Anda di halaman 1dari 37

Impact of Fiscal Policy on the Agricultural Development in an

Emerging Economy: Case Study from the South


Sulawesi, Indonesia

REVIEW JURNAL (REVISI)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Ekonomi

Oleh:

FACHRI FIRDAUS 0906529

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis kesehatan
akal, jasmani dan rohani sehingga dapat menulis review jurnal yang menjadi salah satu
tugas yang harus penulis penuhi. Tidak lupa selawat serta salam semoga tetap dicurah
limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya
dan mudah-mudahan kepada umat muslim sebagai penerus risahalahnya.

Penulis menyadari masih banyaknya kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, salah
satunya review jurnal ini, karena penulis sadar akan posisi penulis yang masih dalam
tahap pembelajaran.

Dalam review ini penulis tertarik untuk mengambil tema perkembangan


perekonomian, khususnya dalam sektor pertanian. Sehingga penulis memilih jurnal yang
dirasa dapat memenuhi ketertarikan penulis. Jurnal yang dimaksud berjudul “Impact of
Fiscal Policy on the Agricultural Development in an Emerging Economy: Case Study
from the South Sulawesi, Indonesia” yang ditulis oleh Akhmad, Noer Azam Achsani,
Mangara Tambunan dan Sumedi Andoyo Mulyo. Jurnal tersebut diambil dari website
EuroJournals Publishing.
Semoga review ini bermantaat khusunya bagi penulis sebagai pengalaman untuk
menulis karya ilmiah berikutnya.

Bandung, 13 Oktober 2012

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
1.2. Kajian Teori............................................................................................................. 5
Kebijakan Fiskal – Teori Keynesian......................................................................... 5
Efek Samping Kebijakan Fiskal ............................................................................... 6
BAB II METODOLOGI ........................................................................................................... 8
2.1 Metode dan Data Penelitian .................................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN......................................................................... 15
3.1. Kebijakan Fiskal .................................................................................................... 15
3.2. Permintaan Agregat ............................................................................................. 16
3.3. Kinerja Ekonomi ................................................................................................... 17
BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................................................... 19
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 19
4.2 Implikasi Kebijakan............................................................................................... 19
4.3 Saran .................................................................................................................... 20
HASIL REGRESI PERBANDINGAN DENGAN PROVINSI JAWA BARAT ................................. 21
REFERENSI TAMBAHAN..................................................................................................... 24
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 25
BERITA ACARA PRESENTASI SEMINAR .............................................................................. 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Jurnal yang di review berjudul “Impact of Fiscal Policy on the Agricultural
Development Emerging Economy: Case Study from South Sulawesi, Indonesia”.
Penelitian dalam jurnal tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan
dampak kebijakan fiscal terhadap perkembangan pertanian di Sulawesi selatan.
Penelitian tersebut menggunakan data panel antara tahun 2004 sampai 2009.

Pertanian merupakan salah satu aspek yang penting dalam perekonomian di


Indonesia, hal ini mengingat kekayaan sumber daya alam di Indonesia yang
kebanyakan berasal dari pertanian. Selain itu, kebanyakan masyarakat Indonesia
khususnya yang tinggal diperkampungan dan pegunungan merupakan masyarakat
yang kebanyakan bekerja disektor pertanian dan hal ini terjadi secara turun
menurun.

Pada tahun 1997-1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi, fakta


menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi penyokong perekonomian nasional
pada saat itu. Hal tersebut terbukti bahwa pada tahun 2000-2009 lebih dari 40 juta
orang atau sekitar 42% dari pekerja di Indonesia bekerja di sektor pertanian ini,
dan berkontribusi sekitar 15% terhadap PDB regional. Namun dengan fakta
tersebut juga menunjukkan bahwa produktivitas dari sektor pertanian masih
rendah.

Bahkan sektor pertanian menyumbang pendapatan yang lebih besar bagi


perekonomian nasional, tapi peranan sektor pertanian terhadap produk domestik
regional bruto menurun dan produktivitas lebih rendah jika dibandingkan dengan
sektor non pertanian. Priyarsono, di al. (2005) dan Darsono (2008), mengatakan
bahwa produktivitas di sektor pertanian sejak 1970 hingga 2005 mengalami
penurunan, hal ini ditunjukkan oleh penurunan dari hasil sektor pertanian dalam
produk domestik regional bruto, produktivitas tenaga kerja dan penyerapan tenaga
kerja, dan ekspor sektor produk pertanian.

1
Sejak tahun 2001, Indonesia mulai dengan era baru dalam kegiatan
pemerintahan. Dengan adanya PP No 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah
diimplementasikan, kemudian direvisi dengan keluarnya PP No 32 tahun 2004,
dan PP No 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah kemudian direvisi dengan PP No 33 tahun 2004.
Dalam era otonomi saat ini, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang
dominan untuk mengelola sumber daya dan kebijakan fiskal, provinsi dan
kabupaten dan pemerintah kota yang dilakukan setidaknya 36% dari total
anggaran sarana publik, dibandingkan dengan pertengahan tahun 1990-an hanya
sekitar 24%, (World Bank. 2007).
Data menunjukkan kontribusi kepada Pendapatan Domestik Bruto yang
berasal dari sektor pertanian masih cukup besar, data ini diambil dari BPS sebagai
berikut:

Tabel 1.1
Pendapatan Domestik Bruto Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan
Usaha (Miliar Rupiah) 2008 – 2011
Lapangan Usaha 2008 2009 2010* 2011*
Pertanian, Peternakan, Kehutanan 284,619.1 295,883.8 304,736.7 313,727.8
dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 172,496.3 180,200.5 186,634.9 189,179.2
Indsutri Pengolahan 557,764.4 570,102.5 597,134.9 634,246.9
Listrik, Gas dan Air 14,994.4 17,136.8 18,050.2 18,920.5
Kontruksi 131,009.6 140,267.8 150,022.4 160,090.4
Perdagangan, Hotel dan Restoran 363,818.2 368,463.0 400,474.9 437,250.7
Pengangkutan dan Komunikasi 165,905.5 192,198.8 217,977.4 241,285.2
Keuangan, Real Estate & Jasa 198,799.6 209,163.0 221,024.2 236,076.7
Perusahaan
Jasa-jas 193,049.0 205,434.2 217,782.4 232,464.6
*
Angka Sementara

Sumber: Data BPS Tahun 2011

Dari data diatas menunjukkan bahwa PDB terbesar disumbang dari sektor
Industri pengolahan yaitu berupa industri migas dan non migas misalnya
makanan, minuman dan lainnya. Sedangkan angka terbesar kedua disumbang dari

2
sektor hotel dan restoran. Dan yang ketiga disumbang dari sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan yang nominalnya terus naik dari tahun ke tahun bahkan
mencapai 313,727.8 miliar pada tahun 2011 (masih angka sementara).

Data kedua yang menunjukkan sumbangan Produktivitas Tanaman Padi


Seluruh Provinsi di Indonesia sebagai berikut:

Tabel 1.2
Produktivitas Tanaman Padi Seluruh Provinsi di Indonesia Tahin 2009
Provinsi Produksi (Ton)
Aceh 1556858
Sumatera Utara 3527899
Sumatera barat 2105790
Riau 531429
Jambi 644947
Sumatera Selatan 3125236
Bengkulu 510160
Lampung 2673844
Bangka Belitung 19864
Kepulauan Riau 430
DKI Jakarta 11013
Jawa Barat 11322681
Jawa Tengah 9600415
DI Yogyakarta 837930
Jawa Timur 11259085
Banten 1849007
Bali 878764
Nusa Tenggara Barat 1870775
Nusa Tenggara Timur 607359
Kalimantan Barat 1300798
Kalimantan Tengah 578761
Kalimantan Selatan 1956993
Kalimantan Timur 555560
Sulawesi Utara 549087
Sulawesi Tengah 953396
Sulawesi Selatan 4324178
Sulawesi Tenggara 407367
Gorontalo 256934
Sulawesi Barat 310706
Maluku 89875
Maluku Utara 46253
Papua Barat 36985

3
Papua 98511
Sumber: BPS Tahun 2009

Data diatas menunjukkan proporsi sumbangan setiap provinsi di Indonesia


dalam sektor pertanian khususnya tanaman padi, peringkat pertama disumbang
oleh provinsi jawa barat disusul oleh jawa timur dan ketiga oleh provinsi sulawesi
selatan.

Kebijakan fiskal adalah bentuk lain dari campur tangan pemerintah untuk
mempengaruhi ekonomi yang berarti kondisi ekonomi tidak terlalu bias dengan
kondisi baik dengan alat instrumen kebijakan variable seperti pajak, transfer
pemerintah, dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal juga disebut anggaran
kebijakan dan dilakukan melalui APBN, (Romer, 2001).
Setiap sektor yang menyumbang kepada PDB diatas dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik faktor ekonomi dan non ekonomi, namun yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sektor pertanian saja, khususnya dampak dari kebijakan
fiskal terhadap perkembangan sektor pertanian di Sulawesi Selatan yang
bersumber dari Jurnal “Impact of Fiscal Policy on the Agricultural Development
in an Emerging Economy: Case Study from the South Sulawesi, Indonesia”
yang diteliti oleh Akhmad, Noer Azam Achsani, Mangara Tambunan dan
Sumedi Andoyo Mulyo.

Jurnal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan fiscal pemerintah daerah


terutama belanja modal di sektor pertanian dapat merangsang perkembangan
sektor pertanian daerah dan menyumbang kepada produk domestik bruto.
Sementara itu, belanja modal non pertanian dapat merangsang peningkatan
produk domestik regional bruto dan investasi swasta. Kemudian, investasi swasta
dapat merangsang meningkatkan pada sektor non pertanian dan penurunan tingkat
pengangguran. Sementara kemiskinan dapat menurun ketika waktu yang sama
peningkatan produk domestik regional bruto dan penyerapan tenaga kerja. Hasil
simulasi kebijakan penganggaran menemukan bahwa realokasi dengan
menurunnya pengeluaran lain dan barang dan pengeluaran jasa, kemudian,
digunakan untuk meningkatkan belanja modal dapat memberikan hasil yang lebih
baik dibanding simulasi kebijakan dengan meningkatnya produk domestik

4
regional bruto dan kebijakan untuk meningkatkan transfer dana dari pemerintah
pusat.

1.2. Kajian Teori


Teori yang mendasari dalam penelitian tersebut adalah teori kebijakan fiskal
atau teori dalam mengelola pengeluaran / penerimaan Negara. Dimana dengan
kebijakan fiskal diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi
khususnya yang sedang terjadi di suatu Negara. Teori ini terkenal ketika
diprakarsai oleh ekonom asal inggris Keynes, dimana pada saat itu sedang terjadi
depresi besar perekonomian di barat, dan kebijakan fiskal ini mampu untuk
menjawab permsalahan yang ada saat itu.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk


mengendalikan perekonomian dengan mengubah-ubah anggaran penerimaan dan
pengeluran pemerintah (Rahardja dan Manurung, 2001). Kebijakan fiskal
adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan
dan pengeluaran negara, di Indonesia, hal ini terkait dengan APBN (Anggara
Pendapatan dan Belanja Negara).

Kebijakan fiskal bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi


secara optimal yang akan mempengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan fiskal
sangat berhubungan dengan pemasukan atau pendapatan negara, diantara
pendapatan negara antara lain misalnya : bea dan cukai, devisa negara, pariwisata,
pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, impor, dan lain-lain .

Sedangkan untuk pengeluaran negara misalnya : belanja persenjataan ,


pesawat, proyek pemerintah, pembangunan sarana dan prasarana umum, atau
program lain yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan Fiskal – Teori Keynesian


Kebijakan fiskal sering dikaitkan dengan Keynesianisme, yang namanya
berasal dari ekonom Inggris John Maynard Keynes. Dengan karya besarnya,
"Teori Umum Hubungan Kerja, Bunga dan Uang," dipengaruhi teori-teori baru
tentang bagaimana perekonomian bekerja, dan masih dipelajari sampai hari ini.

5
Keynes mengembangkan sebagian besar teori-teorinya selama Depresi Besar dan
teori Keynesian telah digunakan dan disalahgunakan dari waktu ke waktu, karena
teori ini memang populer dan secara khusus diterapkan untuk mengurangi
kemerosotan ekonomi.

Singkatnya, teori-teori ekonomi Keynesian didasarkan pada keyakinan


bahwa tindakan proaktif dari pemerintah adalah satu-satunya cara untuk
mengarahkan perekonomian. Ini berarti bahwa pemerintah harus menggunakan
kekuatan guna meningkatkan permintaan agregat dengan meningkatkan belanja
dan menciptakan kondisi uang mudah didapatkan, dimana akan merangsang
perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja dan kemakmuran pada
akhirnya meningkat. Gerakan teori Keynesian menunjukkan bahwa kebijakan
moneter sendiri memiliki keterbatasan dalam menyelesaikan krisis keuangan,
sehingga menciptakan perdebatan Keynesian versus monetaris.

Sementara kebijakan fiskal telah berhasil digunakan selama dan setelah


Depresi Besar, teori Keynesian mulai dipertanyakan pada tahun 1980 setelah
popularitas jangka panjang. Monetaris, seperti Milton Friedman, dan pihak lain
mengklaim bahwa tindakan pemerintah yang sedang berlangsung tidak membantu
negara itu menghindari siklus tak berujung ekspansi produk domestik bruto (PDB)
dibawah rata-rata, resesi dan berkutatnya tingkat suku bunga.

Efek Samping Kebijakan Fiskal


Sama seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal dapat digunakan dalam
mempengaruhi baik ekspansi dan kontraksi dari PDB sebagai ukuran
pertumbuhan ekonomi. Ketika pemerintah melaksanakan kekuasaannya dengan
menurunkan pajak dan meningkatkan pengeluaran mereka, mereka menjalankan
kebijakan fiskal ekspansif. Sementara di permukaan, upaya ekspansif tampaknya
menyebabkan efek positif hanya dengan merangsang ekonomi, ada efek domino
yang jauh lebih luas dalam jangkauan. Ketika pemerintah menghabiskan uang
dengan kecepatan lebih cepat dari pendapatan pajak yang dapat dikumpulkan,
pemerintah dapat menumpuk kelebihan utang karena masalah bunga obligasi

6
untuk membiayai pengeluaran, sehingga menyebabkan peningkatan utang
nasional.

Ketika pemerintah meningkatkan jumlah utang selama kebijakan fiskal


ekspansif, penerbitan obligasi di pasar terbuka akan berakhir dengan adanya
persaingan versus sektor swasta yang mungkin juga perlu untuk menerbitkan
obligasi pada saat yang sama. Efek ini dapat menaikkan suku bunga tidak
langsung karena meningkatnya persaingan akan dana pinjaman. Bahkan jika
stimulus yang diciptakan oleh pengeluaran pemerintah meningkat akan memiliki
beberapa efek awal jangka pendek positif, sebagian dari ekspansi ekonomi ini
dapat diatasi dengan hambatan yang disebabkan oleh beban bunga yang lebih
tinggi untuk peminjam, termasuk pemerintah.

Efek lain tidak langsung dari kebijakan fiskal yang sering diabaikan, adalah
potensi bagi investor asing menawar atas mata uang dalam upaya mereka untuk
berinvestasi dalam perdagangan obligasi dimana hasilnya lebih tinggi di pasar
terbuka. Sementara kuatnya mata uang lokal terdengar positif di permukaan,
tergantung pada besarnya perubahan suku bunga, bisa-bisa malah membuat
barang-barang lebih mahal untuk ekspor dan asing membuat barang yang lebih
murah untuk impor. Karena kebanyakan konsumen cenderung menggunakan
harga sebagai faktor yang menentukan dalam pembelian mereka, pergeseran
pembelian lebih banyak ke barang asing dan melambatnya permintaan produk
dalam negeri dapat menyebabkan ketidakseimbangan perdagangan untuk
sementara waktu. Ini semua adalah skenario yang mungkin yang harus
dipertimbangkan dan diantisipasi. Tidak ada cara untuk memprediksi hasil mana
yang akan muncul dan dengan seberapa besar, karena ada begitu banyak target
bergerak lainnya, pengaruh pasar, bencana alam, perang dan setiap event berskala
besar lainnya yang dapat menggerakkan pasar

7
BAB II
METODOLOGI
2.1 Metode dan Data Penelitian
Jurnal tersebut menggunakan data panel dari 23 kabupaten dan kota di
Sulawesi Selatan pada tahun 2004-2009. Memilih data rentang waktu tahun 2004-
2009 didasarkan pada otonomi daerah yang cenderung stabilitas dan krisis
ekonomi yang dimulai dalam pemulihan. Data yang digunakan terdiri dari
kabupaten dan kota dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan
kabupaten kota dan data ekonomi seperti domestik regional bruto produk, tenaga
kerja, pengangguran, dan kemiskinan. Sumber data yang diambil dari Biro Pusat
Statistik Kabupaten dan Kota di Propinsi Sulawesi Selatan.
Penelitian tersebut menggunakan model ekonometrika dengan sistem
persamaan simultan. Model sistem persamaan simultan yang terdiri dari 19
persamaan struktural dan 8 identitas persamaan. Model ini dibagi menjadi tiga
blok yaitu (1) fiskal, (2) Permintaan agregat, Dan (3) kinerja ekonomi.
Persamaan simultan yaitu apabila digunakan model regresi (OLS) satu per
satu akan mendapatkan kofisien estimasi yang bias. Oleh karena itu, perlu
dilakukan dengan regresi simultan untuk menghindari bias tersebut. Salah satu
estimator untuk persamaan simultan adalah two stage least square.
Gambar 2.1
Keterkaitan antara Variabel Model Kinerja Fiskal Kabupaten Kota di
suatu Provinsi Sulawesi Selatan

8
Keterangan :
Variabel Endogen :
Variabel Eksogen :
Model spesifikasi yang digunakan dalam penelitian telah dimodifikasi
beberapa kali, karena ditemukan bahwa beberapa hasil estimasi yang tidak
konsisten dengan teori dari beberapa estimasi parameter tidak nyata. Akhirnya,
studi tersebut menemukan model dengan estimasi hasil parameter kinerja yang
cukup representatif untuk menggambarkan fenomena yang ada di kabupaten dan
kota dari Sulawesi Selatan provinsi.
Hasil estimasi model dengan menggunakan metode ekonometrik 2 SLS
(Two Stage Least Square) yang faktor yang mempengaruhi variabel endogen
dalam model diperoleh, di mana ada 27 struktural persamaan terdiri dari tiga blok
secara keseluruhan menunjukkan hasil yang baik.
Adapun dalam penelitian tersebut menggunakan 27 model dalam
mengestimasi penelitiannya. Penjabaran modelnya dalam jurnal tersebut adalah
sebagai berikut:

9
I. Fiscal Block
Regional Revenue
1. Original regional income
PADit = PAJDit + RETDit + BUMDit + PADLit (1)
2. Regional tax
PAJDit = a0 + a1TPGPDit + a2MTRit + a3JKHLit +a4LPAJDit + u1 (2)
Parameter estimates of the expected: a1, a2, a3, a4 > 0
3. Regional Retribution
RETDit = b0 + b1PDRBit + b2TPGPDit + b3POPit + b4LRETDit + u2 (3)
Parameter estimates of the expected: b1, b2, b3, b4>0
4. General allocation funds
DAUit = c0 + c1PADit + c2LDKit + c3MISKit + c4POPit +c5PNSit + u3 (4)
Parameter estimates of the expected: c1, < 0 ; c2, c3, c4, c5 >0
5. Revenue-sharing
DBHit = d0 + d1PDRBit + d2TRENit + d3LDBH + u4 (5)
Parameter estimates of the expected: d1, d2, d3 >0
6. Total regional acceptance
TPDit = PADit + DAUit + DBHit + DAKit + PLDit (6)

Regional Expenditure
1. Personnel expenditure
BPGWit = e0 + e1PNSit + e2 PADit + e3DAUit + e4LBPGWit+ u 5 (7)
Parameter estimates of the expected: e1, e2, e3, e4 >0
2. Expenditures for goods and services
BBJit = f0 + f1PADit + f2DAUit + f3DBHit + f4LBBJit + u6 (8)
Parameter estimates of the expected: f1, f2, f3, f4 >0
3. Capital expenditure
BMDit = BMDSPit + BMDSLit (9)
4. Capital spending for agricultural sektor
BMDSPit = g0 + g1DAKit + g2DAUit + g3LBMDSPit + u7 (10)
Parameter estimates of the expected: g1, g2, g3 >0

10
5. Capital spending for non agricultural sektor
BMDNPit = h0 + h1DBHit+ h2DAKit + h3LBMDNPit + u8 (11)
Parameter estimates of the expected: h1, h2, h3, > 0
6. Government’s miscellaneous expenditures
BLLit = i0 + i1DAUit + i2DBHit+ i3PADit + i4LBLLit + u9 (12)
Parameter estimates of the expected: i1, i2, i3, i3> 0
7. Total regional government expenditure
TPGPDit = BPGWit + BBJit + BMDit + BLLit (13)
II. Block of the Regional Aggregate Demand
1. Private consumption
KONSit = j0 + j1PDRBit + j2BBJit + j3BPGWit + j4INFLit + j5LKONSit + u10
(14)
Parameter estimates of the expected: j1, j2, j3 , j5 , > 0; j4 < 0
2. Private investment
INVSit = k0 + k1 BMDit + k2PADit + k3 KONS + k4LINVSWit + u11 (15)
Parameter estimates of the expected: dan k1, k3, k4, > 0; k2, < 0
3. Total government expenditure
TPGPit = TPGPDit + DDTBLit (16)
4. Regional export
EXPDit = l0 + l1NTRPit + l2PDRBit + l3INFL + l4LEXPDit + u12 (17)
Parameter estimates of the expected: l2, l4, > 0; l1, l3 < 0
5. Regional import
IMPDit = m0 + m1PDRBit + m2 KONSit + m3LIMPDit + u13 (18)
Parameter estimates of the expected: m1, m2, m3 > 0
6. Net export
NEXP = EXPDit - IMPDit (19)
III. Block Economic Performance
1. GDP from agricultural sektor
PDRBSPit = n0 + n1 PTKSPit + n2BMDSPit + n3LPDRBSPit + u14 (20)
Parameter estimates of the expected: n1, n2 , n3, > 0
2. GDP from non agricultural sektor

11
PDRBNPit = o0 + o1 PTKNPit + o2INVSit + o3KONS it + o4LPDRBTB it + u15
(21)
Parameter estimates of the expected: o1, o2 , o3, o4, > 0
3. Regional gross domestic product
PDRBit = PDRBSPit + PDRBNPit (22)
4. Agricultural employment
PTKSPit = p0+ p1AKKit + p2BMDSPit + p3LPTKSPit + u23 (23)
Parameter estimates of the expected: p1, p2, p3 > 0
5. Non-agricultural employment
PTKNPit = q0 + q1 INVSit + q2 AKKit + q3LPTKNPit + u24 (24)
Parameter estimates of the expected: q1, q2 , q3 > 0
6. Employment
PTKit = PTKSPit + PTKNP (25)
7. Unemployment
UNEPit = r0 + r1 AKKit + r2 BMDit + r3LUNEPit + u25 (26)
Parameter estimates of the expected: r1 , r3 > 0; r2<0
8. Number of the poor
MISKit = s0 + s1 PDRBit + s2 POPit + s3PTKit + s4DDTBLit + s5LMISKit +
u26
(27)
Parameter estimates of the expected: s2, s5 > 0; s1, s3, s4 < 0
Keterangan:

Tabel 2.1
Variabel, Simbol dan Satuan / Unit Model
NAME OF VARIABLES SYMBOLS UNIT
Labor force AKK People
Expenditures for goods and services BBJ Million rupiah
Government’s miscellaneous expenditures BLL Million rupiah
Capital expenditure BMD Million rupiah
Capital spending for non agricultural sektor BMDNP Million rupiah
Capital spending for agricultural sektor BMDSP Million rupiah

12
Personnel expenditure BPGW Million rupiah
Regional government-owned enterprises BUMD Million rupiah
Special allocation funds DAK Million rupiah
General allocation funds DAU Million rupiah
Revenue-sharing DBH Million rupiah
Deconcentration, assissting task, etc. DDTBL Million rupiah
Regional export EXPD Million rupiah
Regional import IMPD Million rupiah
Regional inflation INFL Percent
Private investment INVS Million rupiah
Number of hotel rooms JMKH Unit
Private consumption KONS Million rupiah
Eexpenditures for goods and services in the previous year LBBJ Million rupiah
Government’s miscellaneous expenditures in the previous year LBLL Million rupiah
Capital expenditure for agricultural sektor in the previous year LBMDSP Million rupiah
Capital expenditure for other sektors in the previous year LBMDNP Million rupiah
Personnel expenditure in the previous year LBPGW Million rupiah
The area of the regency/city LDK Km2
Revenue-sharing in previous year LDBH Million rupiah
Regional export in the previous year LEXPD Million rupiah
Regional Import in the previous year LIMPD Million rupiah
Private investment in the previous year LINVS Million rupiah
Private consumption in the previous year LKONS Million rupiah
Number of the poor in the previous year LMISK People
Regional texes in the previous year LPAJD Million rupiah
GDP in the previous year LPDRB Million rupiah
GDP from agricultural sektor in the previous year LPDRBSP Million rupiah
GDP from non agricultural sektor in the previous year LPDRBN Million rupiah
Non-agricultural employment in the previous year LPTKNP People
Agricultural employment in the previous year LPTKSP People
Income from regional retribution in previous year LRETD Million rupiah
Unemployment in the previous year LUNEP People
Number of the poor MISK People
Number of motor vehicles MTR Unit
Rupiah exchange rate NTRP Million rupiah
Net exports NEXP Million rupiah
Original regional income PAD Million rupiah

13
Other regional revenues PADL Million rupiah
Regional tax PAJD Million rupiah
Regional gross domestic product PDRB Million rupiah
GDP from agricultural sektor PDRBSP Million rupiah
GDP from non agricultural sektor PDRBNP Million rupiah
Other regional revenues PLD Million rupiah
Number of civil sevants PNS People
Number of population POP People
Employment PTK People
Non-agricultural employment PTKNP People
Agricultural employment PTKSP People
Regional Retribution RETD Million rupiah
Total regional revenue TPD Million rupiah
Total government expenditure TPGP Million rupiah
Total regional government expenditure TPGPD Million rupiah
Trends (years 1,2,3, ... n) TREN 1,2,3....n
Provincial minimum wage UMP Rupiah
Unemployment UNEP People

14
BAB III
PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
3.1. Kebijakan Fiskal
Berikut hasil penelitian dari estimasi model, bagaimana pengaruh dari
kebijakan fiskal terhadap variabel-variabel yang ada pada model (Lampiran 2),
menunjukkan bahwa:
1. Pajak daerah (PAJD) secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh jumlah
kamar hotel (JMKH) dan pajak daerah dari tahun sebelumnya (LPAJD).
Sementara itu, jumlah kendaraan (MTR) dan Pengeluaran total pemerintah
(TPGRD) memiliki tanda positif, tetapi mereka tidak secara signifikan
mempengaruhi pendapatan pajak daerah (PAJD).
2. Retribusi daerah (RETD) yang positif dan signifikan dipengaruhi oleh total
pengeluaran pemerintah daerah (TPGRD) dan Retribusi Daerah dari tahun
sebelumnya (LRETD), sedangkan PDB dan jumlah penduduk (POP) yang
memiliki tanda positif namun tidak berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan dari Retribusi Daerah (RETD).
3. Alokasi dana umum (DAU) secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh
jumlah PNS (PNS), luas wilayah kota/kabupaten (LDK), dan jumlah
kemiskinan (MISK).
4. Sharing pendapatan Dana Bagi Hasil (DBH) secara signifikan dan positif
dipengaruhi oleh PDB (PDRB) dan sharing pendapatan dari tahun
sebelumnya (LDBH).
Berdasarkan hasil model estimasi pengeluaran keuangan daerah
menunjukkan bahwa:
1. Pengeluaran / belanja pribadi (BPGW) secara signifikan dan positif
dipengaruhi oleh jumlah pegawai negeri sipil (PNS), pendapatan daerah
(PAD) dan pengeluaran dari tahun sebelumnya (LBPGW),
2. Pengeluaran untuk barang dan jasa (BBJ) yang positif dan signifikan
dipengaruhi oleh pendapatan daerah (PAD) dan pengeluaran untuk barang
dan jasa tahun sebelumnya (LBBJ), sementara sharing pendapatan dan dana

15
alokasi umum (DBH) memiliki tanda positif, namun variabel tersebut tidak
secara signifikan mempengaruhi pengeluaran barang dan jasa (BBJ),
3. Pengeluaran modal / belanja sektor pertanian (BMDSP) secara signifikan
dipengaruhi oleh PDB pertanian (PDRBSP) dan belanja modal pertanian
sektor tahun sebelumnya (LBMDSP), sedangkan dana alokasi umum dan
dana alokasi khusus (DAK) tidak memiliki dampak yang signifikan pada
belanja modal sektor pertanian (BMDSP),
4. Pengeluaran belanja / modal sektor non pertanian (BMDNP) secara
signifikan dan positif dipengaruhi oleh alokasi dana khusus (DAK), sharing
pendapatan (DBH) dan belanja modal di sektor lain dari tahun sebelumnya
LBMDSL)
5. Pengeluaran lainnya dari pemerintah daerah (BLL) hanya dipengaruhi
secara signifikan oleh pengeluaran lain dari tahun sebelumnya (LBLL),
sedangkan alokasi umum (DAU), sharing pendapatan (DBH), dan
pendapatan daerah (PAD) memiliki tanda positif namun tidak signifikan
mempengaruhi pengeluaran lainnya dari pemerintah daerah (BLL).

3.2. Permintaan Agregat


Berdasarkan hasil estimasi model permintaan agregat (Lampiran 3),
menunjukkan bahwa:
1. Konsumsi publik (KONS) secara signifikan dipengaruhi oleh produk
domestik regional bruto (PDRB) dan konsumsi publik tahun sebelumnya
(LKONS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika PDRB dan
peningkatan konsumsi masyarakat pada tahun sebelumnya meningkat, maka
konsumsi juga akan meningkat pada tahun yang sedang berjalan,
2. Investasi swasta (INVS) adalah signifikan dan positif dipengaruhi oleh
konsumsi masyarakat (KONS) dan investasi dari tahun sebelumnya
(LINVS), namun di sisi lain investasi swasta (INVS) secara signifikan dan
negatif dipengaruhi oleh GDP (PAD). Namun, jika konsumsi dan investasi
meningkat pada tahun sebelumnya, investasi pada tahun sedang berjalan
juga akan meningkat, sedangkan jika peningkatan GDP (PAD), maka

16
investasi swasta akan menurun. Ini menunjukkan bahwa pajak dan retribusi
daerah sebagai sumber utama pendapatan yang dikumpulkan oleh
pemerintah daerah menunjukkan biaya ekonomi yang tinggi
3. Ekspor daerah (EXPD) tidak hanya secara signifikan dan positif dipengaruhi
oleh PDB (PDRB) dan ekspor dari tahun sebelumnya (LEXPD), tetapi juga
oleh nilai tukar rupiah (NTRP). Jadi jika PDB dan ekspor mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya, ekspor tahun yang sedang berjalan juga
akan meningkat. Sebaliknya, ketika nilai tukar meningkat, ekspor daerah
akan berkurang / menurun,
4. Impor daerah (IMPD) secara signifikan dipengaruhi oleh impor dari tahun
sebelumnya (LIMPD), sementara variabel lainnya seperti PDB (PDRB),
konsumsi (KONS), dan tren tidak signifikan mempengaruhi impor daerah.

3.3. Kinerja Ekonomi


Berdasarkan hasil estimasi model dalam kinerja perekonomian daerah
(Lampiran 4), menunjukkan bahwa:
1. Produk domestik regional bruto di sektor pertanian (PDRBSP) hanya
dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh regional bruto produk
domestik di sektor pertanian pada tahun sebelumnya (LPDRBSP),
sedangkan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian (PTKSP) dan belanja
modal untuk sektor pertanian (BMDSP) dipengaruhi positif namun tidak
signifikan.
2. Kemudian, produk domestic regional bruto sektor non pertanian (PDRBNP)
secara signifikan dipengaruhi oleh investasi swasta (INVS) dan produk
domestic regional bruto sektor non pertanian dari tahun sebelumnya
(LPDRBNP), sedangkan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian
(PTKNP) dan konsumsi (KONS) positif dipengaruhi tetapi tidak signifikan.
3. Hasil estimasi model penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian (PTKSP)
dan penyerapan tenaga kerja sektor non pertanian (PTKNP) menunjukkan
bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian (PTKSP) secara
signifikan dan positif dipengaruhi oleh angkatan kerja (AKK) dan

17
penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dari tahun sebelumnya
(LPTKSP), di sisi lain, penyerapan tenaga kerja di sektor non pertanian
(PTKNP) negatif dan signifikan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga
kerja di sektor pertanian (PTKSP). Kemudian, penyerapan tenaga kerja di
sektor non pertanian secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh investasi
swasta (INVS), angkatan kerja dan penyerapan tenaga kerja di sektor non
pertanian tahun sebelumnya (LPTKNP).
4. Hasil estimasi model pengangguran (UNEP) menunjukkan bahwa
pengangguran (UNEP) secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh
tingkat pengangguran pada tahun sebelumnya (LUNEP), sementara itu,
belanja modal pemerintah pada tahun sebelumnya (BMD) negatif dan
signifikan berpengaruh terhadap pengangguran (UNEP). Hal ini
menunjukkan bahwa jika pengangguran meningkat pada tahun sebelumnya,
tingkat pengangguran di tahun berjalan juga akan meningkat, di sisi lain,
jika belanja modal pemerintah meningkat, tingkat pengangguran akan
menurun.
5. Hasil estimasi model untuk angka kemiskinan (MISK) secara signifikan dan
positif dipengaruhi oleh jumlah penduduk (POP) dan angka kemiskinan
tahun sebelumnya (LMISK). Sedangkan, penyerapan tenaga kerja
dipengaruhi negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Kemudian produk
domestik regional bruto (PDRB) dan dekonsentrasi dana dan pembantuan
tugas (DDTBL) punya hubungan negatif dan dipengaruhi akan tetapi tidak
signifikan.

18
BAB IV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian jurnal tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menemukan bahwa kebijakan fiskal dilaksanakan oleh


pemerintah daerah, khususnya pada belanja modal pada sektor pertanian
dapat meningkatkan produk domestik regional bruto pada sektor pertanian
dan pendapatan petani. Pengeluaran modal sektor non pertanian dapat
mendorong investasi swasta. Kemudian, investasi swasta bisa mendorong
peningkatan domestik regional bruto produk di sektor non pertanian. Di satu
sisi, investasi swasta dapat menurunkan tingkat pengangguran. Pada sisi
lain, kemiskinan dapat dikurangi dengan meningkatkan produk domestik
regional bruto. Sebaliknya, kebijakan fiskal dengan maksud untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah dapat mengurangi investasi swasta.
Hal ini menunjukkan bahwa jika pemerintah daerah dipaksa untuk menggali
potensi retribusi daerah dan pajak, bisa berdampak pada biaya ekonomi
yang tinggi yang mempengaruhi penurunan investasi.
2. Hasil simulasi menunjukkan bahwa realokasi anggaran dengan mengurangi
pengeluaran lain dan pengeluaran barang dan jasa, kemudian, digunakan
untuk meningkatkan belanja modal untuk memberikan hasil yang baik
dalam mendorong pertumbuhan sektor pertanian dan non pertanian,
mengurangi pengangguran dan kemiskinan, membandingkan simulasi
kebijakan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan dana transfer dari
pemerintah pusat.

4.2 Implikasi Kebijakan


1. Keterbatasan APBD, perlu dilakukan upaya untuk efisiensi dalam
pengeluaran anggaran, terutama pada pengeluaran lainnya (non pertanian),
dan pengeluaran untuk barang dan jasa, kemudian, digunakan untuk
meningkatkan belanja modal untuk memperbaiki infrastruktur yang ada,
dalam rangka menarik investor untuk menanamkan modalnya.

19
2. Belanja modal sektor pertanian merupakan faktor tertentu dalam mendorong
produk domestic regional bruto di sektor pertanian dan pendapatan. Oleh
karena itu, pemerintah daerah sangat penting untuk mengambil bagian
dalam mengembangkan sektor pertanian dan meningkatkan pendapatan
petani, karena sebagian penduduk kabupaten dan kota bekerja di sektor
pertanian dengan skala yang lebih kecil di daerah pedesaan.

4.3 Saran
Jurnal tersebut sudah bagus karena menyajikan data yang relevan serta
mengangkat permasalahan yang menarik yang mungkin sudah terlupakan dizaman
ini, yaitu mengangkat potensi sektor pertanian di Indonesia khusunya di propinsi
Sulawesi Selatan. Selain itu pada jurnal banyak mengestimasi model, sehingga
bukan hanya memecahkan satu permasalahan saja akan tetapi meneliti dampak
lain dari adanya kebijakan fiskal daerah. Jurnal tersebut bisa dijadikan referensi
dalam pengambilan kebijakan khsususnya pemerintah daerah Sulawesi Selatan
dalam pengalokasian dana APBD.

20
HASIL REGRESI PERBANDINGAN DENGAN PROVINSI JAWA BARAT
Data yang diambil merupakan data time series terdiri dari tahun 2003-2011.
Mengambil rentang tahun 2003-2011 karena menyesuaikan dengan jurnal yang
direview yaitu 2004-2009 dan menandakan data yang terupdate yaitu 2010-2011,
sedangkan data tahun 2012 tidak diambil karena masih pada tahun berjalan.

Data diolah dengan menggunakan alat bantu program Eviews 7, dengan


menggunakan model salah satu blok yang ada dalam Jurnal, yaitu blok fiskal yang
terdiri dari 2 bagian, bagian pertama merupakan penerimaan daerah dan bagian
kedua merupakan pengeluaran daerah. Ada beberapa model yang tidak diestimasi
karena keterbatasan waktu dan data yang susah untuk diperoleh, misalnya model
yang memerlukan data Jumlah Kamar Hotel dan Belanja Modal dalam Sektor
Pertanian. Sementara metode yang digunakan adalah metode regresi liniear
berganda dengan OLS (Ordinal Least Sqruare). Berikut model yang akan
digunakan:

Penerimaan Pemerintah Daerah


1. Pendapatan Asli Daerah
PADit = a0 + a1PAJDit + a2RETDit + a3BUMDit + u3 (1)
2. Dana Alokasi Umum
DAUit = c0 + c1PADit + c2LDKit + c3MISKit + c4POPit +c5PNSit + u3 (2)
Parameter estimates of the expected: c1, < 0 ; c2, c3, c4, c5 >0
Pada model Dana Alokasi Umum diatas, setelah diestimasi ternyata
adanya multikolinieritas, yaitu hubungan liniear yang signifikan antara variable
bebas, dan setelah beberapa kali dicoba diestimasi, maka variable LDK (Luas
Wilayah) dihilangkan, sehingga tidak terjadi lagi multikoliniearitas. Sehingga
model menjadi:
DAUit = c0 + c1PADit + c2MISKit + c3POPit +c4PNSit + u3
Parameter estimates of the expected: c1, < 0 ; c2, c3, c4, c5 >0

21
Pengeluaran Pemerintah Daerah
1. Pengeluaran Pemerintah
BPGWit = e0 + e1PNSit + e2 PADit + e3DAUit + u3 (3)
Parameter estimates of the expected: e1, e2, e3, e4 >0
Adapun data yang akan digunakan ada pada lampiran 4, sementara
keterangan dari model yang digunakan ada pada lampiran 5 dan hasil dari estimasi
ada pada lampiran 6.

Dari hasil estimasi (Lampiran 6) diketahui bahwa:

1. Penerimaan Pemerintah Daerah.


Bahwa PAJD (Pajak Daerah) dan BUMD (Pendapatan dari Perusahaan
Milik Daerah) berpengaruh positif terhadap PAD (Pendapatan Daerah),
namun hanya PAJD yang signifikan, sedangkan BUMD tidak signifikan.
RETD (Retribusi Daerah) berpengaruh negatif terhadap PAD, tetapi
juga tidak signifikan.
Ini berarti bahwa pendapatan asli daerah Provinsi Jawa Barat disumbang
besar oleh pajak daerah dan berarti juga pajak daerah mempunyai peran
yang besar terhadap pembangunan ekonomi di Jawa Barat, akan tetapi
retribusi daerah berpengaruh negatif, ini menandakan bahwa bila
retribusi daerah naik, justru akan menurunkan pendapatan daerah. Yang
berarti retribusi daerah tidak begitu berperan besar terhadap pendapatan
daerah.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa R-Squared sebesar 0.998782, yang
berarti ketiga variable bebas yaitu, PAJD, RETD dan BUMD
berpengaruh secara bersama sebesar 99% terhadap PAD, dan sisanya
dipengaruhi faktor lain.
2. Dana Alokasi Umum
PAD dan MISK berpengaruh positif terhadap DAU, namun tidak
signifikan dengan probability karena lebih dari 5%. Sedangkan PNS dan
POP berpengaruh negatif terhadap DAU, namun tidak signifikan.

22
Ini berarti, apabila PAD dan jumlah penduduk miskin naik maka DAU
juga akan ikut naik jumlahnya, sebaliknya apabila jumlah penduduk dan
jumlah pegawai negeri sipil naik maka DAU akan turun.
3. Pengeluaran Belanja Pemerintah Daerah
Jumlah PNS dan PAD berpengaruh positif terhadap BPGW
(Pengeluaran dan Belanja Pemerintah Daerah), namun yang signifikan
pengaruhnya hanya PAD. Sedangkan DAU berpengaruh negatif
terhadap BPGW namun tidak signifikan.
Ino berarti apabila PAD dan PNS naik, maka BPGW juga naik,
sebaliknya apabila DAU naik maka BPGW akan turun.

23
REFERENSI TAMBAHAN
Sukirno, Sadono. Makroekonomi Teori Pengantar. 2006. Jakarta : PT Raja
Garfindo.

Rohmana, Yana. Ekonometrika: Eviews 7. 2010. Bandung

Badan Pusat Statistik. Pendapatan Nasional Indonesia. Tersedia di:


http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/pend_nas_indonesia_08_11/index3.ph
p?pub=Pendapatan%20Nasional%20Indonesia%20Tahun%202008%20-
%202011

Badan Pusat Statistik. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2004-2011. Tersedia di:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_suby
ek=11&notab=3

Badan Pusat Statistik. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2004-2010 (Juta Rupiah). Tersedia di:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_suby
ek=52&notab=2

________. Gambaran Umum Kebijakan Moneter Dan Fiskal. Tersedia di:


http://www.fileinvestasi.com/ekonomi/523-gambaran-umum-kebijakan-
moneter-dan-fiskal

__________. Teori Organisasi Umum 2.. Kebijakan Fiskal. Tersedia di:


http://rahmat-septiansyah.blogspot.com/2012/03/teori-organisasi-umum-2-
kebijakan.html

____________. Persamaan Simultan. Tersedia di:


http://sanjoyo55.wordpress.com/tag/persamaan-simultan/

24
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Parameter estimasi hasil dari persamaan fiskal daerah

Persamaan Pajak Daerah (PAJD)


Varaibel Estimasi Prob>[T] Elastisitas Nama Varaibel F-value R2
Intercept -895.2 0.1040 - Intercept
TPGRD 0.0036 0.2348 0.1907 Total pengeluaran
832.09 0.9604
pemerintah daerah
MTR 0.001 0.7911 0.0143 Jumlah Kendaraan
JMKH 1.69777 0.0011 0.1730 Jumlah Kamar hotel
LPAJD 0.85192 <.0001 - Pajak daerah tahun
sebelumnya
Persamaan Retribusi Daerah (RETD)
Intercept -536.323 0.1958 - Intercept
PDRB 0.00003 0.7299 0.0142 Produk Domestik
Daerah Bruto
TPGPD 0.0069 0.0251 0.3636 Total pengeluaran
299.40 0.8970
pemerintah daerah
POP -0.00002 0.9838 -0.0017 Jumlah Penduduk
LRETD 0.83131 <.0001 - Retribusi daerah tahun
sebelumnya
Persamaan Alokasi Umum (DAU)
Intercept 53304.2 <.0001 - Intercept
PAD -0.28029 0.1762 -0.0259 Pendapatan asli daerah
Wilayah
LDK 0.4559 0.4741 0.0066 kota/kabupaten 306.86 0.9175
MISK 0.110772 0.0946 0.0366 Penduduk Miskin
POP 0.067244 0.0003 0.1637 Jumlah Penduduk
PNS 10.17243 <.0001 0.4291 Jumlah PNS
Persamaan Sharing Pendapatan (DBH)
Intercept 2756.456 0.0150 - Intercept
PDRB 0.0007 0.0286 0.0701 Produk Domestik
Daerah Bruto
241.81 0.8406
TREN 2.3732 0.9153 0.0005 Tren (1,2,3….n)
LDBH 0.8137 <.0001 - Sharing pendapatan
tahun sebelumnya
Persamaan Pengeluaran Pribadi (BPGW)
Intercept -3117.36 0.4952 - Intercept
PNS 3.89653 0.0233 0.2276 Jumlah PNS
PAD 0.323036 0.0133 0.0414 Pendapatan asli daerah
588,76 0.9444
DAU 0.174508 0.0292 0.2420 Alokasi umum
LBPGW 0.548494 <.0001 - Pengeluaran Pribadi
tahun sebelumnya
Persamaan Pengeluaran Pemerintah sektor barang dan jasa (BBJ)
Intercept 215.3115 0.9280 - Intercept
PAD 0.243074 0.0187 0.1059 Pendapatan asli daerah
DAU 0.041144 0.0438 0.1940 Alokasi umum
DBH 0.093203 0.2660 0.0564 Sahring pendapatan 238.20 0.8738
LBBJ 0.723246 <.0001 - Pengeluaran sektor
barang dan jasa tahun
sebelumnya
Persamaan Pengeluaran modal sektor Sektor pertanian (BMDSP)
Intercept 3215.575 <.0001 - Intercept
23.37 0.3288
DAK 0.025847 0.3520 0.0567 Alokasi khusus

25
PDRBSP 0.001373 0.0338 0.0975GDP dari sektor Sektor
LBMDSP 0.432886 <.0001 -pertanian
Pengeluaran modal
sektor akraris tahun
sebelumnya
Persamaan Pengeluaran Modal Sektor non-sektor pertanian (BMDNP)
Intercept -8016.31 0.0692 - Intercept
DBH 0.613073 <.0001 0.2207 Sharing pendapatan
DAK 1.369996 <.0001 0.4655 Alokasi khusus
86.07 0.6506
LBMDSL 0.537574 <.0001 - Pengeluaran modal
sektor non-sektor
pertanian
Persamaan Pengeluaran lainnya (BLL)
Intercept 1998.622 0.4750 - Intercept
DAU 0.02877 0.2305 0.2070 Alokasi umum
DBH 0.13045 0.1783 0.1206 Sharing pendapatan
34.24 0.4925
PAD 0.03654 0.7395 0.0243 Pendapatan asli daerah
LBLL 0.51986 <.0001 - Pengeluaran
pemerintah lainnya

Lampiran 2 : Persamaan Estimasi hasil dari persamaan permintaan agregat daerah

Persamaan Konsumsi Swasta (KONS)


Varaibel Estimasi Prob>[T] Elastisitas Nama Varaibel F-value R2
Intercept -53273.7 0.0508 - Intercept
PDRB 0.034416 0.0556 0.0615 Produk Domestik
Daerah Bruto
BBJ 0.113473 0.8969 0.0033 Pengeluaran sektor
BPGW 0.297545 0.3536 barang dan jasa 7500,34 0.99636
0.0297 Pengeluaran pribadi
INFL 26.27078 0.2287 0.0205 Inflasi daerah
LKONS 0.99252 <.0001 - Konsumsi swasta tahun
sebelumnya
Persamaan Investasi Swasta (INVS)
Intercept -59462.4 0.0120 - Intercept
BMD 0.434145 0.2724 0.0732 Pengeluaran modal
PAD -4.02862 0.0663 -0.152 Pendapatan asli daerah
1580.57 0.97878
KONS 0.154228 0.0004 0.4566 Konsumsi swasta
LINVS 0.8802 <.0001 - Investasi swasta tahun
sebelumnya
Persamaan Ekspor Daerah (EXPD)
Intercept 734289 0.0127 - Intercept
NTRP -93.3617 0.0068 -1.1132 Nilai tukar rupiah
PDRB 0.152785 <.0001 0.3333 Produk domestic
daerah bruto 5276.89 0.99355
INFL 49.19232 0.4554 0.0476 Inflasi daerah
LEXPD 0.887439 <.0001 - Ekspor daerah tahun
sebelumnya
Persamaan Impor Daerah (IMPD)
Intercept -28865.7 0.2987 - Intercept
PDRB 0.020732 0.4749 0.0580 Produk domestic
7360,77 0.99383
daerah bruto
KONS 0.003871 0.9559 0.0061 Konsumsi swasta

26
LIMPD 1.059737 <.0001 - Impor daerah tahun
sebelumnya
Lampiran 3 : Persamaan Estimasi Hasil untuk Persamaan Kinerja Ekonomi

Persamaan GDP dari sektor Sektor pertanian (PDRBSP)


Varaibel Estimasi Prob>[T] Elastisitas Nama Varaibel F-value R2
Intercept -3138.32 0.6844 - Intercept
PTKSP 0.013312 0.8495 0.0017 Tenaga kerja sektor
BMDSP 0.635525 0.5853 0.0089 pertanian
Pengeluaran modal
6445.14 0.9958
LPDRBS 1.034369 <.0001 - sektor sektor pertanian
GDP dari sektor sektor
pertanian tahun
sebelumnya
Persamaan GDP dari sektor Non-Sektor pertanian (PDRBNP)
Intercept -20573.3 0.0353 - Intercept
PTKNP 0.152716 0.5415 0.0075 Tenaga kerja non-
sektor pertanian
INVS 0.167825 <.0001 0.0455 Investasi Swasta
60319 0.9994
KONS 0.034157 0.2182 0.0274 Konsumsi Swasta
LPDRBNP 1.00702 <.0001 - GDP dari sektor non-
sektor pertanian tahun
sebelumnya
Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (PTKSP)
Intercept -1419.73 0.0837 - Intercept
AKK 0.743569 <.0001 1.5617 Angkatan Kerja
INVS -0.00003 0.9865 -0.0002 Investasi Swasta
PTKNP -0.86324 <.0001 -0.7706 Tenaga Kerja non-
1313.13 0.9891
LPTKSP 0.232496 0.0006 - sektor pertanian
Tenaga kerja sektor
pertanian tahun
sebelumnya
Persamaan Tenaga Kerja Non-Pertanian (PTKNP)
Intercept -586.93 0.6865 - Intercept
INVS 0.01749 <.0001 0.0973 Investasi Swasta 5205.46 0.9913
AKK 0.05085 0.0011 0.1196 Angkatan Kerja
LPTKNP 0.84106 <.0001 Tenaga kerja Non-
Pertanian tahun
sebelumnya
Persamaan Pengangguran (UNEP)
Intercept 660.4631 0.0669 - Intercept
AKK 0.045698 0.3627 0.4631 Angkatan Kerja
BMD -0.03462 <.0001 -0.1399 Pengeluaran modal
101856 0.9997
LUNEP 0.651315 <.0001 - Persamaan
Pengangguran tahun
sebelumya
Persamaan Jumlah Penduduk Miskin
Intercept 725.262 0.4467 - Intercept
PDRB -0.00027 0.5764 -0.0106 Produk Domestik
Daerah Bruto
POP 0.03295 0.0269 0.2428 Jumlah Penduduk 1077.97 0.9692
PTK -0.07631 0.0162 -0.2151 Tenaga kerja
DDTBL -0.00117 0.8107 -0.0016 Dekosentrasi,
LMISK 0.949714 <.0001 - Pembantu Tugas, dll

27
Lampiran 4 : Data Provinsi Jawa Barat

Variabel (Rp Juta)


No Tahun
PAD PAJD RETD BUMD DAU BPGW
1 2003 2.170.593.64 2.008.486.49 13.604.37 60.111.58 574.880.11 3.132.781.22
2 2004 2.846.800.73 2.688.355.98 24.812.62 75.865.89 573.778.00 3.670.567.30
3 2005 2.619.535.11 2.483.551.00 24.966.00 82.296.90 570.660.00 4.309.282.26
4 2006 3.399.855.35 3.226.532.50 24.179.21 105.138.23 565.753.00 5.118.814.95
5 2007 3.721.038.99 3.425.187.03 28.510.63 115.486.00 933.436.00 5.271.083.67
6 2008 4.055.119.33 3.796.638.40 29.484,00 125.325.00 980.107.80 6.050.017.00
7 2009 5.176.292.00 4.835.280.00 32.953.52 138.211.00 977.238.00 8.262.579.00
8 2010 5.622.864.54 5.147.194.80 35.919.33 204.202.60 1.086.123.94 9.560.556.63
9 2011 6.316.399.88 5.773.676.53 39.152.08 225.178.84 1.181.553.10 9.837.729.88
Ket : PAD = Pendpatan Asli Daerah BUMD = Pendpatan Badan Usaha Milik Daerah
PAJD = Pajak Daerah DAU = Dana Alokasi Umum
RETD = Retribusi Daerah BPGW = Pengeluaran Belanja Pemerintah Daerah
Sumber : - Bapedda Jawa barat
- BPS Jawa Barat

Satuan
No. Uraian
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1. Juta
Jumlah Penduduk 37.980.422 39.140.812 39.960.869 40.737.592 41.483.729 42.194.869 42.693.951 43.022.826 46.497.175
Jiwa
Jumlah Penduduk Juta
2. 2.664.478 2.671.593 2.861.424 3.018.574 3.310.269 5.322.440 4.983.570 4.773.720 4,650.810
Miskin Jiwa
3. Luas Wilayah 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 34.816.96 Km2
4. Jumlah PNS 306.493 311.600 312.356 319.103 306.964 361.052 385.905 365.384 364.188 Orang
Sumber: Dari berbagai sumber (data diolah)

28
Lampiran 5 : Keterangan dari Model yang digunakan untuk membandingkan
dengan Jawa Barat

NAME OF VARIABLES SYMBOLS UNIT


Pengeluaran Belanja Pemerintah Daerah BPGW Miliion rupiah
Penerimaan Badan Usaha Milik Daerah BUMD Million rupiah
Dana Alokasi Umum DAU Million rupiah
Luas Wilayah LDK Km2
Jumlah Penduduk Miskin MISK Juta Jiwa
Pendapatan Asli Daerah PAD Million rupiah
Pajak daerah PAJD Million rupiah
Jumlah Pegawai Negeri PNS Juta Jiwa
Jumlah Penduduk POP Juta Jiwa
Retribusi Daerah RETD Million rupiah

Lampiran 6 : Hasil Estimasi Model

1. Pendepatan Asli Daerah

Dependent Variable: PAD


Method: Least Squares
Date: 12/25/12 Time: 19:05
Sample: 2003 2009
Included observations: 7

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -393955.2 8733190. -0.045110 0.9669


PAJD 1.064311 0.079495 13.38841 0.0009
RETD -3.856436 7.317481 -0.527017 0.6347
BUMD 1.133932 2.748513 0.412562 0.7076

R-squared 0.998782 Mean dependent var 3.43E+08


Adjusted R-squared 0.997565 S.D. dependent var 1.01E+08
S.E. of regression 4979343. Akaike info criterion 33.97505
Sum squared resid 7.44E+13 Schwarz criterion 33.94415
Log likelihood -114.9127 Hannan-Quinn criter. 33.59303
F-statistic 820.2974 Durbin-Watson stat 2.739632
Prob(F-statistic) 0.000072

Estimation Equation:
=========================
DAU = C(1) + C(2)*PAD + C(3)*MISK + C(4)*PNS + C(4)*POP

Substituted Coefficients:

29
=========================
PAD = -393955.23937 + 1.06431085868*PAJD - 3.85643604391*RETD + 1.1339322066*BUMD

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.647079 Prob. F(3,3) 0.6354


Obs*R-squared 2.750052 Prob. Chi-Square(3) 0.4318
Scaled explained SS 0.450364 Prob. Chi-Square(3) 0.9297

2. Dana Alokasi Umum

Dependent Variable: DAU


Method: Least Squares
Date: 12/26/12 Time: 20:03
Sample: 2003 2011
Included observations: 9

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.63E+08 1.86E+08 1.410317 0.2313


PAD 0.189358 0.083283 2.273677 0.0854
MISK 24.08981 7.784732 3.094495 0.0364
PNS -763.6444 314.4588 -2.428440 0.0721
POP -2.168553 3.941867 -0.550133 0.6115

R-squared 0.955634 Mean dependent var 82705888


Adjusted R-squared 0.911268 S.D. dependent var 25294297
S.E. of regression 7534647. Akaike info criterion 34.80810
Sum squared resid 2.27E+14 Schwarz criterion 34.91767
Log likelihood -151.6365 Hannan-Quinn criter. 34.57165
F-statistic 21.53977 Durbin-Watson stat 2.831015
Prob(F-statistic) 0.005730

Estimation Equation:
=========================
DAU = C(1) + C(2)*PAD + C(3)*MISK + C(4)*PNS + C(4)*POP

Substituted Coefficients:
=========================
DAU = 262817635.326 + 0.189358049626*PAD + 24.0898141483*MISK - 763.644427455*PNS -
2.16855269284*POP

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.110896 Prob. F(4,4) 0.9721


Obs*R-squared 0.898433 Prob. Chi-Square(4) 0.9248
Scaled explained SS 0.198003 Prob. Chi-Square(4) 0.9954

30
3. Pengeluaran dan Belanja Pemerintah Daerah

Dependent Variable: BPGW


Method: Least Squares
Date: 12/26/12 Time: 20:26
Sample: 2003 2011
Included observations: 9

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2.35E+08 2.64E+08 -0.889398 0.4145


PNS 663.1792 984.4121 0.673680 0.5304
PAD 1.743837 0.339000 5.144065 0.0036
DAU -0.864143 1.633737 -0.528936 0.6195

R-squared 0.978687 Mean dependent var 6.13E+08


Adjusted R-squared 0.965900 S.D. dependent var 2.50E+08
S.E. of regression 46247609 Akaike info criterion 38.43802
Sum squared resid 1.07E+16 Schwarz criterion 38.52568
Log likelihood -168.9711 Hannan-Quinn criter. 38.24886
F-statistic 76.53367 Durbin-Watson stat 2.960800
Prob(F-statistic) 0.000134

Estimation Equation:
=========================
BPGW = C(1) + C(2)*PNS + C(3)*PAD + C(4)*DAU

Substituted Coefficients:
=========================
BPGW = -234692179.722 + 663.179230575*PNS + 1.74383720512*PAD - 0.864142513913*DAU

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.073149 Prob. F(3,5) 0.9718


Obs*R-squared 0.378395 Prob. Chi-Square(3) 0.9447
Scaled explained SS 0.075223 Prob. Chi-Square(3) 0.9946

31
BERITA ACARA PRESENTASI SEMINAR
Hari / Tanggal : Senin / 10 Desember 2012
Tempat : FPEB 2.04
Waktu : 10.00 – 12.00
Dosen : Drs. Ani Pinayani MM.
Mata Kuliah : Seminar Ekonomi

PEMBAHAS dan AUDIANCE

Nama dan Komentar Pertanyaan Jawaban


No NIM Seminar Pembahas
1 M. Isnan Makalah sudah 1.Apakah akan Untuk presentasi,
bagus, namun efektif dengan saya mohon maaf
(0901914) sayang pada saat meningkatkan karena
presentasi LCD pengeluaran di ketidakadaan
tidak ada, sektor pertanian LCD, bukan tidak
sehingga dalam berupaya untuk
penyampaian mengurangi ada LCD, akan
kurang optimal. kemiskinan dan tetapi LCD yang
pengangguran? sudak saya
Bukankah boking, ternyata
masyarakat lebih dipakai oleh
memilih kerja di kelompok dosen
sektor non pembimbing lain.
pertanian. Sekali lagi mohn
Sehingga maaf.
seharusnya
pengeluaran Jawab:
sektor non Akan efektif,
pertanian yang karena ada
harus beberapa hal yang
ditingkatkan harus diperhatikan
sebelum
melakukan
kebijakan,
diantaranya:
1. Melihat potensi
sumber daya
alam yang kaya
untuk lahan

32
pertanian di
Sulawesi
selatan
2. Data
menunjukkan
sekitar 49%
masyarakat di
Sulawesi
Selatan bekerja
di sektor non
pertanian,
sehingga bila
kebijakan ini
dilakukan akan
meningkatkan
pendapatan dan
produktifitas
para petani
3. Hasil simulasi
kebijakan
dalam jurnal
(halaman 107)
menunjukkan
bahwa apabila
pengeluaran
pemerintah non
pertanian
dikurangi 20%
dan
pengeluaran
pemerintah
barang jasa
dikurangi
sebesar 10%
lalu dialihkan
kepada sektor
pertanian maka
akan
menurunkan
pengangguran
sebesar 0,56%
dan kemiskinan
sebesar 0,02%.
2 Ella 1.Bagaimana Untuk melihat
Maulidya apabila efektif atau tidak
kebijakan dari nya, tentu harus

33
(0900...) hasil jurnal dihitung implikasi
tersebut seperti apa yang
diimplementasik tepat. Kebijakan
an di Indonesia apa yang tepat,
secara namun apabila
keseluruhan, melihat data yang
apakah akan menunjukkan
efektif? bahwa masyarakat
Indonesia, sampai
tahun 2009, orang
yang bekerja
disektor pertanian
masih banyak
sekitar 42%, maka
mungkin
kebijakan yang
dianggap tepat
sasaran untuk
mensejahterakan
rakyat adalah
meningkatkan
pengeluaran dan
belanja dalam
sektor pertanian
tentunya, karena
masyarakat yang
bekerja disektor
pertanian akan
terbantu
pendpatannya,
selain itu akan
meningkatkan
hasil produksi dari
pertanian, yang
secara tidak
langsung akan
menurunkan
angka
pengangguran,
mungkin seperti
itu.

34

Anda mungkin juga menyukai