Anda di halaman 1dari 85

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM)


DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLOS
SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 3 SIDOARJO

Oleh :

Drs. Sutrisno
NIP. 131 860 523

Kemitraan antara :
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang
dengan
Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

SMA NEGERI 3 SIDOARJO


DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SIDOARJO
November, 2006
KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian sampai penulisana laporan
berjudul “ Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca dengan Menggunakan Metode
Klos siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo” dapat terselesaikan.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) siswa dengan menggunakan metode klos. Di samping itu juga
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan profesional bidang
pendidikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Direktur Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd selaku Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Malang.
3. Bapak M.G. Hadi Sutjipto, SH, MM, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Sidoarjo.
4. Ibu Dra. Umi Dayati, M.Pd dan Ibu Dra. Harti Kartini, M.Pd selaku pendamping
penelitian tindakan kelas dan penulisan laporan maupun artikel.
5. Bapak Drs. H. Subagyo, M.Si., selaku Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo.
6. Para siswa kelas XI IPA 2, dan teman sejawat guru mata pelajaran sejenis yang
telah banyak berpartisipasi mengikuti proses pembelajaran sebagai pengamat.
Tak ada gading yang retak, keterbatasan penulis selalu ada. Oleh karena itu
saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan
berikutnya.
Semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi guru-guru mata pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia.

Sidoarjo, 11 November 2006


Peneliti,
iii

7
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Judul Penelitian Meningkatkan Kecepatan Efektif


Membaca (KEM) dengan Menggunakan
Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 3 Sidoarjo
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar Drs. Sutrisno
b. Jenis Kelamin Laki-Laki
c. Pangkat, Golongan, NIP Pembina, IVA, 131 860 523
d. Asal Sekolah SMA Negeri 3 Sidoarjo
e. Alamat Kantor Jl. Dr. Wahidin 130, Sidoarjo
f. Alamat Rumah Ds. Klurak RT 18 RW 03 Kecamatan
Candi Kabupaten Sidoarjo
3. Lama Penelitian 3 bulan/dari bulan September sampai
dengan bulan November 2006
4. Biaya yang diperlukan
Sumber dari Lemlit UM Rp. 2.000.000,- (Dua Juta Rupiah)

Sidoarjo 17 November 2006


Mengetahui Peneliti,
Kepala SMA N 3 Sidoarjo

Drs. H. Subagyo, M.Si. Drs. Sutrisno


NIP. 130 934 642 NIP. 131 860 523

Menyetujui
Ketua Lemlit UM

Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd.


NIP. 131 652 225

ii
ABSTRAK

Sutrisno, 2006. Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan


Menggunakan Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo
Kata-kata kunci : Bahasa Indonesia, Kecepatan Efektif Membaca (KEM), dan
Metode Klos

Kecepatan efektif membaca mempunyai peranan yang sangat penting, karena


dengan membaca cepat dan kemampuan memahami bacaan yang berkualitas
seseorang bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kebiasaan membaca bahasa Indonesia yang kurang baik berdampak negatif
pada tingkat keterbacaan seseorang atau seorang siswa. Untuk mengatasi hal tersebut
sangat dibutuhkan usaha dan kreatifitas guru. Penerapan metode Klos dalam
pembelajaran membaca merupakan salah satu upaya memecahkan masalah tersebut.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) dengan menggunakan metode klos siswa kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 3 Sidoarjo
Penelitian tindakan kelas ini mengambil setting di SMA Negeri 3 Sidoarjo
kelas XI IPA 2, dengan jumlah siswa 40 siswa. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan
melalui tiga siklus. Sebelum siklus I dilaksanakan perlu adanya pra tindakan yaitu
identifikasi tentang metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM), kemudian
dilaksanakan siklus I sebagai penerapan metode klos, siklus II sebagai implementasi
pelaksanaan metode klos, dan siklus III sebagai tahap pemantapan. Teknik analisis
data menggunakan analisis kualitatif yaitu digunakan terhadap data kualitatif yang
diperoleh dari hasil pengamatan siswa dan guru selama berlangsungnya pembelajaran
di kelas, dan analisis kuantitatif yang digunakan terhadap hasil tes Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) siswa dengan menggunakan metode klos.
Hasil penelitian pada siklus I tingkat keterbacaannya masih rendah, karena
kecepatan efektif membaca rata-rata 87 kpm dengan tingkat Independen 18 %,
tingkat Instruktional 38 % dan pada frustasi 44 %.
Pada siklus II hasil penelitian mengalami perubahan positif yaitu kecepatan
efektif membaca rata-rata 150 kpm dengan tingkat Independen 78 %, tingkat
Instruksional 18 %, dan tingkat frustasi 4 %.
Hasil penelitian pada siklus III mengalami pemantapan yaitu rata-rata
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) 210 kpm dengan tingkat independen 100 %.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran membaca
cepat dengan menggunakan metode klos dapat meningkatkan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) siswa.

Iv

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pengalaman peneliti pembelajaran membaca baik yang dialami

sendiri maupun yang diketahui selama ini, model pembelajarannya selalu mengacu

pada apa yang ada pada buku paket. Teknik pengajaran membaca yang ada umumnya

membaca pemahaman. Banyak teknik pengajaran yang selama ini tidak dipergunakan

untuk melatih keterampilan membaca. Teknik-teknik itu antara lain teknik uji

rumpang. Kenyataan yang terjadi di samping kemampuan dan keterampilan yang

kurang pada siswa, pengajaran membaca selalu mengacu pada teknik yang ada pada

buku tersebut. Dengan demikian para siswa beranggapan pengajaran membaca

tujuannya semata-mata menjawab pertanyaan, mencari kata istilah yang sulit dan

lain-lain. Hal ini dihadapi para siswa dengan proses yang amat lain.

Perihal lain yang selalu muncul pada pembelajaran membaca yaitu guru Bahasa

Indonesia pada umumnya hanya mengutamakan penyelesaian target materi dalam

kurikulum yang orientasinya mengacu pada usaha meningkatkan kemampuan siswa

dalam mengerjakan soal-soal, walaupun hal ini tidak selalu benar sebab soal-soal

sering kurang mengacu pada keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak,

berbicara,membaca, maupun menulis.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya guru Bahasa

Indonesia memahami dan menguasai teknik pengajaran membaca. Belum lagi

memilih bahan bacaan yang seharusnya dalam pengajaran membaca guru dituntut

3
mampu memilih bahan bacaan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan

siswa, kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan baca.

Peneliti berusaha mengungkap kecepatan efektif membaca ( KEM ) siswa,

karena penulis sangat prihatin dengan KEM siswa di negara kita. Kalau di negara-

negara maju seperti Amerika, seorang setara SMA di negara kita (Senior High

School) dalam keadaan normal sudah memiliki kecepatan membaca minimal kurang

lebih 250 kata permenit, dengan pemahaman isi bacaan minimal 70 %. Jika dihitung

kecepatan efektif membacanya (KEM) = 250 kpm x 70 % = 175 kpm.

(Harjasujana,200:88). Kalau di Amerika siswa setingkat SMA memiliki KEM

terendah ± 175 kpm, maka di Indonesia masih tidak sedikit siswa SMA KEM

tertinggi ± 175 kpm. Dari pengalaman peneliti membelajarkan siswa kelas XI IPA 2

SMA Negeri 3 Sidoarjo, ternyata hal tersebut di atas juga terjadi. Dengan KEM ± 175

kpm, lalu bagaimana bisa menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

diharapkan melalui berbagai media cetak dalam waktu yang relatif singkat.

Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti mengambil tindakan, yaitu

“Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca Dengan Menggunakan Metode Klos

Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo”.

Peneliti memilih metode klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca

(KEM) karena metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah

wacana dan untuk melatih keterampilan dan kemampuan membaca

4
1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah

1.2.1 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah yaitu bagaimana penggunaan

metode Klos bisa meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa kelas XI

IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo

1.2.2 Pemecahan Masalah

Dengan rendahnya Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas XI IPA 2 SMA

Negeri 3 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007 penulis mengambil tindakan yaitu

meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca dengan menggunakan Metode Klos yang

langkah-langkahnya sebagai berikut : Tahap awal merupakan pra tindakan yaitu

identifikasi metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM), langkah kedua

pelaksanaan tindakan yang terdiri dari tiga siklus. Siklus I penerapan metode klos,

siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos, dan siklus III sebagai

pemantapan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan tindakan kelas ini adalah :

Untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM) siswa kelas XI IPA 2 SMAN

3 Sidoarjo dengan menggunakan metode klos .

1.4 Lingkup Penelitian

Lingkup yang menjadi batasan materi dalam penelitian ini adalah Kecepatan

Efektif Membaca (KEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi

5
dasar membaca cepat. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 2, SMA

Negeri 3 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007.

1.5 Definisi Operasional

Kesamaan arti sangat diperlukan dalam penelitian. Sejalan dengan itu

diperlukan pendefinisian istilah sebagai berikut :

1.5.1 Kecepatan Efektif Membaca (KEM)

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) adalah sebuah istilah untuk mencerminkan

kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca, karena KEM

merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dan kemampuan memahami

bacaan. KEM dapat ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan membaca

dengan prosentase pemahaman isi bacaan (Harjasujana,2000:109).

1.5.2 Metode Klos

Metode Klos berasal dari kata ”Clozure” yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa

Gestalt, yang mempunyai pengertian bahwa pada dasarnya orang melihat bagian-

bagian itu sebagai suatu keseluruhan. Dalam teknik klos, pembaca diminta untuk

memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan,

akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna (Kamidjan,1996:66)

1.6 Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

a) Bagi siswa : hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan

berbahasa dan terjadi kemajuan belajar pada mata pelajaran lain

6
b) Bagi peneliti (guru) : dapat meningkatkan profesionalisme dan bisa digunakan

untuk pengembangan profesi dalam perolehan angka kredit untuk naik ke

golongan IV b

c) Bagi guru lain : memberikan motivasi dan referensi model-model pembelajaran

yang inovatif.

d) Bagi sekolah : dengan adanya guru-guru (para peneliti) melakukan penelitian

tindakan kelas berarti proses pembelajaran di kelas sangat berkualitas sehingga

terjadi perubahan positif mengarah pada sekolah unggul.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

Keterampilan membaca sebagai salah satu aspek dari empat aspek

keterampilan berbahasa biasanya tanggung jawabnya diserahkan pada guru bahasa

Indonesia. Hal itu perlu diluruskan kalau ada anggapan demikian. Setiap guru dalam

mata pelajaran apa pun harus turut bertanggung jawab atas kemampuan para

siswanya, sebab faktor sangat dominan untuk menentukan keberhasilan belajar

belajar siswa adalah kemauan dan kemampuan membaca yang dimiliki oleh siswa itu

sendiri.

Setiap keterampilan yang dimiliki oleh siswa itu erat sekali hubungannya

dengan keterampilan lainnya dengan beraneka ragam. Dalam memperoleh

keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai

lingkungan keluarga sebelum masuk sekolah anak belajar menyimak dan berbicara,

setelah sekolah baru belajar membaca dan menulis.

Dari jaman ke jaman model membaca selalu dipengaruhi perkembangan

peradaban manusia dan ilmu pengetahuan. Pada antara tahun 1950 an dan tahun

1960 an model membaca dipengaruhi definisi dan penjelasan membaca, pada tahun

1970 an timbul model-model dan teori membaca yang bertitik tolak dari pandangan

ahli psikologi perkembangan, psikologi kognitif, proses informasi psikolinguistik,

sedangan tahun 1980 an proses membaca dipengaruhi psikologi eksperimental.

Membaca merupakan suatu keterampilan yang pemilikan keterampilannya

memerlukan suatu latihan yang intensif, dan berkesinambungan (Akhmad Slamet

8
Harjasujana,1997:103). Aktivitas dan tugas membaca merupakan hal yang sangat

penting dalam dunia pendidikan karena kegiatan ini akan menentukan kualitas dan

keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dalam studinya. Seorang guru di

sekolah hendaknya dapat memberi motivasi siswa dalam dua segi, yakni kemampuan

membaca. Hal ini seorang guru bahasa Indonesia perlu memilih suatu metode yang

tepat untuk mencapai tujuan seperti yang tercantum dalam kurikulum SMA.

Agar dapat tercapai tujuan pembelajaran tersebut guru harus dapat

menentukan metode yang dianggap lebih mudah pelaksanaannya dari metode atau

alat lain misalnya dengan menggunakan metode klos.

Menurut Subyakto (1988:148), Membaca dengan cepat cenderung berpikir

bahwa hanya seorang pembaca cepatlah seorang pembaca yang efektif dan efisien.

Dengan demikian seorang pelajar yang membaca dengan lambat tidak dapat

menyelesaikan tugasnya pada waktu yang ditentukan

2.1 Kecepatan Efektif Membaca (KEM)

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) sebuah istilah untuk mencerminkan

kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca. Dua unsur

penyokong kegiatan/proses membaca, yakni unsur visual (kemampuan gerak motoris

mata dalam melihat dan mengidentifikasi lambang-lambang grafis) dan unsur kognisi

(kemampuan otak dalam mencerna dan memahami lambang-lambang grafis) sudah

terliput dalam rumus KEM. Oleh karena itu KEM dapat ditentukan dengan jalan

memperkalikan kecepatan rata-rata baca dengan prosentase pemahaman isi bacaan

(Harjasujana, 2000:109).

9
Untuk mencapai KEM yang tinggi diperlukan pelatihan dan pembiasaan. KEM

seseorang dapat dibina dan ditingkatkan melalui proses berlatih. Ada dua faktor

utama yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi KEM, yakni faktor dalam

(internal) dengan faktor luar (eksternal). Yang dimaksud dengan faktor dalam adalah

faktor yang berada di dalam diri pembaca itu sendiri, yaitu : intelegensi, minat, dan

motivasi, sikap baca, kompetensi kebahasaan, tujuan baca, dll. Yang dimaksud faktor

luar adalah faktor-faktor yang berada di luar pembaca. Faktor ini dapat dibedakan ke

dalam dua hal, yakni faktor-faktor yang berkenaan dengan bacaan (keterbacaan dan

organisasi bacaan) dan sifat-sifat lingkungan baca (guru, fasilitas, model

pembelajaran, metode membaca, dll) (Harjasujana, 2000:110).

Berdasarkan hasil studi para ahli di Amerika, kecepatan yang memadai untuk

siswa tingkat akhir Sekolah Dasar kurang lebih 200 kpm, siswa tingkat Lanjutan

Pertama antara 200-250 kpm, siswa tingkat Sekolah Lanjutan Atas antara 250-325

kpm, dan tingkat mahasiswa antara 325-400 kpm. Dengan pemahaman isi bacaan

minimal 70%. Dengan uraian tersebut dapat dikelompokkan Kecepatan Efektif

Membaca (KEM) masing-masing jenjang yaitu tingkat SD = 200x 70% = 140 kpm,

tingkat SMTP/SMP = 200 x 70% sampai dengan 250 x 70% = 140-175 kpm, tingkat

SMTA/SMA = 250 x 70% sampai dengan 350 x 70% = 175-245 kpm, dan tingkat

Perguruan Tinggi 350 x 70% sampai dengan 400 x 70% = 245-280 kpm.

(Harjasujana,200:108-109).

2.2 Metode Klos

10
2.2.1 Pengertian Metode Klos

Klos berasal dari kata “CLOZURE” yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt.

Hal ini seperti yang dikemukakan Wilson Taylor yang dikutip oleh Kamidjan,

bahwa: Konsep teknik klos ini menjelaskan tentang kecenderungan orang untuk

menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap menjadi suatu kesatuan yang utuh.

( Kamidjan, 1996:66 ).

Berdasarkan pendapat di atas, dalam teknik klos pembaca diminta untuk

memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan akan

tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna.

Bagian - bagian kata yang dihilangkan itu biasanya disebut kata ke – an. Kata

ke – an itu diganti dengan tanda garis mendatar atau tanda titik-titik, karena kata ke –

an bisa berupa kata benda, kata kerja, kata penghubung, dan kata lain yang dianggap

penting. Tugas pembaca ialah mengisi bagian-bagian yang kosong itu sama dengan

wacana aslinya.

2.2.2 Manfaat Metode Klos

Metode Klos menurut Heilman, Hittleman, dan Bartmuth (dalam

Sujana,1987:144) menyatakan bahwa, teknik klos ini bukan sekedar bermanfaat

untuk mengukur tingkat keterbacaan wacana, melainkan juga mengukur tingkat

keterpahaman pembacanya. Melalui teknik ini kita akan mengetahui perkembangan

11
konsep, pemahaman, pemahaman, dan pengetahuan linguistik siswa. Hal ini sangat

berguna untuk menentukan tingkat instruksional yang tepat murid-muridnya.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa

manfaat dari metode klos ini yaitu dapat mengetahui tingkat keterbacaan sebuah

wacana, tingkat keterbacaan siswa, dan latar belakang pengalaman yang berupa

minat, dan kemampuan bahasa siswa.

2.2.3 Kriteria Pembuatan Klos

Sujana (1997:147) menjelaskan kriteria pembuatan klos seperti dalam tabel

berikut :

Tabel 2.1. Kriteria Pembuatan Klos

Karakteristik Sebagai Alat Ukur Sebagai Alat Ajar


1.Panjang Wacana Antara 250-350 Wacana yang terdiri atas
perkataan dari wacana maksimal 150 perkataan
terpilih

2. Delisi (lesapan) Setiap kata ke-an Delisi secara selektif bergantung


hingga berjumlah lebih pada kebutuhan siswa dan
kurang 50 buah pertimbangan guru

3. Evaluasi Jawaban berupa kata, Jawaban boleh berupa sinonim


persis sesuai dengan atau kata yang secara struktur dan
kunci/teks aslinya: makna dapat menggantikan
metode “exactwords” kedudukan kata yang dihilangkan
“contextual method”

4. Tindak lanjut Lakukanlah diskusi untuk


membahas jawaban-jawaban
siswa.

Berbagai penelitian telah memperlihatkan bukti bahwa teknik isian

rumpang/teknik klos merupakan alat ukur keterbacaan yang mapan. Validitas dan

12
reabilitas sebagai alat ukur bahasa Inggris terbukti cukup baik. Hal senada seperti

Bachman (dalam Sujana 1987:148) mengatakan telah membuktikan keterhandalan

teknik ini yang diperbandingkan dengan beberapa skor dari tes baku/standar bahasa

Inggris. Bahkan Stump dalam Oller dan Perksm (dalam Sujana 1987:148) lewat

penelitiannya membuktikan bahwa tes isian rumpang dan dikte merupakan dua

bentuk pengetesan yang mampu memprediksi skor intelegensi dan prestasi belajar.

Kedua bentuk pengetesan tersebut (prosedur isian rumpang dan dikte) telah

dikorelasikan dengan sebuah tes standar yakni The Large Thorndike Intelligence Test

And The Low a Test Of Basic Skill (ITBS).

Menurut Kamidjan (1996:69) kriteria penilaian tes klos di Indonesia lebih

banyak menggunakan PAP (Penilaian Acuan Patokan), oleh karena itu lebih sesuai

jika menggunakan kriteria Earl F. Rankin da Yoseph Cullhene sebagai berikut :

Pembaca berada dalam tingkat independen, jika persentase skor tes uji

rumpang yang diperolehnya di atas 60 %, pembaca berada dalam tingkat

instruksional, jika prosentase skor tes uji rumpang yang diperolehnya berkisar antara

41 % - 60 %, dan pembaca berada dalam tingkat frustasi atau gagal, jika prosentase

skor tes uji rumpang yang diperolehnya sama dengan atau kurang dari 40 .

2.2.4 Keunggulan dan Kelemahan Metode Klos

Menurut Kamidjan (1996:72) suatu alat ukur tentu memiliki keunggulan dan

kelemahan. Keunggulannya sebagai berikut : adanya pola interaksi antara pembaca

dan penulis, menilai keterbacaan sekaligus keterampilan membaca, teknik klos

merupakan alat tes yang bersifat fleksibel dan singkat, tes klos dapat menjangkau

13
jumlah pembaca yang banyak, teknik klos dapat juga dipakai sebagai alat untuk

mengajar di kelas, tes ini juga bisa dipakai untuk latihan membaca pemahaman, dan

melatih siswa (pembaca) bersikap kritis terhadap wacana. Sedangkan kelemahannya

yaitu : validitas keunggulan pemahaman kurang, pembaca belum tentu mengatasi

pemahaman wacana tersebut, dan adanya kelipatan pengisian yang konsistensi.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut peneliti memberikan

bacaan yang sesuai dengan kemampuan siswa. Peneliti tidak memberikan bacaan

yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dengan kemampuan siswa.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, karena penelitian ini dilaksanakan berangkat dari permasalahan

pembelajaran di kelas, kemudian ditindak lanjuti dengan penerapan suatu tindakan

pembelajaran kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan penerapan kembali pada

siklus-siklus berikutnya, setelah dilaksanakan revisi berdasarkan temuan saat refleksi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan, yaitu peneliti

berusaha untuk menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi

masalah yang ditemukan. Karena penelitian dilaksanakan dengan setting kelas, maka

disebut penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)

3.2 Model Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, model Stephen Kemmis dan

Mc Taggart (dalam Suranto,200:49), model ini menggunakan sistem spiral refleksi

diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan

kembali yang merupakan dasar untuk suatu rancangan pemecahan masalah.

15
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggar (dalam

Suranto, 2000:49) dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Rencana
Awal
Refleksi

Tindakan /
Observasi Rencana yang
Direvisi
Refleksi

Tindakan /
Observasi Rencana yang
Direvisi
Refleksi

Tindakan /
Observasi
Rencana yang
Direvisi

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian diawali dengan pra tindakan yaitu mengadakan

identifikasi metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) kemudian baru

dilaksanakan tindakan yang terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus tindakannya ada empat

tahapan yaitu (1) persiapan/perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan,

16
(3) observasi dan evaluasi, dan (4) analisis dan refleksi. Secara rinci masing-masing

siklus tindakannya sebagai berikut :

3.3.1 Persiapan Tindakan

Setiap siklus memerlukan persiapan-persiapan sebagai berikut :

a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada silabus

pembahasan yang telah dibuat oleh guru.

b) Menyiapkan bahan ajar

c) Penyusunan instrumen sebagai alat observasi

1) Lembar kemampuan tingkat keterbacaan dan pemahaman siswa.

2) Lembar pengamatan masalah yang dihadapi untuk meningkatkan Kecepatan

Efektif Membaca Siswa

d) Penentuan jadwal tindakan kelas.

3.3.2 Rencana Implementasi Tindakan (Pelaksanaan Tindakan)

Tindakan (action) kelas tiap siklus secara umum sebagai berikut :

a) Siswa berdiskusi tentang metode klos.

b) Siswa bersama guru menyimpulkan tentang wacana rumpang dan cara

penyempurnaan kerumpangannya.

c) Siswa membentuk kelompok. Dari 40 siswa, setiap nomor absen ganjil sebagai

kelompok responden, dan nomor absen genap sebagai kelompok pengamat atau

pencatat waktu dan menghitung KEM responden. Dengan demikian setiap nomor

absen ganjil berpasangan dengan nomor absen genap.

17
d) Siswa nomor absen ganjil membaca wacana yang sudah disediakan dan siswa

nomor absen genap sebagai pencatat waktu dan menghitung KEM responden.

e) Siswa yang sebagai pengamat secara individu mengukur tingkat keterbacaan

responden (pasangan).

f) Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai

kelompok pengamat. Kelompok pengamat tugasnya mencatat waktu dan

menghitung KEM responden

g) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil bacaan dengan menggunakan metode

klos sebagai acuan refleksi.

3.3.3 Observasi dan Evaluasi

Pada setiap siklus dilakukan pengamatan dengan instrumen yang telah

disediakan, yaitu :

1. Tingkat keterbacaan dan pemahaman metode klos

a. Panjang wacana sebagai alat ajar

b. Delisi (lesapan) disesuaikan kebutuhan siswa dan pertimbangan guru yaitu

ketrampilan penguasaan unsur tata bahasa dan ketrampilan kosakata serta

maknanya

c. Evaluasi sebagai alat ajar (contextual) artinya boleh sinonim atau makna yang

dapat mengganti kedudukan kata yang dilepas.

2. Lembar Pengamatan Masalah yang dihadapi untuk meningkatkan KEM

18
Instrumen ini digunakan untuk memantau masalah yang dihadapi oleh siswa

dalam proses pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode klos

a. Tingkat pengetahuan bahasa

b. Kemampuan kognitif

c. Pengalaman membaca

3. Lembar Observasi Aktivitas Guru/Peneliti

4. Pada siklus akhir (ketiga) diberikan lembar angket untuk siswa tentang

pelaksanaan pembelajaran Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan

menggunakan metode Klos

3.3.4 Refleksi

Setiap akhir siklus selalu dilaksanakan refleksi untuk mengetahui sejauh mana

tingkat keterbacaan dan pemahaman siswa. Selalu diadakan diskusi dengan siswa

dalam proses masukan-masukan maupun tanggapan dan komentar dari siswa

sehingga refleksi sesuai dengan perkembangan kemajuan membaca siswa.

3.4 Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, silabus

pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), hasil Kecepatan Efektif

Membaca (KEM) siswa, dan hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran.

19
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3

Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007, dan guru, serta pengamat selama

berlangsungnya penilaian tindakan kelas.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua teknik analisis data

dengan memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, yaitu analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif. Analisis kualitatif terhadap data kualitatif yang diperoleh dari

hasil pengamatan siswa dan guru selama berlangsungnya pembelajaran di kelas.

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan terhadap hasil tes Kecepatan Efektif

Membaca (KEM) siswa dengan menggunakan Metode Klos.

Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah

sebagai berikut :

K K B
x = Kpm
Wm Wm SI

K B
x = Kpm
Wd : 60 SI

K B
(60) x = Kpm
Wm SI

Keterangan :

K = Jumlah kata yang dibaca

Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan menit

Wd = Waktu tempuh dalam satuan detik

20
B = Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar

SI = Skor ideal atau skor maksimal

Kpm = Kata per menit

Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca

minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa

dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm.

Hal itu didasarkan pada pendapat Harjasujana yang mangatakan bahwa, KEM

minimal untuk klasifikasi pembaca adalah : SD (140 kpm), SLTP (140-175 kpm),

SLTA (175-245 kpm), dan Perguruan Tinggi (245-280 kpm). (Harjasujana,2000:110)

3.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tindakan kelas ini yaitu SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun

Pelajaran 2006/2007. Ada 5 kelas XI IPA, dipilih secara acak kelas XI IPA 2 dengan

jumlah 40 siswa. Lokasi sekolah di jalan Dr. Wahidin no. 130 Sidoarjo. Penelitian

tindakan kelas ini menggunakan kompetensi dasar membaca cepat dalam mata

pelajaran bahasa Indonesia.

21
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Ketika peneliti membelajarkan siswa tentang membaca cepat, ternyata

kemampuan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa masih rendah. Bagaimana

siswa bisa memahami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan waktu yang cepat

apabila KEM mereka rendah. Berangkat dari masalah tersebut guru dalam hal ini

merangkap sebagai peneliti mencoba mencari jalan keluar dengan menggunakan

metode klos untuk meningkatkan KEM siswa dalam pelaksanaan penelitian tindakan

kelas. Deskripsi penelitian tindakan kelas yaitu : langkah awal diterapkan pra

tindakan berupa identifikasi metode klos dan Kemampuan Efektif Membaca (KEM),

kemudian dilaksanakan tindakan yang terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari dua

pertemuan. Setiap pertemuan memerlukan waktu 2 x 45 menit. Masing-masing siklus

meliputi (a) persiapan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan evaluasi,

dan (d) analisis dan refleksi. Secara rinci pelaksanaan tindakan sebagai berikut :

A. Pra Tindakan

Siswa mendengarkan penjelasan tentang metode klos dan Kecepatan Efektif

Membaca (KEM), kemudian siswa berdiskusi tentang penggunaan metode klos untuk

meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM), bahkan hal ini dikondisikan

menjadi diskusi kelas. Ternyata siswa sangat tertarik dengan metode klos. Hal ini

22
terlihat banyaknya siswa yang bertanya dan juga memberikan tanggapan. Pertanyaan

maupun tanggapan berkisar tentang metode klos dan KEM. Dengan temuan-temuan

seperti itu merupakan jalan yang sangat baik untuk membelajarkan siswa dalam

rangka meningkatkan kecepatan membaca dan kemampuan memahami bacaan yang

dilaksanakan pada siklus-siklus yang direncanakan.

B. Siklus I

1. Persiapan Tindakan

Untuk melaksanakan tindakan sebelumnya memerlukan persiapan-persiapan

yaitu : menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada silabus yang

telah dibuat guru. Agar proses pembelajaran lancar perlu bahan ajar tentang metode

klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) serta menyiapkan bacaan yang sesuai

dengan kriteria klos. Perolehan hasil penelitian dipersiapkan alat observasi baik untuk

siswa maupun guru. Alat observasi berupa instrumen metode klos, instrumen alat

penilaian individu KEM siswa, instrumen observasi KEM, instrumen observasi

aktivitas guru, dan angket siswa. Peneliti dibantu observer dari guru dan juga

pengamat dari siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I memerlukan 2 (dua) kali tatap muka,

setiap tatap muka memerlukan 2 x 45 menit dengan langkah-langkah pembelajaran

sebagai berikut :

a. Kegiatan awal siswa membentuk kelompok. Dari 40 siswa setiap nomor absen

ganjil sebagai kelompok responden (atau kelompok yang diteliti), dan nomor

23
absen genap sebagai kelompok pengamat atau pencatat waktu dan menghitung

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) responden. Dengan demikian setiap nomor

absen ganjil berpasangan dengan nomor absen genap.

b. Siswa mencatat tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

c. Siswa kelompok A yaitu kelompok nomor absen ganjil membaca wacana yang

sudah disediakan dan siswa kelompok B yaitu kelompok nomor absen genap

mencatat dan menghitung responden.

d. Siswa kelompok B (sebagai pengamat) secara individu mengukur tingkat

keterbacaan responden (pasangannya)

e. Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai

kelompok pengamat yang tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM

responden, begitu juga kelompok yang semula sebagai pengamat berganti

menjadi kelompok responden

f. Kegiatan akhir siswa berdiskusi tentang kendala-kendala meningkatkan KEM

dengan menggunakan Metode Klos sebagai acuan refleksi.

3. Observasi dan Evaluasi

Pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode klos ini, siswa

sangat antusias. Pada awal siswa dengan senang membentuk kelompok dengan

setting yang sederhana tetapi menarik yaitu setiap siswa berpasangan yang saling

berhadapan yaitu antara siswa nomor absen ganjil dengan siswa nomor absen genap.

Sejumlah 40 siswa dari data aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca dan

sekaligus sebagai penerapan pengelolaan pembelajaran secara kelompok maupun

24
individu dapat diperoleh rincian tingkat keterbacaan siswa dalam membaca cepat

dengan menggunakan metode klos sebagai berikut : jumlah kata dalam wacana ± 630

kata. Sebagai alat ukur permenit standarnya 250-350 kata. Setelah ditetapkan 2 menit

waktu baca, kenyataan di kelas belum mau berhenti, sehingga terjadi penambahan

waktu menjadi 3 menit. Dengan demikian fungsi alat ukur berubah menjadi alat ajar

yaitu per menit antara 150 sampai 200 kata.

Berdasarkan laporan pengamat ketika mengobservasi aktivitas guru/peneliti

pada saat berlangsungnya pembelajaran, pada bagian awal terlihat bahwa

guru/peneliti sudah menjelaskan tujuan pembelajaran, dan juga telah memotivasi

siswa agar bisa meningkatkan KEM siswa. Ketika siswa membentuk kelompok baik

kelompok responden maupun kelompok pengamat, guru juga membantu. Pemodelan

metode klos untuk meningkatkan KEM sangat kelihatan. Penilaian yang dilakukan

selalu dikondisikan mengacu pada kriteria klos maupun KEM. Diskusi untuk

mengetahui kendala-kendala KEM dilaksanakan sebagai acuan refleksi pada siklus

berikutnya

Dapat dijabarkan hasil uji kemampuan isian rumpang yaitu:(1) Tingkat

Independen 7 siswa = 17,5 %, (2) Tingkat Instruksional 15 siswa = 37,5 %, (3)

Tingkat Frustasi 18 siswa = 45 %. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa yang

tuntas atau sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 175 kata per menit ke

atas adalah 0 siswa Siswa yang tidak tuntas atau kurang dari 175 kata permenit ke

atas adalah 40 siswa Siswa yang KEMnya tertinggi 170 kpm, KEM terendah = 30

kpm, dan KEM rata-rata 87 kpm (terdapat dalam lampiran 1)

25
Pada diskusi kelompok telah terekam masalah yang dihadapi siswa pada saat

membaca cepat, yaitu masalah tingkat pengetahuan bahasa 80 % atau 32 siswa,

masalah kemampuan kognitif 80 % atau 32 siswa, dan masalah pengalaman membaca

90 % atau 36 siswa. (terdapat dalam lampiran 2)

4. Analisis dan Refleksi

Dari masalah yang dihadapi siswa selama membaca dengan menggunakan

metode klos, maka dapat direfleksikan sebagai berikut :

a. Siswa perlu meningkatkan pengetahuan bahasa Indonesia dengan jalan sering

membaca Kamus Bahasa Indonesia, dan tentang teori kebahasaan.

b. Siswa perlu meningkatkan kemapuan kognitif dengan jalan meningkatkan daya

nalar dan kepekaaan untuk mengerti dan memahami isi/pesan yang terkandung

dalam suatu bacaan yang seefisien mungkin

c. Siswa harus sering membaca untuk meningkatkan pengalaman membaca. Orang

yang sering membaca jauh berbeda KEMnya dengan orang yang jarang membaca.

d. Guru/peneliti perlu memproduksi wacana yang dominan dan menghindari wacana

yang terpinggirkan yaitu : wacana yang berfungsi membentuk dan

mengkondisikan wacana aktual. Wacana dominan memberikan arahan bagaimana

suatu objek harus dibaca dan dipahami. Wacana yang dominan memberikan daya

tarik tersendiri bagi pembaca, sehingga siswa sangat senang ketika membaca

karena sesuatu yang baru.

Berdasarkan temuan hasil refleksi di atas dilakukan perbaikan untuk

perencanaan siklus berikutnya.

26
C. Siklus II

1. Persiapan Tindakan

Pada persiapan tindakan kelas di siklus II ini seperti juga pada persiapan

tindakan kelas di siklus I, namun di siklus ini persiapannya sebagai tindak lanjut.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat oleh peneliti/guru dibantu oleh dua

orang pengamat dari guru mata pelajaran sejenis. Bacaan dipersiapkan sebagai

wacana yang aktual (dominan) berjudul : “Tembak di Tempat Perusuh, Pejarah dan

Koruptor Bahasa Indonesia”. Untuk kelancaran proses pembelajran maka

pembelajaran dilengkapi bahan ajar. Pada tahap observasi peneliti dibantu dua orang

pengamat dari guru mata pelajaran sejenis dan pengamat dari siswa, terutama pada

penghitungan KEM.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini guru/peneliti menerapkan

pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Kegiatan awal siswa membentuk kelompok seperti pada siklus I dan siswa

mencatat tujuan pembelajaran.

b. Siswa nomor absen ganjil membaca teks non sastra berjudul “Tembak di Tempat

Perusuh, Pejarah dan Koruptor Bahasa Indonesia” yang panjang wacana kurang

lebih 400 kata dan waktu membaca yang disediakan 2 menit.

27
c. Setelah 2 menit bacaan diambil oleh guru, kemudian siswa tersebut diberi teks

lagi dengan teks yang sama tetapi dirumpangi sebanyak 15 rumpangan, dan siswa

diberi kesempatan mengerjakan selama 10 menit.

d. Siswa yang nomor absen genap sebagai pengamat yang bertugas mengukur

tingkat keterbacaan responden (pasangannya)

e. Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai

kelompok pengamat yang tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM

responden, begitu juga kelompok yang semula sebagai pengamat berganti

menjadi kelompok responden

3. Observasi dan Evaluasi

Pada observasi dan evaluasi di siklus II ini kegiatan pembelajaran sangat

kondusif. Guru menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga kondisi

kelas sangat bermakna dan menyenangkan. Sejalan dengan itu penilaian yang

diterapkan adalah penilaian proses yaitu ketika siswa menerapkan metode klos untuk

meningkatkan KEM.

Hasil uji kemampuan isian rumpang pada tingkat indipenden sebanyak 31

orang atau 77,5 %, pada tingkat instrusional sebanyak 7 orang atau 17,5 % dan pada

tingkat frustasi/gagal sebanyak 2 orang atau 5 %. Hal ini banyak mengalami

peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus I. Kecepatan Efektif Membaca

(KEM) siswa pada penelitian ini terekam sebagai berikut : (1) KEM siswa yang

tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KEM=175 kpm ke atas) adalah 18

siswa atau 45 %, yang tidak tuntas 22 siswa atau 55 %. Hal ini pun mengalami

28
kenaikan apabila dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II ini KEM tertinggi 217

kpm, terendah 70 kpm, dan rata-rata 150 kpm. (terdapat dalam lampiran 1)

Pada diskusi kelompok terekam permasalahan mulai terpecahkan.

Permasalahan yang dikelompokkan menjadi 3 klasifikasi yaitu tingkat pengetahuan

bahasa, tingkat kemampuan kognitif, dan klasifikasi pengalaman membaca mulai

menurun dengan jalan keluar yang sudah diterapkan. Pada tingkat pengetahuan

bahasa siswa yang mengalami kendala di bidang itu hanya 12 siswa atau 30 %, dan di

bidang kemampuan kognitif 16 siswa atau 40 %, dan pada pengalaman membaca 19

orang atau 47,5 %. (terdapat dalam lampiran 2)

4. Analisis dan Refleksi

Permasalahan siswa yang sudah ada jalan keluarnya sebagai pelaksanaan

refleksi perlu diteruskan, mengingat hasilnya sangat membanggakan terutama siswa

diharapkan terus mengembangkan pengalaman membaca dengan cara sering

membaca untuk melatih Kecepatan Efektif Membaca (KEM)

D. Siklus III

1. Persiapan tindakan

Berdasarkan temuan-temuan pada siklus II, siklus ke III ini merupakan bagian

pemantapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Pada persiapan tindakan,

guru/peneliti mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan bahan

ajar peneliti langsung menggunakan bacaan 250 kata dengan waktu membaca

direncanakan hanya 1 menit. Lembar observasi untuk mengetahui KEM maupun

29
angket untuk siswa juga dipersiapkan agar penelitian tindakan kelas ini bisa

maksimal.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus III ini merupakan siklus akhir. Guru/peneliti

menerapkan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Kegiatan awal siswa membentuk kelompok seperti pada siklus sebelumnya.

b. Siswa juga mencatat tujuan pembelajaran yang akan dicapai

c. Siswa yang nomor absen ganjil membaca teks non sastra berjudul “Tertib Lalu

Lintas”, yang panjang wacana kurang lebih 250 kata dan waktu bacaan yang

disediakan hanya 1 menit.

d. Setelah 1 menit bacaan diambil oleh guru, kemudian siswa tersebut diberi teks

lagi dengan teks yang sama tetapi ada rumpangan sebanyak 15 rumpangan

e. Siswa mengerjakan dengan waktu yang disediakan 10 menit.

f. Siswa yang nomor absen genap sebagai pengamat yang bertugas mengukur

tingkat keterbacaan responden.

g. Selanjutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai kelompok

pengamat dan kelompok yang semula sebagai pengamat berganti menjadi

kelompok responden

3. Observasi dan Evaluasi

30
Pada siklus III kendala-kendala KEM telah terpecahkan baik kendala

pengetahuan bahasa, kemampuan kognitif, maupun kendala pengalaman membaca.

(terdapat dalam lampiran 2)

Dari hasil observasi siswa teman sebaya, maupun dari pengamat (guru mata

pelajaran sejenis) bahwa hasil uji kemampuan isian rumpang yaitu : (1) tingkat

independen = 40 siswa atau 100 %, (2) tingkat instruksional = 0 siswa atau 0 %, dan

(3) tingkat frustasi/gagal = 0 siswa atau 0 %. Hasil observasi juga terekam Kecepatan

Efektif Membaca (KEM) siswa yang tuntas atau 175 kpm ke atas sebanyak 40 orang

atau 100 %, KEM tertinggi 250 kpm, KEM terendah 156 kpm, dan rata-rata 210

kpm. (terdapat dalam lampiran 1)

4. Analisis dan Refleksi

Di akhir siklus ini guru/peneliti memberikan angket kepada siswa tentang

pelaksanaan pembelajaran, ternyata siswa menyambut positif pelaksanaan

pembelajaran tersebut. Pada proses pembelajaran 100 % siswa menjawab ya pada

point mudah diterima ketika menjelaskan metode klos untuk meningkatkan KEM,

100 % menjawab ya pada point memberi kesempatan anda untuk bertanya tentang

metode klos dan KEM, 50 % menjawab ya pada pernyataan membantu anda ketika

membentuk kelompok responden dan kelompok pengamat, sebaliknya kelompok

pengamat menjadi kelompok responden, 100 % siswa menjawab ya pada pernyataan

mengkondisikan anda untuk melaksanakan pemodelan metode klos untuk

meningkatkan KEM, 100 % siswa menjawab ya pada pernyataan anda diajak

berdiskusi tentang kendala-kendala KEM, dan 100 % siswa menjawab ya pada

31
pernyataan anda diajak berdiskusi tentang kelebihan dan kelemahan metode klos.

Pada penilaian 100 % siswa menjawab ya pada pernyataan anda diberi kesempatan

sebagai pengamat untuk menilai teman sendiri, dan 100 % menjawab ya pada

pernyataan bahawa penilaian didasarkan pada kriteria klos dan kriteria KEM. Hasil

pembelajaran 90 % siswa menjawab ya pada pernyataan anda sangat senang dengan

model pembelajaran metode klos untuk meningkatkan KEM, dan 100% siswa

menjawab ya pada pernyataan dan KEM bertambah ketika menggunakan metode

klos. (terdapat dalam lampiran 3)

Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran sampai dengan siklus III

mengalami keberhasilan.

5. 2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada proses pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih model

pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia harus bisa menerapkan keterampilan

berbahasa. Ada 4 aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, dan

menulis baik itu tentang kebahasaan maupun kesastraan.

Membaca merupakan bagian penting dari 4 aspek keterampilan berbahasa.

Membaca banyak ragamnya termasuk membaca cepat. Tidak sedikit siswa Kecepatan

Efektif Membaca (KEM)nya di bawah 175 kpm, namun dengan menggunakan

32
metode klos untuk meningkatkan KEM siswa. Pada penelitian tindakan kelas (PTK)

ini pada siklus ke III ternyata semua siswa KEMnya 175 kpm ke atas. Menurut

Kamidjan (1996:68) metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan

sebuah wacana yaitu (a) dapat dipakai untuk menguji tingkat kesukaran dan tingkat

kemudahan suatu wacana, (b) dapat mengklasifikasikan pembaca menjadi 3

kelompok, yaitu : independen (tingkat bebas), instruksional (tingkat pengajaran), dan

frustasi (gagal), (c) serta untuk mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan

kemampuan siswa (Kamidjan,1996:68).

Sejalan dengan itu beliau juga mengatakan teknik klos juga dapat dipakai

untuk melatih keterampilan dan kemampuan membaca. Yang diperhatikan dalam

melatih keterampilan dan kemampuan baca ialah : (a) dalam menggunakan isyarat

sintaksis, (b) dalam menggunakan isyarat semantik, (c) dalam menggunakan isyarat

skematis, (d) dalam menggunakan jumlah kosakata, (e) dalam melatih daya nalar

pembaca, serta (f) dalam melatih pemahaman bacaan (Kamidjan,1996:69).

Kegiatan awal pembelajaran pada pra tindakan terlihat semua siswa tertarik

penjelasan guru tentang model/teknik klos dan penjelasan KEM (Kecepatan Efektif

Membaca) seseorang, bahkan pada saat berdiskusi tentang metode tersebut siswa

sangat antusias bertanya dan memberikan komentar maupun pendapat. Hal ini sangat

relevan apabila metode klos digunakan untuk meningkatkan KEM, karena siswa ada

kepedulian. Itu berarti pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan telah

terbentuk, dan sangat baik untuk memulai tindakan baik siklus I maupun siklus-siklus

berikutnya.

33
Pelaksanaan refleksi dengan jalan diksusi kelompok maupun diskusi kelas

telah teruji bahwa kendala-kendala KEM harus segera diatasi agar KEM siswa

meningkat. Menurut Harjasujana (2000:90) Kendala-kendala KEM meliputi :

lemahnya pengetahuan bahasa, kurangnya kemampuan kognitif, dan pengalaman

membaca yang memprihatinkan. Masalah pengetahuan bahasa jalan keluarnya siswa

diharapkan sering membaca kamus bahasa Indonesia, dan untuk kemampuan kognitif,

siswa diharapkaan meningkatkan daya nalar dan kepekaan untuk mempermudah

memahami isi/pesan yang terkandung dan yang terakhir yaitu pada kendala

pengalaman membaca diharapkan siswa sering membaca karena seseorang yang

sering membaca KEMnya jauh berbeda dengan orang yang jarang membaca. Itu

berarti bahwa untuk mencapai tujuan perlu melihat sebab, kalau sudah tahu sebab,

baru melangkah mencari jalan keluar.

34
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan sebagai

berikut :

a. Kemampuan kecepatan membaca siswa rendah karena teknik pembelajaran

membaca yang selama ini tidak di arahkan untuk melatih keterampilan membaca,

dan model pembelajarannya selalu mengacu pada buku yang ada, sehingga para

siswa beranggapan pengajaran membaca tujuannya semata-mata menjawab

pertanyaan, mencari kata/istilah yang sulit dan lain-lain. Hal ini dihadapi siswa

dengan proses yang amat lamban.

b. Metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana

yaitu dapat dipakai untuk menguji tingkat kesukaran dan tingkat kemudahan suatu

wacana, serta dapat mengklasifikasi pembaca menjadi 3 kelompok yaitu :

independen (tingkat bebas), instruksional (tingkat pengajaran), dan frustasi

(gagal). Di samping itu metode klos juga bisa digunakan untuk mengetahui

kelayakan wacana sesuai dengan kemampuan siswa, dan dapat pula dipakai untuk

melatih keterampilan dan kemampuan baca.

c. Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran membaca cepat

dengan menggunakan metode klos dapat meningkatkan Kecepatan Efektif

Membaca (KEM) siswa.

d. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) merupakan perpaduan antara kecepatan

membaca dengan kemampuan memahami bacaan.

35
e. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dipengaruhi oleh faktor tingkat pengetahuan

bahasa, pengetahuan kognitif, dan pengalaman membaca siswa. Kendala pada

tingkat pengetahuan bahasa pemecahannya dengan jalan sering membaca kamus

bahasa Indonesia dan teori kebahasaan sedangkan kendala pada pengetahuan

kognitif pemecahannya dengan jalan meningkatkan daya nalar dan kepekaan

untuk mengerti dan memahami isi/pesan yang terkandung dalam suatu bacaan

yang seefisien mungkin. Pada kendala pengalaman membaca pemecahannya

siswa harus sering membaca karena orang yang sering membaca KEMnya jauh

berbeda dengan orang yang jarang membaca.

5.2 Saran – saran

a. Terampil membaca sebaiknya dilatih dan diajarkan mulai tingkat dasar, karena

kemampuan membaca mempunyai pengaruh terhadap mata pelajaran lain.

b. Melatih membaca tepat, benar dan cepat menjadi tanggung jawab semua guru dan

bukan tanggung jawab guru bahasa Indonesia saja.

36
DAFTAR RUJUKAN

Depdikbud, 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar


dan Menengah, Direktorat Menengah Umum.

Eriyanto.2003. Analisis Wacana. Yogyakarta : LKIS

Harjosujono, Akhmad Slamet, 1996. Membaca 2. Jakarta : Depdikbud Direktorat


Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Menengah Umum.
Bagian Proyek Penataran Baru SLTP Setara D.III

Kasmidjan, Drs. 1996. Teori Membaca. Surabaya : Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.

Poerwodarminto, WJS., 1994, Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang. Yogya :


UP. Indonesia

Soedarso, 2000, Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.

Subyakto, Sri Utari, Dr.1988, Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta : Depdikbud


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan

Suranto, Basowi, Sukidin.2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan


Cendekia

Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta:
Depdikbud Direktorat Pendidikan Tinggi, Pengembangan Guru Sekolah
Menengah

37
Lampiran 1

Data Pembelajaran Membaca Dengan


Menggunakan Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2
Tahun Pelajaran 2006 / 2007
SMA Negeri 3 Sidoarjo

Tingkat KRITERIA
Si Jumlah
No Nama Siswa Keterbacaan Skor Persen Inde Instruk Frust KEM KET
klus Rumpangan
per menit tase Penden sional tasi
1 Aira Oklatihana P. S1 200 15 6 73%  146 Tdk Tuntas
S2 240 15 12 80%  192 Tuntas
S3 250 15 13 87%  217,5 Tuntas

2 Ani Uswatun K. S1 200 15 8 53%  106 Tdk Tuntas


S2 240 15 12 67%  192 Tuntas
S3 250 15 14 93%  232,5 Tuntas

3 Chetie Rinda A. S1 180 15 7 47%  84 Tdk Tuntas


S2 185 15 13 87%  217,5 Tuntas
S3 200 15 14 93%  232,5 Tuntas

4 Demita Widhiani S1 180 15 6 40%  72 Tdk Tuntas


S2 185 15 10 67%  123.3 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93%  186 Tuntas

5 Diah Ayu A. S1 180 15 6 40%  72 Tdk Tuntas


S2 185 15 8 53%  98.67 Tdk.Tuntas
S3 215 15 14 93%  199,95 Tuntas

6 Dian Rizky M. S1 175 15 6 40%  70 Tdk Tuntas


S2 185 15 11 73%  135.7 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93%  186 Tuntas

7 Dina Dwi Ristiani S1 180 15 7 47%  84 Tdk Tuntas


S2 190 15 10 67%  126.7 Tdk.Tuntas
S3 214 15 14 93%  199,02 Tuntas

8 Dwi Fariyanti S1 170 15 9 60%  102 Tdk Tuntas


S2 200 15 10 67%  124 Tdk.Tuntas
S3 250 15 13 87%  217,5 Tuntas

9 Erni Suprapti S1 200 15 7 47%  94 Tdk Tuntas


S2 235 15 13 87%  195,75 Tuntas

38
S3 250 15 14 93%  232,5 Tuntas

10 Este Angga Y. S1 175 15 6 40%  70 Tdk Tuntas


S2 200 15 13 87%  174 Tdk.Tuntas
S3 250 15 15 100%  250 Tuntas

11 Evy Yulianyi S1 214 15 7 47%  100,58 Tdk Tuntas


S2 240 15 12 80%  192 Tuntas
S3 250 15 14 93%  232,5 Tuntas

12 Fatimatul Karimah S1 179 15 5 33%  59.67 Tdk Tuntas


S2 186 15 6 40%  74.4 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93%  186 Tuntas

13 Firman Djauhari S1 170 15 5 33%  56.67 Tdk Tuntas


S2 186 15 10 67%  124 Tdk.Tuntas
S3 195 15 14 93%  182 Tuntas

14 Gita Amelia S1 214 15 6 40%  85,6 Tdk Tuntas


S2 235 15 13 87%  195,75 Tuntas
S3 250 15 14 93%  232,5 Tuntas

15 Hanisa Pantauani S1 190 15 7 47%  89,3 Tdk Tuntas


S2 215 15 13 87%  187,05 Tuntas
S3 225 15 15 100%  225 Tuntas

16 Ike Novita A. S1 205 15 6 40%  82 Tdk Tuntas


S2 220 15 13 87%  191,4 Tuntas
S3 250 15 14 93%  232,5 Tuntas

17 Imailatul Yulia S1 200 15 7 47%  117,5 Tdk Tuntas


S2 220 15 13 87%  196,62 Tuntas
S3 250 15 15 100%  250 Tuntas

18 Ken Geneva M.P. S1 170 15 6 40%  68 Tdk Tuntas


S2 200 15 13 87%  174 Tuntas
S3 250 15 14 93%  232,5 Tuntas

19 Lia Rosmawati S1 170 15 5 66%  112.2 Tdk Tuntas


S2 175 15 7 66%  115.5 Tdk.Tuntas
S3 195 15 11 80%  156 Tdk.Tuntas

20 Much. Arief M. S1 155 15 5 33%  51.67 Tdk Tuntas


S2 200 15 14 93%  186 Tuntas
S3 250 15 14 93%  232,5 Tuntas

39
21 Much. Novit K. S1 180 15 6 40%  72 Tdk Tuntas
S2 190 15 10 67%  126.7 Tdk.Tuntas
S3 200 15 15 100%  200 Tuntas

22 Muh. Ari Bufiarto S1 165 15 5 33%  55 Tdk Tuntas


S2 175 15 9 60%  105 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93%  186 Tuntas

23 Mustika Sari S1 165 15 10 67%  110 Tdk Tuntas


S2 175 15 12 80%  140 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93%  187.6 Tuntas

24 Nabila Ardiyani S1 150 15 3 20%  30 Tdk Tuntas


S2 175 15 6 40%  70 Tdk.Tuntas
S3 194 15 14 93%  181.1 Tuntas

25 Nanda Pradhana S1 214 15 5 33%  70,62 Tdk Tuntas


S2 250 15 13 87%  208,8 Tuntas
S3 195 15 14 93%  232,5 Tuntas

26 Novi Eka S. S1 200 15 8 537%  106 Tdk Tuntas


S2 235 15 12 80%  188 Tuntas
S3 250 15 13 93%  232,5 Tuntas

27 Prastya Adi N. S1 201 15 7 47%  94,47 Tdk Tuntas


S2 220 15 12 80%  176 Tuntas
S3 250 15 14 93%  232,5 Tuntas

28 Radika Fahmi S. S1 155 15 6 40%  62 Tdk Tuntas


S2 175 15 9 60%  105 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93%  186 Tuntas

29 Rani Dewi I. S1 162 15 7 47%  75.6 Tdk Tuntas


S2 179 15 9 60%  107.4 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93%  187.6 Tuntas

30 Ratna Megayati S1 203 15 6 40%  81,2 Tdk Tuntas


S2 214 15 10 67%  143,38 Tdk.Tuntas
S3 245 15 12 80%  196 Tuntas

31 Reza O. S1 160 15 11 73%  117.3 Tdk Tuntas


S2 170 15 13 87%  147.3 Tdk.Tuntas
S3 195 15 14 93%  181,35 Tuntas

40
32 Ronny Prastya A. S1 200 15 8 53%  106 Tdk Tuntas
S2 235 15 12 80%  188 Tuntas
S3 250 15 14 93%  232,5 Tuntas

33 Sabdo P. S1 150 15 5 33%  50 Tdk Tuntas


S2 160 15 10 67%  106.7 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93%  186 Tuntas

34 Sigit Ariadi S1 140 15 5 33%  46.67 Tdk Tuntas


S2 170 15 9 60%  102 Tdk.Tuntas
S3 195 15 14 93%  182 Tuntas

35 Sita Andansari S1 160 15 6 40%  64 Tdk Tuntas


S2 180 15 8 53%  96 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93%  186 Tuntas

36 Tantika Wulan S. S1 200 15 10 67%  134 Tdk Tuntas


S2 240 15 12 80%  192 Tuntas
S3 250 15 15 100%  250 Tuntas

37 Wahyunita N.S. S1 215 15 8 53%  113,95 Tdk Tuntas


S2 245 15 12 80%  196 Tuntas
S3 250 15 14 93%  232,5 Tuntas

38 Widya Pawestri S1 145 15 9 60%  87 Tdk Tuntas


S2 175 15 11 73%  128.3 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93%  187.6 Tuntas

39 Ahmad Salin S1 160 15 10 67%  106.7 Tdk Tuntas


S2 175 15 13 87%  151.7 Tdk.Tuntas
S3 195 15 14 93%  182 Tuntas

40 Ratih S. S1 213 15 12 80%  170,4 Tdk Tuntas


S2 244 15 13 87%  212,28 Tuntas
S3 250 15 15 100%  250 Tuntas

Mengetahui Sidoarjo, 6 November 2006


Kepala SMAN 3 Sidoarjo, Pengamat, Peneliti,

41
Drs. H. Subagyo, MSi Drs. Slamet Amuji Drs. Sutrisno
NIP. 130 934 642 NIP. 131 615 763 NIP. 131 860 523

Lampiran 2

Rekapitulasi Observasi Masalah Yang Dihadapi Siswa


Untuk Meningkatkan KEM

Masalah Yang Dihadapi


Tingkat
Kemampuan Pengalaman
NO. NAMA Pengetahuan Ket.
Kognitif Membaca
Bahasa
S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3
1 AIRA OKLATIHANA PUTRI
2 ANI USWATUN KHASANAH 
3 CHETIE RINDA AYUNI   
4 DEMITA WIDHIANI      
5 DIAH AYU AGUSTINA      
6 DIAN RIZKY MEILINA    
7 DINA DWI RISTIANI     
8 DWI FARIYANTI   
9 ERNIE SUPRAPTI 
10 ESTE ANGGA YUSTIKA   
11 EVY YULIANYI 
12 FATIMATUL KARIMAH      
13 FIRMAN DJAUHARI      
14 GITA AMELIA
15 HANISA PANTAUANI   
16 IKE NOVITA ANDARWATI   
17 IMAILATUL YULIA   
18 KEN GENEVA META P.   
19 LIA ROSMAWATI      
20 MUCHAMMAD ARIEF W.   
21 MUCHAMMAD NOVIT K.      
22 MUHAMMAD ARI BUFIARTO      
23 MUSTIKA SARI      
24 NABILA ARDIYANI      
25 NANDA PRADHANA A.   

42
26 NOVI EKA SETYORINI   
27 PRASTYA ADI NUGRAHA   
28 RADIKA FAHMI SIDDIQ      
29 RANI DEWI ISMAWATI    
30 RATNA MEGAYATI   
31 REZA OKTAVRIYANTO    
32 RONNY PRASTYA ADITAMA
33 SABDO PANJASUNAN      
34 SIGIT ARIADI      
35 SITA ANDANSARI     
36 TANTIKA WULAN SARI   
37 WAHYUNITA NOER SHANDY 
38 WIDYA PAWESTRI N.     
39 AHMAD SALIM     
40 RATIH SETYANINGRUM
JUMLAH 32 12 0 32 16 0 36 0
PERSENTASE (%) 80 0 80 0 0

Mengetahui Sidoarjo, 6 November 2006


Kepala SMAN 3 Sidoarjo, Pengamat, Peneliti,

Drs. H. Subagyo, MSi Drs. Slamet Amuji Drs. Sutrisno


NIP. 130 934 642 NIP. 131 615 763 NIP. 131 860 523

Lampiran 3

43
Rekapitulasi Hasil Angket Siswa

Hasil
Nama Pembukaan Proses Pembelajaran Penilaian
Pembelajaran
Responden
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2
1               
2               
3               
4               
5               
6               
7               
8               
9               
10               
11               
12               
13               
14               
15               
16               
17               
18               
19               
20               
21               
22               
23               
24               
25               
26               
27               
28               
29               
30               
31               
32               
33               
34               
35               
36               
37               

44
38               
39               
40               
Jumlah
40 40 40 40 40 40 20 40 40 40 40 40 40 36 40
Jawaban ya
Persentase 100 100 100 100 100 100 50 100 100 100 100 100 100 90 100
Keterangan :
 : jawaban ya
 : jawaban tidak

Mengetahui Sidoarjo, 6 November 2006


Kepala SMAN 3 Sidoarjo, Pengamat, Peneliti,

Lampiran 4

45
ANGKET SISWA

A. Isilah angket ini dengan jujur, sesuai dengan apa yang anda alami selama proses
pembelajaran
B. Tujuan angket ini adalah untuk perbaikan proses pembelajaran yang anda alami dan
akan dipergunakan untuk pembelajaran yang akan datang
C. Identitas anda tidak perlu dicantumkan.

Jawablah angket ini dengan melingkari “ya” atau “tidak”

AKTIVITAS GURU

PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa Ya Tidak
2. Mengabsen siswa Ya Tidak
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran Ya Tidak
4. Memotivasi siswa Ya Tidak

PROSES PEMBELAJARAN
1. Mudah diterima ketika menjelaskan metode Klos Ya Tidak
untuk meningkatkan KEM
2. Memberi kesempatan anda untuk bertanya Ya Tidak
tentang metode Klos dan KEM
3. Membantu anda ketika membentuk kelompok Ya Tidak
responden dan kelompok pengamat
serta sebaliknya kelompok pengamat
menjadi kelompok responden
4. Mengkondisikan anda untuk melaksanakan Ya Tidak
pemodelan metode Klos untuk meningkatkan KEM
5. Anda diajak berdiskusi tentang kendala-kendala KEM Ya Tidak

6. Anda diajak berdiskusi tentang kelebihan Ya Tidak


dan kelemahan metode Klos

PENILAIAN
1. Anda diberi kesempatan sebagai pengamat untuk Ya Tidak
menilai teman anda sendiri
2. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos Ya Tidak
3. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM Ya Tidak

46
HASIL PEMBELAJARAN
1. Anda sangat senang dengan model pembelajaran tentang Ya
Tidak
metode Klos untuk meningkatkan KEM
2. KEM anda bertambah ketika menggunakan metode Klos Ya Tidak

Lampiran 5

47
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : XI IPA / I (satu)
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (dua pertemuan)
Standar Kompetensi : Mampu membaca dan memahami berbagai teks non sastra
dengan menggunakan berbagai metode melalui membaca
cepat
Kompetensi Dasar : Mengungkapkan isi teks dengan membaca cepat 250 kata
per menit melalui penggunaan metode klos
Indikator : 1. Mengidentifikasi metode klos
2. Membaca cepat 250 kata per menit
3. Menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan
bacaan
4. Mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif
Membaca (KEM).

1. Tujuan Pembelajaran
Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan :
1. Siswa dapat mengidentifikasi metode klos
2. Siswa dapat membaca cepat minimal 250 kata per menit
3. Siswa dapat menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan bacaan
4. Siswa dapat mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif Membaca
(KEM)yang dialaminya

48
2. Materi Pembelajaran
1. Metode Klos
2. Teks non sastra (terlampir)

3. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Kontekstual
2. Metode : Penugasan dan diskusi

4. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Siswa membentuk kelompok. Dari 40 siswa setiap nomor absen ganjil sebagai

kelompok responden (atau kelompok yang diteliti), dan nomor absen genap

sebagai kelompok pengamat atau pencatat waktu dan menghitung Kecepatan

Efektif Membaca (KEM) responden. Dengan demikian setiap nomor absen

ganjil berpasangan dengan nomor absen genap.

2. Siswa mencatat tujuan pembelajaran yang dicapai

B. Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkan penjelasan tentang metode klos dan Kecepatan

Efektif Membaca (KEM)

2. Siswa berdiskusi tentang penggunaan metode klos untuk meningkatkan

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) .

49
3. Siswa kelompok A yaitu kelompok nomor absen ganjil membaca

wacana yang sudah disediakan dan siswa kelompok B yaitu kelompok nomor

absen genap mencatat dan menghitung responden.

4. Siswa kelompok 3 (sebagai pengamat) secara individu mengukur tingkat

keterbacaan responden (pasangannya)

5. Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti

sebagai kelompok pengamat yang tugasnya mencatat waktu dan menghitung

KEM responden, begitu juga kelompok yang semula sebagai pengamat

berganti menjadi kelompok responden

C. Kegiatan akhir

1. Kegiatan akhir siswa berdiskusi tentang kendala-kendala meningkatkan KEM

dengan menggunakan Metode Klos sebagai acuan refleksi dan kelompok yang

semula sebagai pengamat berganti menjadi kelompok respoden.

5. Alat / Bahan / Sumber Belajar


5.1 Alat : teks non sastra
5.2.Sumber Belajar :
- Ketrampilan membaca oleh Akhmad Slamet Harjasujana
- Speed Reading oleh Sudarso
- Membaca 2 oleh Akhmad Slamet Harjasujana
- Teori Membaca oleh Kamijan

50
6. Penilaian
Penilaian dilaksanakan dengan cara penilaian proses yaitu ketika siswa
menerapkan metode klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM).

7. Pedoman Penilaian
Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah

sebagai berikut :

K K B
x = Kpm
Wm Wm SI

K B
x = Kpm
Wd : 60 SI

K B
(60) x = Kpm
Wm SI

Keterangan :

K = Jumlah kata yang dibaca

Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan menit

Wd = Waktu tempuh dalam satuan detik

B = Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar

SI = Skor ideal atau skor maksimal

Kpm = Kata per menit

Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca

minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa

51
dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm.

Mengetahui Sidoarjo, 27 September


2006
Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo Guru Mata Pelajaran

Drs. H. Subagyo, MSi. Drs. Sutrisno


NIP. 130 934 642 NIP. 131 860 523

Lampiran 6

52
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : XI IPA / I (satu)
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (dua pertemuan)
Standar Kompetensi : Mampu membaca dan memahami berbagai teks non sastra
dengan menggunakan berbagai metode melalui membaca
cepat
Kompetensi Dasar : Mengungkapkan isi teks dengan membaca cepat 250 kata
per menit melalui penggunaan metode klos
Indikator : 1. Mengidentifikasi metode klos
5. Membaca cepat 250 kata per menit
6. Menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan
bacaan
7. Mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif
Membaca (KEM).

5. Tujuan Pembelajaran
Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan :
5. Siswa dapat mengidentifikasi metode klos
6. Siswa dapat membaca cepat minimal 250 kata per menit
7. Siswa dapat menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan bacaan
8. Siswa dapat mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif Membaca
(KEM)yang dialaminya

6. Materi Pembelajaran

53
Teks non sastra dengan jumlah kurang lebih 400 kata berjudul “Tembak di
Tempat Perusuh, Pejarah dan Koruptor Bahasa Indonesia”

7. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Kontekstual
2. Metode : Penugasan dan diskusi

8. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Siswa membentuk kelompok seperti pada siklus I

2. Siswa mencatat tujuan pembelajaran yang akan dicapai

B. Kegiatan Inti

1. Siswa nomor absen ganjil membaca teks non satara berjudul “Tembak di

Tempat Perusuh, Pejarah dan Koruptor Bahasa Indonesia” yang panjang

wacana kurang lebih 400 kata dan waktu membaca yang disediakan 2 menit.

2. Setelah 2 menit bacaan dimabil oleh guru, kemudian siswa tersebut diberi

teks lagi dengan teks yang sama tetapi dirumpangi sebanyak 15 rumpangan,

dan siswa diberi kesempatan mengerjakan selama 10 menit.

3. Siswa yang nomor absen genap sebagai pengamat yang bertugas mengukur

tingkat keterbacaan responden (pasangannya)

4. Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti

sebagai kelompok pengamat yang tugasnya mencatat waktu dan menghitung

KEM responden, begitu juga kelompok yang semula sebagai pengamat

berganti menjadi kelompok responden

54
C. Kegiatan akhir

1. Siswa berdiskusi tentang kendala-kendala meningkatkan KEM sebagai acuan

refleksi.

5. Alat / Bahan / Sumber Belajar


5.1 Alat : teks non sastra
5.2.Sumber Belajar :
- Ketrampilan membaca oleh Akhmad Slamet Harjasujana
- Speed Reading oleh Sudarso
- Membaca 2 oleh Akhmad Slamet Harjasujana
- Teori Membaca oleh Kamijan

8. Penilaian
Penilaian dilaksanakan dengan cara : Penilaian proses yaitu ketika siswa
menerapkan metode Klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM).

9. Pedoman Penilaian
Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah

sebagai berikut :

K K B
x = Kpm
Wm Wm SI

K B
x = Kpm
Wd : 60 SI

55
K B
(60) x = Kpm
Wm SI

Keterangan :

K = Jumlah kata yang dibaca

Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan menit

Wd = Waktu tempuh dalam satuan detik

B = Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar

SI = Skor ideal atau skor maksimal

Kpm = Kata per menit

Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca

minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa

dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm.

Mengetahui Sidoarjo, 6 Oktober 2006


Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo Guru Mata Pelajaran

Drs. H. Subagyo, MSi. Drs. Sutrisno


NIP. 130 934 642 NIP. 131 860 523

Lampiran 7

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

56
Siklus III

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas / Semester : XI IPA / I (satu)
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (dua pertemuan)
Standar Kompetensi : Mampu membaca dan memahami berbagai teks non sastra
dengan menggunakan berbagai metode melalui membaca
cepat
Kompetensi Dasar : Mengungkapkan isi teks dengan membaca cepat 250 kata
per menit melalui penggunaan metode klos
Indikator : 1. Mengidentifikasi metode klos
8. Membaca cepat 250 kata per menit
9. Menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan
bacaan
10. Mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif
Membaca (KEM).

9. Tujuan Pembelajaran
Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan :
9. Siswa dapat mengidentifikasi metode klos
10. Siswa dapat membaca cepat minimal 250 kata per menit
11. Siswa dapat menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan bacaan
12. Siswa dapat mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif Membaca
(KEM)yang dialaminya
10. Materi Pembelajaran
Teks non sastra dengan jumlah kurang lebih 250 kata berjudul “ Tertib Lalu
Lintas”

57
11. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Kontekstual
2. Metode : Penugasan dan diskusi

12. Langkah-Langkah Pembelajaran


A. Kegiatan Awal
a. Kegiatan awal siswa membentuk kelompok sepert I pada siklus

sebelumnya.

b.Siswa juga mencatat tujuan pembelajaran yang akan dicapai

B. Kegiatan Inti

c. Siswa yang nomor absen ganjil membaca teks non sastra berjudul

“Tertib Lalu Lintas”, yang panjang wacaa kurang lebih 250 kata da

nwaktu bacaan ayng disediakan hnaya 1 menit.

d.Setelah 1 menit bacaan diambil oleh guru, kemudian siiswa tersebut

diberi teks lagi denga nteks yang sama tetap iada rumpangan sebnayak

15 rumpangan

e. Siswa mengerjakan dengan waktu yang disediakan 10 menit.

f. Siswa yang nomor absen genap sebagai pengamat yang bertugas

mengkur tingkat keterbacaan responden.

g.Selanjutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai

kelompok pengamat dan kelompok yang semula sebagai pengamat

berganti menjadi kelompok responden

C. Kegiatan akhir

58
1. Kegiatan akhir siswa mengisi angket yang telah disediakan tentang

pelaksanaan pembelajaran membaca cepat dengan dengan menggunakan

metode klos.

5. Alat / Bahan / Sumber Belajar


5.1 Alat : teks non sastra
5.2.Sumber Belajar :
- Ketrampilan membaca oleh Akhmad Slamet Harjasujana
- Speed Reading oleh Sudarso
- Membaca 2 oleh Akhmad Slamet Harjasujana
- Teori Membaca oleh Kamijan

6. Penilaian

Penilaian dilaksanakan dengan cara : Penilaian proses yaitu ketika siswa


menerapkan metode Klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM).

7. Pedoman Penilaian
Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah

sebagai berikut :

K K B
x = Kpm
Wm Wm SI

K B
x = Kpm
Wd : 60 SI

K B
(60) x = Kpm
Wm SI

59
Keterangan :

K = Jumlah kata yang dibaca

Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan menit

Wd = Waktu tempuh dalam satuan detik

B = Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar

SI = Skor ideal atau skor maksimal

Kpm = Kata per menit

Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca

minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa

dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm.

Mengetahui Sidoarjo, 12 Oktober 2006


Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo Guru Mata Pelajaran

Drs. H. Subagyo, MSi. Drs. Sutrisno


NIP. 130 934 642 NIP. 131 860 523

Lampiran 8

Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus I)

60
Bacalah teks berikut ini selama 3 menit !

INTERNET SEBAGAI PRODUK TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Internet merupakan jaringan komunikasi antar komputer di seluruh dunia.


Sebagai contoh sederhana kita menghubungkan komputer yang ada di satu rumah
dengan komputer yang berada di rumah yang berbeda. Namun internet berskala
global, karena ada jaringan ini walaupun kita tidak saling bertatap muka komunikasi
tetap bisa langsung untuk saling bertukar informasi dan saling bertukar data.
Embrionya adalah ARPA-net yang terbentuk tahun 1970, ARPA-net merupakan
jaringan komputer berskala kecil yang menghubungkan universitas di AS guna
keperluan riset. Tahun 1982 diperkenalkannya standar komunikasi yang mengatur
jaringan ini sehingga memungkinkan berbagai macam jenis dan merek komputer bisa
saling berhubungan atau bertukar data. Sejak itu jaringan ARPA-net makin
berkembang dan lebih populer dengan nama internet.
Internet menyajikan tampilan yang lebih interaktif dan sangat menarik. Karena
selain teks, internet juga bisa menampilkan gambar, animasi suara dan video. Internet
dihubungkan dengan berbagai cara dari yang paling mudah lewat saluran telepon,
sampai yang paling canggih lewat satelit, serta optik dan pasopati (paduan solusi
pelayanan teknologi informasi).
Sebenarnya internet sudah cukup lama masuk ke Indonesia. Awalnya digunakan
secara terbatas oleh kalangan akademi seperti UI, ITB dan IPB Sebagai lembaga
penelitian. Menurut riset yang dilakukan oleh ITB pertumbuhannya mampu mencapai
700 persen per tahun. Saat ini internet sudah merambah ke 150 negara bahkan lebih.
Mengapa internet begitu diminati ? Sebab internet memberi peluang untuk
mengembara ke samudra informasi yang sangat luas, terbuka, bebas, dan langsung.
Juga bisa diakses selama 24 jam.
Para pemakai internet yang dijuluki internet surfer dapat memperoleh berbagai
macam informasi. Yang bersifat ringan diantaranya lelucon, daftar lagu-lagu terbaru,

61
musisi terkenal, melihat koleksi berbagai macam museum dan butik yang ada di AS
dan Eropa, sampai memonitor turnamen tenis meja dan sepakbola. Yang serius
misalnya informasi pariwisata, rubrik majalah bisnis dan politik. Internet bisa
dimanfaatkan untuk berbelanja mudah dan cepat. Alat musik atau buku yang dipajang
oleh penjual di internet, setelah dipesan kurang dari satu minggu, barangnya sudah
datang dari Eropa.
Surat menyurat elektronik atau E-mail bisa dilakukan di internet. Kini tak perlu
lagi kita harap-harap cemas perihal surat yang ktia kirim untuk teman atau si dia.
Dalam hitungan detik, surat kita akan terpampang di layar penerima surat dimanapun
ia tinggal di bumi ini. Bagi remaja yang suka berdebat, di internet terdapat kelompok
diskusi yang bersifat global. Saat ini bergabung 8000 grup diskusi berdasarkan
kelompok minatnya dengan masalah yang beragam. Diskusi elektronika tentu
berbahasa Inggris. Namun demikian beberapa kelompok diskusi berbahasa Indonesia
dan berbahasa Melayu juga hadir di internet. Juga konferensi elektronika tersedia di
ineternet yang pesertanya terdiri dari beberapa orang berasal dari seluruh dunia.
Untuk bergabung ke jaraingan internet selain harus memiliki seperangkat
komputer juga dibutuhkan saluran telepon, modem dan kita harus menjadi pelanggan
provider internet. Provider ini menyediakan jasa untuk mengakses internet atau
saluran komunikasi lain. Jadi posisinya semacam gerbang. Di Indonesia dewasa ini
terdapat beberapa provider, diantaranya RADNE, IDOLA, TelkomnetInstan, Indosat,
D-Net dan lain-lain. Untuk menjadi pelanggan provider kita hanya mengisi formulir
berlangganan dan menyetor sejumlah uang. Setelah urusan administrasi beres,
provider akan memasang perangkat lunak dan tak lama kemudian kitapun bisa
memanfaatkan internet. Menjadi pelanggan internet secara pribadi biayanya relatif
mahal. Sebagai contoh pada tahun 1995 RADNE menetapkan biaya per bulan Rp.
95.000,00 untuk tambahan Rp. 3.000,00 per jam. Selain itu ongkos lain yang harus
dibayar ialah biaya telepon dari rumah ke provider. Untuk masyarakat di daerah
masih harus membayar pulsa telepon interlokal untuk menghubungi computer host di
Jakarta.

62
Internet telah menciptakan gaya komunikasi global ibarat pisau bermata dua.
Segi positifnya internet berfungsi Sebagai sarana bisnis, pendidikan, dan hiburan
yang mengajak kita menyentuh masa depan. Sisi negatifnya adalah hadirnya tayangan
pornografi. Banyak orang tua yang gundah karena gambar-gambar yang “seram” itu
dengan mudah diakses anak-anak. Tetapi alangkah baiknya kita justru melihat sisi
positifnya yang jauh lebih banyak.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, untuk bisa mengakses internet terbentur
pada masalah biaya yang masih terasa mahal. Sebagian siswa SMK kita berharap
akan uluran tangan dari PT Telkom agar dapat meringankan biaya untuk bisa
mengakses internet sebagai sarana untuk menjelajah informasi di jaringan komputer
dunia. Kalau sekarang menganggap tak punya telepon Sebagai hal yang ketinggalan
jaman, kelak sangat mungkin terjadi bahwa seseorang dianggap kuno bila tak
memanfaatkan internet. Bahkan yang tercantum di kartu namanya seperti halnya
nomor telepon atau faksimili sekarang.
Namun kita yakin pada saatnya kelak, masyarakat Indonesia akan dapat ke
samudra informasi di seluruh dunia lewat jaringan internet.

Lampiran 9

Petunjuk.
Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya
selama 10 menit !

63
INTERNET SEBAGAI PRODUK TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Internet merupakan jaringan komunikasi antar komputer di seluruh dunia.


Sebagai contoh sederhana kita menghubungkan komputer yang ada di satu rumah
dengan komputer yang berada di rumah yang berbeda. Namun internet berskala
global, karena ada jaringan ini walaupun kita tidak saling bertatap muka komunikasi
tetap bisa langsung untuk saling bertukar informasi dan saling bertukar data.
Embrionya adalah ARPA-net yang terbentuk tahun 1970, ARPA-net merupakan
….…....(1)………. berskala kecil yang menghubungkan universitas di AS guna
keperluan riset. Tahun 1982 diperkenalkannya standar komunikasi yang mengatur
jaringan ini sehingga memungkinkan berbagai macam jenis dan merek komputer bisa
saling berhubungan atau ….…....(2)………. Sejak itu jaringan ARPA-net makin
berkembang dan lebih populer dengan nama ….…....(3)……….
Internet menyajikan tampilan yang lebih interaktif dan sangat menarik. Karena
selain teks, internet juga bisa ….…....(4)………., animasi suara dan video. Internet
dihubungkan dengan berbagai cara dari yang paling mudah lewat saluran telepon,
sampai yang paling canggih ….…....(5)………., serta optik dan pasopati (paduan
solusi pelayanan teknologi informasi).
Sebenarnya internet sudah cukup lama masuk ….…....(6)……….. Awalnya
digunakan secara terbatas oleh ….…....(7)………. seperti UI, ITB dan IPB sebagai
….…....(8)……….. Menurut riset yang dilakukan oleh ITB pertumbuhannya mampu
mencapai 700 persen per tahun. Saat ini internet sudah merambah ….…....(9)……….
bahkan lebih. Mengapa internet begitu diminati ? Sebab internet memberi peluang
untuk mengembara ke ….…....(10)………. yang sangat luas, terbuka, bebas, dan
langsung. Juga bisa diakses selama 24 jam.

64
Para pemakai internet yang dijuluki ….…....(11)………. dapat memperoleh
berbagai macam informasi. Yang bersifat ringan diantaranya lelucon, daftar lagu-lagu
terbaru, musisi terkenal, melihat koleksi berbagai macam museum dan butik yang ada
di AS dan Eropa, sampai memonitor ….…....(12)……….. Yang serius misalnya
informasi pariwisata, rubrik majalah bisnis dan politik. Internet bisa dimanfaatkan
untuk berbelanja mudah dan cepat. Alat musik atau buku yang dipajang oleh penjual
di internet, setelah dipesan kurang dari satu minggu, barangnya sudah datang ….…....
(13)………..
Surat menyurat elektronik atau E-mail bisa dilakukan di internet. Kini tak perlu
lagi kita harap-harap cemas perihal surat yang ktia kirim untuk teman atau si dia.
Dalam hitungan detik, surat kita akan terpampang di layar penerima surat dimanapun
ia tinggal di bumi ini. Bagi remaja yang suka berdebat, di internet terdapat kelompok
diskusi yang ….…....(14)……….. Saat ini bergabung 8000 grup diskusi berdasarkan
kelompok minatnya dengan masalah yang beragam. Diskusi elektronika tentu
berbahasa Inggris. Namun demikian beberapa kelompok diskusi berbahasa Indonesia
dan berbahasa Melayu juga hadir di internet. Juga konferensi elektronika tersedia di
ineternet yang pesertanya terdiri dari beberapa orang berasal dari seluruh dunia.
Untuk bergabung ke jaraingan internet selain harus memiliki seperangkat
komputer juga dibutuhkan ….…....(15)………., modem dan kita harus menjadi
pelanggan provider internet. Provider ini menyediakan jasa untuk mengakses internet
atau saluran komunikasi lain. Jadi posisinya semacam gerbang. Di Indonesia dewasa
ini terdapat beberapa provider, diantaranya RADNE, IDOLA, TelkomnetInstan,
Indosat, D-Net dan lain-lain. Untuk menjadi pelanggan provider kita hanya mengisi
formulir berlangganan dan menyetor sejumlah uang. Setelah urusan administrasi
beres, provider akan memasang perangkat lunak dan tak lama kemudian kitapun bisa
memanfaatkan internet. Menjadi pelanggan internet secara pribadi biayanya relatif
mahal. Sebagai contoh pada tahun 1995 RADNE menetapkan biaya per bulan Rp.
95.000,00 untuk tambahan Rp. 3.000,00 per jam. Selain itu ongkos lain yang harus
dibayar ialah biaya telepon dari rumah ke provider. Untuk masyarakat di daerah

65
masih harus membayar pulsa telepon interlokal untuk menghubungi computer host di
Jakarta.
Internet telah menciptakan gaya komunikasi global ibarat pisau bermata dua.
Segi positifnya internet berfungsi Sebagai sarana bisnis, pendidikan, dan hiburan
yang mengajak kita menyentuh masa depan. Sisi negatifnya adalah hadirnya tayangan
pornografi. Banyak orang tua yang gundah karena gambar-gambar yang “seram” itu
dengan mudah diakses anak-anak. Tetapi alangkah baiknya kita justru melihat sisi
positifnya yang jauh lebih banyak.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, untuk bisa mengakses internet terbentur
pada masalah biaya yang masih terasa mahal. Sebagian siswa SMK kita berharap
akan uluran tangan dari PT Telkom agar dapat meringankan biaya untuk bisa
mengakses internet sebagai sarana untuk menjelajah informasi di jaringan komputer
dunia. Kalau sekarang menganggap tak punya telepon Sebagai hal yang ketinggalan
jaman, kelak sangat mungkin terjadi bahwa seseorang dianggap kuno bila tak
memanfaatkan internet. Bahkan yang tercantum di kartu namanya seperti halnya
nomor telepon atau faksimili sekarang.
Namun kita yakin pada saatnya kelak, masyarakat Indonesia akan dapat ke
samudra informasi di seluruh dunia lewat jaringan internet.

Lampiran 10

Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus II)


Bacalah teks berikut ini selama 2 menit !

66
TEMBAK DI TEMPAT PERUSUH, PENJARAH DAN KORUPTOR
BAHASA INDONESIA

Tembak di tempat ! ungkapan ini bukan perintah seorang panglima perang,


tetapi himbauan kepada guru bahasa Indonesia untuk melakukan tindakan langsung
(tilang) terhadap perilaku berbahasa siswa. Arah tindakan langsung tersebut mengacu
pada upaya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam hal ini guru
memberdayakan pengembangan potensi bahasa dalam komunikasi.
Tembak di tempat maksudnya tindakan langsung reflektif dan insidentil seorang
guru bahasa Indonesia terhadap kesalahan berbahasa yang muncul ketika terjadi
komunikasi baik lisan maupun tulisan. Ketidaksengajaan para siswa melakukan
kesalahan dalam interaksi berbahasa langsung diluruskan oleh guru segera setelah
terjadi, tanpa menunggu kesempatan yang baik berikutnya.
Dalam suatu momentum yang tepat untuk membetulkan kesalahan berbahasa
oleh siswa ketika berlangsungnya kegiatan berbahasa. Melalui strategi seperti ini,
baik komunikator maupun komunikan selektif dan sangat hati-hati dalam hal diksi,
struktur kalimat, bentuk kalimat EYD. Setiap yang terlihat dalam kegiatan berbahasa
dicekam rasa takut salah, sehingga kesalahan berbahasa ditekan seminimal mungkin.
Bahkan diupayakan tidak terjadi. Tentu peran seorang guru adalah faktor yang sangat
menentukan. Yakni menangkap setiap gejala kecenderungan kesalahan berbahasa
oleh siswa itu sendiri. Kesalahan yang terjadi dalam setiap kegiatan berbahasa segera
diikuti dengan perbaikan yaitu dengan cara menugaskan siswa lainnya baik individu
maupun klasikal untuk memperbaiki, serta akhirnya diberi pengukuhan dari guru.
Suatu hal yang patut diakui bahwa awalnya situasi kegiatan berbahasa dengan
pendekatan seperti ini banyak kendalanya. Siswa yang terlibat dalam setiap kegiatan
berbahasa Indonesia akan membatasi volume tuturan seiring dengan upaya
memperkecil kesalahan berbahasa. Suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari adalah
efek psikologis terhadap siswa. Para siswa mengalami pembantaian mental, sebab
langsung ditegur dan diperbaiki kesalahnnya pada saat itu juga.

67
Kendala seperti ini tidak berlangsung lama. Secara bertahap potensi berbahasa
siswa akan berkembang secara alami dan sesuai mencapai sasaran. Situasi kegiatan
berbahasa senantiasa menuntut kecermatan. Demikian pula organ-organ saraf khsus
berbahasa pribadi siswa terangsang dengan pola-pola bahasa terarah dan sistematis.
Kendala lainnya ialah timbulnya kesenjangan kontiunitas para siswa terhadap suatu
masalah yang muncul. Hal ini sifatnya relatif, sebab sasaran primernya adalah bobot
kegiatan berbahasa sebagai suatu sistem. Dan bukan muatan masalahnya.
Kegiatan diskusi, berpidato, percakapan (dialog) merupakan kesempatan tepat
bagi guru mengadakan tindakan langsung (tilang) memperbaiki kesalahan berbahasa
para siswa. Para siswa merasa puas atas upaya guru menjadikannya sebagai penutur
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Upaya guru hasilnya akan jauh lebih baik
dibandingkan penjajalan teori dan latihan sepintas. Secara pragmatis tujuan
pengajaran tercapai. Yakni terwujudnya calon penutur bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Bukan sebaliknya ahli teori kebahasaan.

Lampiran 11

Petunjuk.
Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya
selama 10 menit !

68
TEMBAK DI TEMPAT PERUSUH, PENJARAH DAN KORUPTOR
BAHASA INDONESIA

Tembak di tempat ! ungkapan ini bukan perintah seorang panglima perang,


tetapi himbauan kepada guru bahasa Indonesia untuk melakukan tindakan langsung
(tilang) terhadap perilaku berbahasa siswa. Arah tindakan langsung tersebut mengacu
pada upaya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam hal ini guru
memberdayakan pengembangan ….…....(1)………. bahasa dalam komunikasi.
Tembak di tempat maksudnya tindakan langsung reflektif dan….…....(2)
……….seorang guru bahasa Indonesia terhadap kesalahan berbahasa yang muncul
ketika terjadi komunikasi baik lisan maupun tulisan. Ketidaksengajaan para siswa
melakukan kesalahan ….…....(3)……….interaksi berbahasa langsung diluruskan
oleh guru segera setelah terjadi, tanpa menunggu kesempatan yang baik berikutnya.
Dalam suatu….…....(4)……….yang tepat untuk membetulkan kesalahan
berbahasa oleh siswa ketika berlangsungnya kegiatan berbahasa. Melalui….…....(5)
……….seperti ini, baik komunikator maupun komunikan selektif dan sangat hati-hati
dalam hal diksi, struktur kalimat, bentuk kalimat EYD. Setiap yang terlihat dalam
kegiatan ….…....(6)………. dicekam rasa takut salah, sehingga kesalahan berbahasa
ditekan seminimal mungkin. Bahkan diupayakan tidak terjadi. Tentu ….…....(7)
………. seorang guru adalah faktor yang sangat menentukan. Yakni menangkap
setiap gejala kecenderungan kesalahan berbahasa oleh siswa itu sendiri. Kesalahan
yang terjadi dalam setiap kegiatan berbahasa segera diikuti dengan perbaikan yaitu
dengan cara menugaskan siswa lainnya baik individu maupun ….…....(8)……….
untuk memperbaiki, serta akhirnya diberi pengukuhan dari guru.
Suatu hal yang patut diakui bahwa awalnya ….…....(9)………. kegiatan
berbahasa dengan pendekatan seperti ini banyak ….…....(10)……….. Siswa yang
terlibat dalam setiap kegiatan berbahasa Indonesia akan membatasi volume tuturan
seiring dengan upaya memperkecil ….…....(11)………. berbahasa. Suatu kenyataan
yang tidak dapat dihindari adalah efek psikologis terhadap siswa. Para siswa

69
mengalami pembantaian mental, sebab langsung ditegur dan ….…....(12)……….
kesalahnnya pada saat itu juga.
Kendala seperti ini tidak berlangsung lama. Secara bertahap potensi berbahasa
siswa akan berkembang secara alami dan sesuai mencapai sasaran. Situasi kegiatan
berbahasa senantiasa menuntut kecermatan. Demikian pula organ-organ saraf khsus
berbahasa pribadi siswa terangsang dengan pola-pola bahasa terarah dan ….…....(13)
……….. Kendala lainnya ialah timbulnya kesenjangan kontiunitas para siswa
terhadap suatu masalah yang muncul. Hal ini sifatnya ….…....(14)………., sebab
sasaran primernya adalah bobot kegiatan berbahasa sebagai suatu sistem. Dan bukan
muatan masalahnya.
Kegiatan diskusi, berpidato, percakapan (dialog) merupakan kesempatan tepat
bagi guru mengadakan tindakan langsung (tilang) memperbaiki kesalahan berbahasa
para siswa. Para siswa merasa puas atas upaya guru menjadikannya sebagai ….…....
(15)………. bahasa Indonesia yang baik dan benar. Upaya guru hasilnya akan jauh
lebih baik dibandingkan penjajalan teori dan latihan sepintas. Secara pragmatis tujuan
pengajaran tercapai. Yakni terwujudnya calon penutur bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Bukan sebaliknya ahli teori kebahasaan.

Lampiran 12
Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus III)
Bacalah teks berikut ini selama 1 menit !

TERTIB LALU LINTAS

Negara kita adalah negara hukum. Dalam Bab Pasal 27 ayat 1 dinyatakan
bahwa segala warga Indonesia bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan itu dan tidak ada kecualinya. Ayat ini mengemukakan hak dan
kewajiban setiap warga Indonesia dalam hukum dan pemerintahan. Mengenai hak
dari warga negara dalam hukum dengan tegas dinyatakan bahwa Negara sama haknya

70
di depan hukum. Demikian pula mengenai kewajiban warga negara terhadap hukum
dengan tegas dinyatakan, yakni bahwa setiap warga wajib menjunjung hukum. Dalam
kehidupan kita sebagai warga negara, hak dan kewajiban ini harus dilakukan secara
seimbang. Kita tidak boleh hanya menuntut hak saja tanpa melaksanakan kewajiban.
Demikian pula sebaliknya, kita tidak boleh hanya dituntut saja tanpa diimbangi oleh
pemenuhan hak-hak kita.
Kesadaran hukum dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga
negara sangat penting bagi tercapainya tertib hukum. Salah satu wujud kesadaran
hukum dalam mewujudkan tertib hukum itu adalah kesadaran mematuhi peraturan
lalu lintas di jalan raya. Namun, setiap orang berkewajiban mematuhi peraturan lalu
lintas agar tertib di jalan raya sehingga terjamin keselamatan bagi semua pemakai
jalan raya.
Sejauh manakah kesadaran hukum masyarakat kita dalam mematuhi peraturan
lalu lintas yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material yang
tidak sedikit jumlahnya? Hal-hal apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesadaran
hukum di kalangan masyarakat kita dalam mematuhi peraturan lalu lintas ?
Pertanyaan-pertanyaan itu memerlukan jawaban dari kita semua sebagai
anggota masyarakat yang menggunakan fasilitas jalan raya itu. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, adakanlah pengamatan dan wawancara mengenai
tertib hukum lalu lintas di jalan raya.
Lampiran 13

Petunjuk.
Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya
selama 10 menit !

TERTIB LALU LINTAS

71
Negara kita adalah negara……..(1)……….Dalam Bab Pasal 27 ayat 1
dinyatakan bahwa segala warga Indonesia bersamaan….…..(2)………….di dalam
hukum dan ….…..(3)…………. itu dan tidak ada kecualinya. Ayat ini
mengemukakan hak dan kewajiban setiap warga Indonesia dalam hukum dan
pemerintahan. Mengenai hak dari warga negara dalam hukum dengan….…..(4)
…….dinyatakan bahwa Negara sama haknya di depan hukum. Demikian pula
mengenai….…....(5)……….warga negara terhadap hukum dengan tegas dinyatakan,
yakni bahwa setiap warga wajib ….…....(6)………. hukum. Dalam kehidupan kita
sebagai warga negara, hak dan kewajiban ini harus….…....(7)……….secara
seimbang. Kita tidak boleh hanya menuntut hak saja….…....(8)……….melaksanakan
kewajiban. Demikian pula sebaliknya, kita tidak boleh hanya….…....(9)……….saja
tanpa diimbangi oleh….…....(10)……….hak-hak kita.
Kesadaran hukum dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga
negara sangat penting bagi tercapainya ….…....(11)………. hukum. Salah satu wujud
kesadaran hukum dalam mewujudkan tertib hukum itu adalah kesadaran mematuhi
peraturan lalu lintas di jalan raya. Namun, setiap orang berkewajiban mematuhi ….
…....(12)………. lalu lintas agar tertib di jalan raya sehingga terjamin ….…....(13)
……….bagi semua pemakai ….…....(14)………..
Sejauh manakah kesadaran hukum masyarakat kita dalam mematuhi peraturan
lalu lintas yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material yang
tidak sedikit jumlahnya? Hal-hal apa sajakah yang….…....(15)……….terhadap
kesadaran hukum di kalangan masyarakat kita dalam mematuhi peraturan lalu lintas ?
Pertanyaan-pertanyaan itu memerlukan jawaban dari kita semua sebagai
anggota masyarakat yang menggunakan fasilitas jalan raya itu. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, adakanlah pengamatan dan wawancara mengenai
tertib hukum lalu lintas di jalan raya.

72
Lampiran 14
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI
SIKLUS 1

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal : Sabtu, 30 September 2006


Kelas : XI IPA 2 Aspek : Keefektifan Pembelajaran

CHECK NOTE
NO. URAIAN AKTIVITAS
LIST FIELD
1 PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa 
2. Mengabsen siswa 
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran 
4. Memotivasi siswa 

2 PROSES
1. Membantu siswa membentuk kelompok responden

dan kelompok pengamat
2. Mengkondisikan kelompok pengamat sebagai

pencatat waktu dan menghitung KEM responden
3. Memodelkan metode Kos untuk meningkatkan KEM 
4. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos 
5. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM 
6. Mendiskusikan kendala-kendala KEM 
7. Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan metode

Klos
3 PENUTUP
1. Melakukan evaluasi pembelajaran 
2. Merefleksikan hasil pembelajaran 

Sidoarjo, 7 Oktober 2006


CATATAN Observer,

1. Pengisian Check Lists :


 bila dilakukan
 bila tidak dilakukan Drs. Slamet Amuji
2. Pengisian Note Field : NIP. 131 615 763
Isi dengan komentar/saran

73
Lampiran 15
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI
SIKLUS 2

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Oktober 2006


Kelas : XI IPA 2 Aspek : Keefektifan Pembelajaran

CHECK NOTE
NO. URAIAN AKTIVITAS
LIST FIELD
1 PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa 
2. Mengabsen siswa 
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran 
4. Memotivasi siswa 

2 PROSES
1. Membantu siswa membentuk kelompok responden

dan kelompok pengamat
2. Mengkondisikan kelompok pengamat sebagai

pencatat waktu dan menghitung KEM responden
3. Memodelkan metode Kos untuk meningkatkan KEM 
4. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos 
5. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM 
6. Mendiskusikan kendala-kendala KEM 
7. Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan metode

Klos
3 PENUTUP
1. Melakukan evaluasi pembelajaran 
2. Merefleksikan hasil pembelajaran 

Sidoarjo, 7 Oktober 2006


CATATAN Observer,

1. Pengisian Check Lists :


 bila dilakukan
 bila tidak dilakukan Drs. Slamet Amuji
2. Pengisian Note Field : NIP. 131 615 763
Isi dengan komentar/saran

74
Lampiran 16
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI
SIKLUS 3

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal : Jumat, 13 Oktober 2006


Kelas : XI IPA 2 Aspek : Kefektifan Pembelajaran

CHECK NOTE
NO. URAIAN AKTIVITAS
LIST FIELD
1 PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa 
2. Mengabsen siswa 
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran 
4. Memotivasi siswa 

2 PROSES
1. Membantu siswa membentuk kelompok responden

dan kelompok pengamat
2. Mengkondisikan kelompok pengamat sebagai

pencatat waktu dan menghitung KEM responden
3. Memodelkan metode Kos untuk meningkatkan KEM 
4. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos 
5. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM 
6. Mendiskusikan kendala-kendala KEM 
7. Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan metode

Klos
3 PENUTUP
1. Melakukan evaluasi pembelajaran 
2. Merefleksikan hasil pembelajaran 

Sidoarjo, 13 Oktober 2006


CATATAN Observer,

1. Pengisian Check Lists :


 bila dilakukan
 bila tidak dilakukan Drs. Slamet Amuji
2. Pengisian Note Field : NIP. 131 615 763
Isi dengan komentar/saran

75
Lampiran 17

ALAT PENILAIAN INDIVIDU KEM SISWA


Siklus …….

Kemampuan Jumlah Kata


Memahami yang dibaca
NO. NAMA Bacaan (per menit) KEM TUNTAS
(Persentase)
(A) (B) (A x B) (175 Kpm)
1 AIRA OKLATIHANA PUTRI
2 ANI USWATUN K.
3 CHETIE RINDA AYUNI
4 DEMITA WIDHIANI
5 DIAH AYU AGUSTINA
6 DIAN RIZKY MEILINA
7 DINA DWI RISTIANI
8 DWI FARIYANTI
9 ERNIE SUPRAPTI
10 ESTE ANGGA YUSTIKA
11 EVY YULIANYI
12 FATIMATUL KARIMAH
13 FIRMAN DJAUHARI
14 GITA AMELIA
15 HANISA PANTAUANI
16 IKE NOVITA ANDARWATI
17 IMAILATUL YULIA
18 KEN GENEVA META P.
19 LIA ROSMAWATI
20 MUCHAMMAD ARIEF W.
21 MUCHAMMAD NOVIT K.
22 MUHAMMAD ARI B.
23 MUSTIKA SARI
24 NABILA ARDIYANI
25 NANDA PRADHANA A.
26 NOVI EKA SETYORINI
27 PRASTYA ADI NUGRAHA
28 RADIKA FAHMI SIDDIQ

76
29 RANI DEWI ISMAWATI
30 RATNA MEGAYATI
31 REZA OKTAVRIYANTO
32 RONNY PRASTYA ADITAMA
33 SABDO PANJASUNAN
34 SIGIT ARIADI
35 SITA ANDANSARI
36 TANTIKA WULAN SARI
37 WAHYUNITA NOER S.
38 WIDYA PAWESTRI N.
39 AHMAD SALIM
40 RATIH SETYANINGRUM

Sidoarjo,…………2006
Observer,

77
Lampiran 18
LEMBAR OBSERVASI KEM (KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA)

Nama Responden : ……………………………………….


Kelas : ……………………………………….
Mata Pelajaran : ……………………………………….
Kompetensi Dasar : ……………………………………….
Hari/Tanggal : ……………………………………….
Judul Bacaan : ……………………………………….
1. Waktu mulai : Pukul …….…Lebih….……menit……....detik
2. Waktu selesai : Pukul …….…Lebih…….…menit…........detik
3. Lama membaca : …..….menit…………detik
4. Panjang bacaan : ………….…………...kata
5. Jumlah kata yang dibaca (K) : ………….….kata
K
6. Kecepatan membaca : = ……………..Kpm
Wm
B
7. Pemahaman isi bacaan : x 100 %
SI
: ……..…..%
Ket : B = Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar
SI = Skor ideal atau skor maksimal
8. Masuk kriteria : (lingkari yang sesuai)
a. independen
b. instrusional
c. frustasi
K B
10. KEM = x = ..............Kpm
Wm SI
atau = Kecepatan membaca x pemahaman isi bacaan
Sidoarjo, .....................
Pengamat, Peneliti,

Drs. Sutrisno

78
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................iii
ABSTRAK ...................................................................................................................iv
DAFTAR ISI ...............................................................................................................v
DAFTAR TABEL ……………………………………..………………………....... vii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………..…………………….......... viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1
1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah …………………………………………3
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................3
1.4 Lingkup Penelitian............................................................................................4
1.5 Definisi Operasional …....................................................................................4
1.6 Manfaat Hasil Penelitian …..............................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Kecepatan Efektif Membaca (KEM)................................................................7
2.2 Metode Klos …………….................................................................................9

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ………………………………………..…..13
3.2 Model Penelitian ……………………………………………………………13
3.3 Prosedur Penelitian …………………………………………………………14
3.4 Data dan Sumber Data …………………………………………………...... 18
3.5 Teknik Analisis Data …………………..………………………………...… 18
3.6 Lokasi Penelitian …………………………………………………...…….... 19

79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ……………………………………………………………. 20
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………………31

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan …………………………………………………………………..33
5.2 Saran-saran …………………………………………………………………34
DAFTAR RUJUKAN………….……………………………………………………35
LAMPIRAN ……………. ………………………………………………………… 36

80
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Pembuatan Klos ……………………….………………………..10

81
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Pembelajaran Membaca Dengan Menggunakan


Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran
2006 / 2007 SMA Negeri 3 Sidoarjo………………………………... 36
Lampiran 2 Rekapitulasi Observasi Masalah Yang Dihadapi Siswa
Untuk Meningkatkan KEM…………………………………………..41
Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa……………………………………. 43
Lampiran 4 Angket Siswa……………………………………………………….. 45
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……………………….. 46
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ……………………….51
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III……………………… 55
Lampiran 8 Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus I)…………………...59
Lampiran 9 Instrumen Bacaan Rumpang (Siklus I)…………………………….... 62
Lampiran 10 Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus II)…………………. 65
Lampiran 11 Instrumen Bacaan Rumpang (Siklus II)…………………………….. 67
Lampiran 12 Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus III)………………... 69
Lampiran 13 Instrumen Bacaan Rumpang (Siklus III)……………………………. 70
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Peneliti Siklus 1……………………… 72
Lampiran 15 Lembar Observasi Aktivitas Peneliti Siklus 2……………………… 73
Lampiran 16 Lembar Observasi Aktivitas Peneliti Siklus 3……………………… 74
Lampiran 17 Alat Penilaian Individu KEM Siswa ……………………………….. 75
Lampiran 18 Lembar Observasi KEM (Kecepatan Efektif Membaca)…………… 77
Lampiran 19 Foto Kegiatan PTK………………………………………….……… 78

82

Anda mungkin juga menyukai