Metode
Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini dari jenis dan data metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan
studi kasus. teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan
observasi, wawancara, dokumentasi), analisis data bersifat induktif/kualitatif.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2021. Penelitian ini
dilakukan kepada 1 orang siswa SD Kelas 4 yang menyandang gangguan disleksia
dengan indikasi mengalami kesulitan membaca kata dengan jumlah huruf yang
cukup banyak, serta mengalami kesulitan dalam mebedakan huruf yang serupa.
Teknik pengumpulan: 1) Pengumpulan data dengan observasi partisipatif, peneliti
menggunakan observasi partisipatif, dimana peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau orang yang dijadikan sebagai sumber
data penelitian; 2) Wawancara, penelitian ini menggunakan jenis wawancara
terstruktur, dimana wali kelas dan wali murid yang diwawancarai guna untuk
mendapatkan data awal sebelum melakukan penelitian; 3) Dokumentasi
Komponen
Indikator Refleksi
observasi
LO 11 sampai 15 2021
Komponen
Indikator Refleksi
observasi
Penerapan Kognitif Penerapan metode SAS pada pertemuan
metode pertama ini dilakukan sebanyak 5 kali,
membaca SAS penerapan ke-11 siswa mulai dapat
mengenal huruf “P” ia juga berhasil
(Struktur menyebutkan huruf-huruf yang ada. Di
Analitik penerapan ke-12 siswa mulai terbiasa
Sintetik): dengan huruf “d” . pada penerapan ke-13
Studi siswa mulai dapat membaca kalimat
kasus pada dengan cukup baik meski sedikit terbata-
anak disleksia bata. Sedangkan penerapan ke-14 sampai
ke-15 siswa dapat membaca dengan lancar.
LO 16 sampai 20 2021
Komponen Indikator Refleksi
observasi
Pembahasan
Berdasarkan hasil temuan diatas, maka dapat dilakukan pembahasaan untuk
menjelaskan secara lengkap tentang bagaimana penerapan metode membaca SAS
studi kasus pada siswa disleksia sesuai dengan sub fokus penelitian antara lain: 1)
Mengetahui langkah-langkah penerapan metode SAS pada siswa disleksia, hasil
temuan pada saat melakukan wawancara terhadap wali kelas dan observasi
mengenai langkah-langkah membaca menggunakan metode SAS menghasilkan 2
temuan, yaitu 3 langkah metode SAS dan kelebihan langkah-langkah metode
SAS: a) Langkah - langkah metode SASdari temuan penelitian hasil wawancara
terhadap wali kelas MSS, 3 langkah dalam metode SAS yaitu langkah struktur,
langkah analitik, dan juga langkah sintetik, hal ini sesuai dengan hasil wawancara.
P: Menurut ibu, apakah metode SAS ini cocok diterapkan kepada siswa dengan
gangguan disleksia?
GK: Cocok, karena kekurangan dari anak disleksia kan salah satunya sulit
membedakan huruf yang mirip. Dan dalam metode ini anak melalui Langkah
Langkah yang berurut, dari mulai guru menyajikan kalimat utuh (Struktur),
kalimat dijadikan kata kata dijadikan suku kata terus dipecah jadi huruf
(Analitik), begitu seterusnya hingga kembali lagi menjadi kalimat (Sintetik). Nah
proses yang diulang-ulang inilah yang menjadi anak disleksia lebih ingat
dengan berbagai huruf. (WA-GK-01-2021)
Langkah-langkah yang terdapat dalam metode membaca SAS ini membuat
MSS lebih mudah mengingat huruf, karena terdapat Langkah analitik dimana
MSS diminta untuk memecah kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan
suku kata menjadi huruf, lalu digabungkannya lagi sehingga menjadi satu
kesatuan kalimat yang utuh. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Larasshinta (2018) mengenai metode SAS, penggunaan metode SAS pada
pelajaran membaca peserta didik kelas 1 MI Ma`arif NU Sokawera, terbukti
meningkatkan kemampuan membaca peserta didik. Dengan metode SAS, peserta
didik diberi kesempatan untuk mengkonstruksikan pengalaman belajar membaca
selama kegiatan membaca berlangsung. Metode SAS ini membuat peserta didik
berpikir analisis, dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat
peserta didik mudah mengikuti prosedur dan akan dengan cepat membaca pada
kesempatan berikutnya, berdasarkan landasan linguistik metode ini bisa menjadi
cara agar peserta didik dapat menguasai bacaan dengan lancer. b) Kelebihan
Langkah-langkah metode SAS, dari temuan penelitian hasil wawancara terhadap
wali kelas MSS, kelebihan dari Langkah-langkah ini yaitu, pengulangan materi,
daya ingat siswa, lebih mudah dipahami, cocok untuk anak disleksia, hal tersebut
sesuai dengan hasil wawancara.
P: Menurut ibu, apakah metode SAS ini cocok diterapkan kepada siswa dengan
gangguan disleksia?
GK:Cocok,karena kekurangan dari anak disleksiakan salah satunya sulit
membedakan huruf yang mirip. Dan dalam metode ini anak melalui Langkah
Langkah yang berurut, dari mulai guru menyajikan kalimat utuh (Struktur),
kalimat dijadikan kata kata dijadikan suku kata terus dipecah jadi huruf
(Analitik), begitu seterusnya hingga kembali lagi menjadi kalimat (Sintetik). Nah
proses yang diulang-
ulanginilahyangmenjadianakdisleksialebihingatdenganberbagai huruf.(WA-GK-
01-2021)
Penerapan metode membaca SAS ini tepat diterapkan kepada MSS untuk
meningkatkan kemampuan membacanya. MSS mampu mengingat lebih cepat
huruf-huruf yang sebelumnya ia tidak hafal, hal ini karena proses pengulangan
materi yang berulang dimana sebuah kalimat utuh (struktur) lalu dianalisis hingga
menjadi satuan terkecil dari kalimat (analitik) lalu disatukan kembali menjadi
kalimat yang utuh (sintetik), proses yang berulang dan bersifat (temuan sendiri)
inilah yang membuat MSS dapat lebih mudah mengerti, sehingga ia mudah untuk
mengingat materi yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat (Martanti,
2018) menyatakan bahwa pelaksanaan metode SAS dengan langkah- langkah
yang sedemikian rupa dalam pembelajaran anak disleksia dapat membantu anak
dalam mempermudah belajar membaca. 2) Mengetahui perbedaan kemampuan
membaca siswa disleksia sebelum dan sesudah menerapkan metode SAS.
P:Apa kesulitan yang dihadapi guru dalam menerapkan metode SAS kepada
siswa disleksia?
GK:Sebetulnya tidak ada ya, hanya saja masalah waktu yang sangat kurang.
Mungkin jika lebih lama penerapannya, anak ini bisa lebih cepat menguasai
kemampuan membaca.(WA-GK-09-2021)
Menurut Martanti (2018) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya
mengemukakan bahwa kesulitan membaca pada anak kelas 2 SDN Watuaji 1
Jepara, difaktori oleh keluarga, dimana kurangnya perhatian orang tua menjadi
salah satu factor yang mempengaruhi, tidak hanya itu faktor intelegensi dan
sosio-ekonomi juga berperan penting dalam kemampuan membaca siswa.
Begitupun dengan penerapan yang peneliti lakukan kepada MSS, dimana
terdapat faktor-faktor yang menghambat peneliti rangkum menjadi dua faktor: 1)
Faktor internal, faktor internal ini kemudian dibagi menjadi 2 yaitu: a) Psikologis
dari MSS dimana MSS tidak percaya diri sehingga malu dan takut untuk
memulai belajar membaca, b) jasmaniah, menurut Sidiarto (2007) hal ini karena
adanya kelainan neurologis yang kompleks, kelainan struktur dan fungsi otak,
yang menyebabkan kesulitan belajar primer berkaitan dengan masalah bahasa
tulisan seperti membaca, menulis mengeja, dan pada beberapa kasus kesulitan
dengan angka. 2) Faktor eksternal, adapun faktor eksternal terbagi menjadi 3
bagian yaitu: a) Lingkungan, lingkungan menjadi salah satu faktor penting dalam
menentukan keberhasilan metode SAS yang dilakukan guru kepada MSS ini, hal
ini karena penelitian ini dilakukan pada saat pandemi Covid dimana askes untuk
bertatap muka begitu terbatas sehingga hanya menyisakan waktu yang singkat.
Tidak hanya itu, lingkungan bermain MSS pun menjadi faktor penting untuk
membentuk kepercayaan dirinya, dimana selama ini MSS seringkali mendapat
perundungan dari teman-teman sebayanya yang menyebabkan MSS krisis
kepercayaan diri. b) Keluarga, Menurut Fatimah (2018) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama. Hal ini karena sebagian besar pengetahuan yang anak terima
dari lahir hingga dewasa berasal dari keluarga. Kedua orang tua MSS kurang
memahami kondisi anaknya, hal ini karena dangkalnya pengetahuan mereka
mengenai disleksia. Juga kurang nya perhatian orang tua. 3) Sekolah, sekolah
juga berperan penting dalam meningkatkan kemampuan membaca MSS, dimana
bimbingan yang tepat akan membuat MSS lebih mudah menangkap materi,
namun tidak semua guru dibekali dengan pengetahuan yang luas terlebih
mengenai anak berkebutuhan khusus, guru yang tidak mengerti harus seperti apa
dan justru malah menyamaratakan metode pembelajaran kepada semua anak
akan memperburuk kondisi anak-anak berkebutuhan khusus, maka dari itu
diperlukannya sarana dan prasarana yang memadai di sekolah-sekolah minimal
adanya guru pendamping yang dapat membantu guru kelas maupun
mendampingi anak berkebutuhan khusus tersebut. Koordinasi antara orang tua
dan guru perlu juga diterapkan, agar dapat menyeimbangkan antara pelajaran di
sekolah dan di rumah, hal ini dilakukan karena untuk memaksimalkan hasil.
Simpulan
Hasil dari penelitian ini diperoleh berdasarkan Sub fokus penelitian diantaranya:
1) Langkah-langkah penerapan metode SAS pada siswa disleksia cukup tepat
dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa, hal ini karena terdapat 3
langkah Struktur, analitik dan sintetik, hal ini membuat peserta didik mendapat
kesempatan untuk mengkonstruksikan pengalaman belajar membaca selama
kegiatan membaca berlangsung. Langkah-langkah yang berulang pun mampu
membuat peserta didik mengingat lebih cepat huruf-huruf yang sebelumnya
tidak diingat; 2) Perbedaan kemampuan membaca ini peneliti rangkum dalam 3
aspek, pada aspek kognitif peserta didik dapat menyebutkan huruf-huruf dengan
benar secara konsisten, terutama di huruf-huruf yang serupa. Dapat memahami
isi gambar dan mengatakannya. Kemudian pada aspek afektif peserta didik lebih
aktif dari sebelumnya, Ia dapat menjawab pertanyaan sederhana guru dengan
lebih dari 2 kata, serta lebih percaya diri baik itu ketika membaca, merespon
perkataan guru maupun ketika bertemu dengan guru. Selanjutnya aspek
keterampilan peserta didik dapat membaca kata lebih dari 7 huruf, dapat
membaca kata dengan suku kata yang sama dapat membaca dengan baik, lebih
percaya diri dan lebih tenang; 3) Hambatan guru dalam menerapkan metode SAS
kepada siswa disleksia terdapat 2 faktor yang melatar belakangi diantaranya,
yaitu faktor internal (jasmaniah dan psikologis) dan faktor eksternal (lingkungan,
keluarga dan sekolah
Referensi
Creswell, J. W. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset, diterjemahkan
oleh Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dardjowidjojo, S. (2003). Psikolinguistik: Pengantar pemahaman bahasa
manusia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
22