Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu turun hampir 50 persen di seluruh dunia dalam

seperempat abad terakhir. pada tahun 2015 sekitar 303 ribu perempuan

meninggal akibat komplikasi selama kehamilan atau hingga enam minggu

setelah melahirkan. Angka ini turun dari 532 ribu pada 1990. Jumlah ini,

setara 100 ribu kelahiran pada 2015. Angka tersebut turun dari 385 kematian

pada 1990 (WHO, 2015).

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Indikator ini tidak hanya mampu

menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat

kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus

(SUPAS) 2015, AKI di Indonesia kembali menunjukkan penurunan menjadi

305/100.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian Bayi

(AKB) di Indonesia juga menunjukkan penurunan menjadi 22,23/1.000

kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).

Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka

Kematian Ibu di Indonesia adalah 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup

dan Angka Kematian Bayi adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup.

(Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015).

1
2

Dengan adanya Keluarga berencana (KB) banyak manfaat yang bisa

dirasakan secara individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut

antara lain : dengan adanya program Keluarga berencana (KB), dapat

membantu menyelamatkan jiwa perempuan. Dengan menghindari kehamilan

yang tidak diinginkan dapat mencegah ¼ dari total keseluruhan kematian ibu

di negara berkembang. Khususnya, dengan menggunakan alat kontrasepsi

dapat menghindari aborsi yang tidak aman terhadap kehamilan yang tidak

diinginkan (Depkes RI, 2016 ).

Berdasarkan data tahun 2016 di Provinsi Aceh tercatat angka

kematian ibu menurun menjadi 135/100.000 kelahiran hidup dibandingkan

dengan angka kematian ibu nasional 349/100.000 kelahiran hidup. Sementara

angka kematian bayi adalah 15/1000 kelahiran hidup jauh dibawah angka

kematian bayi nasional 32/1000 kelahiran hidup (Dinkes Aceh, 2016). Jadi

Proporsi kematian ibu masih di dominasi oleh kemtian ibu nifas yaitu

sebanyak 70 ibu atau sebesar 52 %, di ikuti kematian ibu bersalin sebanyak

34 ibu atau sebanyak 25 % dan kematian ibu dalam kehamilan sebanyak 30

ibu atau sebesar 23 % (Profil Kesehatan Aceh, 2016).

Data dari Dinkes kabupaten pidie tahun 2017 tercatat jumlah K1

sebanyak 8.728 orang, jumlah K4 sebanyak 7.332 orang, angka kematian ibu

sebanyak 15 orang dan 116 kasus kematian bayi, serta ibu hamil dengan

resiko tinggi tercatat sebanyak 2.403 orang. (Dinkes Kabupaten Pidie, 2017).
3

Data dari Puskesmas Sakti, Laporan kematian Ibu pada tahun 2017 2

Orang dan laporan kematian bayi sebanyak 11 orang ,Baliata 1 orang

(Puskesmas sakti, 2017).

Masa nifas merupakan masa yang sangat kritis bagi ibu dan bayinya, di

perkirakan 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% pada masa

nifas dalam 24 jam pertama. Untuk mengantisipasi AKI dan AKB pemerintah

mengeluarkan kebijakan keluarga berencana, keberhasilan progam keluarga

berencana (KB) di ukur dengan beberapa indikator, diantaranya proporsi

peserta KB baru menurut metode kontrasepsi, persentase KB aktif terhadap

jumlah pasangan usia subur (PUS) dan persentase baru metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP).

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami

istri untuk menghindarkan kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval kehamilan,

mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri

serta menentukan dalam jumlah anak dalam keluarga (Yetti dan Martini,

2016).

KB mempunyai peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu

melalui pencegahan kehamilan melalui pendewasan usia hamil,

menjarangkan kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak dianggap

cukup. Setiap wanita berhak memperoleh informasi dan mempunyai akses

terhadap metode KB yang mereka pilih efektif, aman, terjangkau dan juga
4

metode-metode pengendalian kehamilan yang tidak bertentangan dengan

hukum dan perundang-undangan yang berlaku (Yetti dan Martini, 2016).

Program pembangunan kesehatan di Indonesia di utamakan pada

penurunan indikator derajat kesehatan yaitu penanggulangan masalah-

masalah kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut

lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan

anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu.

Berdasarkan hasil survei yang telah saya lakukan, maka saya tertarik

melakukan asuhan kebidanan secara konprehensif di wilayah kerja puskesmas

Sakti Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie mulai dari masa kehamilan,

persalinan, nifas, masa interval dan perawatan bayi baru lahir serta

melakukan pendokumentasian kebidanan di BPS Cut Raziah Amd,Keb di

suwiek Kabupaten Pidie Tahun 2018.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan data diatas maka asuhan kebidanan yang berkelanjutan

(continuity of care) perlu dilakukan pada ibu hamil, melahirkan, masa nifas,

BBL,neonatus,dan KB.Pada Ny.E di BPS Cut Raziah, Amd.Keb. Kecamatan

pidie Kabupaten Pidie.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari

masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai dengan keluarga
5

berencana yang didokumentasikan melalui manajemen kebidanan dalam

bentuk SOAP.

1.3.2 Tujuan Khusus

Setelah preaktek ini mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan

pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan langkah-langkah:

a. Memberikan asuhan kebidanan pada Ny.E di BPS Cut Raziah

Amd.keb Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie sesuai dengan standar

asuhan kehamilan.

b. Memberikan asuhan kebidanan pada Ny.E di BPS Cut Raziah

Amd.keb Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie sesuai dengan standar

asuhan persalinan.

c. Memberikan asuhan kebidanan pada Ny.E di BPS Cut Raziah

Amd.keb Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie sesuai dengan standar

asuhan masa nifas.

d. Memberikan asuhan kebidanan pada Ny.E di BPS Cut Raziah

Amd.keb Kecamatan sakti Kabupaten Pidie sesuai dengan standar

asuhan bayi baru lahir.

e. Memberikan asuhan kebidanan pada Ny E di BPS Cut Raziah

Amd.keb Kecamatan sakti Kabupaten Pidie sesuai dengan standar

asuhan keluarga berencana (KB).

f. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny E di BPS

Cut Raziah Amd.keb Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie.


6

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Institusi

Asuhan kebidanan ini dapat memberikan pemahaman bagi mahasiswa

D III Kebidanan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kebidanan

dengan cara melakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan

(continuity of care).

1.3.3 Bagi Bidan Praktik Swasta (BPS)

Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam memberikan

informasi tentang perubahan fisiologis dan asuhan yang diberikan pada ibu

hamil sampai dengan KB.

1.3.4 Bagi Penulis

Meningkatkan pemahaman, serta menambah wawasan dan

spengalaman yang nyata tentang memberikan asuhan kebidanan secara

Continuity Of Care pada ibu hamil sampai KB dengan menggunakan

pendekatan managemen kebidanan.

1.4.4 Bagi klien

Mendapatkan asuhan kebidanan pada masa hamil, persalinan dan

BBL, nifas, dan KB sesuai dengan kebutuhan klien dengan standar asuhan

kebidanan yang berkualitas dan bermutu.

Anda mungkin juga menyukai