Anda di halaman 1dari 20

1

A. JUDUL
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DESAIN GRAFIS
MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL)
BERBANTUAN VIDEO TUTORIAL PADA SISWA KELAS XII SMA
BAKTI PONOROGO

B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan
gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam
desain grafis, teks juga dianggap gambar. Ketatnya kompetisi di bidang industri
dan jasa, belum lagi ditambah dengan perkembangan informasi dan teknologi
yang saat ini sudah tidak dapat dibendung lagi, menjadikan desain grafis semakin
dibutuhkan. Mempelajari desain grafis ini mempersiapkan siswa agar dapat
memahami dan terampil dalam membuat desain grafis yang nantinya dapat
dijadikan bekal ketika mereka sudah lulus.
Bagi guru, pembelajaran desain grafis merupakan suatu tantangan tersendiri,
mengingat akan pentingnya materi ini untuk siswa. Sesuai dengan kenyataan yang
terjadi pada saat ini, mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi sering
diremehkan oleh sebagian besar siswa, bahkan dianggap sebagai mata pelajaran
yang tidak penting, khususnya dalam materi desain grafis. Siswa menganggap
bahwa mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah mata pelajaran
yang tidak akan diujikan di Ujian Nasional. Peristiwa itu bisa dilihat ketika siswa
diminta untuk mempraktekkan dan membuat produk pada salah satu aplikasi
desain grafis mereka sering mengeluh dan bahkan tidak mau mengerjakan
tugasnya. Keluhan dan malasnya siswa ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
1. Kurangnya minat siswa terhadap desain grafis
2. Kurangnya motivasi siswa, baik dari dalam diri mereka maupun dari
lingkungan belajar.
2

3. Pengembangan strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan


ketrampilan dan kreativitas siswa
4. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Teknologi Informasi
dna Komunikasi, khususnya pada desian grafis, secara otomatis menyebabkan
prestasi belajar (hasil belajar) siswa kurang mencapai target yang diharapkan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa dengan model Project Based
Learning dengan berbantuan video tutorial pada siswa kelas XII SMA Bakti
Ponorogo?

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dengan model Project Based
Learning dengan berbantuan video tutorial pada siswa kelas XII SMA Bakti
Ponorogo.

4. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan di dalam penelitian ini adalah, jika diterapkan model
Project Based Learning dengan berbantuan video tutorial dalam materi desain
grafis, maka akan diperoleh peningkatan motivasi belajar pada siswa kelas XII di
SMA Bakti Ponorogo.

5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memeberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi siswa
Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII SMA Bakti Ponorogo dalam
mempelajari desain grafis sehingga terbentuk lingkungan belajar yang lebih
hidup dan bermakna.
3

b. Bagi guru
Memberikan pengalaman dan wawasan bagi guru bahwa dalam
pembelajaran, khususnya bagi siswa kelas XII SMA Bakti Ponorogo
membutuhkan pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan rasa nyaman
dan rasa senang pada siswa. Sehingga dapat meningkatkan minat dan
motivasi siswa pada pembelajaran desain grafis.

6. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah sebuah
model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti
pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
2. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri
maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan
memberi-kan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
3. Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses, yang diguna-kan
untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang
berlangsung dalam proses pendidikan. Model tutorial di-definisikan sebagai
bimbingan belajar dalam bentuk pemberian arah-an, bantuan, petunjuk, dna
motivasi agar peserta didik belajar secara efektif dan efisien.

C. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984: 252) belajar
merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian
menimbulkan perubahan, yang keadaannya ber-beda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh lainnya.
4

Pengertian belajar menurut Gagne dalam buku Belajar dan Pembelajaran


(Dimyati, Mudjiono : 2009) merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar
orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dengan demikian,
belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Menurut
Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksernal, kondisi
internal, dan hasil belajar. Komponen tersebut digambarkan dalam Gambar 2.1

Kondisi internal belajar hasil belajar

Keadaan internal dan Internal verbal


proses kognitif siswa Keterampilan intelek
Keterampilan motorik

Sikap

Sikap kognitif

Berinteraksi dengan

Stimulus dari lingkungan Acara pembelajaran

Kondisi eksternal belajar

Gambar 2.1 Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran Bell Gredler


.
Dari uraian diatas, belajar bisa juga didefinisikan sebagai sebuah proses
perubahan di dalam keperibadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkat-
an kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya
pikir dan kemampuan – kemampuan yang lain. Yaitu suatu proses didalam
kepribadian manusia, perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas.

2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
5

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan yang terarah kepada
pemenuhan psikis dan rokhaniah. Menurut Mc. Donald (Oemar Hamalik, 2011:
106), motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Sardiman A. M (2010: 75) dalam kegiatan belajar
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat tercapai.
Menurut M. Dalyono (2009: 57) motivasi belajar adalah suatu daya
penggerak atau dorongan yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan suatu
pekerjaan yaitu belajar. Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) hakikat motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari
dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat tercapai.

b. Ciri-ciri Motivasi Belajar


Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini
dapat dikenali melalui proses belajar mengajar di kelas sebagaimana dikemukakan
Brown (1981) sebagai berikut:
1. Tertarik kepada guru, artinya tidka membenci atau bersikap acuh tak acuh;
2. tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan;
3. mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama
kepada guru;
4. ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas;
5. ingin identitasnya diakui oleh orang lain;
6

6. tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri;


7. selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali;
8. dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.

3. Model Project Based Learning


a. Pengertian Project Based Learning
Metode proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep “Learning
by doing” yaitu proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-
tindakan tertentu sesuai dengan tujuan (Grant, 2002). Kelas demokratis
mengandung arti bahwa siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk
menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan siswa sendiri.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL)
adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata (Kemdikbud, 2013).
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah
model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti
pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
Saat ini pembelajaran di sekolah-sekolah kita masih lebih terfokus pada hasil
belajar berupa pengetahuan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal, hanya
sampai pada tingkatan ingatan (C1) dan pemahaman (C2) dan belum banyak
menyentuh aspek aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Ini
berarti pada umumnya, pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk
menerapkan, mengolah setiap unsur-unsur konsep yang dipelajariuntuk membuat
(sintesis) generaliasi, dan belum mengajak siswa mengevaluasi (berpikir kritis)
7

terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dipelajarinya. Sementara


itu, aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude) juga banyak terabaikan.

b. Langkah-langkah Project Based Learning (PjBL)


Langkah-langkah project based learning sebagaimana yang dikembangkan oleh
The George Lucas Educational Foundation (2005) terdiri dari:
a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa. dan
dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan
bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (a)
membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek, (b)
membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek, (c) membawa
peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (d) membimbing peserta
didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek,
dan (e) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
d. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
8

menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan
menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring,
dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa,
membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu.

Gambar 2.2 langkah Model Project Based Learning (PjBL)

4. Media Tutorial
Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses, yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang
berlangsung dalam proses pendidikan. Tentunya peranan media pembelajaran di
sini sebagai suplemen dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran dapat
digunakan baik sebagai bantuan untuk guru maupun dapat berdiri sendiri tanpa
bantuan dari guru atau digunakan sebagai bahan ajar mandiri oleh peserta didik.
Media pembelajaran yang digunakan baiknya disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai oleh pembelajaran.
9

Media pembelajaran adalah “sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi


pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya (Briggs 1977).
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media
pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang
membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan
“audio-visual”. Gambar kerucut pengalaman Edgar Dale dapat dilihat pada
gambar 2.3

Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman Edgar Dale


Untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari guru kepada
siswa,biasanya guru menggunakan alat bantu mengajar (teaching aids)berupa
gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit,
motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar . (Arief
Sadiman, dkk, 2009:6). Dengan berkembangnya teknologi pada pertengahan abad
ke 20 guru juga menggunakan alat bantu audio visual dalam
proses pembelajarannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari verbalisme yang
mungkin terjadi jika hanya menggunakan alat bantu visual saja (Dadang : 2009).

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam


memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Penggunaan media dalam
pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak
menjadi lebih konkrit. Hal ini sesuai dengan pendapat Jerome S Bruner bahwa
10

siswa belajar melalui tiga tahapan yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap
enaktif yaitu tahap dimana siswa belajar dengan memanipulasi benda-
benda konkrit.Tahap ikonik yaitu suatu tahap dimana siswa belajar dengan
menggunakan gambar atau videotapes. Sementara tahap simbolik yaitu tahap
dimana siswa belajar dengan menggunakan simbol-simbol (Dadang : 2009).

Video Tutorial merupakan salah satu presentasi berbentuk video yang


mendeskripsikan langkah-langkah untuk mengerjakan tentang sesuatu hal yang
berkaitan dengan pembelajaran. Video Tutorial dapat dilihat atau diputar
berulang-ulang untuk dapat membantu pemahaman dalam proses pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran video tutorial ini akan sangat membantu dan
mempermudah proses pembelajaran untuk siswa maupun guru. Siswa dapat
belajar lebih dulu dengan melihat dan menyerap materi belajar dengan lebih utuh.
Dengan demikian, guru tidak harus menjelaskan materi secara berulang-ulang
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lebih menarik, lebih efektif dan
efisien.

5. Desain Grafis
Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan
gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam
disain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-
simbol yang bisa dibunyikan. disain grafis diterapkan dalam disain komunikasi
dan fine art. Seperti jenis disain lainnya, disain grafis dapat merujuk kepada
proses pembuatan, metoda merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), atau
pun disiplin ilmu yang digunakan (disain).
Sejarah desain grafis tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan seni
rupa. Karenanya, produk komunikasi visual tertua yang pernah ditemukan adalah
lukisan gua di Lascaux, Perancis, yang diperkirakan berasal dari 15.000-10.000
SM.[1] Simbol-simbol berbentuk ideogram ini kemudian berkembang menjadi
aksara yang pada masa modern ini rutin kita gunakan di layar. Kata Desain Grafis
11

pertama kali digunakan pada tahun 1922 di sebuah esai berjudul New Kind of
Printing Calls for New Design yang ditulis oleh William Addison Dwiggins,
seorang desainer buku Amerika.
Ada beberapa software yang digunakan dalam desain grafis: (a) Adobe
Photoshop, (b) Adobe Illustrator, (c) Adobe Indesign, (d) Coreldraw, (e) GIMP,
(f) Inkscape, (g) Adobe Freehand, (h) Adobe image ready, (i) CorelDraw, (j)
Adobe Page Maker, (k) Paint Tool SAI, dll.

6. Penelitian Yang Relevan


Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Rina Setiyaningsih (2015) dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Project Base Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Matematika Bagi Siswa SMP Kelas VII SMP Negeri 1 Surakarta Tahun
2014/2015”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Project Based
Learning dapat meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa
SMP Kelas VII SMP Negeri 1 Surakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukan
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari a) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru
sebelum tindakan ada 10 siswa (31,25%) pada siklus I ada 15 siswa (46,87%) dan
siklus II menjadi 25 siswa (78,12%) b) Keaktifan siswa dalam bertanya sebelum
tindakan ada 6 siswa (18,75%) pada siklus I ada 6 siswa (18,75%) dan siklus II
menjadi 15 siswa (46,87%), c) Antusias siswa dalam mengerjakan tugas sebelum
tindakan ada 14 siswa (43,75%) pada siklus I ada 17 siswa (53,12%) dan siklus II
menjadi 22 siswa (68,75%).

7. Kerangka Berfikir
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru matapelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi dengan materi Desain Grafis adalah dengan metode ceramah dan
meminta siswa untuk berdiskusi secara berkelompok kemudian salah satu siswa
memaparkan hasil diskusi yang telah dilakukan. Metode tersebut ternyata masih
kurang optimal untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran. Hal ini
terbukti dengan motivasi belajar siswa yang kurang. Siswa cenderung merasa
12

bosan dan sulit berkonsentrasi dalam menerima materi pelajaran. Akibatnya,


prestasi yang diperoleh siswa masih rendah.
Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang
dapat mengharuskan mereka untuk mengerti materi yang akan dibahas. Salah satu
metode yang dapat digunakan adalah dengan metode pembelajaran Project Based
Learning berbantuan Video Tutorial.

D. METODE PENELITIAN
1. Rancangan PTK
Dalam PTK kali ini, akan digunakan model siklus yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Taggart. Adapaun langkah-langkah dalam siklus yang akan
dilakukan ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Siklus 1

Perencanaan
1. Upaya peningkatan kualitas dan
hasil pembelajaran Tindakan I
2. Menyusun rencana tindakan

Refleksi Observasi dan


Monitoring

Evaluasi I dan Revisi

Kesimpulan

Siklus 2

Revisi perencanaan dan rancangan Tindakan II


tindakan

Refleksi Observasi dan


Monitoring

Evaluasi II dan Revisi

Kesimpulan

Siklus selanjutnya (jika diperlukan)


13

Gambar 3.1 Model Penelitian menurut Kemmis dan Taggart

2. Lokasi dan Waktu


Penelitian dilaksanakan di SMA Bakti Ponorogo Jl. Batoro Katong No. 24
Ponorogo. Pembuatan rencana tindakan berdasarkan refleksi yang ditulis pada
proposal dilaksanakan pada tanggal 27 September sampai 9 Oktober 2018,
dikerjakan setiap hari Sabtu. Pelaksanaan tindakan dikerjakan mulai pada tanggal
26 Nopember sampai 20 Januari 2018. Jam pelajaran 2 pertemuan setiap minggu
pada tiap hari Selasa dan Kamis masing-masing 2 x 45 menit.

3. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII SMA Bakti Ponorogo dengan
jumlah siswa 50 orang. Nama-nama siswa yang terlibat disajikan pada Lampiran
1. Observer terdiri dari dua orang Guru yaitu: Bapak Arif Al Hadi yang membantu
peneliti merekam proses pembelajaran.

4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahapan penelitian dari awal sampai
akhir penelitian. Prosedur ini dirancang dalam beberapa siklus yang digunakan
untuk rancangan setiap tindakan yang akan diambil. Setiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
ebservasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Adapun rancangan tiap
siklus yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rancangan Siklus 1
Kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama meliputi:
1. Perencanaan
Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Beberapa
perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: bahan ajar, Silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), tugas-tugas kelompok, quis, dan lembar
observasi, instrumen lain, jurnal kegiatan, angket, dll.
14

2. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran dengan model Project Based Learning (1) Siswa diberi penjelasan
tentang pembelajaran model Project Based Learning dan komponen-
komponennya. (2) Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran
dan garis besar materi yang akan dipelajari. (3) Siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok berdasarkan pertimbangan kemampuan akademik dan jenis kelamin (4)
Penulis membicarakan aturan main untuk disepakati bersama dalam proses
penyelesaian proyek. Hal-hal yang disepak-ati: pemilihan aktivitas, waktu
maksimal yang direncanakan, sanksi yang dijatuhkan pada pelanggaran aturan
main, tempat pelaksanaan proyek, hal-hal yang dilaporkan, serta alat dan bahan
yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. (5) Peneliti
memfasilitasi peserta didik untuk menyusun langkah alternatif, jika ada sub
aktifitas yang melebihi dari waktu yang telah dijadwalkan. (6) Peneliti
memberikan bahan dasar untuk membuat desain grafis menggunakan aplikasi
Corel Draw. (7) Peneliti memonitoring terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. (8) Peneliti telah melakukan penilaian selama monitoring
dilakukan dengan mengacu pada rubrik penilaian. (9) Peneliti melakukan refleksi
dari aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. (10) Setelah kegiatan
kelompok selesai, dilanjutkan dengan diskusi kelas yang dipandu oleh guru untuk
membahas hal-hal yang tidak/belum terselesaikan dalam kegiatan kelompok. (11)
Peneliti memberikan postest untuk mengetahui penguasaan konsep yang dipelajari
secara individual
3. Pengamatan
Selama tahap pelaksanaan peneliti melakukan Observasi dengan mengamati
proses pembelajaran untuk mendapatkan data mengenai kekurangan dan
peningkatan pada tindakan pertama selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Tahap terakhir dalam siklus pertama ini dilakukan hasil analisis hasil observasi
sehingga diperoleh kesimpulan mengenai bagian mana yang harus ditingkatkan
atau diperbaiki dan bagian mana yang telah memenuhi target.
15

2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II, tahapan-tahapan yang dilakukan sama dengan siklus I. Hanya saja
pada tahap perencanaan merupakan hasil refleksi dari siklus I yang tujuannya
untuk meningkatkan atau menyempurnakan tindakan dari siklus pertama
sehingga diperoleh target yang sesuai dengan harapan.
Dari sebelum adanya tindakan hingga siklus kedua motivasi siswa mengalami
peningkatan perhatian siswa terhadap penjelasan guru, keaktifan siswa dalam
bertanya, dan antusias siswa dalam mengerjakan tugas dapat disajikan pada tabel
berikut
Tabel 1
Tabel data peningkatan motivasi belajar desain grafis
Indikator Sebelum Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II
motivasi tindakan pertemuan pertemuan pertemuan pertemuan
belajar kelas I II I II
siswa
10 siswa 13 siswa 15 siswa 17 siswa 25 siswa
a. Perhatian (31,25%) (40,62%) (46,7%) (53,12%) (78,12%)
siswa
terhadap
penjelasan
guru

6 siswa 10 siswa 14 siswa 15 siswa 20 siswa


b. (18,75%) (31,25%) (43,75%) (46,87%) (62,5%)
Keaktifan
siswa
dalam
bertanya

14 siswa 15 siswa 17 siswa 18 siswa 22 siswa


c. Antusias (43,75%) (46,87%) (53,12%) (56,25%) (68,75%)
siswa
dalam
mengerjaka
n tugas
16

5. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh atau
mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapi
tujuan penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran.
a. Instrumen perlakuan
Instrumen perlakuan merupakan suatu alat yang digunakan untuk menunjang
pembelajaran guna mencapai suatu tujuan penelitian. Instrumen perlakuan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat
belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu)
kali pertemuan atau lebih.
 Handout Pembelajaran
Bahan ajar (handout) merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan
guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/
instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
b. Instrumen pengukuran
17

Instrumen pengukuran adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data


yang diperlukan guna memecahkan masalah penelitian. Instrumen pengukuran
yang digunakan untuk mengukur kualitas dan hasil belajar. Instrumen pengukuran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar obervasi dan tes, lembar
observasi untuk mengukur kualitas belajar dan tes digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas hasil belajar siswa
berupa tes tulis dan lembar observasi . Sebuah tes dan pengamatan dapat
dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila memenuhi persyaratan tes seperti
validitas dan reliabilitas.

1. Validitas
Kualitas dan hasil belajar dinilai berdasarkan indikator yang telah ditentukan
dan nilai tes yang diperoleh siswa. Untuk keabsahan data, peneliti menggunakan
instrumen berupa tes. Dalam instrumen yang berupa tes, harus memenuhi
construct validity (validitas konstruks) dan content validity (validitas isi).
Untuk menguji validitas konstruks, dapat digunakan pendapat dari ahli.
Dalam hal ini, setelah instrumen disusun berdasarkan teori yang tepat maka
selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli.
Untuk validasi isi, dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Secara teknis, validasi
konstruks dan validasi isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen
yang berisi mengenai variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan
nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari
indikator.
2. Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah soal yang akan digunakan
ketika penelitian sudah layak digunakan atau belum. Untuk mengetahui
reliabilitas, soal akan diuji cobakan pada siswa yang telah menempuh materi
desain grafis, yaitu siswa kelas XII.
18

6. Analisis data

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (2006:263), tehnik analisis


data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
dipahami dan diinterpretasikan. Lain halnya menurut Muhamad Basrowi (2008:
130) tehnik analisis data adalah jiwa dari PTK, karena analisis data adalah salah
satu hal yang harus ditempuh setelah pengumpulan data dilakukan oleh peneliti,
dimana pengumpulan data tersebut diibaratkan sebagai jantungnya PTK. Tehnik
analisis data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Setiap butir jawaban disekor sesuai dengan skala penilaian lembar observasi
motivasi belajar siswa.

Jumlah sekor selanjutnya disajikan secara deskriptif persentase menggunakan


rumus yang telah disajikan.

Diskripsi presentase adalah model penelitian yang menganalis data dengan


mengumpulkan kemudian dipresentase. Rumus yang digunakan untuk
menghitung persentase adalah: (Ngalim Purwanto, 2009:102)

Keterangan:

NP : Nilai persentase yang dicari

R : Skor mentah yang diperoleh

SM : Skor Maksimum

Selanjutnya hasil persentase dinyatakan kedalam penghargaan kualitatif yang


mempunyai kriteria sesuai tabel berikut

Tabel 5

Tabel Kriteria Penghargaan

Tingkat Persentase Penghargaan

< 30% Tidak baik


19

30% - 70 % Cukup baik

>70 % Baik

1. Analisis Data Angket

Penghitungan angket motivasi siswa dilakukan dengan menghitung skor


rerata setiap pernyataan dalam angket motivasi belajar siswa. Untuk menghitung
skor rerata dari setiap pernyataan pada lembar angket digunakan rumus :

Setelah sekor rerata diperoleh kemudian dicari skor rerata gabungan, yaitu
dari jumlah skor rarata dibagi dengan banyaknya pernyataan dalam angket
motivasi belajar siswa. Untuk menghitung skor rerata gabungan dapat digunakan
rumus :

Setelah didapatkan skor rerata gabungan dapat ditentukan kriteris kualitatif dari
hasil yang diperoleh dalam penghitungan angket motivasi belajar siswa.
Ketentuan kriteria kualitatif angket motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut :

jika 1,00 ≤ skor rerata gabungan <1,50 maka termasuk dalam katergori tidak baik,

jika 1,50 ≤ skor rerata gabungan < 2,50 maka termasuk dalam kategori kurang
baik,

jika 2,50 ≤ skor rerata gabungan < 4,50 maka termasuk dalam kategori cukup
baik,

jika 3,50 ≤ skor rerata gabungan < 4,50 maka terasuk dalam kategori baik, dan

jika 4,50 ≤ skor rerata gabungan ≤ mak termasuk dalam kategori sngat
baik.(standar KKM)
20

E. DAFTAR RUJUKAN
Sardiman . 2014. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo
Persada

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sadiman, Arief S. (dkk). (2009). Media Pendidikan : Pengertian, Pegembangan


dan Pemanfaatannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Supriatna, Dadang. (2009). Pengenalan Media Pembelajaran. Pusat


Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar Biasa

Hariyanto, S. Pd. http://belajarpsikologi.com/pengertian-mediapembelajaran/

Journal vol. 5. Kemdikbud. 2013. Model Pengembangan Berbasis Proyek


(Project Based Learning). http//www.staff.uny.ac.id

Grant, M.M. 2002. Getting A Grip of Project Based Learning : Theory, Cases and
Recomandation. North Carolina : Meredian A Middle School Computer
Technologies.

Budiarti, Gadis Pratiwi. 2009. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dengan


Pendekatan Problem Possing berbasis Portofolio. Surakarta : FKIP UMS
(Skripsi Tidak Diterbitkan)

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Suarakrta: Fairuz Media

Anda mungkin juga menyukai