Disusun Oleh:
1. Harris Febriansyah (1531010108)
2. Duhaul Biqal Kautsar (1531010110)
3. Dinar Ismilla Putri (1531010114)
4. Indah Nur Laila (1531010115)
1. Tahap pengenceran
Pada tahap ini limbah hasil pengenceran diambil sebanyak 500 ml, kemudian
ditambahkan koagulan dimana koagulan yang digunakan berupa alumunium
sulfat (Al2SO4) dengan konsentrasi 2 N. Penambahan Al2SO4 ditambahkan
sedikit demi sedikit hingga timbul endapan.
1. Hasil pengenceran
I.3 Kesimpulan
Pengolahan limbah tekstil secara kimia ini harus diencerkan terlebih dahulu
bertujuan untuk memudahkan pengamatan pada saat limbah diolah. Pengolahan
limbah secara kimia dimaksudkan untuk memperoleh pH larutan limbah yang sesuai
baku mutu dan membentuk endapan agar zat-zat anorganik yang tersuspensi pada
limbah tekstil dapat mengendap selanjutnya dipisahkan menggunakan proses fisika.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa penambahan
alumunium sulfat sudah cukup untuk memperoleh pH larutan yang sesuai baku mutu
dan membentuk endapan. Penambahan aluminium sulfat diperlukan karena akan
membuat pH larutan sesuai baku mutu. Maka hendaknya pada pengolahan proses
kimia disesuaikan dengan karakteristik awal limbah tersebut, jika pH awal asam
cukup ditambahkan koagulan basa tetapi jika pH larutan basa maka perlu
ditambahkan aluminum sulfat .
BAB II
PROSES FISIKA
II.1 Karakteristik Limbah
Setelah dilakukan proses kimia, dilakukan pengolahan limbah selanjutnya
dengan menggunakan proses fisika. Pengolahan dengan proses fisika ini bertujuan
untuk menghilangkan endapan yang terbentuk dari proses kimia, sekaligus
menghilangkan bau pada limbah dan menjernihkan warna limbah cair. Pengolahan
limbah secara fisika ini menggunakan proses filtrasi.
Karakteristik fisik limbah cair industri tekstil setelah pengolahan secara kimia :
Warna : Bening keunguan
Bau : Menyengat
Gambar II.2.2. Penyaringan limbah cair secara fisika menggunakan sand filter
Gambar II.2.4 Penyaringan limbah cair secara fisika menggunakan carbon aktif
Limbah yang keluar dari tabung activated carbon filter memiliki warna yang
lebih jernih dibandingkan dengan sebelum limbah dimasukkan dalam activated
carbon filter. Selain itu,bau busuk pada limbah sudah tidak terlalu menyengat lagi.
Hal ini menandakan bahwa carbon black filter mampu mereduksi bau pada limbah
cair.
Gambar II.2.5 Limbah tekstil setelah keluar dari activated carbon filter
II.3 Kesimpulan
Proses fisika dapat digunakan sebagai proses lanjutan dari proses kimia untuk
mengolah limbah industry tekstil karena baik endapan, warna, dan bau dapat
berkurang. Limbah awal berwarna bening keunguan dan memiliki endapan dan
berbau menyengat setelah dilakukan proses fisika limbah menjadi jernih tanpa
endapan dan bau berkurang.
BAB III
PROSES BIOLOGI
Gambar III.2.2 Limbah industri Tempe secara pengolahan dengan proses aerasi
Hasil pengamatan setelah proses aerasi selama 4 jam didapatkan bahwa warna
limbah cair yang sebelumnya kuning keruh menjadi kuning kecoklatan namun bau
pada limbah cair telah berkurang sangat besar yang sebelumnya bau sangat
menyengat menjadi tidak menyengat serta terdapat endapan dibawah limbah sesudah
didiamkan.
Gambar III.2.3 Hasil Limbah Industri Tempe
III.3 Kesimpulan
Pengolahan limbah secara biologi aerob dengan mengontakkan udara saja
ke limbah cair kurang bisa memperbaiki karakteristik limbah cair tempe.
Pengontakan dengan udara saja mampu mereduksi bau pada limbah cair namun
malah membuat warna limbah cair yang semula kuning keruh menjadi kuning
kecoklatan serta membentuk endapan pada limbah hasil proses biologi. Hal ini
mungkin terjadi karena proses biologi aerob yang dilakukan tidak dengan
ditambahkan lumpur aktif, jika ditambahkan lumpur aktif mungkin akan dapat
diperoleh hasil yang lebih baik.