Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PERBEDAAN KADAR URINE ALBUMINE CREATININE RATIO (UACR)


PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 (DMT 2) TERKONTROL
DAN TIDAK TERKONTROL

BIDANG KEGIATAN:
PKM - PENELITIAN

Diusulkan oleh:

DEWI ITIKA BASUKI G1A016069 ANGKATAN 2016


NABILA SULISTYAWATI G1A016034 ANGKATAN 2016
ULYA JIHAN MUNA G1A016106 ANGKATAN 2016

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


PURWOKERTO
2019
2019
PENGESAHAN PROPOSAL PKM – PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : Perbedaan Kadar Urine Albumin Creatinine Ratio (UACR)


pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT 2)
Terkontrol dan Tidak Terkontrol
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan :
a. Nama Lengkap : Dewi Itika Basuki
b. NIM : G1A016069
c. Jurusan : Kedokteran Umum
d. Institut : Universitas Jenderal Soedirman
e. Alamat Rumah/No.HP : Kos Rahayu, Jl. K.H. Nachrowi RT 05 RW 04, Desa
Pamijen Grumbul, Kec. Sokaraja, Kab. Banyumas /
089649727583
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 Orang
5. Dosen Pendamping :
a. Nama Lengkap dan Gelar: dr. Vitasari Indriani, M.M., M.Si.Med, Sp.PK
b. NIP : 19800403 200812 200 2
c. Alamat Rumah/No.HP : Purwokerto / 081226717938
6. Biaya Kegiatan Total :
a. Kemenristekdikti : Rp 9.000.000
b. Sumber Lain :-
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 Bulan

Purwokerto, 14 Juli 2019

Menyetujui,
Wakil Dekan III Ketua Pelaksana
Bidang Kemahasiswaan dan Alumni

dr. Diah Krisnansari, M.Si Dewi Itika Basuki


NIP 19770202.200501.2.001 NIM G1A016069

Wakil Rektor Dosen Pendamping


Bidang Kemahasiswaan dan Alumni

Dr. Ir. V. Prihananto, M.Si dr. Vitasari Indriani, M.M., M.Si.Med, Sp.PK
NIP 19640529.198901.1.001 NIP 19800403 200812 200 2

2
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan manifestasi dan
progresivitas beragam yang ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postpandrial.
Diabetes melitus tipe 2 (DMT 2) adalah penyakit diabetes melitus yang disebabkan oleh
penurunan jumlah sel β pankreas secara progresif, sehingga terjadi penurunan sekresi
hormon insulin dan resistensi insulin (ADA, 2018). Penurunan tersebut mengakibatkan
hiperglikemia, yaitu peningkatan akumulasi glukosa di plasma darah (IDF, 2017). Pasien
hiperglikemia pada diabetes melitus ditandai dengan polidipsia, poliuria, polifagia,
penurunan berat badan, dan kesemutan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
(Fatimah, 2015).
Menurut WHO (2016), diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit gangguan
sistem metabolisme yang menduduki peringkat kedelapan penyebab kematian secara
global. Indonesia merupakan negara peringkat ke tujuh di dunia dengan penderita
diabetes yang mencapai lebih dari 10.578.401 jiwa dengan prevalensi kejadian sebanyak
6,7% (IDF, 2017). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018) menyatakan bahwa
prevalensi DMT 2 untuk usia > 15 tahun di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 6,9%
dan pada tahun 2018 sebanyak 10,9%. Prevalensi DM terdiagnosa oleh dokter tertinggi
terjadi di DKI Jakarta (3,4%) dan terendah di NTT (0,9%) (Kemenkes, 2018).
Pemantauan kadar glikemik optimal secara rutin penting dilakukan oleh penderita
DMT 2 sebagai pencegahan terhadap komplikasi. Salah satu bentuk kontrol glikemik
yaitu pengendalian kadar HbA1c (hemoglobin terglikosilasi). Pengukuran HbA1c
menggambarkan kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir. DM tipe 2 dinyatakan
terkontrol apabila kadar glukosa darah puasa 80-109 mg/dl, glukosa darah dua jam post
pandrial 80-144 mg/dl, dan kadar HbA1c ≤ 7% (Utomo et al., 2015).
DM tipe 2 tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler
dan/atau mikrovaskuler (Pole et al., 2018). Komplikasi mikrovaskuler yang sering terjadi
pada pasien DM yaitu, nefropati dan retinopati diabetika. Persentase kejadian nefropati
diabetika sekitar 12-16% pada pasien DM tipe 2 yang berusia > 40 tahun. 20-35% dari
mereka yang telah menderita diabetes selama 5 tahun mengalami proteinuria, dan sekitar
5-10% dari penderita DMT 2 selama 20-25 tahun mengalami end stage renal disease
(ESRD) (E.S. Satria et al., 2018).

3
Nefropati diabetika adalah komplikasi mikrovaskuler kronik pada pasien DM tipe
2 yang ditandai dengan adanya albuminuria. Nefropati diabetika dapat didiagnosis dini
menggunakan pemeriksaan Albumin Creatinine Ratio (ACR). Albumin Creatinine Ratio
(ACR) adalah metode pemeriksaan yang mendeteksi peningkatan protein (albumin) urin
dengan cara membandingkan kadar albumin urin terhadap kadar kreatinin urin, bersama
dengan Estimated Glomerular Filtration Rate (eGFR) dapat mengindikasikan penyakit
gagal ginjal kronik (Miller, 2009). Pemeriksaan ACR urin sebagai deteksi dini nefropati
diabetika menggambarkan jumlah ekskresi albumin selama 24 jam lebih baik dari pada
Albumin Excretion Rate (AER) meski dalam konsentrasi rendah (Ekblom-bak et al.,
2010; Phillip et al., 2018). Gold standard sample pada pemeriksaan ini menggunakan
urin pagi hari yang diambil pertama kali setelah bangun tidur (RACGP, 2016 ; Phillip et
al., 2018).
Penelitian perbedaan kadar ACR pada pasien DM tipe 2 terkontrol dan tidak
terkontrol pernah dilakukan di Bangladesh pada tahun 2011 oleh Haque dan kawan-
kawan. Haque dan kawan-kawan menyebutkan bahwa pasien DM tipe 2 dengan HbA1c >
8% (tidak terkontrol) dan HbA1c < 8% (terkontrol) memiliki korelasi positif yang
signifikan terhadap elevasi kadar ACR (Haque et al., 2011). Hasil penelitian
menyebutkan bahwa angka kejadian mikroalbuminuria yang diukur dari kadar ACR urin
akan meningkat pada DM tipe 2 tidak terkontrol (Lee dan Tang, 2015). Berdasarkan
perbedaan nilai cut off point DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol di Indonesia
menurut PERKENI (2015), HbA1c < 7%, tingginya angka kejadian nefropati diabetik,
dan peran ACR sebagai parameter deteksi dini terhadap nefropati diabetik mendorong
peneliti untuk memeriksa perbedaan kadar ACR pada pasien DM tipe 2 terkontrol dan
tidak terkontrol.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah : Apakah terdapat perbedaan kadar Albumin Creatinine Ratio (ACR)
pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT 2) terkontrol dan tidak terkontrol?
1.3.Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Mengetahui perbedaan kadar Albumin Creatinine Ratio (ACR) pada pasien
diabetes melitus tipe 2 (DMT 2) terkontrol dan tidak terkontrol.
b. Tujuan khusus

4
1) Mengetahui kadar Albumin Creatinine Ratio (ACR) pada pasien diabetes
melitus tipe 2 (DMT 2) terkontrol.
2) Mengetahui kadar Albumin Creatinine Ratio (ACR) pada pasien diabetes
melitus tipe 2 (DMT 2) tidak terkontrol.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi dan menjadi
sumber informasi ilmiah di bidang patologi klinik tentang perbedaan kadar
Albumin Creatinine Ratio (ACR) pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT 2)
terkontrol dan tidak terkontrol.
b. Manfaat praktis
1) Hasil penelitian dapat dijadikan informasi dan data ilmiah bagi para
klinisi untuk diagnosis komplikasi diabetes melitus tipe 2.
2) Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada masyarakat terkait
risiko komplikasi diabetes melitus tipe 2 agar dapat dicegah sejak dini.
3) Hasil penelitian menjadi salah satu sumber ilmiah yang akan diteliti oleh
peneliti lain.
1.4.Urgensi Penelitian
Prevalensi kejadian penderita DM tipe 2 pada tahun 2018 sebanyak 10,9% dan
terus meningkat. Hal tersebut meningkatkan kemungkinan-kemungkinan terhadap
kejadian komplikasi terutama mikrovaskuler, nefropati diabetika. Nefropati diabetika
dapat dideteksi dini melalui pemeriksaan UACR yang akan dibuktikan perbedaannya
terhadap pasien DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol pada penelitian ini.
1.5.Luaran
Sumber artikel ilmiah terutama di bidang ilmu patologi klinik sub bagian
endokrinologi yang dipublikasi dalam jurnal ilmiah terakreditasi.

5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Nefropati diabetik adalah komplikasi mikrovaskuler yang dapat mengancam


jiwa dan ditandai dengan peningkatan ekskresi albumin secara lambat dan progresif
yang diikuti dengan penurunan eGFR (< 60mL/min/1,73m2) yang dapat
bertransformasi menjadi end stage renal disease (ESRD) (Idowu et al., 2017; Philip
et al., 2018). Hal yang paling mempengaruhi terjadinya nefropati diabetik adalah
lama menderita diabetes, glukosa tidak terkontrol, tekanan darah, kontrol lemak
plasma, obesitas, dan kebiasaan merokok (MacIsaac et al., 2014).

Gambar 2.3 Kadar Albumin Urin dengan Berbagai Metode Pemeriksaan dan
Derajat CKD pada Diabetes Melitus (Philip et al., 2018).
Pemeriksaan dini albuminuria dapat dilakukan dengan pemeriksaan ACR dan
albumin 24 jam urin tampung. Pemeriksaan ACR dapat digunakan sebagai deteksi
dini terhadap nefropati karena dapat menggambarkan ekskresi albuminuria selama
24 jam dengan lebih baik meski dalam konsentrasi rendah. Pengumpulan urin
sewaktu pagi hari pun lebih mudah dikumpulkan dan dapat meminimalisasi bias
sehingga memberi kenyamanan kepada pasien dan memberikan hasil yang lebih
valid pada pemeriksaan ACR (Philip et al., 2018).
Menurut Idowu et al. (2017) dalam penelitiannya, ditemukan jumlah
mikroalbuminuria dengan terapi DM < 5 tahun pada pemeriksaan UACR mencapai
32% dan sebanyak 8% dengan pemeriksaan albumin urin. Ditemukan pula jumlah
mikroalbuminuriadengan terapi > 10 tahun pada pemeriksaan ACR sebanyak 60%
dan sebanyak 32% pada pemeriksaan albumin urin. Hal tersebut membuktikan
bahwa ACR lebih sensitif dalam deteksi dini nefropati diabetik dibandingkan
pemeriksaan albumin urin.
Diagnosis nefropati diabetik ditegakkan pada pasien DM dengan kadar
albumin > 30 mg pada urin tampung 24 jam pada 2 dari 3 kali pemeriksaan selama
3-6 bulan, tanpa disertai penyebab albuminuria lain (PARKENI, 2015).

6
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1.Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
analitik observasional dengan pendekatan cross sectional terhadap sampel pasien
diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol yang kemudian dilihat kadar
Urine Albumin Creatinine Ratio (UACR) pada sampel tersebut.
3.2.Variabel Penelitian
Variabel terikat : kadar Albumin Creatinine Ratio (ACR).
Variabel bebas : pasien diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan tidak
3.3.Alur Penelitian
Prosedur pengambilan sampel di Klinik Tanjung Purwokerto Selatan Kab.
Banyumas diawali dengan pengecekan data sekunder untuk memperoleh data
populasi terjangkau, dilanjutkan dengan pengisian lembar informed consentdan data
diri pasien, kemudian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan tanda vital dengan
pasien untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu untuk memperoleh sampel sesuai
dengan kritera inklusi dan mengeliminasi populasi terjangkau yang termasuk dalam
kriteria eksklusi.
Prosedur dilanjutkan dengan pengambilan sampel darah dilakukan sebanyak 3
cc untuk pemeriksaan kadar Hb dan HbA1c pada pasien yang memenuhi kriteria
inklusi. Pemeriksaan dilakukan di laboratorium Medico di Purwokerto oleh petugas
yang terlatih, kemudian dilakukan pengambilan spesimen urin yang diambil dari urin
yang pertama kali dikeluarkan di pagi hari untuk pemeriksaan kadar ACR. Data
primer yang diperoleh, dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data.

7
3.4.Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat berfungsi untuk mendeskripsikan variabelterikat dan
variabel bebas dalam suatu penelitian. Analisis univariat menggunakan ukuran
pemusatan dan penyebaran data. Analisis univariat disampaikan dalam bentuk
distribusi, frekuensi, dan persentase setiap variabel penelitian.
2. Analisis Bivariat
Metode analitik yang digunakan untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu data adalah Shapiro-Wilk akibat jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 50 sampel. Berdasarkan metode tersebut, diharapkan nilai p>0,05, data
terdistribusi normal dan dapat disajikan dalam bentuk mean dan standar deviasi.
Apabila nilai p<0,05, data terdistribusi tidak normal dan perlu dilakukan
transformasi data hingga mendapatkan data terdistribusi normal. Uji analisis data
yang digunakan pada penelitian ini adalah uji parametrik komparatif uji t tidak
berpasangan untuk perbandingan kadar ACR pada pasien diabetes melitus tipe 2

8
terkontrol dan tidak terkontrol, dengan ketentuan memenuhi syarat uji parametrik,
yaitu data terdistribusi normal. Apabila tidak memenuhi syarat uji parametrik
setelah dilakukan transformasi, maka analisa data menggunakan uji non
parametrik, Mann Whitney. Uji komparasi dikatakan bermakna jika diperoleh
nilai p<0,05.

9
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya


Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya pemeriksaan Hb, HbA1c, dan UACR
pada sampel penelitian dan biaya barang habis pakai.
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Pemeriksaan Hb, HbA1c, UACR Rp 8.550.000
2. Barang habis pakai Rp 250.000
3. Bingkisan Rp 200.000
Jumlah Rp 9.000.000

4.2. Jadwal Kegiatan


No. Nama Kegiatan Mei -Juli Juli 2019 Agustus - November-
2019 Oktober Desember
2019 2019
1. Tahap Persiapan
dan Penyusunan
Proposal PKM-P
2. Tahap
Pengumpulan
Berkas
3. Tahap
Pelaksanaan
4. Pengelolaan dan
Analisis Data
5. Tahap Akhir :
Penyusunan Hasil

10

Anda mungkin juga menyukai