Anda di halaman 1dari 2

I.

Judul
Menghitung Data Curah Hujan yang Hilang

II. Tujuan
1. Dapat menghitung data curah hujan yang hilang

III. Dasar Teori


Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan
air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh
daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah
hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm. Curah
hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan
(Sosrodarsono dan Takeda, 2006:27).
Presipitasi adalah faktor utama yang mengendalikan berlangsungnya daur
hidrologi dalam suatu wilayah DAS (merupakan elemen utama yang perlu
diketahui mendasari pemahaman tentang kelembaban tanah, proses resapan air
tanah, dan debit aliran). Seperti diketahui bahwa keberlanjutan proses ekologi,
geografi, dan tatanuga lahan disuatu lahan DAS ditentukan oleh berlangsungnya
daur hidrologi, dan dengan demikian, presipitasi dapat dipandang sebagai faktor
pendukung sekaligus pembatas bagi usaha pengelolaan sumberdaya air dan tanah
(Asdak. 2007: 39).
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan
air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh
daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah
hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm. curah
hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan
(Sosrodarsono dan Takeda, 2006:27). Data presipitasi atau curah hujan seringkali
ditemukan dalam keadaan terputus atau tidak bersambung. Hal in disebabkan oleh
karena alat pencatat hujan yang tidak berfungsi untuk periode waktu tertentu atau
karena satu dan lain hal stasiun pengamat hujan di tempat tersebut ditutup untuk
sementara waktu. Untuk melengkapi data curah hujan yang hilang tersebut dapat
mengunakan data curah hujan dari pos pengamtan yang berdekatan dengn pos
pengamatan curah hujan yang hilang tersebut. Dengan kata lain, data pos yang
hilang dapat dilengkapi dengan memperkirakan data curah hujan dari beberapa
pos pengamtan yang dekat dengan pos pengamatan yang data curah hujannya
hilang tersebut. Apabila besarnya perbedaan antara curah hujan rata-rata tahunan
dari masing-masing ketiga stasiun penakar hujan tersebut dan curah hujan rata-
rata tahunan dari alat penakar hujan yang akan diprakirakan kurang dari 10%,
maka metode prakiraan yang dapat dimanfaatkan adalah sebagai berikut menurut
Wanielista (1990) dalam Asdak (2007:69).

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Mahmud. 2011. Hidrologi Teknik. Makasar: Universitas Hasanudin.


Takeda, Kensaku. 1976. HIDROLOGI UNTUK PENGAIRAN (diterjemahkan oleh
Suyono Sosrodarsono). Jakarta: PT PRADNYA PARAMITA.

Anda mungkin juga menyukai