik, transient ischaemic attack
hemiparesis atau ataksia. Bila jumlah lacunar bertambah maka akan timbul sindrom
demensia,sering disertai pseudobulbar palsy. Pada derajat yang berat terjadi lacunar
state. CT scan otak menunjukkan hipodensitas multipel dengan ukuran kecil, dapat
juga tidak tampak pada CT scan otak karena ukurannya yang kecil atau terletak di
daerah batang otak. Magnetic resonance imaging (MRI) otak merupakan
pemeriksaan penunjang yang lebih akurat untuk menunjukkan adanya lakunar
terutama di daerah batang otak (pons).

3. Infark Tunggal di Daerah Strategis


Strategic single infarct dementia merupakanakibat lesi iskemik pada daerah
kortikal atau subkortikal yang mempunyai fungsi penting. Infark girus angularis
menimbulkan gejala afasia sensorik, aleksia, agrafia, gangguan memori, disorientasi
spasial dan gangguan konstruksi. Infark daerahdistribusi arteri serebri posterior
menimbulkan gejala amnesia disertai agitasi, halusinasi visual,gangguan visual dan
kebingungan. Infark daerah distribusi arteri serebri anterior menimbulkan abulia,
afasia motorik dan apraksia. Infark lobus parietalis menimbulkan gangguan kognitif
dan tingkah laku yang disebabkan gangguan persepsi spasial. Infark pada daerah
distribusi arteri paramedian thalamus menghasilkan thalamic dementia.

4. Sindrom Binswanger
Sindrom Binswanger menunjukkan demensia progresif dengan riwayat stroke,
hipertensi dan kadang-kadang diabetes melitus. Sering disertai gejala pseudobulbar
palsy, kelainan piramidal, gangguan berjalan (gait) dan inkontinensia. Terdapat atrofi
white matter, pembesaran ventrikel dengan korteks serebral yang normal. Faktor
risikonya adalah small artery diseases (hipertensi, angiopati amiloid), kegagalan
autoregulasi aliran darah di otak pada usia lanjut, hipoperfusi periventrikel karena
kegagalan jantung,aritmia dan hipotensi.

5. Angiopati Amiloid Serebral

Terdapat penimbunan amiloid pada tunikamedia dan adventisia arteriola


serebral.Insidensinya meningkat dengan bertambahnya usia.Kadang-kadang terjadi
demensia dengan onset mendadak.
6. Hipoperfusi

Demensia dapat terjadi akibat iskemia otakglobal karena henti jantung,


hipotensi berat,hipoperfusi dengan/tanpa gejala oklusi karotis, kegagalan autoregulasi
arteri serebral, kegagalan fungsi pernafasan. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan
lesi vaskular di otak yang multipelterutama di daerah white matter.

7. Perdarahan
Demensia dapat terjadi karena lesi perdarahan seperti hematoma subdural
kronik, gejala sisa dari perdarahan sub arachnoid dan hematoma serebral.Hematoma
multipel berhubungan dengan angiopati amiloid serebral idiopatik atau herediter.

Diagnosis

A. Kriteria Diagnostik

Diagnosis demensia vaskular ditegakkan melalui dua tahap, pertama


menegakkan diagnosis demensia itu sendiri, kedua mencari proses vaskular yang
mendasari.(7) Terdapat beberapa kriteria diagnostik untuk menegakkan diagnosis
demensia vaskular, yaitu:(5,12)

1. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke empat (DSM-


IV)
2. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
3. International Classification of Diseases (ICD-10)
4. The state of California Alzheimer’s Disease Diagnostic and Treatment
Centers (ADDTC)
5. National Institute of Neurological Disorders and Stroke and the Association
Internationale pour la Recherche Et l’enseignement en Neurosciences
(NINDS-AIREN)

Diagnosis demensia vaskular menurut DSM-IV adalah menggunakan kriteria sebagai


berikut.

a) Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh gangguan memori dan
satu atau lebih dari gangguan kognitif berikut ini:
1) Afasia (gangguan berbahasa)
2) Apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas motorik,
sementara fungsi mototik normal).
3) Agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasi suatu benda walaupun
fungsi sensoriknya normal).
4) Gangguan dalam fungsi eksekutif (merancang, mengorganisasikan, daya
abstraksi, dan membuat urutan).
b) Defisit kognitif pada kriteria a) yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan
okupasional yang jelas.
c) Tanda dan gejala neurologik fokal (refleks fisiologik meningkat, refleks
patologik positif, paralisis pseudobulbar, gangguan langkah, kelumpuhan
anggota gerak) atau bukti laboratorium dan radiologik yang membuktikan adanya
gangguan peredaran darah otak (GPOD), seperti infark multipleks yang
melibatkan korteks dan subkorteks, yang dapat menjelaskan kaitannya dengan
munculnya gangguan.
d) Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
Dengan menggunakan kriteria diagnostik yang berbeda didapatkan prevalensi
demensia vaskular yang berbeda, dimana prevalensi tertinggi didapatkan bila
menggunakan kriteria DSM-IV dan terendah bila menggunakan kriteria NINDS-
AIREN. Consortium of Canadian Centers for Clinical Cognitive Research
menyatakan bahwa tidak ada kriteria diagnostik yang lebih baik dari berbagai kriteria
yang ada.(12) DSM-IV mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi spesifitasnya rendah.
ADDTC penggunaanya lebih terbatas pada demensia vaskular jenis iskemik
sedangkan NINDS-AIREN dapat digunakan untuk semua mekanisme demensia
vaskular (hipoksia, iskemik, atau perdarahan). Kriteria ADDTC dan NINDS-AIREN
mempunyai tiga tingkat kepastian (probable, possible, definite), memerlukan
hubungan waktu antara stroke dan demensia serta bukti morfologi adanya stroke.

B. Identifikasi Demensia Vaskular

Mengidentifikasi demensia vaskular tidakselalu mudah. Looi et al.


mendapatkan bahwa pasien demensia vaskular relatif memiliki memori verbal
jangkapanjang yang lebih baik tetapi fungsi eksekutif lobus frontal lebih buruk
dibandingkan pasien dengan demensia Alzheimer.Dapat pula digunakan sistem skor
misalnya skor iskemik Hachinski danskor demensia oleh Loeb dan Gondolfo. Diakui
bahwa sistem skor ini belum memadai, kemungkinan terjadinya kesalahan masih ada
dan cara ini tidak dapatmenentukan adanya demensia campuran (vaskulardan
Alzheimer).

Skor Iskemik Hachinski Skor


Permulaan mendadak 2
Progresifnya bertahap 1
Perjalanan berfluktuasi 2
Malam hari bengong atau kacau 1
Kepribadian terpelihara 1
Depresi 1
Keluhan somatik 1
Inkontinesia emosional 1
Riwayat hipertensi 1
Riwayat stroke 2
Ada bukti aterosklerosis 1
Keluhan neurologik fokal 2
Tanda neurologik fokal 2

Penderita dengan DVa atau demensia multi infark mempunyai skor lebih dari
7, sedang yang skornya kurang dari 4 mungkin menderita Alzheimer.

Skor Demensia oleh Loeb dan Gondolfo Skor


Mulanya mendadak 2
Permulaannya dengan riwayat stroke 1
Gejala fokal neurologik 2
Keluhan fokal 2
CT scan terdapat:
- Daerah hipodens tunggal 2
- Daerah hipodens multiple 3

Alzheimer, bila skornya 5 – 10 maka kemungkinan menderita demensia


vaskular.

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat


memberi nilai tambah dalam menunjang diagnosis.

1. Pencitraan
Dengan adanya fasilitas pemeriksaan CT scan kepala atau MRI dapat dipastikan
adanya perdarahan atau infark (tunggal atau multipel) yang besar serta lokasinya.
Juga dapat disingkirkan kemungkinan gangguan struktur lain yang dapat memberikan
gambaran mirip dengan demensia vaskular, misalnya metastasis dari neoplasma.

Adapun gambaran yang didapatkan dari pemeriksaan CT scan dan MRI adalah
sebagai berikut:

a. Tidak adanya lesi serebrovaskular pada CT scan atau MRI adalah bukti terhadap
etiologi vaskular.
b. Gambaran CT scan atau MRI yang mendukung demensia vaskular adalah infark
multiplebilateralyang terletak pada hemisfer yang dominan dan struktur limbik,
stroke lacunar multipelatau adanya lesi periventricula yang meluas sampai ke
daerah substansia alba.
c. Pasien dengan mild cognitive impairment (MCI)vaskular, yang merupakan
stadium prodromal untuk demensia vaskular subkorteks, memiliki gambaran MRI
yang berbeda dari pasien dengan MCIamnestik, sebagai tahap prodromal untuk
penyakit Alzheimer. MCI vaskular menunjukkan lesi infark lacunaryanglebih luas,
adanya leukoaraiosis,atrofi yang minimal pada hippocampal dan entorhinal
cortikal, sedangkan untuk MCIamnestik menunjukkan keadaan yang sebaliknya.

2. Laboratorium

Digunakan untuk menentukan penyebab atau faktor resiko yang mengakibatkan


timbulnya stroke dan demensia. Selain itu, pengujian laboratorium juga dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosis selain demensia. Pemeriksaan darah tepi, laju endap
darah (LED), kadar glukosa, glycosylated Hb, kolesterol, trigliserida, fungsi tiroid,
profil koagulasi, kadar asam urat, lupus antikoagulan, antibodi antikardiolipin dan
pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
3. Pemeriksaan Lainnya

Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi untuk kasus


demensia vaskular adalah echocardiography, pemeriksaan Doppler, potensial
cetusan, arteriografi, dan EEG.

Terapi
Tujuan penatalaksanaan demensia vaskular adalah:
 Mencegah terjadinya serangan stroke baru
 Menjaga dan memaksimalkan fungsi
 Mengurangi gangguan tingkah laku
 Meringankan beban pengasuh
 Menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya
Penatalaksanaan terdiri dari non-medikamentosa dan medikamentosa:
1. Non-Medikamentosa
a. Memperbaiki memori
The Heart and Stroke Foundation of Canada mengusulkan beberapa
cara untuk mengatasi defisit memori dengan lebih baik.
 Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas yang
perlu dilakukan. Dengan ini stres dapat dikurangkan.
 Melatih otak dengan mengingat kembali kegiatan sepanjang
hari sebelum tidur.
 Menjauhi distraksi seperti Tv/Radio jika mencoba
berkonsentrasi.
 Tidak tergesa-gesa mengerjakan sesuatu hal baru.
b. Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan risiko
demensia vaskular berhubungan dengan konsumsi lemak total.
Tingkat folat, vitamin B6 dan vitamin B12 yang rendah juga
berhubungan dengan peningkatan homosisteine yang merupakan
faktor risiko stroke.

i. Diet DASH
Beberapa studi intervensi gizi, the Trials of Hypertension Prevention (TOHP)
dan Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) mendemostrasikan keberhasilan
pencegahan hipertensi dan menurunkan tekanan darah orang dengan tekanan darah
normal-tinggi. Pada studi TOHP, ditargetkan berat badan berkurang 4,5 kg atau juga
dengan pembatasan sodium (target harian 80 mmol atau 80 mEq) menurunkan
insidensi hipertensi. Akan tetapi, perubahan perilaku tidak dikaji lebih lanjut.
Sementara penelitian dengan DASH menunjukkan bahwa diet tinggi buah-buahan,
sayuran, dan produk susu nonlemak serta rendah rendah lemak total, dapat
menurunkan SBP rata-rata 6-11 mm Hg. Diet secara total lebih efektif daripada hanya
diet dengan penambahan sayur dan buah. Faktor hipertensi merupakan salah satu
penyebab VaD yang signifikan, sehinga memodifikasi hipertensi dapat memberikan
efek yang cukup drastis bagi penurunan insidensi demensia vaskular.

ii. Diet Mediteranian


Pola makan ala Mediterania bukan hanya mencegah penyakit kardiovaskular
dan kanker tetapi juga bisa mempertahankan fungsi daya ingat dan mengurangi risiko
penyakit demensia yang menyebabkan pikun. Pola makan ala Mediterania lebih
mengutamakan makanan nabati, minyak zaitun, serta asam lemak omega-3. Pola
makan ini juga rendah lemak jenuh seperti yang banyak ditemukan pada produk susu
dan daging merah.
Dalam studi yang dipimpin oleh Dr.Georgios Tsivgoulis dari Universitas
Alabama di Birmingham, AS dan tim dari Universitas Athens, Yunani, disimpulkan
manfaat diet Mediterania untuk mencegah penurunan kognitif. Penelitian tersebut
diikuti 17 ribu peserta dari 11 negara bagian di Amerika Serikat, antara lain Tennesse.
Para peserta rata-rata berumur di atas 64 tahun. Dalam penelitian ini, partisipan yang
pernah mengalami stroke tidak diikutkan. Studi ini diklaim sebagai yang terbesar
dalam menghubungkan pola makan dan kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif
para responden secara berkala diteliti menggunakan Six-Item Sceener. Para
responden juga harus mengisi kuasioner untuk emngukur kemampuan mereka
mengingat tanggal dan kata sederhana setelah perhatian mereka dialihkan.Hasil
penelitian menunjukkan peserta diet mediterania berisiko 13 persen lebih rendah
menderita kemunduran daya ingat. Mereka yang mengadopsi diet ini juga mampu
mempertahankan kemampuan kognitif para peserta berusia 70 tahun yang sudah
mengalami demensia (pikun).Meski begitu, para partisipan yang mengidap diabetes
tidak mendapatkan manfaat dari pola diet ini.

2. Medikamentosa
a. Mencegah demensia vaskular memburuk
Progresifitas demensia vaskular dapat diperlambat jika faktor risiko vaskular
seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes diobati. Agen anti platlet
berguna untuk mencegah stroke berulang. Pada demensia vaskular, aspirin
mempunyai efek positif pada defisit kognitif. Agen antiplatelet yang lain adalah
tioclodipine dan clopidogrel.
 Aspirin: mencegah platelet-aggregating thromboxane A2 dengan memblokir
aksi prostaglandin sintetase yang seterusnya mencegah sintesis prostaglandin
 Tioclodipine: digunakan untuk pasien yang tidak toleransi terhadap terapi
aspirin atau gagal dengan terapi aspirin.
 Clopidogrel bisulfate: obat antiplatlet yang menginhibisi ikatan ADP ke
reseptor platlet secara direk.

Agen hemorheologik meningkatkan kualitas darah dengan menurunkan


viskositas, meningkatkan fleksibilitas eritrosit, menghambat agregasi platelet dan
formasi trombus serta supresi adhesi leukosit.

b. Memperbaiki fungsi kognitif dan simptom perilaku


Obat untuk penyakit Alzheimer yang memperbaiki fungsi kognitif dan gejala
perilaku dapat juga digunakan untuk pasien demensia vaskular.

Obat-obat demensia adalah seperti berikut:


Nama obat Golongan Indikasi Dosis Efek
samping
Donepezil Penghambat Demensia Dosis awal 5 mg/hr, Mual,
kolinesterase ringan- setelah 4-6 minggu muntah,
sedang menjadi 10 mg/hr diare,
insomnia
Galantamine Penghambat Demensia Dosis awal 8 mg/hr, Mual,
kolinesterase ringan- setiap bulan dinaikkan 8 muntah,
sedang mg/hr sehingga dosis diare,
maksimal 24 mg/hr anoreksia
Rivastigmine Penghambat Demensia Dosis awal 2 x 1.5 mg/hr. Mual,
kolinesterase ringan- Setiap bulan dinaikkan 2 muntah,
sedang x 1.5 mg/hr hingga pusing,
maksimal 2 x6mg/hr diare,
anoreksia
Memantine Penghambat Demensia Dosis awal 5 mg/hr, Pusing,
reseptor sedang- stelah 1 minggu dosis nyeri kepala,
NMDA berat dinaikkan menjadi 2x5 konstipasi
mg/hr hingga maksimal 2
x 10 mg/hr

Obat-obat untuk gangguan psikiatrik dan perilaku pada demensia adalah:


Gangguan Nama obat Dosis Efek samping
perilaku
Depresi Sitalopram 10-40 mg/hr Mual, mengantuk, nyeri
kepala, tremor
Esitalopram 5-20 mg/hr Insomnia, diare, mual, mulut
kering, mengantuk
Sertralin 25-100 mg/hr Mual, diare, mengantuk, mulut
kering, disfungsi seksual
Agitasi, Quetiapin 25-300 mg/hr Mengantuk, pusing, mulut
ansietas, kering, dispepsia
perilaku Olanzapin 2,5-10 mg/hr Meningkat berat badan, mulut
obsesif kering, pusing, tremor
Risperidon 0,5-1 mg, 3x/hr Mengantuk, tremor, insomnia,
pandangan kabur, nyeri kepala
Insomnia Zolpidem 5-10 mg malam Diare, mengantuk
hari
Trazodon 25-100 mg Pusing, nyeri kepala, mulut
malam hari kering, konstipasi
BAB III
Kesimpulan

1. Dementia vaskular adalah sindrom mental organik yang ditandai dengan


hilangnya kemampuan intelektual secara menyeluruh yang mencakup gangguan
mengingat, penilaian, dan pemikiran abstrak demikian juga dengan perubahan
perilaku yang penyebabnya adalah pembuluh darah serebral.
2. Dementia vaskular diklasifikasikan menjadi infark multipal, infark lakunar dan
infark tunggal di daerah strategis.
3. Penyebab dementia vaskular adalah penyakit vaskuler serebral yang multipel
yang menimbulkan gejala berpola demensi dan infark berupa oklusi pembuluh
darah oleh plaq arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat lain ( misalnya
katup jantung).
4. Diagnosis dementia vaskular ditegakkan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan oleh PPDGJ III dan DSM IV.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brust, J.C.M. Current Diagnosis & Treatment: Neurology. McGraw-Hill


Companies, Inc. Singapore
2. Dewanto, G. dkk Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 170-184
3. Thomas D, Bruce L. Vascular Dementia. In Fauci, Braunwald, Kasper,
Hauser Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 18 th Edition. New York: McGraw Hill. 2543-4.
4. Alagiakrishnan, K., Masaki, K. eMedicine from WebMD: Vascular Dementia.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/292105-overview
5. Alzheimer’s society.What is vascular dementia?.
6. L Mardjono, M., Sidharta, P. Neurologi Klinis Dasar. PT Dian Rakyat.
Jakarta. Hal 211-214
7. Moroney, J.T., Meta-analysis of the Hachinski Ischaemic Score in
pathologically verified dementias. Neurology, 49, 1096 – 1105.
8. Walker, H.K. dkk, . Clinical Methods: The History, Physical and Laboratory
Examinations, Third Edition.
9. Shiel, W.C.. RxList the Internet Drug Index: Dementia
10. Dorsey, J., White, M., Barston, S. Vascular Dementia: Signs, Symptoms,
Treatment, and Support. Anonymous. Medscape from WebMD today:
Clinical Differences Among Four Common Dementia Syndromes: Vascular
Dementia.
11. Kannayiram Alagia krishnan. 2012. Vascular Dementia.
12. Kaplan, Harold I., Benjamin J. Sadock, Jack A. Grebb. 2010. Kaplan Sadock
Sinopsis Psikitari Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2
Tangerang: Binarupa Aksara
BAGIAN ILMU SARAF REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN Maret 2019
UNIVERSITAS PATTIMURA

DEMENSIA VASKULAR

Oleh:

APRILIA T. WARKEY

NIM. 2012-83-014

Pembimbing:

dr. Laura Huwae Sp.S, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019

Anda mungkin juga menyukai