Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

Operasi pemisahan fasa liquid – liquid ada beberapa macam yaitu distilasi,
ekstrasi dan absorbsi. Seperti halnya pemisahan komponen – komponen campuran
ethanol – air yang dilakukan dengan proses distilasi. Distilasi adalah proses yang
digunakan untuk memisahkan campuran fluida berdasarkan titik didih yang
diikuti oleh kondensasi. Data yang diperlukan dalam penyelesaian persoalan
distilasi adalah data kesetimbangan antara fase liquid dan fase gas. Bentuk dan
sumber data ksetimbangan antara fase liquid dan fase gas diantaranya dapat
digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan biner ataupun diperoleh dengan
cara eksperimen. Dua fasa dikatakan berada dalam kesetimbangan jika
temperatur, tekanan, dan potensial kimia dari masing-masing komponen yang
terlibat di kedua fasa bernilai sama. Salah satu alat yang digunakan untuk
memperoleh data kesetimbangan antara fase liquida dan fase gas adalah Glass
Othmer Still. Adapun hal – hal yang berpengaruh dalam sistem ksetimbangannya
yaitu : Tekanan (P), Suhu (T), Konsentrasi komponen A dalam fase liquid (x) dan
Konsentrasi komponen A dalam fase uap (y).
Dalam percobaan “Equilibrium Still” terdapat beberapa prosedur yang harus
dilakukan pertama, labu distilasi diisi dengan larutan biner (air-asam asetat) pada
konsentrasi tertentu. Ke-dua, panaskan larutan hingga mencapai titik didihnya dan
terbentuk distilat, selanjutnya biarkan beberapa menit sampai keadaan steady
(catat suhu dalam keadaan konstan ini). Ke-tiga, Ambil sample dari bagian atas
(distilat) yang keluar melewati kondensor dan sample dari labu (residu) pada saat
yang bersamaan sekitar 15 cc, biarkan dingin dan kemudian ambil 5 cc untuk
penentuan konsentrasinya (titrasi dengan NaOH 1 N). Ke-empat, percobaan
diulang dengan variasi konsentrasi umpan.
Adapun tujuan dilakukan percobaan equilibrium still ini yaitu yang pertama,
untuk memperoleh data keseimbangan larutan biner. Kedua, Untuk menentukan
harga relative volatilitas. Ketiga, untuk mempelajari kinerja alat equilibrium still
dan fenomena yang terjadi pada industri.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 1


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

I.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk memperoleh data kesetimbangan larutan biner.
2. Untuk menentukan harga relative volatilitas air terhadap asam cuka.
3. Untuk mempelajari kinerja alat equilibrium still dan fenomena yang terjadi
pada industri.

I.3 Manfaat Percobaan


1. Agar praktikan dapat mengetahui proses distilasi larutan biner.
2. Agar praktikan dapat mengetahui rangkaian alat percobaan Equilibrium
still.
3. Agar praktikan dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi
kestimbangan fase dengan destilasi.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 2


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


II.1.1 Pengertian Desatilasi
Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan
perbedaan titik didih atau berdasarkan kemapuan zat untuk menguap. Dimana zat
cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat
pendingin (kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair.
Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai pendingin. Prinsip dari
destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya dari tekanan dan
suhu tertentu. Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya
dan memisahkan cairan dari zat padat. Uap yang dikeluarkan dari campuran
disebut sebagai uap bebas. Kondensat yang jatuh sebagai destilat dan bagian cair
yang tidak menguap sebagai residu. Apabila yang diinginkan adalah bagian bagian
campurannya yang tidak teruapkan dan bukan destilatnya maka proses tersebut
dinamakan pengentalan dengan evaporasi. Destilasi adalah sebuah aplikasi yang
mengikuti prinsip-prinsip ”Jika suatu zat dalam larutan tidak sama-sama
menguap, maka uap larutan akan mempunyai komponen yang berbeda dengan
larutan aslinya”. Jika salah satu zat menguap dan yang lain tidak, pemisahan dapat
terjadi sempurna. Tetapi jika kedua zat menguap tetapi tidak sama, maka
pemisahnya hanya akan terjadi sebagian, akan tetapi destilat atau produk akan
menjadi kaya pada suatu komponen dari pada larutan aslinya.
(Reza,2013)

II.1.2 Jenis-Jenis Distilasi

Distilasi sendiri dibagi menjadi tiga jenis proses yaitu kontinyu, batch, dan
semi batch/kontinyu.

1. Distilasi Kontinyu

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 3


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Proses ini berlangsung terus-menerus yaitu pertama-tama cairan campuran


diumpankan ke dalam menara kolom. Selanjutnya cairan yang tidak berubah
menjadi uap menuju ke bawah akibat gaya gravitasi, sedangkan cairan yang
menjadi uap bergerak ke atas. Untuk cairan ke bawah selanjutnya keluar column
untuk diumpankan ke reboiler. Hasil reboiler yang berupa gas dikembalikan lagi
ke dalam column dan yang tidak langsung mengalir keluar menjadi produk
bawah. Untuk gas hasil distilasi selanjutnya dikondensasikan menjadi cairan yang
disebut dengan produk distilasi. Sedangkan gas yang tidak terkondensasi
selanjutnya dikembalikan ke dalam column distilasi untuk diproses kembali. Pada
proses distilasi secara kontinyu dikenal dengan istilah bagian rectifying dan
bagian stripping. Bagian rectifying adalah proses bagian atas setelah gas keluar
dari column distilasi dan bagian stripping adalah proses bagian bawah setelah
cairan keluar dari column distilasi. Biasanya dalam column ini digunakan untuk
memisahkan umpan multikomponen untuk menghasilkan dua atau lebih produk
murni.
2. Distilasi Batch
Proses distilasi ini merupakan proses yang paling tua yang diketahui untuk
memisahkan suatu cairan campuran. Pada zaman dahulu proses ini seering
digunakan untuk menyuling minuman beralkohol, minyak parfum, untuk farmasi
dan penghasil minyak tanah. Selain itu proses ini juga digunakan untuk
memproduksi bahan kimia yang bagus dan spesialis. Metode ini dipakai hanya
untuk sekali proses saja, setelah itu proses pembersihan alat kemudian proses
distilasi dapat dimulai kembali. Sekarang ini metode distilasi batch merupakan
metode yang sering digunakan dalam berbagai industri kimia. Alat pada distilasi
batch berbeda bentuknya dengan alat distilasi kontinyu yaitu pada bagian
stripping di distilasi kontinyu dihilangkan pada proses distilasi batch. Pada bagian
ini diganti dengan aliran umpan menuju column pada distilasi batch. Selain itu
pada bagian retifying output produk di distilasi kontinyu hanya satu, sedangkan
pada distilasi batch ada 2 produk dan 1 produk intermediet. Alat ini digunakan
pada proses distilasi batch secara konvensional. Tentu sekarang sudah ada

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 4


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

modifikasi terhadap metode distilasi batch saat ini dengan adanya penelitian-
penelitian mengenai optimasi distilasi batch.
Prinsip kerja dari distilasi bacth adalah pertama-tama umpan masuk
melalui bawah column. Setelah itu dipanaskan yang mana menghasilkan gas yang
akan naik keatas column. Cairan yang tidak menguap akan tetap dibawah sampai
pemanasan selesai. Gas hasil pemanasan akan keluar dari column lalu
dikondensasikan menjadi cairan yang diinginkan, sedangkan gas yang tidak dapat
terkondensai akan dikembalikan ke column. Akan tetapi hasil dari distilasi
pertama belum 100% murni. Untuk itu hasil distilasi pertama dapat didistilasi
kembali untuk mendapatkan produk dengan kemurnian yang lebih tinggi dari
produk sebelumnya. Modus operasi distilasi adalah distilasi curah (batch
distillation).
Pada operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi, sedangkan
produknya dikeluarkan secara kontinu. Operasi ini memiliki beberapa
keuntungan: Kapasitas operasi terlalu kecil jika dilaksanakan secara kontinu.
Beberapa peralatan pendukung seperti pompa, tungku/boiler, perapian atau
instrumentasi biasanya memiliki kapasitas atau ukuran minimum agar dapat
digunakan pada skala industrial. Di bawah batas minimum tersebut, harga
peralatan akan lebih mahal dan tingkat kesulitan operasinya akan semakin tinggi.
Kemudian Karakteristik umpan maupun laju operasi berfluktuasi sehingga jika
dilaksanakan secara kontinu akan membutuhkan fasilitas pendukung yang mampu
menangani fluktuasi tersebut. Fasilitas ini tentunya sulit diperoleh dan mahal
harganya. Peralatan distilasi curah dapat dipandang memiliki fleksibilitas operasi
dibandingkan peralatan distilasi kontinu. Hal ini merupakan salah satu alasan
mengapa peralatan distilasi curah sangat cocok digunakan sebagai alat serbaguna
untuk memperoleh kembali pelarut maupun digunakan pada pabrik skala pilot.
3. Distilasi Semi-Batch/Kontinyu
Proses kerja dari distilasi semi batch/kontinyu adalah menggabungkan
prinsip kerja dari distilasi batch dan distilasi kontinyu. Contohnya adalah dimana
terjadi kesamaan antara prinsip kerja pada proses batch, akan tetapi terdapat
perbedaan pada pengumpanan bahan baku. Dimana pengumpanan bahan baku
hampir sama prinsip kerjanya pada proses distilasi kontinyu.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 5


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

(Tiawarman,2013 )

Pada percobaan equilibrium still prinsip yang digunakan adalah prinsip


distilasi sistem binair. Distilasi adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan
suatu campuran liquid yang "misisible" dan "volatile" menjadi komponen masing-
masing. Jika komposisi uap sama dengan komposisi liquidanya maka proses
distilasi tidak akan berhasil. Secara teoritis, destilasi tidak akan menghasilkan
produk yang benar dan murni 100% karena makin mendekati kemurnian maka
semakin besar pula usaha yang di perlukan.
Suatu kesetimbangan uap-liquida sangat ditentukan oleh hukum fasa, yang
dirumuskan sebagai berikut :
F=C–P+2 (1)
Dimana F = Jumlah derajad kebebasan
C = Jumlah komponen
P = Jumlah fasa
Pada percobaan equilibrum still, yang di bicarakan adalah sistem biner, jadi
untuk penerepan persamaan di atas adalah C=2 dan P=2 sehingga jika dimasukan
ke dalam persamaan diatas, diperoleh hasil F = 2 – 2 + 2 =2. ............................(2)
(Geankoplis,1993)
Komponen A dan B, dimana komponen A adalah yang lebih volatile dari
pada komponen B, maka ada 4 variabel yang berpengaruh dalam sistem ini, yaitu
Tekanan (P), Temperatur (T), Konsentrasi komponen A dalam uap (y) vs
konsentrasi fasa liquida (x).

Y
Y

X X X

(a) (b) (c)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 6


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Gambar 1. Garis Operasi dan Kesetimbangan


Gambar garis operasi dan kesetimbangan
a. Untuk distilat
b. Untuk absorbsi gas
c. Untuk desorpsi
(Tim Dosen,2017)

untuk menunjukkan bagaimana komposisi berubah seiring waktu, pertimbangkan


apa yang terjadi jika tidak ada mol yang berubah menjadi batch tetap. Misalkan n 0
adalah mol cairan yang tertinggal dalam waktu diam pada y dan x menjadi
komposisi uap dan cairan. Total mol komponen A yang tertinggal di nA tetap.
NA = xn…………………………………………………………(3)
Jika jumlah cairan dn sedikit menguap, perubahan pada mol komponen A adalah y
dn atau dnA. beda Persamaan (21,83) memberi
dnA = d(xn) = ndx + xdn ……………………………………………(4)
karenanya ndx + xdn = ydn ………………………………………………….(5)
Dengan Penataan ulang

= …………………………………………..(6)

Hasil nys (21.85) adalah integrasi antara limits of x0 dan x1 . inisial dan final
konsentrasi

…………………………………(7)

persamaan 5 dikenal sebagai persamaan rayleigh. fungsi dx / (y-x) dapat


diintegrasikan secara grafis atau numerik dengan menggunakan data ekuilibrium
tabulasi atau kurva ekuilibrium. alternatif sederhana untuk persamaan rayleigh
dapat diturunkan untuk campuran ideal berdasarkan volatilitas relatif. Meskipun
suhu di pertanahan meningkat selama distilasi batch, volatilitas relatif, yang
merupakan rasio tekanan uap, tidak banyak berubah dan nilai rata-rata dapat
digunakan dari persamaan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 7


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

……………………………………………(8)

(McCabe, 1999)
II.1.3 Aturan Fase Keseimbangan Ekuilibrium
1. Uap dan Hukum Raoult

Seperti pada gas-cair, kesetimbangan dalam sistem cairan-uap dibatasi


oleh aturan fase. Sebagai contoh kita akan menggunakan sistem amonia-air, uap-
cair. untuk dua komponen dan dua fase. . keempat variabel tersebut adalah suhu,
tekanan, dan komposisi yA NH3 dalam fase uap dan Xa dalam fase cair.
Komposisi air (B) tetap, satu satu variabel lagi bisa diatur. Jika kita mengatur
komposisi cairan, komposisi suhu dan uap diatur secara otomatis. Hukum yang
ideal, hukum Raoult dapat didefinisikan untuk uap-cairan dalam ekuilibrium
PA = PAXA………………………………………(9)
Dimana , PA adalah tekanan parsial dari komponen A di dalam vapor dalam satuan
Pa(atm) . PA adalah tekanan uap murni dalam PA(atm) dan XA adalah mol fraksi
dari A dalam liquid .
(Geankoplis,1993)
2. Dengan Vapour – Liquida Equilibrium Ratio

Apabila fasa liquida dan uap tidak mengikuti hukum Roult, maka dapat
digunakan "Vapour – Liquida Equilibrum Ratio", K yang dirumuskan sebagai YA
= KA x XA, dimana
1  KB
XA 
K A  K B …………………………………………………………..(10)

Harga K dapat diperoleh dengan cara perhitungan thermodinamika tergantung


pada suhu dan tekanan sistem. Untuk harga K dapat dilihat pada perry 3 rd
ed. P.569
3. Dengan Relative Volatile

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 8


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Merupakan salah satu pengukuran secara numerik yang disebut faktor


pemisahan atau dalam kasus distilasi disebut relative volatile. Ratio konsentrasi A
dan B dalam satu fase terhadap yang lainya disebut relative volatility.

Y * (1  Y *) Y * (1  X *)
 
X* X * (1  Y *) ……………………………….(11)
(1  X *)
Y* = mole fraksi komponen dalam fase uap / vapour
X* = mole fraksi komponen dalam fasa liquida.
a. Dengan Hukum Henry
Hukum lain yang hampir sama dengan hukum Roult adalah hukum Henry
PA = H x XA ……………………………………………………………(12)
Dimana : PA = tekanan partial komponen A
N = konstanta Henry pada suhu tertentu
XA = mole fraksi A
Pada kenyataanya, hukum Henry ini berlaku dengan baik bila harga
XA kecil dan sebaliknya hukum Henty akan berlaku dengan baik bila harga
XB kecil.
(Tim Dosen,2017)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 9


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

II.2 Sifat Bahan


1. Asam asetat
Sifat fisika
a. Massa molar : 60.05 g / mol
b. Densitas : 1.049 g / cm3
c. Titik lebur : 16.5 oC
d. Titik didih : 118.1 oC
Sifat kimia :
a. Mudah larut dalam air
b. Merupakan asam lemah
c. Membebaskan CO2 dari karbonat
d. Dapat menyerang logam
Fungsi: Sebagai Sampel
(Anonim, 2017, “Asam Asetat”)
2. Natrium Hidroksida
Sifat fisika :
a. Bentuk padat
b. Warna putih
c. Berat molekul : 40 gr/mol
d. Titik lebur : 318 oC
e. Titik didih : 1390 oC
Sifat kimia :
a. Mudah menyerap gas CO2
b. Mudah larut dalam air
c. Larutan basa kuat
d. Tidak berbau
Fungsi: Sebagai titran
(Anonim, 2017, “Natrium Hidroksida”)
3. Indikator PP
Sifat fisika :
a. Penampilan : padatan Kristal
b. Massa Jenis : 1.227 gr/ml
c. Massa molar : 318,32 gr/mol
d. Warna : putih

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 10


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Sifat Kimia
a. Trayek pH 8.2- 10
b. Larut dalam 95% etil alcohol
c. Asam dwiprotik
d. Berwarna merah rosa saat basa
Fungsi: Sebagai Indikator
(Anonim, 2017, “Phenol Phtalein”)

4. Aquadest
Sifat fisika:
a. Massa molar : 18 g / mol
b. Densitas : 0.998 g / cm3
c. Titik lebur : 0 oC
d. Titik didih : 100 oC
Sifat kimia :
a. Pelarut yang baik
b. Memiliki Ph 7 (netral)
c. Bukan merupakan zat pengoksidasi kuat
d. Lebih bersifat reduktor daripada oksidator
e. Reaksi oksidasi air sendiri dapat terjadi jika direaksikan dengan
logam alkali atau alkali tanah
Fungsi: Sebagai Sampel
(Anonim, 2017, “Air”)

II.3 Hipotesis

Dengan berbagai variasi konsentrasi asam asetat, dapat ditentukan nilai


relative volatilitas air terhadap asam asetat. Semakin besar konsentrasi asam
asetat, maka semakin besar destilat yang dihasilkan maka semakin besar pula
harga volatility nya

II.4 Diagram Alir

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 11


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Campuran air dan asam asetat ( konsentrasi tertentu )

Masukkan ke dalam labu destilasi

Panaskan sampai mendidih dan terbentuk distilat

Ambil destilat dan residu, dinginkan

Titrasi dengan NaOH 1 N

Hitung densitas dan buat kurva kesetimbangan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 12


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan
1. Asam asetat
2. Aquadest
3. NaOH
4. Indikator PP

III.2 Alat
1. Serangkaian alat Equilibrium Still
2. Kondensor
3. Thermometer
4. Buret
5. Piknometer
6. Erlenmeyer
7. Kompor
8. Statif Klem
9. Pipet Tetes
10. Neraca Aanalitik
11. Labu Leher Tiga
12. Devider

III.3 Gambar Alat

Kondensor tegak thermometer buret

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 13


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Piknometer Erlenmeyer kompor listrik

Statif pipet tetes Neraca analitik

Labu leher tiga Devider

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 14


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

III.4 Rangkaian Alat

III.5 Prosedur
1. Labu distilasi diisi dengan larutan biner (air-asam asetat) pada konsentrasi
tertentu.
2. Panaskan larutan hingga mencapai titik didihnya dan terbentuk distilat,
selanjutnya biarkan beberapa menit sampai keadaan steady (catat suhu dalam
keadaan konstan ini)
3. Ambil sample dari bagian atas (distilat) yang keluar melewati kondensor dan
sample dari labu (residu) pada saat yang bersamaan sekitar 15cc, biarkan
dingin dan kemudian ambil 5cc untuk penentuan konsentrasinya (titrasi dengan
NaOH 1N)
4. Percobaan diulang dengan variasi konsentrasi umpan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 15


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengamatan


Sampel Volume Titrasi (ml) Volume
Volume
Suhu Densitas Rata-Rata
Sampel
(˚C) (gr/ml) 1 2 3 Titrasi
(ml)
(ml)
Destilat 5 30,5 1,00825 3,5 2,5 2,8 2,93
5 31 1,009 3 3,5 3 3,167
5 31 1,009 3,3 3,4 3,4 3,33
5 31,5 1,00821 3,4 3,5 3,4 3,43
Residu 5 31 1,0146 3,5 3,5 3 3,667
5 32 1,0155 3,5 3,7 3,5 3,567
5 32,5 1,0155 3,6 3,7 3,7 3,667
5 32,5 1,0193 3,7 3,7 3,8 3,73

IV.2 Tabel Perhitungan


a. Perhitungan Mol
Sampel Normalitas % Berat nA nB
Distilat 0,586 2,0923 0,1162 5,4393
0,6334 2,2599 0,12555 5,43
0,666 2,3762 0,132 5,4235
0,686 2,4495 0,1361 5,41947
Residu 0,7334 8,7464 0,14456 1,5083
0,7134 8,5 0,1405 1,5123
0,7334 8,7386 0,1444 1,5084
0,674 8 0,1322 1,5206

b. Perhitungan Relative Volatility Campuran Air-Asam Asetat

Distilat Residu Relativ


Volume
Titik Volatility
(ml) YA YB XA XB Vapor (α)
1 5 0,0209 0,9791 0,0874 0,9126 0,2228
2 5 0,0225 0,9775 0,085 0,915 0,2477
3 5 0,0237 0,977 0,0873 0,9127 0,2461
4 5 0,0244 0,976 0,0799 0,9201 0,2878
IV.3 Grafik

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 16


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

1. Grafik Hubungan Temperatur (T) dengan Mol Fraksi Asam Asetat Fase
Cair (XA)

2. Grafik Hubungan Temperatur (T) dengan Mol Fraksi Air Fase Cair (XB)

3. Grafik Hubungan Temperatur (T) dengan Mol Fraksi Asam Asetat


Fase Uap (YA)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 17


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

4. Grafik Hubungan Temperatur (T) dengan Mol Fraksi Air Fase Uap (YB)

5. Grafik Hubungan Mol Fraksi Asam Asetat Fase Cair (X A) dengan Mol
Fraksi Asam Asetat Fase Uap (YA)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 18


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

6. Grafik Hubungan Mol Fraksi Air Fase Cair (X B) dengan Mol Fraksi Air
Fase Uap (YB)

IV.4 Pembahasan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 19


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Pada praktikum ini, dilakukan percobaan Equilibrium still untuk


menentukan data kesetimbangan larutan biner dari campuran air—asam asetat dan
untuk menentukan relative volatility dari campuran biner tersebut. Dari hasil
titrasi yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kandungan distilat lebih banyak
air dari pada asam asetat, dan pada residu lebih banyak kandungan asam asetat
daripada air. Hal ini diindikasikan dari volume NaOH yang terpakai untuk destilat
lebih sedikit dibandingkan volume NaOH yang terpakai untuk titrasi residu.
Dilihat dari grafik yang terbentuk, hubungan temperatur (T) terhadap fraksi
mol asam asetat (XA), berbanding lurus, yaitu semakin lama semakin tinggi T dan
semakin banyak pula fraksi mol asam asetat pada residu. Sedangkan hubungan
temperatur (T) terhadap fraksi mol air (XB) berbanding terbalik, yaitu semakin
lama, semakin tinggi temperatur dan semakin sedikit fraksi mol air pada residu.
Untuk hubungan Temperatur (T) terhadap fraksi mol asam asetat fase uap (Y A),
berbanding lurus, semakin lama semakin tinggi temperatur, fraksi mol asam asetat
fase uap semakin banyak. Sedangkan hubungan temperatur (T) dengan fraksi mol
air fase uap (YB) pada awalnya naik kemudian turun. Apabila suhu dijaga konstan,
maka akan lebih banyak air yang berubah fase menjadi fase uap, dan asam asetat
sebagai residu akan semakin murni. Semakin lama, asam asetat pada residu akan
ikut menguap seperti air karena kandungan air dalam residu semakin sedikit dan
temperatur semakin naik. Dapat dilihat pada grafik X A vs YA berbanding lurus,
yaitu semakin tinggi fraksi mol asam asetat pada fase cair (X A), semakin tinggi
pula fraksi mol asam asetat pada fase uap (YA). Sedangkan grafik XB vs YB
berbanding terbalik, yaitu fraksi mol air pada fase cair (X B) terus menurun,
sedangkan fraksi mol air pada fase uap (YB) pada awalnya naik namun kelamaan
akan turun. Hal ini disebabkan karena semakin lama temperatur akan terus naik,
residu akan menuju asam asetat murni dan temperatur akan melebihi titik didih air
sehingga asam asetat akan ikut teruapkan meskipun sedikit. Dari grafik yang kami
dapatkan banyak yang tidak sesuai dengan literatur dikarenakan pada saat
pengukuran suhu tidak akurat, pada saat penimbangan densitas tidak maximal dan
pada saat melakukan titrasi larutan NaOH banyak yang netes sia-sia.
BAB V

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 20


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN
1. Harga relative volatilitas yang didapatkan sebesar 0.2228 ; 0.2477 ; 0.2461 ;
0.2878. Nilai X dan Y yang didapat merupakan data keseimbangan antara
konsentrasi fase liquid dan konsentrasi fase uap larutan biner asam asetat dan
air.
2. Dalam larutan biner ini, air memiliki sifat yang lebih volatile (mudah
menguap) daripada asam asetat hal tersebut terlihat dari titik didih air sebesar
100oC sedangkan titik didih asam asetat sebesar 117oC.
3. Semakin tinggi temperaturnya, maka semakin banyak pula fraksi mol asam
asetat pada residu.

V.2 SARAN
1. Pada merangkai alat sebaiknya berhati hati, dan pastikan rangkaian alat
terutup dengan sempurna sehingga uap tidak keluar pada celah penutup.
2. Sebaiknya praktikan menjaga suhu agar tidak sampai pada suhu titik didih
asam asetat.
3. Perhatikan dengan baik prosedur yang ada, jika ada yang kurang dimengerti
segera tanyakan kepada asslab.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 21


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. “Air”. (https://id.wikipedia.org/wiki/Air). Diakses pada tanggal 25


September 2017 pukul 19.00 wib.
Anonim. 2017. “Asam asetat”. (https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat).
Diakses pada tanggal 25 September 2017 pukul 19.10 wib.
Anonim. 2017. “Fenolftalein”. (https://id.wikipedia.org/Fenolftalein). Diakses
pada tanggal 25 September 2017 pukul 19.05 wib.
Anonim. 2017. “Natrium Hidroksida”.(https://id.wikipedia.org/wiki /Natrium
_hidroksida). Diakses pada tanggal 25 September 2017 pukul 19.20 wib.

Geankoplis,Christie J. 1993 . “Tranport Processes and Unit Operations”. New


Jersey : Prentice – Hall International , Inc .
McCabe.W.L, dkk. 1999. “Operasi Teknik Kimia”. New York:Mc.Grow-Hill
Book.
Tiawarman,Anggi gusti.2013.”Laporan Praktikum Operasi Teknik kimia II “.
(http://chemeng2301.blogspot.co.id/p/prakaktikum-otk-ii.html) . Diakses
pada tanggal 25 september 2017 pukul 23.00 WIB .
Reza,Gusti.2013.”Pengertian Destilasi dan Macam-Macam Destilasi”.(
http://gustireza2906.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-destilasi-dan-
macam-macam.html) . Diakses pada tanggal 25 September 2017 pukul
02.31 WIB .
Tim Dosen.2017. “Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia II Equilibrium Still”.
Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 22


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

APPENDIX

1. Membuat asam asetat 1 N 500 ml

N= = = 17,43

N1 v1 = N1 v1
17,43 . v1 = 1. 500
v1 = 28,68 ml
Jadi , 28,68 ml asam asetat diencerkan hingga 500 ml dengan aquadest

2. Membuat NaOH 1 N 1000 liter

N=

1=
w = 39,9 gram
jadi , 39,9 gram NaOH dilarutkan dengan aquadest hingga 1000 ml

3. Membuat indikator PP
1 gr fenolftalein + 40 ml etanol + 100 ml aquadest

4. Menghitung densitas destilat dan residu pada titrasi pertama

Rumus :  =

Destilat :  = = 1,00825 gr/ml

Residu :  = = 1,0146 gr/ml

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 23


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

5. Menghitung normalitas destilat dan residu pada titrasi pertama


a. Destilat
V1 x N1 = V2 x N2
5 x N1 = 3,5 x 1
N1 = 0,7 N

b. Residu
V1 x N1 = V2 x N2
5 x N1 = 3,5 x 1
N1 = 0,7 N

6. Menghitung fraksi mol destilat dan residu pada titrasi pertama

Rumus : % berat =

- Distilat

% berat =

= = 2,499 %
WA = 2,499 % sehingga na = 2,499/18 = 0,138
WB = 97,50 % sehingga nb = 97,50/18 = 5,4167

YA = = = = 0,025

YB = 1 – YA = 1 – (0,025) = 0,975
- Residu

% berat =

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 24


LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“EQUILIBRIUM STILL”
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

= = 2,109 %
WA = 2,109 % sehingga na = 2,109/60.5 = 0,034
WB = 97,891 % sehingga nb = 97,891/60.5 =1,618

XA = = = 0,0205

XB = 1 – XA = 1 – 0,0205 = 0,9795

7. Menghitung Relative Volatility

YA / X A
α = YB / X B = = 1,225

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II Page 25

Anda mungkin juga menyukai