Anda di halaman 1dari 50

Lampiran : Peraturan Direktur RSM.

Ahmad Dahlan
Kota Kediri
Nomor :
Tentang : Pedoman Kerja Pelayanan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Tanggal :

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai badan usaha merupakan tempat berkumpulnya tenaga
kerja, pimpinan, pasien, pengunjung, dan mitra kerja yang lain. Dalam
hubungannya antara pimpinan dan tenaga kerja, ada hak dan kewajiban yang
harus dilakukan, salah satunya adalah hak tenaga kerja untuk mendapatkan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan
kewajiban tenaga kerja di antaranya adalah menjalankan atau mematuhi peraturan
yang ditetapkan, misalnya tenaga kerja harus memakai alat pelindung diri pada
proses pekerjaan yang memerlukan alat pelindung diri. Sementara itu, pimpinan
berkewajiban untuk menyediakan alat pelindung diri sehingga pekerja terhindar
dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja untuk itu maka perlu di bentuk Tim
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad
Dahlan Kota Kediri.
Dalam pelaksanaan K3 diperlukan penanganan yang serius dan dukungan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang melibatkan seluruh
bidang kegiatan dan seluruh sumber daya manusia (SDM) yang ada. Dengan
adanya komitmen antara pimpinan, pegawai, dana, dan pengelolaan yang baik
disertai pelaksanaan yang berkesinambungan maka rumah sakit akan dapat
melaksanakan kegiatan K3 sesuai dengan harapan.
Buku Pedoman Pelayanan Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri ini diharapkan dapat
menjadi acuan yang memberikan kemudahan bagi pimpinan dan pegawai dalam
melaksanakan berbagai program dan ketentuan K3 yang ditetapkan.
Pelaksanaan K3 yang serius dan baik akan dapat mengurangi timbulnya
kecelakaan maupun penyakit akibat kerja baik bagi pegawai, pekerja, pasien, dan
masyarakat/pengunjung yang berada di Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad
Dahlan Kota Kediri. Sehingga pada akhirnya, diharapkan segenap pegawai,
pekerja, pasien, dan masyarakat/ pengunjung akan merasa aman dan nyaman
berada di Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri.

B. Tujuan Pedoman
1. Melindungi setiap orang yang berada di tempat kerja agar selalu dalam
keadaan sehat dan selamat

1
2. Melindungi bahan dan alat-alat agar dapat digunakan secara aman dan efisien
3. Terbentuknya Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit melalui
kerjasama lintas program dan lintas sektoral
4. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, dan penyakit akibat
kerja
5. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat, dan bahan berbahaya
6. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan tercipta penyesuaian
antara pekerjaan dengan manusia atau manusia dengan pekerjaan
7. Meningkatkan produktivitas kerja

C. Ruang Lingkup Pelayanan.


Ruang lingkup K3 meliputi aspek-aspek fisik, sarana dan prasarana, serta SDM
yang memadai yaitu :
1. Adanya tenaga terlatih dalam bidang Penanggulangan Kebakaran dan
evakuasi bencana
Di Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri, sudah ada
pengorganisasian dalam bidang Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi
bencana dan dalam pelaksanaannya mengacu pada Disaster Plan.
Area beresiko di Rumah Sakit
2. Untuk area beresiko dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Resiko jika terjadi kegagalan utilitas (listrik & air tidak dapat operasional)
yaitu :
1) IBS
2) ICU
3) ICCU
4) NICU
5) HCU
6) IGD
7) VK
8) LABORATORIUM
9) FARMASI
10) ADMINISTRASI
Laboratorium, Radiologi, IBS, Perawatan Intensif & Farmasi wajib ada
UPS untuk mengantisipasi jika terjadi listrik PLN mati dan genset
mengalami masalah sehingga tidak ada pasokan listrik di area RS. Untuk
air jika ada masalah akan mendapat pasokan dari PDAM kota Kediri.
b. Resiko jika terjadi kebakaran yaitu :
1) Instalasi Gizi
2) IPS
3) Penyimpanan O2 & LPG
4) Genset
5) CSSD
6) Farmasi
7) Laboratorium

2
8) IBS
9) Radiologi
Guna mencegah terjadinya kebakaran maka langkah pertama adalah perlu
dilakukan assesmen kemungkinan kebakaran,pemasangan sign K3 &
monitoring serta evaluasi di daerah-daerah yang rawan untuk terjadi
kebakaran.
3. Adanya denah dan tanda-tanda K3 dilingkungan Rumah Sakit.
Untuk jalan keluar bila terjadi bencana diperlukan rambu-rambu/tanda-tanda
khusus sehingga memudahkan untuk evakuasi, antara lain:
a. Rambu-rambu petunjuk arah jalan keluar, alat pemadaman api, tempat-
tempat berbahaya dan tanda-tanda larangan
b. Denah, marka, tempat alat pemadaman api
c. Ram, lorong-lorong, pintu darurat yang cukup lebar untuk brankart
d. Lampu darurat yang menyala otomatis
e. Ruangan untuk lebih dari 60 orang minimal 2 pintu keluar
f. Pintu-pintu dapat dibuka dari luar.
4. Adanya bidang yang menangani penanggulangan kebakaran.
Dalam Struktur organisasi/ kepanitiaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) di Rumah sakit sudah dibentuk Tim Keselamatan dan kesehatan Kerja
(K3) yang dibagi menjadi 4 divisi, salah satunya yaitu divisi Penanggulangan
Kebakaran & Bencana yang khusus menangani/ menanggulangi kebakaran
dan bencana yang mungkin terjadi di Rumah sakit.
5. Tersedianya APAR, Hydrant, Alarm dan Alat deteksi kebakaran.
Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ada di
lingkungan Rumah Sakit maka disediakan Alat pemadam Api ringan (APAR)
di seluruh lingkugan Rumah Sakit yang penempatannya sesuai dengan
Permenaker No.04/Men/1980 tentang syarat –syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR yang dalam penerapannya dikondisikan sesuai dengan
keadaan bangunan Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri.
Sedangkan hydrant digunakan apabila APAR tidak memadai untuk mengatasi
kebakaran. Deteksi kebakaran diadakan agar sedini mungkin bahaya
kebakaran dapat diketahui dan dilakukan penanggulangannya.
Alarm kebakaran sebagai tanda untuk menunjukkan bahwa disuatu tempat
tertentu terjadi kebakaran, memudahkan lokasi yang terjadi kebakaran dapat
segera diketahui sehingga memudahkan tindakan penanggulangannya.
6. Tersedianya alat keamanan pasien
Tingkat ketergantungan dari setiap rumah sakit berbeda-beda, dari
tingkat ketergantungan sebagian kepada perawat sampai tingkat
ketergantungan yang total, misalnya pasien yang tidak sadar.
Dalam penyembuhan penyakit memerlukan tahapan-tahapan dari duduk,
berdiri, sampai dengan jalan yang semuanya itu dibutuhkan lingkungan dan
peralatan yang mendukung keamanan pasien; di dalam ruangan diperlukan
adanya:
a. Adanya pegangan sepanjang tangga dan dinding.

3
b. Toilet dilengkapi pegangan dan bel
c. Pintu dapat dibuka dari luar.
d. Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya dengan jarak terali lebih
kecil daripada kepala anak.
e. Sumber listrik dilengkapi dengan penutup dan pengaman.
f. Tersedia oksigen yang cukup pada tempat yang penting.
g. Ada alat penghisap dalam keadaan darurat.
h. Adanya listrik pengganti bagi ruangan dan alat medis vital.
7. Adanya pemeriksaan kesehatan bagi semua calon pegawai
Rumah sakit merupakan tempat dimana kemungkinan sesuatu penyakit dapat
ditularkan baik dari petugas kepada pasien atau sebaliknya. Dengan demikian
perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi para calon pegawai agar tenaga
yang diterima dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak
terinfeksi penyakit dan cocok untuk pekerjaan yang akan menjadi
tanggungjawabnya. Pemeriksaan calon pegawai meliputi ;
a. Pemeriksaan fisik diagnostic di poliklinik oleh dokter poliklinik.
b. Pemeriksaan penunjang meliputi
1) Radiologi ; Foto Thorax
2) Laboratorium ; darah lengkap, urin lengkap
8. Adanya pemeriksaan khusus bagi pegawai yang bekerja pada tempat yang
beresiko tinggi.
Pemeriksaan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh
dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kinerja atau golongan-golongan tenaga
kerja tertentu. Dilakukan 1 kali dalam setahun. Pemeriksaan kesehatan khusus
ini dilakukan terhadap :
a. Petugas yang bekerja di keperawatan (Perawatan Intensif, PETUGAS
RUANG ISOLASI dilakukan pemeriksaan rutin yang meliputi HBSAg,
Anti HBSAb, Foto dada)
b. Petugas yang bekerja di Radiologi
c. Petugas yang bekerja pada bagian Laboratoirum (dilakukan pemeriksaan
rutin yang meliputi HBSAg, Anti HBSAb)
d. Petugas pengelola makanan (dilakukan pemeriksaan meliputi swab
dubur,foto dada)
e. Petugas Sanitasi (dilakukan pemeriksaan rutin yang meliputi HBSAg, Anti
HBSAb)
f. Petugas Laundry (dilakukan pemeriksaan rutin yang meliputi HBSAg,
Anti HBSAb)
9. Dilaksanakannya pencegahan, pemantauan dan penatalaksanaan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
Rumah sakit sebagi tempat orang memulihkan kesehatannya dari sakit, tetapi
juga sebagai tempat orang sehat bekerja dan beraktivitas. Bagi orang yang
bekerja, tentu ada tempat-tempat dengan resiko tinggi yaitu terjadinya
kontaminasi atau tertular penyakit serta kemungkinan terjadinya kecelakaan

4
kerja. Upaya meningkatkan kesadaran pegawai untuk mencegah terjadinya
penyakit akibat kerja dan atau kecelakaan kerja dilakukan dengan cara :
a. Mengefektifkan pemakaian alat pelindung diri bagi pekerja,
b. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan
c. Penggunaan alat sesuai dengan manual yang telah ditetapkan.
Efektivitas pelaksanaan tugas pekerjaan tersebut dapat terjadi, apabila Tim K3
selaku penanggungjawab terselenggaranya Kesehatan kerja di rumah sakit,
secara berkesinambungan memantau pelaksanaan kerja yang sehat
sebagaiman telah ditetapkan dalam ketentuan.
Penatalaksanaan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dilakukan dengan
pencatatan yang dilakukan oleh Tim K3, dalam form yang telah disediakan.
Hasil pencatatan dalam pelaksanaan pekerjaan menjadi bahan evaluasi, agar
kejadian yang serupa tidak terjadi lagi dalam proses pekerjaan selanjutnya.
10. Adanya ketentuan tentang pengadaan, penyimpanan dan pengelolaan jasa dan
bahan berbahaya.
Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk
tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan
hidup secara langsung atau tidak langsung. Mengingat resiko yang
ditimbulkan akibat bahan berbahaya tersebut, maka ketentuan di dalam hal
pengadaan dan penyimpanan bahan berbahaya mengacu kepada Permenkes
472/MENKES/PER/ V/ 1996 tentang Pengadaan Bahan Berbahaya bagi
Kesehatan.
11. Adanya Pemantauan Kesehatan Lingkungan
Pemantauan kesehatan lignkungan kerja dilakukan terhadap faktor-faktor :
fisik, kimiawi, biologis, dan ergonomis, yang mempengaruhi kesehatan kerja.
Hal tersebut perlu dilakukan karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi
kesehatan kerja para pegawai dalam bentuk kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.Pemantauan lingkungan kerja meliputi:
a. Faktor Fisik : Kebisingan, pencahayaan, listrik, panas getaran, suhu,
kelembaban dan radiasi.
b. Faktor Kimiawi : gas anesthetic, cairan anestetic, fromaldehid, mercury,
debu.
c. Faktor biologi: pemantauan rutin kadar HbSAg, pemeriksaan angka
kuman di ruangan khusus (IBS, CSSD,Ruang bayi & Perawatan intensif),
pemeriksaan makanan dan Pemeriksaan IPAL.
d. Faktor ergonomis: perencanaan tangga, cara mengangkat beban,
memindahkan pasien, memberi makan pasien, pekerjaan yang dilakukan
dengan duduk.
12. Pengelolaan Sanitasi Rumah Sakit.
a. Penyehatan Bangunan dan Halaman Rumah Sakit
1) Pemeliharaan ruang dan bangunan :
a) Kegiatan pembersihan ruang dilakukan pada pagi, siang dan sore
hari.

5
b) Cara membersihkan ruangan yang menebarkan debu harus
dihindari, masing-masing ruang dilengkapi dengan perlengkapan
kebersihan sendiri-sendiri.
c) Petugas kebersihan dalam menjalankan tugasnya harus
menggunakan APD yang telah disediakan.
2) Pencahayaan
a) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak
menimbulkan silau dan intensitasnya disesuaikan dengan
peruntukannya.
b) Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa kondisinya untuk
menjamin keamanan.
3) Penghawaan
a) Untuk penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan system
silang (cross ventilation) dan dijaga kebersihannya agar udara
tidak terhalang.
b) Untuk mengurangi kadar udara dalam ruangan (indoor) 1 kali
dalam 1 bulan supaya didesinfeksi dengan menggunakan aerosol
atau disarung dengan electron presipitator/ menggunakan
penyinaran ultra violet.
c) Untuk pemantauan kualitas udara ruang minimal 2 kali setahun.
4) Kebisingan
Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga
kamar dan ruangan memerlukan suasana tenang terhindar dari
kebisingan.
5) Lalulintas antar ruangan
a) Pembagian ruangan dan lalulintas antar ruangan harus didesain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan,
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan
serta menghindari resiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.
b) Penggunaan tangga dan litf harus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk
penggunaannya yang mudah dipahami oleh pengguna, atau untuk
lift dengan 4 (empat) lantai harus dilengkapi dengan ARD
(Automatic Reserve Divided, yaitu alat yang bisa mencari lantai
terdekat bila listrik mati)
c) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan
mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan
dilengkapi dengan tangga darurat.
d) Fasilitas Pemadam Kebakaran.
e) Jalur linen bersih dan distribusi makanan lewat lift Mekah
f) Jalur linen kotor dan pengambilan alat makan kotor lewat lift
gedung A
g) Pengangkutan sampah lewat selasar.
b. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman

6
1) Bahan makanan atau makanan jadi yang berasal dari instalasi gizi
harus diperiksa secara fisik dan secara periodik minimal 1 tahun sekali
diambil sampelnya untuk konfirmasi laboratorium.
2) Tempat penyimpanan bahan makanan harus terpelihara dan dalam
kondisi bersih, terlindungi dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga
dan hewan lainnya.
3) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan
menggunakan kereta dorong khusus)
4) Tempat pengolahan makanan;bersih dan bebas debu
5) Asap dikeluarkan melalui cerobong asap yang dilengkapi dengan
sungkup asap.
6) Penjamah makanan harus sehat dan dilakukan pemeriksaan secara
berkala.
7) Penjamah makanan harus menggunakan perlengkapan pelindung
pengolahan makanan (celemek/ apron, penutup Rambut dan mulut).
8) Selama melakukan pengolahan makanan harus dilakukan: terlindung
kontak langsung dengan tubuh (menggunakan sarung tangan plastik,
penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya)
c. Penyehatan Air Termasuk Kualitasnya
1) Kualitas air minum harus sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
RI no: 492/MENKES/PER/IV/2010; tentang syarat-syarat kualitas air
minum.
2) Jumlah kebutuhan air bersih harus mencukupi yaitu 500 l/tt/hari.
3) Pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan setiap bulan sekali (untuk
pemeriksaan mikrobiologis) dan 3 bulan sekali untuk (pemeriksaan
kimiawi)
4) Pengambilan sampel air bersih untuk pemeriksaan mikrobiologi
diutamakan pada kran instalasi gizi, kamar bedah, kamar bersalin,
kamar bayi, tempat penampungan (reservoir), ruang makan, secara
acak pada kran-kran distribusi, pada sumber air dan di titik-titik yang
rawan menimbulkan pencemaran.
d. Penanganan Limbah
1) Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan,
tahan karat, kedap air, mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya dan tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
permukaan tangan.
2) Sampah yang dihasilkan rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
:
a) Sampah infeksius ( warna kantong plastik kuning)
b) Sampah umum(warna kantong plastik hitam)
3) Sampah yang dihasilkan diangkat setiap hari.
4) Pemusnahan sampah bekerjasama dengan pihak ketiga.

7
5) Untuk limbah cair, limbah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan
pelayanan rumah sakit harus dialirkan dalam kondisi tertutup, kedap
air dan dapat mengalir dengan lancar.
6) Limbah diolah dalam IPAL
7) Kualitas effluent air limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus
memenuhi standard baku mutu lingkungan yang berlaku.
e. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen
1) Di ruang linen harus disediakan ruang yang terpisah sesuai dengan
kegunaannya:
a) R. linen kotor
b) R. linen bersih
c) R. untuk perlengkapan kebersihan.
d) R. pelengkapan cuci
e) Ruang Kereta linen
f) Kamar mandi/WC tersendiri untuk petugas pencucian umum.
g) Ruang peniris/ pengering untuk alat-alat dan linen
2) Ruang-ruang diatur penempatannya sehingga perjalanan linen kotor
sampai linen bersih terhindar dari kontaminasi silang.
3) Harus disediakan tempat cuci tangan petugas, untuk mencegah
terjadinya kontaminasi linen bersih.
4) Bak air yang ada harus selalu dibersihkan, untuk mencegah
perindukan minimal, seminggu sekali.
5) Pengendalian Binatang Pengganggu, Serangga dan Tikus.
a) Konstruksi rumah sakit dibuat sedemikian rupa untuk menghidari
terjadinya perkembangbiakan serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya, antara lain setiap lubang pada bangunan
harus dipasang alat/ penghalang agar binatang/ serangga/ tikus
tidak masuk ke dalam ruangan.
b) Setiap sarana penampungan air harus bersih/ dikuras sekurang-
kurangnya seminggu sekali untuk mencegah berkembangbiakan
nyamuk (Aedes aegepty)
c) Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
dengan menggunakan pestisida harus dilakukakan dengan hati-
hati.
d) Cara lain adalah dengan memasang perangkap.
f. Dekontaminasi Melalui Sterilisasi dan Desinfeksi
Semua peralatan kedokteran/keperawatan dibedakan menurut kreteria
Spaulding :
1) Peralatan kretikal :steril
2) Peralatan semi kretikal :minimal desinfeksi tingkat tinggi
3) Peralatan non kretikal :desinfeksi
g. Perlindungan Radiasi

8
1) Tindakan pencegahan radiasi harus mencakup upaya pemindahan dan
pengamanan bahan yang memancarkan radiasi,mengamankan pekerja
yang bekerja dengan radiasi.Pengawasan kontaminasi udara:
a) Kontaminasi udara ditempat kerja harus diupayakan seminimal
mungkin.
b) Perlengkapan proteksi radiasi khusus harus dalam keadaan baik,
diperiksa dan diuji secara berkala.
c) Harus selalu diusahakan agar memenuhi ketentuan keselamatan
kerja terhadap perlengkapan radiasi.
d) Harus dilakukan pemantauan perorangan (minimal 1 bulan sekali)
untuk melihat tingkat paparan radiasi dan selanjutnya membatasi
jumlah paparan dan diusahakan dibawah NAB.
e) Pada saat pemasangan pesawat radiasi, ukuran, bentuk dan
intensitas radiasi dapat diketahui. Karena itu dapat ditentukan
daerah yang menerima/ yang bebas radiasi.
f) Pelayanan pemantauan menjadi tanggung jawab dan wewenang
BATAN.
g) Perlengkapan dan peralatan untuk pengamanan bahan yang
memancarkan radiasi adalah sebagai berikut;
(1) Monitor perorangan
(2) Survey meter
(3) Alat untuk mengangkat dan mengangkut
(4) Pakaian kerja
(5) Dekontaminasi kit
(6) Alat pemeriksa tanda-tanda radiasi.
2) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
a) Pegawai
b) Pasien
c) Pengunjung
d) Masyarakat sekitar
13.Adanya Pengelolaan, pemeliharaan dan sertfikasi sarana dan prasarana serta
peralatan kesehatan.
a. Pemeliharaan dan pengelolaan peralatan rumah sakit dilakukan oleh
Bagian Instalasi Pemeliharaan Sarana yang meliputi:
1) Kalibarasi alat
2) Program dan prosedur pemeliharaan
3) Manual penggunaan alat
4) Prosedur pemeliharaan APD
b. Sarana dan Prasarana Non Medis
1) Program pemeliharaan
2) Manual penggunaan alat
3) Prosedur pemeliharaan APD
c. Sertifikasi dan Prasarana
1) Fisik dan Bangunan

9
IMB dan HO
2) Perijinan dan Sertifikasi
Rekomendasi dinas kebakaran, ijin pemakaian diesel, ijin instalasi
petir, ijin operasional rumah sakit, ijin instalasi listrik, ijin Penggunaan
Radiasi.
14. Pengelolaan limbah padat dan cair
a. Tersedia tempat sampah minimal 1 (satu) buah disetiap kamar atau radius
10 meter dan radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka.
b. Sampah rumah sakit dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
1) Sampah umum ; yaitu untuk mengelola sampah umum perlu
disediakan tempat pembuangan akhir, selanjutnya sampah yang sudah
terkumpul tersebut diangkut/ dibuang oleh petugas DPU ke
Pembuangan Sampah Akhir.
2) Sampah Medis
Sampah medis yang dihasilkan di rumah sakit, harus dimusnahkan
dengan cara dihancurkan/ dibakar di incinerator, sehingga dihasilkan
debu yang tidak lagi berbahaya/ infektius, tetapi perlu pengelolaan
lebih lanjut yaitu dengan mengumpulkan sampah/ debu ke dalam
tempat khusus sehingga mudah dalam pembuangan. Pemusnahan
sampah medis bekerjasama dengan pihak ketiga.
3) Semua limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan di RS,
disalurkan ke IPAL dengan cara mengalirkan air limbah melalui
saluran tertutup. Air limbah yang telah diproses dalam IPAL dibuang
ke lingkungan/ badan air. Air limbah yang dibuang ke badan air harus
memenuhi standard baku mutu lingkungan.
15. Pengelolaan limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan RSM bersumber dari :
a. Hasil kegiatan instalasi Gizi
b. Gas anestesi di kamar bedah
Gas yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan bedah harus dibuang ke luar
agar tidak mengganggu proses pelayanan di kamar bedah.
16. Adanya program K3 secara periodic
Guna mempersiapkan tenaga terlatih dibidang K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) diperlukan pelatihan berkesinambungan yang dilakukan 1
kali dalam setahun, dengan materi :
a. Bahaya kebakaran
b. Evakuasi bahaya kebakaran
c. Pengelolaan B3
d. Tatalaksana Kecelakaan dan Penyakit Akibat kerja
e. Sistem Informasi
f. Pengorganisasian
17. Adanya system pencatatan dan pelaporan K3
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal atau keadaan yang
sering tidak disadari oleh semua orang/ disemua tempat, khususnya di rumah

10
sakit terbukti masih banyak kejadian dan data yang diabaikan sehingga
diperlukan pengelolaan secara sistematis. Dasar pengelolaan K3 di Rumah
Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri berdasar pada Surat
Keputusan Direktur RS dan Kebijakan RS dalam bidang K3.
Terkumpulnya data sangat diperlukan sebagai dasar untuk melakukan
evaluasi terhadap penyelenggaraan K3 di Rumah Sakit Muhammadiyah
Ahmad Dahlan Kota Kediri. Tertib administrasi K3 di Rumah Sakit
Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri diselenggarakan dengan
pencatatan dan pelaporan secara berkala yang meliputi :
a. Kecelakaan Kerja
b. Penyakit Akibat Kerja
c. Kebakaran
Untuk memudahkan dalam pencatatan dan pelaporan K3 telah disediakan
format tersendiri.

D. Batasan Operasional.
Dalam pengimplementasian K3 dan perlu dipahami antara lain :
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah :
Merupakan upaya untuk menekan dan mengurangi resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara
keselamatan dan kesehatan.
2. Upaya Kesehatan Kerja adalah :
Upaya penyerasian antara kapasitas kerja dan beban kerja serta lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri
sendiri maupun orang/masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas yang optimal.
3. Keselamatan kerja adalah:
Keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan dan proses kerja/
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan
pekerjaan.
4. Kecelakaan Kerja:
Kecelakaan yang tidak diharapkan dan tidak terduga.
Tidak terduga; karena dibelakang kejadian tersebut diharapkan tidak terdapat
unsur kesengajaan dan perencanaan.
Tidak diharapkan; karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material
maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang
paling berat, tidak diinginkan.
5. Ergonomi adalah:
Ilmu yang mempelajari perilaku/sikap posisi manusia dalamkaitannya dengan
pekerjaan mereka.
Beberapa istilah lain yang sering digunakan dalam pengimplementasian K-3
dan perlu dipahami antara lain :
a. Potensi Bahaya (Hazard)

11
Keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan/ kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau
ketidakmampuan melaksanakan fungsi yang telah dietetapkan.
b. Tingkat Bahaya (Danger)
Merupakan ungkapan adanya potensi bahaya secara relative. Kondisi
bahaya mungkin saja ada, tetapi menjadi tidak begitu berbahaya karena
telah dilakukan tindakan pencegahan.
c. Resiko (Risk)
Kemungkinan terjadinya kecelakaan/ kerugian pada periode waktu
tertentu atau siklus operasi tertentu.
d. Insiden
Kejadian yang tidak diduga yang mengakibatkan kacaunya proses
pekerjaan/pelayanan yang direncanakan sebelumnya.
e. Kecelakaan
Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga/tiba – tiba yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
f. Aman/ selamat
Adalah kondisi tidak ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya)
g. Tindakan Tidak Aman/unsafe act
Pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang
terhadap terjadinya kecelakaan
h. Keadaan Tidak Aman/unsafe condition
Kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat
berlangsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
i. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Filosofi : suatu pemikiran upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat
adil dan makmur.
Segi Keilmuan : ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

E. Landasan hukum.
1. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Undang-undang No13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-undang No36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah No 72 tahun 1998 tentang Pengamaman Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
7. Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3992);

12
8. Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem manajemen
K3
9. Keputusan Presiden No 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja;
10. Keputusan Presiden No 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja;
11. Keputusan Menteri Kesehatan No 876/Menkes/SK/VIII/ 2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
12. Keputusan Menteri Kesehatan No 1217/Menkes/SK/IX/ 2001 tentang
Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi;
13. Keputusan Menteri Kesehatan No 1335/Menkes/SK/X/ 2002 tentang Standar
Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan Rumah
Sakit;
14. Keputusan Menteri Kesehatan No 1439/Menkes/SK/XI/ 2002 tentang
Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan;
15. Keputusan Menteri Kesehatan No 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan;
16. Keputusan Menteri Kesehatan No 1204/Menkes/SK/ X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
17. Keputusan Menteri Kesehatan No 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang standar
K3 di rumah sakit
Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara Kapasitas Kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal.
Upaya Kesehatan kerja merupakan berbagai upaya kesehatan yang
dilaksanakan secara paripurna dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan
produktivitas kerja bagi seluruh pekerja di rumah sakit. Upaya tersebut meliputi
upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan dengan penekanan
pada upaya peningkatan dan pencegahan. Selain itu upaya ini dikembangkan
untuk mengantisipasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan resiko terhadap
kesehatan pengunjung dan masyarakat umum disekitar rumah sakit.

13
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya manusia


Dalam melaksanakan kegiatan K3 di Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad
Dahlan Kota Kediri dilaksanakan secara terintegrasi oleh TIM K3.
Distribusi tenaga kualifikasi dijabarkan dalam tabel berikut
Tabel pola ketenagaan TIM K3 Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan
Kota Kediri
JUMLAH
NAMA JABATAN SERTIFIKASI
KEBUTUHAN
Pelatihan K3 umum/RS 1
Ketua TIM K3
Pelatihan K3 lanjutan
Pelatihan K3 umum 1
Sekretaris
Pelatihan Ahli K3 umum
Pelatihan K3 umum 1
Divisi 1
Pelatihan K3 lanjutan
Pelatihan K3 umum 1
Divisi 2
Pelatihan K3 lanjutan
Pelatihan K3 umum 1
Divisi 3
Pelatihan K3 lanjutan
Pelatihan K3 umum 1
Divisi 4
Pelatihan K3 lanjutan

B. Distribusi Ketenagaan
Ketua TIM K3 dalam menjalankan kegiatan K3 rumah sakit berkoordinasi
dengan sekretarisl TIM K3 dan dibantu oleh tim. Kegiatan surveilens, audit,
pelaporan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja) & PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dilakukan oleh SDI melalui koordinasi dengan Ketua TIM K3. Untuk
pengumpulan data SDI juga mengumpulkan dari masing – masing divisi. Tiap
divisi wajib membuat program kerja & SPO terkait jobdisknya masing–
masing.Dalam pelaksanaannya dibantu oleh Ketua TIM K3.

C. Pengaturan Jaga
Tim K3 terdiri dari Ketua 1 orang, Sekretaris 1 orang, Divisi Satu 7 orang, Divisi
Dua 7 orang, Divisi Tiga 5 orang, Divisi Empat 2 orang, Untuk jadwal TIM K3
sesuai dengan jadwal jaga/jam kerja masing–masing personil atau dipanggil
sewaktu-waktu bila ada masalah tentang K3.

14
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Terlampir

B. Standar Fasilitas
Sarana yang diperlukan adalah :
1. Ruang sekretariat
2. Komputer dengan printer
3. Internet
4. Line telpon dengan nomor khusus (untuk keadaan darurat)
5. Telpon untuk intern & ekstern
6. Rak alat
7. Rak buku
8. APAR & aksesorisnya (fire hose,nozzle,safety shoes,helmet,dll)

15
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Beberapa elemen sistem Manajemen K3 yang digunakan Rumah Sakit


Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri adalah sebagai berikut :

A. Kebijakan Kesehatan & Keselamatan


Semua orang yang bekerja di lokasi kami mempunyai hak untuk mendapatkan
lingkungan/kondisi kerja yang aman dan sehat dan mempunyai kewajiban untuk
memberikan kontribusi pada kondisi tersebut dengan berperilaku yang
bertanggung jawab. Kami melihat K3 sebagai nilai bisnis utama yang
diintregasikan pada seluruh kinerja bisnis. Setiap cidera atau kasus sakit akibat
hubungan kerja, dapat dihindari dengan sistem kerja, peralatan, training dan
supervisi yang tepat. Manajemen K3 yang efektif mencakup penilaian resiko dari
desain lokasi sejak awal -tahap konstruksi, komisioning dan perencanaan secara
keseluruhan dari suatu organisasi dan pemeliharaannya. Semua kegiatan
operasional kami harus secara kontinyu meningkatkan kinerja K3.

B. Peran dan tanggung jawab utama


Setiap Manager di semua jenjang, menjamin kesehatan dan keselamatan untuk
orang-orang yang ada di tempat kerja di bawah tanggung jawabnya. Manager
harus menerapkan kebijakan dan sistem dalam area kontrol dan pengaruhnya.
Chief Executive officer (CEO) memikul tanggung jawab ini pada level group, ia
mendukung dengan tingkat kepedulian yang tinggi untuk menjamin bahwa dalam
tiap divisi dan unit bisnis manajemen memiliki otoritas, keahlian dan sumber daya
yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

C. Proses dan Alat Utama pada tingkat perusahaan


Divisi memiliki suatu sistem Manajemen K3 untuk memastikan adanya
peningkatan kinerja secara berkesinambungan. Hal ini didasarkan pada kebijakan
K3 yang merefleksikan kebijakan prusahaan dalam hal prinsip-prinsipnya,
kerangka kerja, tanggung jawab, koordinasi dan pengawasan, kewajiban ini juga
mencakup Unit baru yang bergabung dengan Perusahaan. Sumber daya tertentu
seperti manusia, keuangan di dedikasikan dan di identifikasikan guna mencapai
target.

D. Analisa Resiko
Proses manajemen dipastikan tersedia untuk menjamin resiko telah di
identifikasikan secara baik, terkontrol dalam organisasi, dll. Pegawai, kontraktor
dan konsumen berhak dan wajib mendapatkan informasi mengenai resiko yang
ada dan langkah-langkah yang diambil untuk mengeliminasi atau
meminimalkannya. Suatu sistem monitoring dan kesiagaan/alert dipastikan
tersedia, yang akan memastikan adanya kontrol pada resiko di tingkat Manajemen
sesuai tingkat keseriusannya.

16
E. Audit & Inspeksi Keselamatan
Audit dan inspeksi direncanakan dan dilakukan secara reguler. Audit & Inspeksi
dilaporkan dan digunakan untuk tindakan korektif dan preventif, yang dikelola
dengan cara yang sama seperti yang dilakukan saat analisa suatu cidera. Inspeksi
dan audit ini dilakukan oleh Manajemen tingkat lini yang dilatih untuk tujuan
tersebut, mencakup juga tingkat Management Atas. Personil dilibatkan sebanyak
mungkin dalam audit dan inspeksi ini. Sebagai tambahan audit internal ini,
diperlukan adanya audit silang antara lokasi kerja yang berbeda, yang
menggunakan apa yang disebut tehnik “ fresh view”.

F. Analisa dan Pencatatan Kecelakaan Kerja


Cidera, kejadian hampir celaka/near-miss atau gangguan fungsi apapun
merupakan subyek dari suatu penyelidikan yang mendalam dan metodis, yang
dilakukan oleh Manager (disektor yang menjadi tanggung jawabnya), dengan
bantuan dari staff/unit keselamatan dan personil yang terluka atau terlibat.
Laporan harus dibuat dan memuat detail apa yang yang terjadi dan tindakan yang
diambil (atau yang dilakukan dan skala waktunya) untuk mencegah terulang
kembali, usaha investigasi harus proporsional pada resiko potensial. Pelaporan
dan komunikasi mengenai cidera harus sesuai dengan arahan Group dan Divisi
Tim K3 wajib secara reguler memeriksa relevansi tindakan yang diambil dan
menjamin bahwa tindakan tersebut dilakukan.

G. Pencegahan dan Kontrol resiko Peralatan Menetap dan Bergerak


Instalasi baru didesain dan dibangun dengan mempertimbangkan keamanan
operasi dan keamanan personil perawatan. Instalasi dan peralatan yang bergerak
harus diperlihara secara efektif, diuji dan dilakukan inspeksi, merupakan subyek
untuk dikontrol secara rutin

H. Alat Pelindung Diri (APD)


APD guna keperluan kerja harus diidentifikasi, kondisi di mana APD harus
dikenakan harus ditentukan dan direncanakan secara sesuai dan dirancang
meliputi training dan pengawasan untuk menjamin APD dikenakan

I. Instruksi, peraturan dan prosedur


Instruksi, peraturan dan prosedur dibuat sehingga pekerjaan dapat dilakukan
secara aman, tanpa resiko pada kesehatan, dan sesuai dengan penilaian resiko,
akan bersifat :
1. Tertulis
2. Selalu disesuaikan / diperbaharui
3. Sesuai dengan peraturan hukum/regulasi
4. Realistik
5. Diketahui dan dimengerti oleh semua pihak yang terlibat
6. Ditindaklanjuti dan dihargai

17
J. Program Tanggap Darurat
Semua lokasi kerja harus memiliki rencana tanggap darurat, yang berhubungan
dengan sifat operasi mereka dan resiko yang telah dinilai. Rencana ini harus di
perbaharui, jika diperlukan dikomunikasikan dan dipraktekan secara rutin.
Latihan wajib dilakukan dan dilatih secara rutin mencakup skenario yang
direncanakan atas resiko yang berpotensi tinggi.

K. Pelatihan & Komunikasi Pelatihan


Rencana dan program yang sesuai harus dibuat untuk menjamin semua personil
memiliki kompetensi dalam bidang K3, ini mencakup tersedianya pelatihan &
perlunya pengalaman yang sesuai.
Pelatihan Keselamatan meliputi :
1. Pelatihan perilaku selamat dan mengapa K3 merupakan hal yang penting
2. Pelatihan Manajemen K3
3. Pelatihan penilaian resiko
4. Pelatihan mengenai prosedur dan metode
5. Pelatihan penggunaan peralatan kerja
6. Pelatihan guna mendapatkan otorisasi dan lisensi
Ini menyangkut semua personil seperti :
1. Pegawai baru dan pegawai tidak tetap
2. staff yang telah ada (penempatan kembali, promosi, transfer, mutasi)\
3. Manajemen (audit, investigasi, tindakan pencegahan, rapat untuk
memfasilitasi, dll) kontraktor sesuai keperluan
Semua pelatihan keselamatan terdata, khususnya pada file pribadi secara rutin
harus dikaji ulang.
Pelatihan Komunikasi meliputi :
Komunikasi merupakan suatu faktor penting dari program keselamatan, harus
mencakup informasi mengenai program keselamatan khusus setiap lokasi,
umpan balik dalam hal kinerja dan tindakan yang diambil, mempelajari hal
penting guna mencegah kecelakaan. Hal ini akan mendukung arus informasi
yang bebas (dari atas ke bawah dan sebaliknya)

18
BAB V
KESELAMATAN PASIEN, STAF DAN PENGUNJUNG

Keselamatan masyarakat rumah sakit pasien merupakan prioritas utama


program K3 karena terait dengan mutu dan untuk rumah sakit dan keselamatan pasien
juga merupakan prioritas utama karena terkait mutu dan citra rumah sakit, disamping
itu keselamatan masyarakat sakit rumah juga dapat mengurangi KTD di Rumah Sakit.
Keselamatan masyarakat rumah sakit dilaksanakan melalui mengurangi resiko
jatuh meliputi pemeliharaan tempat tidur pasienan tanda bahaya, pemasangan
handreel dan pemberan tanda bahaya.

19
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Pelaksanaan manajemen hiperkes dan K3RS, berupaya meminimalisasi


kerugian yang timbul akibat PAK dan KAK, perlindungan tenaga kerja serta
pemenuhan peraturan perundangan K3 yang berlaku (law-compliance).
Perekonomian global telah menstandarkan ISO baik seri 9000 maupun seri 14.000,
kriteria yang ditetapkan antara lain kualitas produk atau jasa/pelayanan yang tinggi,
keamanan pada tenaga kerja dan konsumen atau pasien serta ramah akan lingkungan.
Fungsi manajemen, yang dikemukakan oleh beberapa ahli, mengacu kepada tiga
fungsi pokok manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan atau
pengendalian.
Fungsi manajemen lainnya disesuaikan dengan falsafah RS yang
bersangkutan. Fungsi perencanaan dalam manajemen Hyperkes dan K3 RS,
merupakan bagian integral dari perencanaan manajemen perusahaan secara
menyeluruh, yang dilandasi oleh komitmen tertulis atau kesepakatan manajemen
puncak.
NO INDIKATOR STANDAR NUMERATOR DENUMERATOR
1 Kepatuhan 90% Pemakaian APD Kegiatan yang diaudit
pemakaian APD sesuai standar
2 Tersedia APAR 100% Jumlah ketersediaan Standar penyediaan apar
(APAR, APAR di RS di RS
3 Tersedia alarm 100% Jumlah ketersediaan Standar penyediaan alarm
kebakaran (alarm) alarm di RS di RS
4 Tersedia alat 100% Jumlah ketersediaan Standar penyediaan alat
komunikasi alat komunikasi di RS komunikasi di RS

20
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dalam bidang TIM K3 meliputi standart pelayanan yang


ditentukan Kementerian Kesehatan dan indikator kinerja yang telah dibuat.
Berikut ini adalah standart pengendalian mutu dari TIM K3

INDIKATOR TIM K3
NO INDIKATOR STANDAR NUMERATOR DENUMERATOR
1 Kepatuhan 90% Pemakaian APD sesuai Kegiatan yang diaudit
pemakaian APD standar
2 Pemeliharaan 100% (180) Pemeliharaan tempat bed
tempat tidur pasien tidur pasien/Jumlah tt
tidur x 100
3 Pengadaan bel di 100% Pemasangan bel Bel yang terpasang
toilet pasien
4 Tersedia APAR 100% (52 Jumlah ketersediaan Standar penyediaan
APAR APAR di RS apar di RS
5 Tersedia alarm 100% (6 Jumlah ketersediaan Standar penyediaan
kebakaran alarm) alarm di RS alarm di RS
6 Tersedia alat 100% Jumlah ketersediaan Standar penyediaan
komunikasi alat komunikasi di RS alat komunikasi di RS

Standar Pelayanan Minimal TIM K3


NO INDIKATOR STANDAR
1 Adanya anggota tim TIM K3 yang terlatih 90%
2 Ketersediaan APD di setiap instalasi/departemen ≥60 %
3 Rencana program TIM K3 Ada
4 Pelaksanaan program TIM K3 sesuai rencana 100 %
5 Penggunaan APD saat melaksanakan tugas 100%

21
BAB VIII
PANDUAN K3 KONSTRUKSI

A. Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan.


1. Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan
antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan.
2. Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan
ketentuan K3 yang berlaku.
3. Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi :
4. Memiliki masa kerja terbatas
5. Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar
6. Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan relatif
rendah
7. Memiliki intensitas kerja yang tinggi
8. Bersifat multidisiplin dan multi crafts
9. Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan
kondisinya.
10. Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material dan tenaga kerja)

B. Landasan Hukum
1. UU No. 13/2003 : Ketenagakerjaan.
2. UU No. 1/1970 : Keselamatan Kerja.
3. UU No. 18/1999 : Jasa Konstruksi.
4. SKB Menaker & PU No.174/104/86-K3 Konstruksi
5. Permenaker No. 5/1996 – SMK3
6. Inst Menaker No 01/1992 Ttg Pemeriksaan Unit Organisasi K3

C. Perencanaan konstruksi harus menyertakan laporan


1. Identifikasi bahaya
2. Penilaian resiko dan pengendaliannya
3. Pemenuhan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
4. Sasaran dan Program
D. Jenis – jenis bahaya konstruksi
1. Physical hazards
2. Chemical hazards
3. Electrical hazards
4. Mechanical hazards
5. Physiological hazards
6. Biological hazards
7. Ergonomy

E. Peran K3 dalam proyek konstruksi


1. safety engineering

22
2. construction safety
3. personel safety
4. pencegahan kecelakaan konstruksi, penyebab kecelakaan konstruksi meliputi :
a. Faktor manusia :
Sangat dominan dilingkungan konstruksi,
Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda, Pengetahuan
tentang keselamatan rendah.Perlu penanganan khusus
Pencegahan Faktor Manusia meliputi :
1) Pemilihan Tenaga Kerja
2) Pelatihan sebelum mulai kerja
3) Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung
b. Faktor teknis :
Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan dan
alat berat, penggalian, pembangunan, pengangkutan dsb.
Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidak memenuhi standar
keselamatan (substandards condition)
Pencegahan Faktor Teknis meliputi :
1) Perencanaan Kerja yang baik.
2) Pemeliharaan dan perawatan peralatan
3) Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
4) Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman
5) Penerapan Sistim Manajemen Mutu
6) Tersedianya alat pemadam api ringan atau hydrant untuk pencegahan
kebakaran
c. Unsafe act / kecerobohan
d. Material / bahan bangunan
e. Equipment / perlengkapan
Equipment / perlengkapan meliputi :
1) APD meliputi :
a) Kacamata safety, kaca mata safety merupakan peralatan yang
paling banyak digunakan sebagai pelindung mata. Meskipun
kelihatannya sama dengan kacamata biasa, namun kaca mata
safety lebih kuat dan tahan benturan serta tahan panas dari pada
kaca mata biasa.
b) Google, Goggle memberikan perlindungan yang lebih baik
dibandingkan safety glass sebab lebih menempel pada wajah.
c) Pelindung wajah, Pelindung wajah memberikan perlindungan
menyeluruh pada wajah dari bahaya percikan bahan kimia, obyek
yang beterbangan atau cairan besi. Banyak dari pelindung wajah
ini dapat digunakan bersamaan dengan penggunaan helm.
d) Helm pengelas, Helm pengelas memberikan perlindungan baik
pada wajah dan juga mata. Helm ini menggunakan lensa penahan
khusus yang menyaring intesnsitas cahaya serta energi panas yang
dihasilkan dari kegiatan pengelasan.

23
e) Pelindung pendengaran, dan jenis yang paling banyak digunakan:
foam earplugs, PVC earplugs, earmuffs.
f) Pelindung kepala atau helm (hard hat) yang melindungi kepala
karena memiliki hal berikut: lapisan yang keras, tahan dan kuat
terhadap benturan yang mengenai kepala; sistem suspensi yang ada
didalamnya bertindak sebagai penahan goncangan; beberapa jenis
dirancang tahan terhadap sengatan listrik; serta melindungi kulit
kepala, wajah, leher, dan bahu dari percikan, tumpahan, dan
tetesan.
g) Pelindung kaki berupa sepatu dan sepatu boot
h) Pelindung tangan berupa sarung tangan, jenis – jenis sarung tangan
:
(1) Metal mesh, sarung tangan yang tahan terhadap ujung benda
yang tajam dan melindungi tangan dari terpotong
(2) Leather gloves, melindungi tangan dari permukaan yang kasar.
(3) Vinyl dan neoprene gloves, melindungi tangan dari bahan
kimia beracun
(4) Rubber gloves, melindungi tangan saat bekerja dengan listrik
(5) Padded cloth gloves, melindungi tangan dari sisi yang tajam,
bergelombang dan kotor.
(6) Heat resistant gloves, melindungi tangan dari panas dan api
(7) Latex disposable gloves, melindungi tangan dari bakteri dan
kuman
2) Penggunan perancah (scaffolding)
Perancah atau scaffolding adalah peralatan kerja/ platform yang dibuat
sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan –
bahan dan peralatan kerja.
Syarat-Syarat Umum Keamanan Perancah (Scaffoldings)
a) Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat, lantai
perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari
2 meter
b) Pada perancah dengan tinggi 5 m harus dipasang jaring pengaman
dan untuk melindungi kejatuhan material harus dipasang perisai
pengaman
c) Perancah diletakkan pada pondasi yang kuat dan rata. Tanah atau
pondasinya harus mampu menahan berat perancah dan berbagai
beban yang akan diletakkan diatasnya. Berikan pendukung
tambahan bila diperlukan. Jangan menggunakan kotak, drum, batu
bata, atau balok beton untuk mengganjal atau mendukung perancah
d) Perancah harus mampu menahan beban yang akan diletakkan
diatasnya. Perancah harus mampu menahan beban yang akan
diletakkan diatasnya. Rangka, lantai kerja, tangga naik, lantai dasar
perancah, harus bersih dari minyak, gemuk, lumpur dan bahan-
bahan lain yang dapat membahayakan penggunanya.Tenaga kerja /

24
operator perancah / scaffolder harus selalu menggunakan APD
yang disyaratkan (Gunakan safety harness)
e) Rangka, lantai kerja, tangga naik, lantai dasar perancah, harus
bersih dari minyak, gemuk, lumpur dan bahan-bahan lain yang
dapat membahayakan penggunanya. Lebar perancah, lantai kerja,
harus cukup untuk bekerja dan meletakkan bahan-bahan. Bila
diatas perancah ada orang yang bekerja, maka perancah harus
diberi pelindung untuk pekerja yang sedang menggunakannya.
Pelindung ini jangan lebih tinggi dari 3 meter diatas lantai kerja
perancah, terbuat dari papan atau bahan lain yang cukup kuat.
3) Alat Angkut, penggunaan alat angkut material seperti katrol baja
hendaknya diinspeksi secara berkala, pekerja konstruksi diharuskan
menjaga jarak dengan area sekitar bila menggunakan traktor, backhoe
atau buldozer, kurang lebih 2 meter dari alat berat tersebut.
f. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja meliputi :
1) Ruang terbatas (confined space)
Ruang terbatas adalah :
a) Ruangan yang cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian
rupa sehingga pekerja dapat masuk dan melakukan pekerjaan di
dalamnya dan Ruang terbuka di bagian atas yang melebihi
kedalaman 1,5 meterseperti lubang lalu orang yang tidak mendapat
aliran udara yangcukup
b) Ruangan yang mempunyai akses keluar masuk yang terbatas.
Seperti pada tanki, tandon, tempat penyimpanan, lemari besi,
galian, selokan atau ruang lain yang mungkin mempunyai akses
yang terbatas dan semua jenis tanki yang mempunyai lubang dan
orang didalamnya
c) Ruangan yang tidak dirancang untuk tempat kerja secara
berkelanjutan atau terus-menerus di dalamnya
Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di ruang terbatas
a) Pekerja tidak boleh memasuki ruangan sebelumudara berbahaya di
dalamnya dibersihkan terlebihdahulu
b) Aliran udara tersebut diarahkan sedemikian rupasehingga dapat
mencapai area dimana pekerja akanberada dan harus berlangsung
terus menerus selamapekerja berada di dalam.Pengaturan aliran
udara tersebut harus diperolehdari sumber yang bersih dan tidak
bolehmeningkatkan bahaya dalam ruangan.
2) Rambu – rambu larangan dan peringatan
Dalam sebuah proyek konstruksi, wajib hukumnya untuk memasang
rambu-rambu. Rambu-rambu sangat penting perannya dalam
menginformasikan sesuatu di dalam proyek tersebut meliputi :
a) Rambu yang tidak berkepentingan dilarang masuk
b) Rambu larangan merokok

25
c) Rambu larangan parkir
d) Rambu dilarang melintas
e) Rambu dilarang menyalakan api
f) Rambu dilarang menggunakan peralatan
g) Rambu larangan masuk kecuali petugas
h) Rambu jalur evakuasi
i) peringatan bahaya dari atas
j) peringatan bahaya benturan kepala
k) peringatan bahaya longsoran
l) peringatan bahaya api
m) peringatan tersengat listrik
n) penunjuk ketinggian (bangunan yang lebih dari 2 lantai
o) penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
p) penunjuk batas ketinggian penumpukan material
q) larangan membawa bahan-bahan berbahaya
r) petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
s) Dan rambu lainnya.
3) Tempat penyimpanan bahan beracun dan berbahaya
a) Rancang bangunan &luas penyimpanan sesuai jenis, karakteristik
&jumlah B3;
b) Terlindung dari masuknya air hujan secara langsung;
c) Tanpa plafond & mempunyai sistim ventilasi udara, memasang
kasa/bahan lain mencegah masuknya burung/ binatang kecil;
d) Mempunyai penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai,
dilengkapi dengan sistim penangkal petir;
e) Pada bagian luar diberi penandaan (simbol);
f) Lantai kedap air, tidak bergelombang, kuat & tidak retak, landai
minimal 1%. Pada bagian luar bangunan, air hujan dapat mengalir
menjauhi bangunan penyimpanan.

26
BAB IX
PENUTUP

Tujuan Manajemen hiperkes dan K3RS adalah melindungi petugas RS dari


risiko PAK/KAK serta dapat meningkatkan produktivitas dan citra RS, baik dimata
konsumen maupun pemerintah. Keberhasilan pelaksaanaan K3RS sangat tergantung
dari komitmen tertulis dan kebijakan pihak direksi. Oleh karena itu, pihak direksi
harus paham tentang kegiatan, permasalahan dan terlibat langsung dalam kegiatan
K3RS. Pelaksanaan K3 di rumah sakit ditujukan pada 3 hal utama yaitu SDM,
lingkungan kerja dan pengorganisasian K3 dengan menggalakkan kinerja TIM K3
(Panitia Pembina atau Tim K3) di RS.

27
Lampiran 1 :
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI
Formulir Pelaporan Potensi Hazard / Risiko
Panitia pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

I. Tanggal,Waktu,dan Lokasi Temuan


Tanggal...............Waktu.............Lokasi
II. Fasilitas fisik yang ditemuan berisiko/ berpotensi hazard
NO. TEMUAN POTENSI RISIKO/HAZARD

Pembuat Laporan Penerima Laporan


Paraf Paraf
Tanggal diterima Tanggal diterima
Terima kasih sudah melapor, kami sangat menghargai saudara karena telah berperan
demi peningkatan mutu rumah sakit.

28
Langkah-langkah Pengisian :
i. Isilah tanggal, waktu dan lokasi temuan
Tanggal : 14 Agustus 2018 Waktu 10.00 WIB Lokasi Intaslasi Rawat Jalan
ii. Isilah pada tabel yang disediakan dengan temuan fasilitas yang berpotensi
hazard / berisiko yang terkait dengan :
a. Pemakaian APD
b. Infeksi karena vektor dan binatang pengganggu
c. IPAL ( instalasi , bau , dll )
d. Kebakaran
e. Listrik
f. Pemeliharaan alat kesehatan
g. Tanggap darurat dan evakuasi
iii. Contoh
NO. TEMUAN POTENSI RISIKO/HAZARD
1. Ditemukan adanya kabel listrik Berbahaya bagi pasien, pengunjung
tidak beraturan dan tidak pasien dan karyawan bisa tersengat
terlindungi di dekat IRJ sebelah listrik
barat Menimbulkan konsleting

Pembuat Laporan Andik Penerima Laporan Dian


Paraf Paraf
Tanggal diterima 14 Agustus 2018 14 Agustus 2018

iv. Serahkan form ini ke sekretaris TIM K3 bila keadaan cito atau segera
diperlukan perbaikan, serahkan form ini kepada petugas TIM K3 yang keliling.

29
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI
ALUR POTENSI HAZARD/RISIKO

TEMUAN

ISI FORM LAPORAN

Serahkan ke Sekretariat
TIM K3 atau Petugas K3

30
Lampiran 2 :
KODE DARURAT
Hal-hal yang perlu
Kode Panggilan Darurat
diwaspadai

Kebakaran
Merah 197

Henti jantung pada


105
Dewasa
Biru
Henti jantung pada
Biru
105
anak-anak

Penculikan bayi / anak-


anak Merah Muda 197

muda
Orang yang
197
membahayakan
Abu-abu
Orang yang
membahayakan dengan 197
senjata Perak
Kuning
Ancaman bom 197

Bencana di dalam RS
Triage di 105

RS
Bencana diluar RS Triage diluar RS 105

Tumpahan bahan
berbahaya Orange 197

31
LAMPIRAN 3

I. Alat Pelindung Diri


A. Bekerja di ketinggian:
Kontrol yang berkaitan dengan bekerja di ketinggian atau pada ruang
tertutup/confined space (mis. ijin kerja, penilaian resiko pekerjaan) akan
efektif untuk mengurangi cidera dengan meningkatkan kesadaran akan
bahaya, menjamin diterapkannya metode kerja yang benar dan pastikan bahwa
peringatan yang sesuai telah dikomunikasikan.
Penggunaan wajib dari berbagai peralatan keselamatan (harness, safety
nets) yang dipastikan untuk melindungi pekerja dari kemungkinan terjatuh,
meminta perijinan dan inspeksi secara rutin di tempat kerja biasanya
merupakan metoda yang umum dipergunakan misalnya:
1. Tangga
a. Tangga utama hanya untuk akses
b. Sebelum dipergunakan, pastikan apakah
tangga dalam kondisi baik
c. Tangga harus terikat dan berpijak pada
alasnya
d. Tangga harus diperpanjang1 (satu) meter
di atas platform sebagai pegangan tangan
saat naik/turun.
e. Sebagai pemandu sudut, tangga harus
“one out every four up”.
2. Scaffolding/perancah
a. Semua perancah harus didirikan, diubah atau dibongkar oleh ahli perancah
yang terlatih , kompeten dan mempunyai sertifikat.
b. Peralatan pelindung jatuh (fall arrest) harus dipergunakan oleh ahli
perancah jika bekerja di atas 4 meter dengan sisi yang tidak
terlindung (untuk pekerja lain, batas ini biasanya hanya 2 meter)
c. Perancah harus diinspeksi oleh orang yang kompeten dan pelaporan
hasil inspeksi terdata pada buku log perancah dengan criteria
sebagai berikut :
a. Sebelum penggunaan pertama
b. Setelah perubahan yang substansial
c. Setelah angin besar atau tumbukan
d. Jangka tertentu yang tidak melebihi 7 (tujuh) hari.
d. Jangan pergunakan dan bekerja dengan perancah kecuali luas
platform perancah tersebut minimal 4 board, dilengkapi dengan
handrail, intermediaterail dan toe board.
e. Pekerjaan ringan dapat dilakukan tanpa handrail tetapi diperlukan
penggunaan full harness yang dapat dikaitkan pada anchor
f. Akses harus dilengkapi dengan tangga yang aman

32
g. Jangan memindahkan board perancah, handrail atau anchor untuk
menjalankan kegiatan.

3. Tergelincir, Tersandung dan Jatuh (slips, trips, and falls)


a. Tergelincir, tersandung dan terjatuh adalah penyebab umum yang
lain dari cidera dalam industri, hal ini dapat terjadi di/dari
permukaan yang tidak rata pada lokasi penambangan dan jalan atau
adanya masalah dengan housekeeping yang kurang baik di area
kerja.
b. Sebagaimana hasil dari analisa kecelakaan, tergelincir, tersandung
dan terjatuh
c. menyebabkan hampir 30% dari cidera
d. Kemungkinan tergelincir, tersandung dan terjatuh dapat dikurangi
melalui prosedur housekeeping
sederhana sebagai berikut :
1) Jaga tempat kerja agar selalu
tetap rapi
2) Pergunakan
tempat pembuangan scrap dan sampah
yang tersedia.
3) Tata letak dan
tata ruang yang rapi dapat
menghindarkan kemungkinan cidera.
4) Pekerjaan tidak
dapat dianggap selesai sampai Anda
selesai merapikannya.
5) Housekeeping yang baik mengarah pada keselamatan secara
lebih luas.
6) Tumpuk dan tatalah material pada posisi yang stabil dan kokoh
7) Letakkan alat dan peralatan lain untuk menghindari terjatuh
atau menjatuhi orang di bawahnya
8) Pasang rambu-rambu dengan jelas di pagar atau penutup
lubang di lantai, atapatau tanah.
9) Rapikan dan bersihkan gang, jalan setapak, jalan dan tangga
dari penghalang.
10) Setiap pekerjaan penggalian di area kerja harus diberi
tanda/dikelilingi dengan handrail.
11) Menyediakan toeboard dan railing pada semua perancah dan
platform.
12) Saat bekerja di ketinggian singkirkan semua material yang
dapat terlepas seperti baut, mur, pea\ralatantools, kayu-
kayu,dll jika pekerjaan telah selesai.
13) Jangan pernah melemparkan alat atau material, pastikan
disampaikan dari tangan ke tangan.

33
14) INGAT, sebuah mur atau baut yang terjatuh dari ketinggian
dapat membunuh seseorang.
4. Manual Handling
Karena sifat suatu tugas yang kadang berulang terkait dengan
produksi semen, penting untuk menjamin bahwa telah diberikan
pelatihan yang benar pada karyawan mengenai manual handling (
lihat appendix untuk Manual Handling procedure):
a. Pertama kenali pekerjaan, jika anda pikir beban tersebut terlalu
berat mintalah bantuan atau gunakan keran (crane) atau forklift.

b. Perhatikan sisi yang tajam, pecahan atau paku


c. Lepaskan atau tekan paku yang ada sebelum anda melewati
material tersebut atau membuangnya.
d. Jangan mencoba membawa beban yang anda tidak dapat
memikulnya dan singkirkan dahulu penghalang yang ada
sebelum mengangkat barang tersebut.
e. Tumpuk barang dengan hati-hati dan rapi di truk atau trailer.
f. Saat mengangkat beban yang berat, pergunakan kaki anda
sebanyak mungkin untuk menopang otot punggung anda.
g. Pastikan ada pegangan yang cukup kuat untuk bahan tertentu.
h. Jaga punggung anda tetap lurus dan menghadap ke depan
i. Lenturkan dan tekuk lutut anda
j. Ambil posisi yang stabil, angkat dengan kokoh dan jangan
memelintirkan badan anda.
k. Saat mengangkat atau membawa suatu peralatan, perhatikan titik
beban.
5. Kebakaran
Secara umum, terdapat beberapa jenis bahan/peralatan yang
mudah terbakar di area rumah sakit. Di bidang K3 hal yang penting
adalah adanya jalan keluar yang aman di kedua ujung conveyor,
penggunaan detektor panas pada conveyor tension station dan
penggunaan belt dari bahan yang tidak mudah terbakar, hal ini perlu
direncanakan untuk mengurangi resiko kebakaran yang mungkin
terjadi.
Pastikan prosedur pemadam kebakaran telah tersedia. Kabel
listrik dapat pula menyebabkan atau menghantarkan kebakaran yang
juga menghasilkan emisi asap beracun tinggi, dengan alasan tersebut

34
cable tunnel dapat merupakan bahaya keselamatan yang cukup
signifikan dalam kasus kebakaran. Sangat penting untuk memiliki
jalur yang telah ditentukan sebagai jalan keluar personil secara
cepatdari ruang tersebut.
Penyimpanan berbagai jenis bahan bakar harus sesuai dengan
peraturan dan praktek yang baik, hal ini juga menyangkut
penyimpanan gas LPG, O2, N2O, pet-coke, ban dan barang yang
sejenis, bila perlu dapat dipasang rambu peringatan kebakaran yang
sesuai khususnya pada daerah dengan iklim yang panas dan kering.
Pembuangan sampah yang benar dan housekeeping yang
tertata adalah bentuk pencegahan yang terbaik.

35
II. MANAJEMEN KESEHATAN
A. Issue Kesehatan
Bahaya kesehatan penting yang mungkin memiliki dampak kesehatan, terkait
denganKesehatan kerja di rumah sakit dan kegiatan lain dari aktivitas rumah
sakit:
1. Debu yang berada dan melayang di udara
2. Kebisingan dan getaran
3. Atmosfir yang berbahaya
4. Radiasi
5. Tumpahan bahan kimia
6. Terbakar
7. Terpajan bahan kimia/ gelombang elektromagnetik
Penanganan bahan bakar alternatif
Panduan khusus untuk item kesehatan kerja ini dapat dilihat pada paragraph
selanjutnya. Beberapa isu kesehatan lain yang juga mungkin dihadapi, tapi
tidak secara langsung terkait dengan aktivitas pelayanan rumah sakit dan
kegiatan pelayanan yang terkait lainnya adalah :
1. Kebiasaan merokok dan ketergantungan alcohol/obat terlarang
2. Penyakit tekanan darah tinggi
3. Diabetes / kencing manis
4. Asupan makanan dan kegemukan/obesitas
5. Stres dan kesehatan mental
6. Heat stress atau cold stress
7. Penyakit jantung
8. Penyakit lain seperti HIV/AIDS, tipus, malaria

Pelayanan Kesehatan Kerja dalam Konsep Pencegahan Penyakityang Timbul


Akibat Hubungan Kerja
Panduan kesehatan untuk isu non-occupational dirasa telah mencukupi,
karenanya tidak akan dibahas lagi dalam dokumen ini. Namun banyak
Perusahaan juga memasukan panduan secara internal dan mendukungnya
sebagai bagian dari program kesehatan bagi karyawan mereka. Bahkan

36
beberapa di antaranya juga menyediakan dukungan yang sama bagi keluarga
karyawan dan masyarakat lokal, yang patut mendapat pujian.
B. Monitoring & pelaporan kesehatan
Saat dimana ditemui adanya resiko kesehatan akibat pajanan yang melebihi
ambang batasyang berdampak pada kesehatan pekerja seperti yang disebutkan
di atas, pelaporan yangada umumnya sedemikian rendah karena
minimnya/tidak dilakukannya monitoring danpelaporan secara statistik.
C. Panduan isu Kesehatan Kerja yang spesifik
1. Debu di udara
Produksi semen memungkinkan untuk menghasilkan debu, yang
bila tanpa kontrol yang adekuat dapat menimbulkan penyakit saluran
napas. Penelitian yang dilakukan oleh HSE di Inggris (1994) dan INRS di
Norwegia ( 2002) tidak menemukan bukti yang mendukung adanya
hubungan sebab akibat antara pajanan debu semen dengan timbulnya
kanker pada para pekerja semen, walaupun ada beberapa indikasi terjadi
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK).
Jelaslah bahwa merupakan hal yang baik untuk membatasi tingkat
debu dan pajananterhadap karyawan, baik dengan istilah kesehatan kerja
ataupun housekeeping yang baik. Nilai batas yang bervariasi bisa ditemui
di berbagai Negara, secara khusus batas pajanan untuk respirable
crystalline silica saat ini sedang dalam pembicaraan SCOEL ( Scientifis
Committee on Occupational Exposure Limits).
Pelindung pernapasan yang memadai harus dipergunakan di mana
pekerjaan harusdilakukan di lokasi yang berdebu di pabrik.
2. Kebisingan dan getaran
Sumber utama kebisingan adalah lokasi penggilingan yang
digunakan untuk menggiling produk semen. Deflektor kebisingan dan
peredam suara saat ini dapat dipergunakan untuk mengurangi tingkat
kebisingan, penting untuk diingat bahwa pekerja di bagian pemeliharaan
dan petugas kebersihanlah yang paling banyak mendapat resiko dari
pajanan ini.
Alat pelindung diri (APD) dari pajanan di atas yang
disempurnakan dapat membantu mengurangi efeknya. Getaran yang
diterima tubuh secara menyeluruh (whole body vibration) adalah isu lain
yang juga dibicarakan dalam agenda keselamatan. Pekerja yang
mengemudikan peralatan berat yang tua dapat terpajan oleh getaran, tetapi
resikonya lebih kecil dibandingkan dengan industri lain seperti
pertambangan atau kegiatan konstruksi, dimana peralatan yang
menimbulkan getaran ( mis. jack-hammer) umum dipergunakan. Peralatan
bergerak (mobile equipment) yang modern mengkombinasikan vibrasi
dengan dudukan dan kabin penyekat untuk mengurangi resiko.
Batas kebisingan dan getaran sesuai rekomendasi dari EU telah
direvisi untukmengurangi pajanan dari getaran badan secara keseluruhan
(whole body vibration) di lokasi kerja dan dari peralatan yang digunakan.

37
Parlemen Eropa memberikan suara pada Physical Agents (for vibration)
Directive dan amandemennya mengusulkan batas eksposure 0.8
metre/sec/sec telah diterima, di mana hal ini akan membatasi lamanya
pekerja untuk dapat mengoperasikan mesin.
Tingkat desibel yang diijinkan juga sedang dievaluasi; APD akan
dipersyaratkan untuk digunakan pada tingkat kebisingan di atas 80 dB(A)
dan 112 Pa, bandingkan dengan tingkat sebelumnya yaitu 85 dB(A) dan
200Pa.(lihat appendix untuk tabel dari semua tingkat kebisingan). Guna
perlindungan dari kebisingan, adalah perlu bila tingkat kebisingan
melebihi yang ditentukan untuk memberikan dan menggunakan pelindung
pendengaran yang sesuai bagi pekerja.
Kegagalan untuk melakukan perlindungan, akan menyebabkan
berkurangnya pendengaran secara bertahap. (lihat apendik untuk
kebijakan APD untuk kebisingan). Banyak Perusahaan secara rutin
melakukan monitoring fungsi pendengaran karyawan untuk menjamin
penurunan yang terjadi tidak melebihi penurunan yang seharusnya terjadi
karena proses usia yang alamiah. Perlindungan terhadap getaran sangat
tergantung pada desain peralatan, secara umum pada industri semen
masalah ini berkaitan hanya dengan truk di area penambangan.
3. Bahaya radiasi
Dapat timbul jika dipergunakan peralatan nuklir tingkat rendah. Panduan
berikut ini wajib diterapkan :
a. Tidak ada seorangpun, kecuali seperti yang telah dijelaskan setiap saat
olehPetugas Proteksi Radiasi (PPR), dapat mendekat ke garis lingkar
sekitar sumber radioakatif.
b. Tidak seorangpun boleh memasuki vessel di mana terpasang sumber
radioaktif.
c. Jika diperlukan untuk masuk ke dalam vessel tsb. seseorang harus
menunggu sampai PPR menyatakan bahwa sumber tersebut telah
diamankan.
d. Hanya pemasok yang khusus, diperbolehkan untuk memindahkan atau
melengkapi kembali suatu sumber radioaktif dan PPR harus mendapat
informasi sebelum pemasok melakukan kegiatan tersebut.
4. Kesehatan Lingkungan
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan
hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan
kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi
terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat, sehingga
keterkaitan antara kualitas atau karakteristik “lingkungan bermasalah dan
status kesehatan” perlu dipahami dan dikaji secara cermat agar dapat
digambarkan potensi besarnya risiko atau gangguan kesehatan.

38
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI & KEAMANAN

39
40
LABEL BAHAN KIMIA

Explosive (bersifat mudah meledak)


Huruf kode: E
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“ dapat
meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain
bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari
bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak
sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam
Law for Explosive Substances Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat
dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh,
asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti
aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak
memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus.
Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus
dijagasekecil/sedikitmungkin baik untuk penangananmaupun persediaan/cadangan.
Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3
Sebagai contoh untuk bahan yang dijelaskan di atas adalah 2,4,6-trinitro toluena
(TNT)

Oxidizing (pengoksidasi)
Huruf kode: O
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „oxidizing“ biasanya
tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan
sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara
signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-
like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik.
Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9
Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat
pekat.

41
Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
Huruf kode:F+
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „extremely
flammable merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C)
dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat sangat
mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat
mudah meledak di bawah kondisi normal.
Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12
Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas)
Highly flammable (sangat mudah terbakar)

Very toxic (sangat beracun)


Huruf kode: T+
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan sangat beracun jika
memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) ≤ 25 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) ≤ 50 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu ≤ 0,25 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap ≤ 0,50 mg/L
Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida,
nitrobenzene dan atripin

42
Harmful (berbahaya)
Huruf kode: Xn
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki resiko
merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
a) LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
b) LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
c) LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
d) LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L
Frase-R untuk bahan berbahaya : R20, R21 dan R22
Bahan dan formulasi yang memiliki sifat
Karsinogenik (Frase-R :R45 dan R40)
Mutagenik (Frase-R :R47)
Toksik untuk reproduksi (Frase-R :R46 dan R40) atau
Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain (Frase-R:R48) yang tidak diberi notasi
toxic, akan ditandai dengan simbol bahaya ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn.
Bahan-bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik, juga akan ditandai dengan
simbol bahaya ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn, bahan pemeka (sensitizing
substances) (Frase-R :R42 dan R43) diberi label menurut spektrum efek apakah
dengan simbol bahaya untuk ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn atau dengan
simbol bahaya ‘irritant substances’ dan kode huruf Xi. Bahan yang dicurigai memiliki
sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker dengan probabilitas tinggi melalui
inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau kontak dengan kulit. Contoh bahan yang
memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-diol atau etilen glikol
(berbahaya) dan diklorometan (berbahaya, dicurigai karsinogenik).

Corrosive (korosif)
Huruf kode: C
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika
suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi

43
karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5),
ditandai sebagai bahan korosif.
Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35.
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4
maupun
basa seperti larutan NaOH (>2%).

Irritant (menyebabkan iritasi)


Huruf kode : Xi
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi dapat
menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.
Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan
asam dan
basa encer.

Bahan berbahaya bagi lingkungan


Huruf kode: N
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat
menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen
lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan
gangguan ekologi
Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda,
tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.

44
Bahaya Radiasi:
Gunakan selalu Apron/ Alat pelindung radiasi ketika menjalankan tugas/ melakukan
tindakan pemeriksaan pasien.

Penanda tombol Alarm Gunakan selalu Pelindung telinga

Gunakan selalu helm pelindung Gunakan selalu kacamata pelindung

AWAS/ HATI-HATI AWAS BAHAYA LISTRIK

STOP MEROKOK BAHAYA INFECTIUS

45
BAHAN MUDAH TERBAKAR

BAHAN KIMIA KOROSIF BAHAN BERACUN

46
Lampiran 4 :

FORMULIR LAPORAN PAPARAN BENDA TAJAM DAN SUBSTANSI


TUBUH

BAGIAN A (Diisi oleh petugas/staff yang terpapar)

Tanggal laporan :……………….Jam :…………… Tgl Paparan :………… Tmpt


Dari unit kerja : kejadian:…..……
Atasan langsung : Jam :
Bagian tubuh yang terpajan (sebut
IDENTITAS TERPAJAN dengan jelas)
Nama : …………………………………….
Alamat :
Jelaskan urutan kejadian :
Memakai alat pelindung : Ya Tidak ……………………………………
Alat pelindung yang dipakai : …………..…..
Sarung tangan Baju pelindung/Apron ……………………………………
Masker Kaca mata/goggle/pelindung wajah ……………….
Lain-lain………………………………………. ……………………………………
Imunisasi Hepatitis B : ……………….
Ya (Lengkap) Ya (Tidak lengkap)
Tidak
Pertolongan pertama :
Dilakukan Tidak dilakukan Terpajan

(…………………………….)
BAGIAN B (Diisi oleh IPCN/Supervisor)

Tanggal periksa :……………… Jam :………… Jenis paparan :


Diperiksa oleh:…………………………................... Jarum suntik Pisau bedah
Kondisi luka (besarnya luka/dalamnya luka)
…………………………………………………… Gigitan Lain-lain sebutkan.
……………………………………………………
…………………………………………………… ………………………….
Materi dan jumlah paparan :
Darah,……………….cc Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Serum/plasma,……………..cc ;
Lain-lain,sebutkan…………………………….. HBSAg :……………
Anti HIV :…………….
Anti HCV :…………….

47
Resiko paparan
Resiko paparan rendah Resiko paparan tinggi

SUMBER (PASIEN)
Nama pasien :…………………… No MR :………………………. Ruang rawat
:……………………
Status infeksius : Hepatitis B Hepatitis C HIV
Tidak diketahui (+)……………….. Tidak diketahui( -
)…………
PENATALAKSANAAN
…………………………………………………… ……………………………………
…………………………………………………… ………………
…………………………………………………… ……………………………………
………………
……………………………………
………………
HIV :
Rujuk ke RSUD…………………
FOLLOW UP
6 Bulan 12 Bulan
HBSAg : HBSAg :
SARAN

IPCN

( ……………………….)

48
Lampiran 5

ALUR LAPORAN PAPARAN BENDA TAJAM INFEKSIUS


(UNTUK PETUGAS)

Tertusuk benda tajam infeksius

Cuci di bawah air mengalir dengan


cairan antiseptik

Tutup luka dengan alcohol


swab dan plester

Lapor Ke IPCN dan TIM K3 dalam


jam kerja/supervisor diluar jam kerja

Lengkapi form laporan paparan


di ruang PPI/KP

Ikuti advis IPCN/Supervisor

49
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI
Nomor :

TENTANG

PEDOMAN KERJA
PELAYANAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Disusun Oleh :
Ketua K3RS

dr. Herry Sukmawardi

Diperiksa Oleh :
Authorized Person’s

dr. Opi Ellafrina M.M.R

Ditetapkan Oleh :
Direktur

dr. Zainul Arifin M.Kes

50

Anda mungkin juga menyukai