Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN METODE MEMBACA STRUKTUR ANALITIK

SINTETIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA:


STUDI KASUS PADA SISWA DISLEKSIA

Penulis pertama a, 1, Penulis kedua b, 2, Penulis ketiga c, 3


a
Afiliasi penulis pertama (Prodi dan Universitas), kota dan negara
b
Afiliasi penulis kedua (Prodi dan Universitas), kota dan negara

email coresponden author : reza@unipasby.ac.id

No Hanphone : 08565358211

Abstrak Sejarah Artikel


Diterima :
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca dimana Disetujui :
penelitin ini ditujukan pada siswa disleksia dengan metode belajar yakni
metode membaca Struktur Analitik Sintetik (SAS). Pendekatan pada penelitian
Kata kunci:
ini merupakan pendekatan studi kasus dengan Teknik pegumpulan data yang Kata kunci 1, kata kunci
digunakan peneliti yakni dengan menggunakan Teknik wawancara dan 2, kata kunci 3
observasi, dimana pada teknik analisis data peneliti menggunakan Teknik
analisis data tematik. Penelitin ini dilakukan kepada siswa sekolah dasar kelas
Keywords:
IV tepatnya di SDN Cimahpar 2 Kota Bogor. Setelah melakukan penelitian Kata kunci 1, kata kunci
selama 1 (satu) bulan peneliti menemukan hasil bahwa ditemukan beberapa 2, kata kunci 3
kesulitan yang dialami siswa yaitu diantaranya siswa mengalami kesulitan
dalam membedakan huruf yang serupa, memiliki kecepatan membaca yang
kurang untuk siswa usia kelas IV, kurangnya ketelitian dalam membaca
sehingga menyebabkan sering terjadinya siswa melewatkan salah huruf ketika
menulis, mengalami kesulitan membaca dengan suku kata yang banyak, tidak
mengenal angka serta siswa mengalami kesulitan dalam berhitung. Kesimpulan
dari penelitian ini yaitu metode SAS dapat diterapkan pada siswa berkebutuhan
khusus, khususnya siswa disleksia dimana dalam penerapan metode tersebut
siswa mendapat kesempatan untuk mengkonstruksikan pengalaman belajar
membaca selama kegiatan berlangsung.
Abstract
Abstract explain the core of manuscript informatively and obviously including
the subject matter proposed approach and solution and show key findings and
conclusions. Abstract using English and bahasa. The number of words in the
abstract about 100-250 words, written in one paragraph, any unfamiliar terms
should be written in italic. Font type and size are Times New Rowman
(Headings) 11 pt. Abstract was written in single spaced and the margin was
narrower than main text. Keywords need to be listed and reviewed and the
main terms underlying the conduct of the research. Keywords could be single
word or phrase. Keywords including 3-5 words or phrase. These keywords are
required for computerization. Research and abstract title search made easy
with these keywords.
Pendahuluan
Penelitian ini dilatar belakangi oleh Kemampuan membaca pada anak
biasanya sudah muncul sejak usia enam atau tujuh tahun (Lidwina, 2012) yang
merupakan masa awal sekolah, hal ini bertujuan untuk mempermudah anak
dalam memahami materi yang akan dipelajari. Namun, tidak semua anak dapat
membaca dan menulis pada usia tersebut, salah satu faktor yang melatar
belakangi adalah hilangnya kemampuan membaca dan menulis atau yang disebut
disleksia (Dardjowidjojo, 2003). Disleksia merupakan salah satu gangguan
perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang hidup, hal ini merupakan suatu
efek yang disebabkan karena gangguan dalam asosiasi daya ingat (memori) dan
pemprosesan sentral yang disebut kesulitan membaca primer (Pratiwi, 2015).
Menurut Subini (2011) ada 13 ciri anak dikatakan disleksia diantaranya : 1)
Akurasi dalam membaca, seperti membaca lambat kata demi kata jika dibanding
dengan anak seusianya; 2) Tidak dapat mengucapkan kata secara benar dan
proporsional; 2) Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata; 3) kacau
terhadap yang sedikit perbedaanya, sebagai contoh "bau"dan"buah"; 4) Sering
mengulang dan menebak kata-kata atau frasa; 5) Kesulitan dalam memahami apa
yang dibaca; 6) Kesulitan dalam mengurutkan huruf; 7) Kesulitan menyebutkan
fonem dan memadukannya menjadi sebuah kata; 8) Membaca dengan benar di
satu halaman namun salah di halaman selanjutnya; 9) Sering terbalik
mengucapkan kata; 10) Rancu dengan kata-kata yang singkat; 11) Sulit mengeja
secara benar; 12) Lupa meletakkan titik dan tanda baca lainnya.

Dengan demikian anak disleksia membutuhkan penanganan dan stimulus


yang lebih dibandingkan dengan anak-anak biasanya, termasuk penggunaan
metode membaca yang tepat untuk siswa disleksia. Untuk itu, seorang guru yang
memiliki siswa disleksia di kelasnya harus berwawasan luas terutama dalam hal
menguasai berbagai metode pembelajaran khususnya metode membaca. Namun
kenyataannya, masih banyak guru yang belum memahami dan menguasai metode
membaca bagi siswa disleksia. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti
lakukan melalui observasi pada salah satu siswa kelas 4 di SDN Cimahpar 2,
ditemukan beberapa kesulitan yang dialami siswa seperti kesulitan membedakan
huruf dan kata yang serupa seperti “b, d, p” atau “j, l”. Durasi membaca yang
lambat untuk anak seusia lainnya. Sering melewatkan salah satu huruf ketika
menulis dengan menulis tidak memperhatikan jarak antar kata, termasuk menulis
dengan bentuk huruf yang aneh. Kesulitan membaca dengan suku kata yang
banyak seperti “memakai”. Selain itu, tidak mengetahui dan mengenal angka juga
kesulitan dalam berhitung.

Efektifitas seorang siswa inklusid sangat tergantung pada strategi


pembelajaran yang harus dirancang oleh guru selanjutnya diterapkan kepada
siswa, strategi pembelajaran tersebut diharapkan mampu menuntaskan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut (Rasmitadila, 2020) strategi
pembelajaran merupakan bermacam bagian dalam memilih suatu system
pelepasan atau peluncuran, mengurutkan dan menentukan materi pembelajaran.
Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu dengan
menggunakan metode membaca dimana dalam metode Struktur Analitik Sintetik
metode tersebut merupakan yang di khusukan untuk siswa dalam belajar
membaca dan menulis untuk siswa sekolah dasar. Metode SAS tersebut
dilakukan melalui beberapa tahap, tahap 1 (satu) yaitu tahap structural, dimana
menampilkan keseluruhan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh; analitik
melakukan proses penguraian; sintetik melakukan penggabungan kembali
kebentuk struktural semula. Metode ini dilakukan dengan cara diawali bercerita
dengan disertai gambar dimana gambar tersebut menampilkan seluruh kalimat
utuh lalu dilakukan analitik atau penguraian kalimat menajdi unsur bahasa
terkecil dan sintetik yakni melakukan penggabungan Kembali dalam bentuk
structural.

Metode

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini dari jenis dan data metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan
studi kasus. teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan
observasi, wawancara, dokumentasi), analisis data bersifat induktif/kualitatif.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2021. Penelitian ini
dilakukan kepada 1 orang siswa SD Kelas 4 yang menyandang gangguan disleksia
dengan indikasi mengalami kesulitan membaca kata dengan jumlah huruf yang
cukup banyak, serta mengalami kesulitan dalam mebedakan huruf yang serupa.
Teknik pengumpulan: 1) Pengumpulan data dengan observasi partisipatif, peneliti
menggunakan observasi partisipatif, dimana peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau orang yang dijadikan sebagai sumber
data penelitian; 2) Wawancara, penelitian ini menggunakan jenis wawancara
terstruktur, dimana wali kelas dan wali murid yang diwawancarai guna untuk
mendapatkan data awal sebelum melakukan penelitian; 3) Dokumentasi

Prosedur Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis tematik. Dalam melakukan analisis data
peneliti melakukan beberapa tahapan yakni: 1) Biasakan diri dengan data; 2)
Hasilkan kode awal; 3) Cari tema; 4) Tinjau tema; 5) Tentukan tema; 6) Menulis
hasil penelitian

Hasil dan Pembahasan

Setelah melakukan serangkaian kegiatan maka selanjutnya pneliti akan


membahas hasil tersebut dimana pada langkah 1 yakni melakukan pembiasaan diri
dengan data, Berdasarkan hasil wawancara terhadap 2 responden yaitu guru kelas
4 dan wali murid dari MSS didapati bahwasannya langkah-langkah dalam metode
SAS ini cocok digunakan kepada siswa dengan gangguan disleksia. Pada
Langkah ini siswa melakukan membuat kalimat menggunakan kata, satu kata
diubah menjadi suku kata selanjutnya diubah kemabali menjadi huruf, begitu
seterusnya hingga kata diubah kembali menjadi kalimat.

Kemampuan Membaca Siswa Sekolah Dasar

Setelah melakukan wawancara dapat disimpulkan kemampuan membaca


responden dibawah rata-rata, responden mengalami kesulitan membedakan huruf-
huruf serupa (b, d dan p), serta responden mengalami kesulitan membaca dengan
kata yang berulang seperti kata “kupu-kupu” menjadi “puku-puku”, bahkan
responden mengalami kesulitan membaca dengan durasi yang cukup cepat
sehingga responden membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membaca.

Hambatan Guru Dalam Menerapkan Metode SAS Kepada Siswa Disleksia

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas siswa, ditemukan


bahwa dalam menerapkan metode tersebut, dimana untuk menerapkan metode
tersebut membutuhkan waktu yang cukup lebih lama, ditinjau dari stuasi dan
kondisi yang tidak memungkinkan untuk menerapkan metode tersebut karena
adanya Pandemi Covid-19. Adapu factor penyebab terhambatnya menerapkan
metode tersebut yakni factor eksternal dan internal siswa tersebut, dimana factor
eksternal yang meliputi kondisi lingkungan dan orang tua. Adapun factor internal
yakni meliputi motivasi diri yang menginginkan adanya perubahan dalam diri.

Tabel 1. Hasil Observasi

LO-01 sampai 05 2021

Komponen Indikator Refleksi


observasi
Penerapan Kognitif Penerapan metode SAS pada pertemuan
metode pertama ini dilakukan sebanyak 5 kali,

membacaSAS terdapat perubahan pada aspek kognitif

(Struktur dimana pada penerapan yang pertama siswa

Analitik kesulitan membaca kalimat “Udin

Sintetik):Studi mengendarai sepeda” terutama pada kata

kasus pada “mengendarai”, siswa juga keliru dengan


anak
disleksia huruf yang serupa hal ini terlihat ketika

penyebutan suku kata “din” menjadi


“bin”dan
penyebutan Huruf “d” dan“p”, namun siswa

berhasil menyebutkan huruf yang lainnya.

Begitupun dengan penerapan yang ke-dua,

tidak ada perubahan yang berarti.

Penerapan yang ke-3 terdapat perubahan

ketika siswa dapat membaca gambar dengan

tidak dibantu guru, ia juga mampu membaca


kalimat dengan benar, saat membaca kata
siswa berhasil membaca “udin” dan
“sepeda” namun masih keliru pada
kata“mengendarai”, siswa mampu membaca
suku kata “din” dan berfikir lebih lama pada
suku kata “ngen, pe danda”
Pada penerapan ke-4 siswa berhasil
membaca suku kata dengan benar meski ia
harus berpikir lebih keras
Di pertemuan ke-5 siswa sesekali
berhasil
menyebutkan huruf “p” namun ia masih
keliru dengan huruf “d” yang ia kira huruf
“b”
Afektif Secara keseluruhan di pertemuan ke-1 ini
siswa cenderung lebih pasif, namun ia dapat
mengikuti pembelajaran dengan kooperatif,
Keterampilan Pada aspek keterampilan dikalimat kali ini
(Skill) peneliti ingin meningkatkan kemampuan
membaca siswa diantaranya, dapat mengenal
huruf “d”, membaca kata yang lebih dari 7
huruf, serta membaca dengan durasi yang
cukup (tidak terbata-bata”. di penerapan ke-
1 siswa belum faham dengan konsep
metode
SAS ini, ia kurang paham mengenai
kalimat

yang dipecah menjadi kata, kata menjadi


suku kata, dan suku kata menjadi huruf.
Namun siswa masih bisa mencocokan
kalimat dengan gambar, dan durasi
membaca yang lambat juga terbata-bata.
Di penerapan yang ke-2 berhasil
mengidentifikasi kalimat menjadi kata,
namun ia kesulitan menjadikannya sukukata.
Pada penerapan yang ke-3 siswa
dapat mengidentifikasi kata “Udin”
menjadi “U-din” dan “sepeda” menjadi
“se-pe-da” namun masih keliru saat
mengidentifikasi kata mengendarai
menjadi “me-ngen-dara-i”
Di penerapan ke-4 siswa
dapat mengidentifikasi kata “mengendarai”
meski masih terlihat berpikir sedikit lebih
keras ia juga dapat membaca nya dengan
lebih lancar. Penerapan ke-5 siswa terlihat
sudah mulai paham dengan metode SAS
ini, ia mampu mengidentifikasi Langkah
demi langkah metode SAS ini, hambatan
yang dialami siswa pada saat
mengidentifikasi kata menjadi suku kata,
siswa terlihat masih kebingungan. Untuk
durasi membaca, siswa mulai mampu
membaca dengan durasi yang standar,
karena ia mulai paham dan hafal kalimat
“Udin mengendarai sepeda”
LO 06 sampai 10 2021

Komponen
Indikator Refleksi
observasi

Penerapan Kognitif Penerapan metode SAS pada pertemuan


metode Kedua ini dilakukan sebanyak 5 kali, di
membaca SAS penerapan ke-6 terdapat perubahan pada
(Struktur aspek kognitif diantaranya : siswa
Analitik menyebutkan gambar anak, taman dan
Sintetik) : pohon dengan dibantu guru, Ia juga dapat
Studi kasus membaca kata “kami, ke, dan taman” namun
pada anak untuk kata “pergi dan rekreasi” siswa masih
disleksia kesulitan juga untuk kata “taman siswa
sesekali membacanya dengan kata “tanam”
namun ia berhasil membenarkannya
kembali, Ia juga dapat berhasil menyebutkan
huruf “k-a-m-i-p- e-r-g-t-n” dan mulai
terbiasa dengan huruf “P”, penerapan ke-7
siswa mampu membaca suku kata “Re”
namun belum mampu
membaca suku kata “per” “rek,
Pada penerapan ke-8 siswa dapat
membedakan huruf “P” Selanjutnya
penerapan ke-9 siswa mampu membaca
kalimat secara mandiri meski dengan
terbata-bata, dan penerapan
10 siswa mampu membaca kata demi
kata dengan benar
Afektif Secara keseluruhan di pertemuan ke-6
sampai ke 10 ini siswa mulai aktif dalam
menanggapi pertanyaan guru, Ia juga dapat
mengikuti
pembelajaran dengan kooperatif,
Keterampilan Pada aspek keterampilan penerapan ke-6
(Skill) sampai ke-8 siswa dapat menganalisis
kalimat menggunakan metode SAS dengan
dibantu guru. Sedangkan di penerapan ke-9
siswa mulai terbiasa dan dapat menganalisis
dengan mandiri meski dengan waktu yang
lebih lama. Pada penerapan ke-10
kemampuan membaca kata dengan lebih
dari 7 huruf mulai ada perubahan, terlihat
saat siswa mampu membaca kata "rekreasi”
dengan benar walaupun terbata-bata

LO 11 sampai 15 2021

Komponen
Indikator Refleksi
observasi
Penerapan Kognitif Penerapan metode SAS pada pertemuan
metode pertama ini dilakukan sebanyak 5 kali,
membaca SAS penerapan ke-11 siswa mulai dapat
mengenal huruf “P” ia juga berhasil
(Struktur menyebutkan huruf-huruf yang ada. Di
Analitik penerapan ke-12 siswa mulai terbiasa
Sintetik): dengan huruf “d” . pada penerapan ke-13
Studi siswa mulai dapat membaca kalimat
kasus pada dengan cukup baik meski sedikit terbata-
anak disleksia bata. Sedangkan penerapan ke-14 sampai
ke-15 siswa dapat membaca dengan lancar.

Afektif Secara keseluruhan di pertemuanke-


11sampai ke-15 ini siswa mulai lebih aktif
dari pertemuan sebelumnya, terlihat saat ia
mau menjawab pertanyaan-pertanyaan
sederhana guru.
Keterampil Pada aspek keterampilan penerapan ke-
an (Skill) 11 sampai ke-12 siswa dapat
mengidentifikasi kalimat dengan metode
SAS dengan bantuan guru, sedangkan pada
penerapan ke 13 sampai selanjutnya siswa
dapat mengidentifikasi tanda bantuan guru.
Penerapan ke-13 juga siswa mulai
konsisten membaca kata “kupu- kupu”
dengan benar .pada penerapan ke-14
danke-15siswadapatmembacakalimat“daur
hidup kupu-kupu” dengan benar dan tidak
terbata – bata.

LO 16 sampai 20 2021
Komponen Indikator Refleksi
observasi

Penerapan Kognitif Penerapan metode SAS pada pertemuan


metode keempat ini dilakukan sebanyak 5 kali,
membaca SAS terdapat perubahan pada aspek kognitif
dimana pada penerapan ke-16 sampai ke-
(Struktur 17 siswa dapat menyebutkan gambar yang
Analitik dilihatnya, siswa dapat mengenali
Sintetik): Studi perbedaan huruf “b” dan “p” . pada
kasus pada penerapan ke-18 siswa mampu membaca
anak disleksia suku kata dengan baik dan berhasil
menyebutkan huruf per huruf yang terdapat
dalam kalimat. Pada pertemuan ke-19
siswa mulai konsisten membedakan
huruf serupa yaitu ”b,d dan p”. pada
penerapan ke-20 siswa dengan konsisten
dapat mengenali suku kata serta huruf-
huruf yang ada di dalam kalimat dengan
baik
Afektif Secara keseluruhan di pertemuan ke-16
sampai ke-20 ini siswa mulai lebih aktif
dari pertemuan sebelumnya, terlihat saat ia
mau menjawab pertanyaan-pertanyaan
sederhana guru juga lebih aktif
menyebutkan berbagai
hal yang ia lihat dalam gambar
Keterampila Pada aspek keterampilan penerapan ke-16
n (Skill) sampai ke-17 siswa dapat membaca dengan
baikkata“hewan”,sedangkandipenerapanke
- 18 sampai ke 20 siswa mampu
menganalisis kalimat dengan metode SAS
secara mandiri tanpa bantuan guru juga
mampu lebihlancar
membaca kata “perkembangbiakan”.
LO 21 Sampai 24 2021
Komponen
Indikator Refleksi
observasi
Penerapan Kognitif Penerapan metode SAS pada pertemuan
metode pertama ini dilakukan sebanyak 5 kali, 4
membaca SAS penerapan, terdapat perubahan pada
(Struktur aspek
Analitik kognitif dimana pada penerapan yang
Sintetik): Studi ke-21 sampai ke-24 siswa berhasil
kasus pada menyebutkan beberapa gambar yang
anak disleksia dilihatnya, siswa dapat membaca kalimat
dengan cukup baik meski terbata-bata,
siswa berhasil menyebutkan semua huruf
dengan baik, siswa juga dapat
membedakan huruf-huruf yang
serupa(b,d,p).
Afektif Secara keseluruhan di pertemuan ke-5 ini
siswa cenderung lebih aktif, terlihat ketika
Ia
mampu merespon
Keterampila Pada aspek keterampilan penerapan ke-21
n (Skill) sampai 22 siswa dapat membaca dengan
benar, baik itu kalimat, kata, suku kata,
maupun menyebutkan huruf-per huruf
dengan mandiri meski terbata-bata,
dipenerapanke-23 siswa mulai dapat
membaca dengan lancar kalimat, pada
penerapan ke-24 siswa dapat konsisten
membaca dan menganalisis kalimat
dengan metode SAS dengan benar serta
lancar
LO 25 Sampai 2021
Komponen
Indikator Refleksi
observasi
Penerapan Kognitif Pada pertemuan ke-6 ini dilakukan
evaluasi baik itu membaca sebuah
Metode cerita singkat, maupun Menyusun beberapa
membaca SAS kalimat yang di analisis dengan metode
(Struktur membaca SAS. Pada evaluasi keseluruhan,
Analitik siswa dapat membedakan huruf-huruf
Sintetik): Studi serupa diantaranya “b,d,p” dan “m,n”.
kasus pada dapat menyebutkan huruf-huruf dengan
anak disleksia benar,
Afektif Pada aspek afektif siswa lebih aktif dalam
menanggapi pertanyaan-pertanyaan guru
juga
siswa dapat kooperatif mengikuti kegiatan.
Keterampila Pada aspek keterampilan siswa dapat
n (Skill) membaca cerita dengan lancar, meski
sesekali terdiam untuk berfikir, baik itu
kata dengan lebih dari 7 huruf maupun kata
dimana didalamnya terkandung huruf-
huruf serupa ataupun suku kata yang
berulang. siswa juga dapat
mengidentifikasi kalimat dengan metode
SAS dengan mandiri.

Pembahasan
Berdasarkan hasil temuan diatas, maka dapat dilakukan pembahasaan untuk
menjelaskan secara lengkap tentang bagaimana penerapan metode membaca SAS
studi kasus pada siswa disleksia sesuai dengan sub fokus penelitian antara lain: 1)
Mengetahui langkah-langkah penerapan metode SAS pada siswa disleksia, hasil
temuan pada saat melakukan wawancara terhadap wali kelas dan observasi
mengenai langkah-langkah membaca menggunakan metode SAS menghasilkan 2
temuan, yaitu 3 langkah metode SAS dan kelebihan langkah-langkah metode
SAS: a) Langkah - langkah metode SASdari temuan penelitian hasil wawancara
terhadap wali kelas MSS, 3 langkah dalam metode SAS yaitu langkah struktur,
langkah analitik, dan juga langkah sintetik, hal ini sesuai dengan hasil wawancara.

P: Menurut ibu, apakah metode SAS ini cocok diterapkan kepada siswa dengan
gangguan disleksia?

GK: Cocok, karena kekurangan dari anak disleksia kan salah satunya sulit
membedakan huruf yang mirip. Dan dalam metode ini anak melalui Langkah
Langkah yang berurut, dari mulai guru menyajikan kalimat utuh (Struktur),
kalimat dijadikan kata kata dijadikan suku kata terus dipecah jadi huruf
(Analitik), begitu seterusnya hingga kembali lagi menjadi kalimat (Sintetik). Nah
proses yang diulang-ulang inilah yang menjadi anak disleksia lebih ingat
dengan berbagai huruf. (WA-GK-01-2021)
Langkah-langkah yang terdapat dalam metode membaca SAS ini membuat
MSS lebih mudah mengingat huruf, karena terdapat Langkah analitik dimana
MSS diminta untuk memecah kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan
suku kata menjadi huruf, lalu digabungkannya lagi sehingga menjadi satu
kesatuan kalimat yang utuh. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Larasshinta (2018) mengenai metode SAS, penggunaan metode SAS pada
pelajaran membaca peserta didik kelas 1 MI Ma`arif NU Sokawera, terbukti
meningkatkan kemampuan membaca peserta didik. Dengan metode SAS, peserta
didik diberi kesempatan untuk mengkonstruksikan pengalaman belajar membaca
selama kegiatan membaca berlangsung. Metode SAS ini membuat peserta didik
berpikir analisis, dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat
peserta didik mudah mengikuti prosedur dan akan dengan cepat membaca pada
kesempatan berikutnya, berdasarkan landasan linguistik metode ini bisa menjadi
cara agar peserta didik dapat menguasai bacaan dengan lancer. b) Kelebihan
Langkah-langkah metode SAS, dari temuan penelitian hasil wawancara terhadap
wali kelas MSS, kelebihan dari Langkah-langkah ini yaitu, pengulangan materi,
daya ingat siswa, lebih mudah dipahami, cocok untuk anak disleksia, hal tersebut
sesuai dengan hasil wawancara.

P: Menurut ibu, apakah metode SAS ini cocok diterapkan kepada siswa dengan
gangguan disleksia?
GK:Cocok,karena kekurangan dari anak disleksiakan salah satunya sulit
membedakan huruf yang mirip. Dan dalam metode ini anak melalui Langkah
Langkah yang berurut, dari mulai guru menyajikan kalimat utuh (Struktur),
kalimat dijadikan kata kata dijadikan suku kata terus dipecah jadi huruf
(Analitik), begitu seterusnya hingga kembali lagi menjadi kalimat (Sintetik). Nah
proses yang diulang-
ulanginilahyangmenjadianakdisleksialebihingatdenganberbagai huruf.(WA-GK-
01-2021)
Penerapan metode membaca SAS ini tepat diterapkan kepada MSS untuk
meningkatkan kemampuan membacanya. MSS mampu mengingat lebih cepat
huruf-huruf yang sebelumnya ia tidak hafal, hal ini karena proses pengulangan
materi yang berulang dimana sebuah kalimat utuh (struktur) lalu dianalisis hingga
menjadi satuan terkecil dari kalimat (analitik) lalu disatukan kembali menjadi
kalimat yang utuh (sintetik), proses yang berulang dan bersifat (temuan sendiri)
inilah yang membuat MSS dapat lebih mudah mengerti, sehingga ia mudah untuk
mengingat materi yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat (Martanti,
2018) menyatakan bahwa pelaksanaan metode SAS dengan langkah- langkah
yang sedemikian rupa dalam pembelajaran anak disleksia dapat membantu anak
dalam mempermudah belajar membaca. 2) Mengetahui perbedaan kemampuan
membaca siswa disleksia sebelum dan sesudah menerapkan metode SAS.

Dari temuan penelitian hasil wawancara terhadap wali kelas MSS,


Sebelum diterapkan dan sesudah diterapkan, hal ini sesuai dengan hasil
wawancara:
P: Bagaimana kemampuan membaca siswa disleksia sebelum menggunakan
metode sas?
GK: Kemampuan nya yaitu, kurang dapat membedakan huruf yang mirip seperti
b,d,p, pernah waktu itu siswa tersebut membaca kupu-kupu tetapi menjadi puku-
puku. atau ada jadi aba. Terus membaca dengan durasi yang lama kayak lambat
gitu. Dan kalau dalam satu kata lebih dari 6 huruf dia suka kesulitan. (WA-GK-
03-2021)
Melihat jawaban responden diatas, maka dapat dikatakan terdapat
perubahan kemampuan membaca sebelum dan sesudah diterapkannya metode
SAS ini. Hal ini serupa dengan hasil penelitian dari Qona`ah (2019) yang
menyatakan bahwa kemampuan membaca peserta didik setelah menggunakan
metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) lebih baik. Oleh sebab itu metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) berpengaruh pada proses pembelajaran
tematik tema kegiatan sub tema kegiatan sore hari dengan tujuan untuk
mengukur kemampuan membaca siswa kelas 4 SDN Cimahpar 2.

Perbedaan kemampuan membaca ini peneliti rangkum dalam 3 aspek,


diantaranya: 1) Aspek kognitif, sejalan dengan pendapat Kiptiyani (2010) yang
menyatakan bahwa Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir,
diantaranya, kemampuan menghafal, memahami, serta mengaplikasikannya.
Adapun Kemampuan membaca MSS sebelum diterapkannya metode SAS ini
yaitu kesulitan membedakan huruf serupa (b,d dan p) juga huruf - huruf serupa
lainnya. Setelah diterapkannya metode SAS ini MSS mengalami peningkatan
kemampuan membaca pada aspek kognitif, yaitu dapat menyebutkan huruf-huruf
dengan benar secara konsisten, terutama di huruf-huruf yang serupa. Dapat
memahami isi gambar dan mengatakannya seperti ketika ia dapat menyebutkan
berbagai macam gambar di dalam sebuah gambar, salah satu contohnya terdapat
di catatan lapangan pada penerapanke-7. 2) Aspek Afektif, pada awal pertemuan
MSS cenderung pasif dan menjawab pertanyaan seadanya seperti hanya “iya”
atau mengangguk, MSS juga terlihat sangat tidak percaya diri, sesekali MSS
terdiam tidak menjawab, namun ia masih mau mengikuti pembelajaran dengan
tertib dan kooperatif. Setelah diterapkannya metode SAS ini MSS lebih aktif dari
sebelumnya, Ia dapat menjawab pertanyaan sederhana guru dengan lebih dari 2
kata, MSS pun terlihat lebih percaya diri baik itu ketika membaca, merespon
perkataan guru maupun ketika bertemu dengan guru, hal ini terlihat ketika MSS
tidak canggung dan malu-malu saat pembelajaran; 3) Keterampilan, kemampuan
awal membaca MSS sebelum diterapkannya metode SAS ini diantaranya :
kemampuan membaca yang dibawah rata-rata anak seusianya, membaca dengan
suku kata terbalik seperti kupu-kupu menjadi puku-puku, membaca dengan
durasi yang cukup lama serta terbata-bata dan kesulitan membaca dengan kata
lebih dari 7 huruf. Namun setelah diterapkannya metode membaca SAS ini
dengan 5 kalimat, MSS dapat membaca kata lebih dari 7 huruf diantaranya pada
kalimat pertama terdapat kata “mengendarai”, kalimat ke-4 “perkembangbiakan”
dan kalimat ke-5 “perkembangan dan pertumbuhan” . MSS juga dapat membaca
kata dengan suku kata yang sama seperti pada kalimat ke-2 yaitu “daur hidup
kupu-kupu” di awal membaca MSS beberapa kali terbalik membaca kupu-kupu
menjadi puku-puku, namun setelah penerapan yang ke-3 MSS mulai ingat dan
dapat konsisten membaca “kupu-kupu” dengan benar. setelah diadakannya
evaluasi pada tanggal 13 agustus 2021 dengan membaca sebuah cerita singkat
yang didalamnya terkandung 5 kalimat yang selama ini dipelajari MSS dapat
membaca dengan baik, lebih percaya diri dan lebih tenang, MSS hanya sekali
melakukan kesalahan saat membaca kata “kepompong” menjadi“kepompom”.
Terakhir MSS dapat menganalisis kalimat dengan metode SAS dengan benar,
hal ini merupakan hasil evaluasi dengan menyuguhkan sebuah kalimat untuk
dianalisis oleh MSS secara mandiri.
Hambatan guru dalam menerapkan metode SAS kepada siswa disleksia.

Dari temuan penelitian hasil wawancara dan observasi terhadap wali


kelas MSS dan MSS, terdapat 2 faktor yang melatar belakangi diantaranya faktor
internal (jasmaniah dan psikologis) dan faktor eksternal (lingkungan, keluarga
dan sekolah ) hal ini sesuai dengan hasil wawancara

P:Apa kesulitan yang dihadapi guru dalam menerapkan metode SAS kepada
siswa disleksia?
GK:Sebetulnya tidak ada ya, hanya saja masalah waktu yang sangat kurang.
Mungkin jika lebih lama penerapannya, anak ini bisa lebih cepat menguasai
kemampuan membaca.(WA-GK-09-2021)
Menurut Martanti (2018) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya
mengemukakan bahwa kesulitan membaca pada anak kelas 2 SDN Watuaji 1
Jepara, difaktori oleh keluarga, dimana kurangnya perhatian orang tua menjadi
salah satu factor yang mempengaruhi, tidak hanya itu faktor intelegensi dan
sosio-ekonomi juga berperan penting dalam kemampuan membaca siswa.
Begitupun dengan penerapan yang peneliti lakukan kepada MSS, dimana
terdapat faktor-faktor yang menghambat peneliti rangkum menjadi dua faktor: 1)
Faktor internal, faktor internal ini kemudian dibagi menjadi 2 yaitu: a) Psikologis
dari MSS dimana MSS tidak percaya diri sehingga malu dan takut untuk
memulai belajar membaca, b) jasmaniah, menurut Sidiarto (2007) hal ini karena
adanya kelainan neurologis yang kompleks, kelainan struktur dan fungsi otak,
yang menyebabkan kesulitan belajar primer berkaitan dengan masalah bahasa
tulisan seperti membaca, menulis mengeja, dan pada beberapa kasus kesulitan
dengan angka. 2) Faktor eksternal, adapun faktor eksternal terbagi menjadi 3
bagian yaitu: a) Lingkungan, lingkungan menjadi salah satu faktor penting dalam
menentukan keberhasilan metode SAS yang dilakukan guru kepada MSS ini, hal
ini karena penelitian ini dilakukan pada saat pandemi Covid dimana askes untuk
bertatap muka begitu terbatas sehingga hanya menyisakan waktu yang singkat.
Tidak hanya itu, lingkungan bermain MSS pun menjadi faktor penting untuk
membentuk kepercayaan dirinya, dimana selama ini MSS seringkali mendapat
perundungan dari teman-teman sebayanya yang menyebabkan MSS krisis
kepercayaan diri. b) Keluarga, Menurut Fatimah (2018) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama. Hal ini karena sebagian besar pengetahuan yang anak terima
dari lahir hingga dewasa berasal dari keluarga. Kedua orang tua MSS kurang
memahami kondisi anaknya, hal ini karena dangkalnya pengetahuan mereka
mengenai disleksia. Juga kurang nya perhatian orang tua. 3) Sekolah, sekolah
juga berperan penting dalam meningkatkan kemampuan membaca MSS, dimana
bimbingan yang tepat akan membuat MSS lebih mudah menangkap materi,
namun tidak semua guru dibekali dengan pengetahuan yang luas terlebih
mengenai anak berkebutuhan khusus, guru yang tidak mengerti harus seperti apa
dan justru malah menyamaratakan metode pembelajaran kepada semua anak
akan memperburuk kondisi anak-anak berkebutuhan khusus, maka dari itu
diperlukannya sarana dan prasarana yang memadai di sekolah-sekolah minimal
adanya guru pendamping yang dapat membantu guru kelas maupun
mendampingi anak berkebutuhan khusus tersebut. Koordinasi antara orang tua
dan guru perlu juga diterapkan, agar dapat menyeimbangkan antara pelajaran di
sekolah dan di rumah, hal ini dilakukan karena untuk memaksimalkan hasil.

Simpulan

Hasil dari penelitian ini diperoleh berdasarkan Sub fokus penelitian diantaranya:
1) Langkah-langkah penerapan metode SAS pada siswa disleksia cukup tepat
dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa, hal ini karena terdapat 3
langkah Struktur, analitik dan sintetik, hal ini membuat peserta didik mendapat
kesempatan untuk mengkonstruksikan pengalaman belajar membaca selama
kegiatan membaca berlangsung. Langkah-langkah yang berulang pun mampu
membuat peserta didik mengingat lebih cepat huruf-huruf yang sebelumnya
tidak diingat; 2) Perbedaan kemampuan membaca ini peneliti rangkum dalam 3
aspek, pada aspek kognitif peserta didik dapat menyebutkan huruf-huruf dengan
benar secara konsisten, terutama di huruf-huruf yang serupa. Dapat memahami
isi gambar dan mengatakannya. Kemudian pada aspek afektif peserta didik lebih
aktif dari sebelumnya, Ia dapat menjawab pertanyaan sederhana guru dengan
lebih dari 2 kata, serta lebih percaya diri baik itu ketika membaca, merespon
perkataan guru maupun ketika bertemu dengan guru. Selanjutnya aspek
keterampilan peserta didik dapat membaca kata lebih dari 7 huruf, dapat
membaca kata dengan suku kata yang sama dapat membaca dengan baik, lebih
percaya diri dan lebih tenang; 3) Hambatan guru dalam menerapkan metode SAS
kepada siswa disleksia terdapat 2 faktor yang melatar belakangi diantaranya,
yaitu faktor internal (jasmaniah dan psikologis) dan faktor eksternal (lingkungan,
keluarga dan sekolah

Referensi
Creswell, J. W. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset, diterjemahkan
oleh Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dardjowidjojo, S. (2003). Psikolinguistik: Pengantar pemahaman bahasa
manusia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Eliastuti, M., & Irwansyah, N. (2018). Keefektifan Membaca


Menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Pada
Siswa Yang Kesulitan Membaca. Deiksis, 10(01), 33–42.
Fatimah, J.M. (2018).Pola Komunikasi Keluarga untuk Keberlanjutan
Pendidikan Anak Nelayan di Sulawesi Selatan. Prosiding
Konferensi Nasional Komunikasi, 2(01),299-313.
Fyanda, B. F., Israwati, I., & Ruslan, R. (2018). Upaya Guru Mengatasi
Kesulitan Belajar Anak Disleksia di SD Negeri 10 Banda Aceh.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(3).
Herlinda, F. (2014). Meningkatkan Kemampuan Membaca Kata Melalui
Media Audio Visual Bagi Anak Slow Learner. Jurnal Penelitian
Pendidikan Khusus, 3(3).
Hidayah, N., & Novita, N. (2016). Peningkatan Kemampuan Membaca
Permulaan dengan Menggunakan Metode Struktur Analitik Sintetik
(SAS) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Peserta Didik Kelas
II C Semester II di MIN 6 Bandar Lampung TA2015/2016.
Terampil : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 3(1),85–
102.
Kartika, E., Kresnadi, H., & Halidjah, S. (2013). Peningkatan Kemampuan
Membaca Permulaan Menggunakan Metode SAS di Kelas I SDN
44 Pulau Nyamuk. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 2(10).
Kiptiyani. (2010). Analisis Tingkatan Kognitif Tes Kemampuan Membaca
(Compression Ecrite) Delf A2 Tahun 2007 dan 2010. Semarang:
Universitas Negeri Semarang
Kurniaman, O., & Noviana, E. (2016). Metode Membaca SAS (Struktural
Analitik Sintetik) dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca
Permulaan di Kelas I SDN 79 Pekanbaru. Primary: Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(2),149–157.
Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. 2016. Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru: Kata
Pena.
Larasshinta, D. (2018). Penerapan Metode SAS (Struktural Analitik
Sintetik) Pada Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa Kelas 1
MI Ma’arif NU Sokawera Padamara Purbalingga Tahun
Pelajaran 2017/2018.
Lidwina, S. (2012). Disleksia berpengaruh pada kemampuan membaca dan
menulis. JURNAL STIE SEMARANG (EDISI ELEKTRONIK), 4(3),
09–18.
Maesaroh, S. (2013). Peranan metode pembelajaran terhadap minat dan
prestasi belajar pendidikan agama Islam. Jurnal Kependidikan,
1(1), 150–168.
Martanti, F. (2018). Metode Struktural Analitik Sintetik dalam
Pembelajaran Anak Disleksia. Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan
Dasar Islam, 10(1), 17–28.
Nofitasari, A., & Ernawati, N. (2014). Teori dan metode pengajaran pada
anak Dyslexia. Prosiding Seminar Nasional PGSD UPY Dengan
Tema Strategi Mengatasi Kesulitan Belajar ketika Murid Anda
Seorang Disleksia., 172–181.
Nuraida, Nia; NURTETI, Lilis. (2018) Fungsi Membaca dalam Islam
Konsep Pendidikan Islam (Studi Analisis Terhadap Tafsir Al-Quran
Surat Al-Alaq ayat 1-5 dalam Tafsir Jam`ul-Bayani Fi Ta`wil Al-
Quran Karya At-Tabrani). Tarbiyat al-Aulad: Jurnal Pendidikan
Islam Anak Usia Dini
Pratiwi,I.,Hapsari,F.D.,&Argo,C.B.(2015). Pembelajaran Teknik Puzzle
Huruf Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Anak
Disleksia.
Rasmitadila, dkk (2020). Strategi Pembelajaran Berbasis Sistem
Pembelajaran Alamiah Otak. Depok: Ramka.
Santosa, P. (2008). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Sidiarto, L. D. (2007). PERKEMBANGAN OTAK DAN KESULITAN
BELAJAR PADA ANAK.
Solchan, T., dkk (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Subini, N. (2011). Mengatasi kesulitan belajar pada anak. Jogjakarta:
Javalitera, 15.
Sudjana, N. (2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Cet. V,
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiama, A. Gima. 2008. Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Edisi
Pertama. Bandung: CV. Guardaya Intimarta.
Sugiyono, M., & Kuantitatif, P. (2009). Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta. Cet. Vii.
Thomson, J. (2014). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus terjemahan
Eka Widayati. Jakarta: Erlangga.
Utami, S. P., & Irawati, L. (2017). Bahasa tulis pada anak dengan
gangguan disleksia (kajian psikolinguistik). Linguista: Jurnal
Ilmiah Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya, 1(1), 23–29.
Widodo, A., Indraswati, D., & Royana, A. (2020). Analisis Penggunaan
Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca Siswa Disleksia Di Sekolah Dasar. MAGISTRA: Media
Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar Dan KeIslaman, 11(1), 1–
21.
Qona'ah, S. R. (2019). Pengaruh penerapan metode SAS terhadap
kemampuan membaca tema kegiatanku pada peserta didik kelas I
MIN 2 Kendal tahun ajaran 2018/2019 (Doctoral dissertation, UIN
Walisongo Semarang
Volume xx No xx (Tahun)
Wahana : Tridarma Perguruan Tinggi
ISSN : 2654-4954 (online) | 0853-4403 (Print)
http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/whn

22

Anda mungkin juga menyukai