Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

FRAKTUR DISTAL RADIUS

Oleh:
Muhammad Iqbal Dzaky Asy’ari

Pembimbing:
DR. dr. Lukman Shebubakar, SpOT, (K-Hand)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur radius distal merupakan kasus yang paling sering ditemui pada fraktur ekstrimitas atas,
yaitu 70% atau 17% dari semua kasus fraktur, atau kurang lebih seperenam dari semua kaus
fraktur yang diterima di unit gawat darurat. Menurut National Hospital Ambulatory Medical
Care Survey di Amerika Serikat pada tahun 1998 terdapat 664.985 fraktur radius distal yang
telah dilakukan manjemen.

Mekanisme terjadinya fraktur ini 90% disebabkan oleh axial/compression loading pada posisi
pergelangan tangan dorso fleksi, dan derajat kominusinya sebanding dengan energy yang
disalurkan ke tulang. Fraktur ini dapat ditangani baik secara operatif maupun konservatif.
Pemilihan jenis terapi tidak semata-mata hanya ditentukan oleh tipe fraktur itu sendiri, tetapi
juga harus mempertimbangkan kondisi kesehatan dan functional demand dari pasien itu sendiri.
Pasien dengan high demand mungkin diperlukan tidakan operatif agar dapat melakukan
mobilisasi dini serta mencegah kekakuan pada sendi-sendi yang mungkin dapat aktifitas
tertentu. Pada paien lanjut usia ataupun pada pasien dengan low demand atau pada pasien yang
memiliki factor risiko berat untuk dilakukan tidndakan pembedahan dengan komplikasi pasca
tindakan operatif, maka terapi konservatif dapat dijadikan sebagai sebuah pilihan.

Pasien usia lanjut dengan fraktur radius distal cenderung berhubungan dengan berkurangnya
densitas tulang, jenis kelamin wanita, etnis, herediter dan menopause awal sebagai faktor risiko.
Menurut Cherubino sampai saat ini belum terdapat kesepakatan di literatur mengenai apakah
imobilisasi pada kasus fraktur radius distal dilakukan dengan above elbow casting atau below
elbow casting. American Academy of Orthopaedic Surgeons sendiri dalam Guidelines 2009
memberikan rekomendasi inconclusive yang berarti masih kurang bukti pendukung yang kuat
antara manfaat dan kerugiannya serta masih belum dapat memberikan rekomendasi pasti
apakah siku harus turut difiksasi atau tidak. Imobilisasi sendiri dipertahankan minial selama 6
minggu. Pelepasan cast sebelum 6 minggu berpotensi teradinya loss of reduction, sehingga
penting untuk melakukan x-ray pasca tindakan pada minggu ke-3 kontrol.
BAB II

ILUSTRASI KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

No. RM : 00036265

Nama : Ny. DA

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl Intan, Villa Mutiara Blok AD 7

Pendidikan : Tamat Kuliah

Pekerjaan : Pelajar

Status Pernikahan : Belum Kawin

2.2 ANAMESA

Autoanamnesa pada 2 November 2017

Keluhan Utama:

Nyeri pada lengan kanan bawah sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan Tambahan:

Bengkak pada lengan kanan bawah kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh nyeri pada lengan kanan bawah sejak 5 jam sebelum masuk rumah
sakit. Pasien mengalami kecelakaan saat mengendarai motor, pasien mengaku mengantuk dan
menabrak pembatas jalan. Pasien menggunakan helm, pasien tidak mengingat proses kejadian
jatuhnya karena gelap dan terlempar serta bergelinding dari motor. Tidak ada riwayat pingsan,
muntah, mual, dan kejang. Tidak ada cairan atau darah yang keluar dari hidung ataupun telinga

Riwayat Pengobatan:
 Pasien tidak sedang mengonsumsi pengobatan tertentu
Riwayat penyakit dahulu:

 Hipertensi disangkal.
 Diabetes melitus disangkal.
 Alergi disangkal.
 Asma disangkal, pasien menyangkal pemakaian obat-obatan steroid
Riwayat penyakit keluarga:

 Hipertensi disangkal.
 Diabetes melitus disangkal.
 Alergi disangkal.
 Asma disangkal.
Riwayat kebiasaan:

 Pasien tidak merokok.


 Pasien tidak mengkonsumsi alkohol.
 Pasien suka mengonsumsi makanan bersantan

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 November 2017.

Secondary Survey

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 2 November 2017 pukul 06.00 WIB.

 Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang.

 Kesadaran
Compos mentis (GCS: E4V5M6 = 15).

 Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg

Frekuensi nadi : 80 kali/menit reguler isi cukup

Suhu : 36,4°C
Frekuensi pernapasan : 18 kali/menit

 Kepala
Deformitas (-), luka terbuka (-), perdarahan (-), edema (-), hematom (-).

 Mata
Luka terbuka (-), perdarahan (-), edema (-), hematom (-), konjungtiva pucat +/+, pupil
isokor dengan diameter 3 mm, reflex cahaya langsung dan tak langsung ++/++.

 Hidung
Deformitas (-), luka terbuka (-), rinorrhae (-), edema (-), hematom (-).

 Telinga
Deformitas (-), luka terbuka (-), otorrhae (-), edema (-), hematom (-).

 Mulut
Luka terbuka (-), perdarahan (-), edema (-), hematom (-), bibir pucat (+), sianosis (-).

 Leher
Luka terbuka (-), perdarahan (-), edema (-), hematom (-), trakea di tengah, KGB tidak
teraba.

 Thorax
Paru :

Inspeksi : jejas (-), simetris dalam statis dan dinamis, pola nafas
thorakoabdominal, retraksi intercostal (-).

Palpasi : vocal fremitus kanan kiri sama kuat, emfisema subkutis (-).

Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru.

Auskultasi : suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, ronchi -/-, wheezing -/-.

Jantung :

Inspeksi : ictus cordis tak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavicula sinistra

Perkusi : batas atas : ICS III parasternal sinistra

batas kanan : ICS V midsternalis


batas kiri : ICS V midclavicula sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (-).

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : timpani.

Auskultasi : bising usus (+) normal.

 Ekstremitas
Sesuai status lokalis

STATUS LOKALIS

1. Pada regio antebrachii dextra:


 Look: deformitas (+), edema (+), luka terbuka (-).
 Feel: nyeri tekan (+), pulsasi arteri brachialis dextra teraba, pulsasi arteri radialis
dextra teraba, CRT <2s, dan sensorik baik
 Move: ROM pergelangan tangan terbatas karena nyeri. ROM jari-jari kaki baik

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 2-11-2017 pukul 07:54:42 WIB.

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin 13,6 11,7-15,5 g/dl

Hematokrit 46 33-45 %

Leukosit 16,2 5-10 ribu/Ul

Trombosit 323 150-400 ribu/Ul

Eritrosit 5,22 3,80-5,20 juta/Ul


VER 87,9 80,0-100,0 fl

HER 28,7 26,0-34,0 pg

KHER 32,7 32,0-36,0 g/dl

RDW 13,1 11,5-14,5 %

KIMIA KLINIK

a. Fungsi hati

SGOT 23 0-34 u/l

SGPT 25 0-40 u/l

b. Fungsi ginjal

Ureum darah 26 20-40 mg/dl

Creatinin darah 0,6 0,6-1,5 mg/dl

c. Diabetes

Gula darah sewaktu 109 70-140 mg/dl

d. Elektrolit

- Natrium darah 143 135-147 mmol/l

- Kalium darah 4,04 3,10-5.10 mmol/l

- Clorida darah 107 95-108 mmol/l

HEMOSTASIS

APTT 26,8 29,0-40,2 detik

Kontrol APTT 30,7

PT 13,6 10,4-12,6 detik

Kontrol PT 13,6

INR 1,03
2.4.2 Pemeriksaan Radiologi

Rontgen thoraks PA

Interpretasi:
Jantung kesan tidak membesar.
Aorta baik
Trachea di tengah
Mediastinum superior tidak melebar.
Hilus kedua paru baik.
Coracan bronkhovaskular kedua paru baik
Tidak tampak infiltrate di kedua lapang paru
Diafragma dan sinus kostofrenikus kanan-kiri normal
Tulang-tulang costae kesan intak
Kesan: tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru

Rontgen antebrachii dextra


Proyeksi AP

Interpretasi:
Tampak fraktur oblik komplit cum contractonum di 1/3 dista diafisis os radisu kanan
dengan pergeseran fragmen distel ke superomedial
Tampak fraktur inkomplit mid diafisis os ulna kanan dengan pergeseran distal ulna
ke dorsal
Tidak tampak pembentukan osteofit
Defek jaringan lunak region mid antebrachii kanan

Kesan :

Fraktur oblik komplit cum contractonum di 1/3 distal diafisis os radius kanan dan
fraktur inkomplit mid diafisis os ulna kanan dengan pergeseran distal ulna ke dorsal
disertai defek jaringan lunak di sekitarnya
2.5 RESUME

Pasien, perempuan, 27 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada antebrachii dextra 5
jam sebelum sebelum masuk rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas. Antebrachii dextra
bengkak, sulit digerakkan karena nyeri.

Pemeriksaan fisik:

Tampak sakit sedang, compos mentis.

Tanda vital:

Tekanan darah : 115/70 mmHg

Frekuensi nadi : 84 kali/menit reguler isi cukup

Suhu : 36,5°C

Frekuensi pernapasan : 18 kali/menit

Status Generalis: dalam batas normal

Status lokalis:

Pada regio antebrachii dextra:


 Look: deformitas (+), edema (+), luka terbuka (-).
 Feel: nyeri tekan (+), pulsasi arteri brachialis dextra teraba, pulsasi arteri radialis
dextra teraba, CRT <2s, dan sensorik baik
 Move: ROM pergelangan tangan terbatas karena nyeri. ROM jari-jari kaki baik

Pemeriksaan Penunjang:

- Rontgen regio antebrachii dextra: fraktur 1/3 distal os radius komplit, fraktur inkomplit os
ulna

2.6 DIAGNOSA KERJA

 Closed fracture 1/3 distal os radius ulna


Foto AP Post OP
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi

Radius merupakan tulang bagian lateral dari lengan bawah. Bagian distal memili bagian yang
lebih lebar, dan memiliki bagian yang cembung di lateral dan cekung di anteriornya. Bagian
proksimal meliputi caput, colum dan tuberositas radii. Bagian caput berbetuk discoid, yang
memiliki permukaan untuk capitulum humerus. Sementara columna radii bagian yang lebih
sempit distal dari caput. Tuberositas memiliki bagian posterior yang keras sementara bagian
anterior yang lembut
Bagaian tangkainya, memiliki bentuk yang cembung di lateral dan berbentuk triangular di
dalamnya. Sementara bagian distal merupakan bagian terlebar. Memiliki 4 bagian, bagian
lateral merupakah bagian terkeras dimana terdapat prosessus styloid radii. Bagian medial
berbentuk segi empat dan lunak dan berbentuk cekung untuk tempat dari caput ulna Bagian
anterior memilik permukaan yang tebal, menonjol. Bagian posterior terdapat tuberculum
Listers yang dapat diraba.

Perdarahan

Terdapat beberapa perdatahan yang menutrisi bagian anterior dan posterior intraosseus dari
tulang radius ulna. Khasnya ada satu bagian foramen diafisis yang terletak di permukaan
anterior dari tulang yang terhubung langsung dengan bagian proksimal siku. Ada juga
hubungan antara pembulu daraha fascioperiosteal dan musculoperiosteal yang mencapai tulang
melewati celah-celah otot.

Pembulu darah yang mensuplai bagian metafisis dorsal merupakan bagian terpenting dalam
rekonstruksi tangan, karena hal ini berkaitan dengan bone graft yang kaya akan vascular.
Otot, Ligamen dan Sendi

Secara garis besar otot yang menempel pada lengan bawah dibagi menjadi komponen anterior
dan komponen posterior. Komponen anterior dibagi menjadi dua, yakni bagian kompartemen
fleksor superficial dan kompartemen fleksor profunda. Komponen anterior berisi dari otot-otot
fleksor untuk lengan bawah yang dibag menjadi komponen superficial dan profunda.
Kompartemen fleksor superficial dimulai dari epicondylus medial dari humerus yang tersusu
dari beberapa tendon, yakni tendon dari muskulus pronator teres, muskulus fleksor carpi
radialis, muskulus palmaris longus, musulu fleksor digitorium superficialis, dan muskulus
fleksor carpi ulnaris. Pada kompartemen fleksor profunda terdiri dari muskulus fleksor
digitorium profunda, muskulus fleksor pollicis longus dan muskulus pronator quadratus.
Peradangan kronik pada tendon otot-otot fleksor berasal dari epicondylus medial yang memicu
rasa nyeri, biasanya terjadi pada para pemain golf.

Sementara pada komponen posterior terdiri dari otot-otot ekstensor dari lengan bawah,
brachioradialis dan supinator. Seperti halnya komponen anterior, komponen posterior dibagi
menjadi dua akni kompartemen ekstensor superficial dan kompartemen ekstensor profunda.
Kompartemen ekstensor superficial meliputi muskulus brachioradialis, muskuus ekstensor
carpi radialis longus, muskulus ekstensor carpi radialis brevis, muskulus ekstensor digitorium,
muskulus ekstensor digiti minimi, muskulus ekstensor carpi ulnaris, dan muskulus anconeus .
untuk kompartemen ekstenso profunda meliputi muskulus abductor pollicis longus, muskulus
ekstensor pollicis longus, muskulus ekstensor pollicis brevis, muskulus ekstensor indicis dan
musculus supinator. Peradangan kronik pada tendon otot-otot ekstensor berasal dari
epicondylus lateral yang memicu rasa nyeri, biasanya terjadi pada pemain tenis.
Bagian proksimal dari sekeliling caput radii dilapisis dengan kartilago hialin. Bagian posterior
dari tuberositas merupakan letak tendon dari muskulus bisep brachii yang terpisah dari bagian
yang lunak di anterior. Pada bagian yang tipis dari caput radium tempat menempelnya muculus
fleksor digitorum superfisialis. Sementara bagian lateralnya merupakan tempat menempelnya
muskulus ekstensor retinaculum. Pada bagian segitiga di proksimal tempat menempelnya
muskulus pronator kuadratus. Pada bagian prosessus styloid radii tempat menempelnya tendon
dari muskulus abductor pollicis longus dan muskulus estensor pollicis brevis. Semetara bagian
lateralya tempat ligament radiocarpal.

Bagian dari distal dari radius merupakan bagian tulang yang relatif lemah, karena tempat
persambungan antara tulang kortikal dan tulang spongiosa dekat sendi. Pada bagian ini juga
ditemui 2 sendir aitu sendi radioulna distal dan sendi radiocarpalia. Kapsula sendi radioulna
dan radiocarpalia melekat pada batas permukaan sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat
oleh beberapa ligament, yakni ligament carpeum volare, ligament capraeum dorsale, ligament
inter carpal dorsale dan volare, dan ligament collateral.
Sis distal dari radius berartikulasi dengan sisi distal dari ulna, dan merupakan tempat
melekatnya kompleks ligamentum triangular fibrocartilage (TFCC). Radius distal terbagi
menjadi 3 permukaan sendi, yakni facet skafoir, facet lunatum dai sigmoid notch. Skafoid
merupakan sisi lateral dari distal radius, sisi medial dari distal radius adalah sigmoid notch dan
facet lunatum. Selain itu terdapat 3 kolum pada radius distal yakni kolom lateral, kolum medial
sisi dorsal dan klom medial sisi media. Ketiga kolum ini berkorelasi secara anatomis dengan
facet dari tulang schapoid dan facet dari tulang lunatum.

Fisiologi

Sendri radiuoulnar distal adalah sendi antara cavum sigmoid radius dengan os ulna. Sendi ini
membantu gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah, di mana dalam keadaan normal gerakan
ini membutuhkan kedudukan sumbu sendi radioulnar proksimal dan distal. Adapun nilai
maksimal rata-rata ruang lingkup sendi dari pronasi dan supinasi sebagai berikut :

a. Pronasi 80-90⁰
b. Supinasi 80-90⁰
Pengukuran ruang lingkup sendi ini harus dalam posisi fleksi 90⁰ untuk mencegah gerakan
rotasi dari humerus. Sementara sendi radio-carpalia merupakan suatu persendian yang
kompleks, dibentuk oleh radius distal dan tulang carpalia (os navikulare dan lunatum). Dengan
adanya sendi ini tangan dapat digerakkan ke arah volar, dorsal, radial dan ulnar secara
sirkumduksi. Sedangkan gerakan rotasi tidak mungkin karena bentuk permukaan sendi elips.
Rata-rata gerakan maksmial pada pergelangan tangan adalah sebagai berikut

a. Fleksi 60-85⁰
b. Ekstensi 50-80⁰
c. Deviasi radial 15-29⁰
d. Deviasi ulnar 30-46⁰

Fraktur

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas struktur dari tulang dengan atau tanpa disertai dislokasi
dan fragmen. Fraktur dapat dibedakan berdasarkan tipe frakturnya yaitu menurut bentuk
kerusakannya, menurut perpindahan fragmen fraktur, menurut keparahan fraktur, menurut arah
patahan, menurut stabilitas fragmen fraktur dan menurut lokasi fraktur.

Berdasarkan kerusakannya fraktur dapat dibedakan menjadi 2 yaitu fraktur komplit dan fraktur
inkomplit. Fraktur komplit adalah patah tulang yang menyebabkan tulang menjadi 2 frargmen
dan biasanya disertai dengan dysplasia dari fragmen tersebut, sedangakan pada fraktur inkomlit
biasanya terjadi pada usia muda dan ditandai denan sebagian tulang masih menyambung dan
jarang terjadi perpindahan tulang

Berdasarkan prepindahan fragmen fraktur dibagi menjadi 3 yaitu fraktur impact, fraktur
distracted dan fraktur depresi. Fraktur impact terjadijika bagian patahan tulang masuk ke bagian
patahan tulang yang lain. Fraktur distracted terjadi jika patahan tulang yang memisah jauh
karena adanya kontraksi otot. Dan fraktur deoresi terjadi ketika fragmen berpindah tempat dan
menghasilan rongga.
Berdasaran keparahan fraktur dibagi menjadi 2 yakni fraktur tertutup dan fraktur terbula. Pada
raktur tertutup, tuang tidak akan keluad dan tidak menusuk otot sedangkan pada fraktur terbuka,
tulang akan menusuk otot dan tulang akan terjulur keluar.

Berdasarkan arah patahannya, fraktur dibagi menjadi 6 yakni tranversal, obliquq, spiral,
cmminuter, multiple, dan avulsi. Untuk transversal garis fraktur tegak lurus dengan sumbu
tulang. Onlique garis fraktur membentuk garis diagonal terhadap sumbu tulang. Spiral garis
fraktur melingkar membtuk spiral. Comminuted garis fraktur membentuk minimal fragkem
fraktur tetapi masih dapat disambungkan. Multiple garis fraktur membentu tiga fragmen dan
terjadi perukaan pada jaringn lunak sekitar. Dan avulsi bagian fragmen fraktur masuk ke dalam
otot.

Berdasarkan stabilitas fragmen, dibagi menjadi 2 yaitu stable dan instable. Stable jika fragmen
fraktur terfiksir setelah mengalami pengurangan kelebihan fraktur. Sementara instable fraktu
jika fragmen fraktur menjadi tidak stabil setelag mengalami pengurangan fragmen. Berdasarkan
lokasi fraktur, dibagi menjadi 5, yaitu diafisis, metafisis, epifisis, condylar dan articular.

Fraktur Distal Radius

Definisi

Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan
tangan, bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tanagan akan tiba-tiba menjadi kaku
dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Biasanya pernderita
jatuh terpeleset sedang tangan berusaha untuk menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi.
Bagian distal dan ujung dari radius memiliki berbagai jenis fraktur, bergantung dari beberapa
faktor. Antara lain faktornya meliputi usia, energi, mekanisme injuri, dan kualitas dari
tulangnya. Dengan berbagai macam jenis faktor tersebut, pergelangan tangan terkadang juga
mengalami cedera meliputi cedera pada ligament ataupun sendi radioulnar. Cedera jenis
tersebut terkadang suka terlewatkan karena hasil dari foto polos terlihat normal.

Etiologi

Insidensi terjadinya fraktur radius distal terbagi menjadi 2 kategori besar. Kategori pertama
adalah orang tua dengan low-energy trauma dengan memiliki osteoporosis. Semetara kategori
kedua pada orang muda denga highg-energy trauma dengan tulang yang normal, hal ini
disebabkan biasanya akibat kecelakaan kendaraan bermotor, olahraga ataupau saat pekerjaan.

Saat jatuh gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan menyebabkan patah
radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan perendian pergelangan
tangan. Fragmen bagian distal radius dapat terjadi dislokasi kea rah dorsal maupun volar, radial
dan supinasi. Gerakan kea rah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus
ulna, sedangkan dslokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan kea rah radial menyebabkan
subluksasi sendi radioulnar distal. Komplikasi yang sering terjadi adalah kekakuan dan
deformitas, jika pasien mendapat penanganan terlambat.

Pada kebanyakan aktifitas, sisi dorsal dari radius distal cenderung mngalami tension, sisi volar
dari radius distal cenderung mengalami kompresi, hal ini disebabkan oleh bentuk intefritas dari
korteks pada sisi distal dari radius, dimana sisi dorsal lebih tipis dan lemah sedangkan pada sisi
volar lebih tebal dan kuat. Beban yang berlebihan dan mekanisme trauma yang terjadi pada
pergelangan tangan akan menentukan bentuk garis fraktur yang kaan terjadi.

Mekanisme cedera yang paling umum terjadi adala jatuh ke tangan terulur dengan pergelangan
tangan bervariasi antara 40-90⁰. Dengan derajat yang lebih rendah dari gaya yang dibutuhkan
pada sudut yang lebih kecil. Impaksi pada tulang metafisis disa radius terhadap tulang karpal
juga sering terjadi. Selain itu, kekuatan dari mekanisme trauma juga sering mengakibatkan
keterlibatan permukaan articular. Mekanisme dengan energy tinggi seperti kecelakaan lalu
lintas dapat engakibatkan pergeseran atau fraktur yang kominutif dab mengakibatkan sendi
pergelangan tangan tidak stabil.

Manifestasi klinis

Dari klinis pasien biasanya terlihat dengan deformitas berupa dinner fork deformity biasa terjadi
pada colles fracture. Dengan gabaran seperti garpu makan, dimana distal dari radius bergeser
ke arah dorsal. Dapat juga berupa garden spade biasa terjadi pada smith fracture dimana distal
dariradius bergeser kearah volar. Pergelangan tangan biasanya juga bengkak dengan hematoma,
nyeri tekan dan keterbatasan dalam melakukan gerakan. Siku ipsilateral dan bahu juga harus
diperiksa untuk cedera terkait. Penilaian erhadap neurovascular juga harus dilakukan dengan
perhatian khusus pada fungsi saraf medianus. Gejala indrom karpa tunel juga kadang terjadi
karena posisi paksa hiperekstensi dari pergelangan tangan, trauma langung dari fragmen
fraktur, pembentukan hematoma, atau peningkatan tekanan kompartemen.

Evaluasi Radiologis

Posisi anteroposterir dan lateral dari pergelangan tangan harus dilakukan. Bahu atau siku juga
harus dievaluasi radiologi foto pergelangan tangan kontralateral juga biasa dilakukan untuk
dapat membantu menilai sudut ulnar varians dan sudut scapholuate. CT-Scan dapat membantu
untuk menunjukkan tingkat keterlibatan intraartikular.
Penilaian Radiolgi Normal

a. Radial inclination : 13-30⁰, rata-rata 23⁰


b. Radial Length : 8-18⁰, rata-rata 11⁰
c. Palmar (volar) tilt : 0-28⁰, rata-rata 12⁰

Klasifikasi Fraktur Radius Distal

a. Klasifikasi Frykman’s

Klasifikasi ini dipublikasikan oleh Frykman pada tahun 1967. Klasifikasi ini membedakan
fraktur radius distal yang mengenai intraarticular ataupun ekstraartikular. Klasifikasi ini tidak
membedakan antara sudut, arah displacement dan fragmen comminution. Dalam penelitiannya
fraktur yang mengenai intra-articular lebih parah dari ekstra-articular, terutama jika mengenai
distal radio ulnar joint. Pada penelitian oleh Mackenney didapatkan bahwa pada fraktur yang
mengenai styloid ulna lebih sering terjadi malunion

Klasifikasi Frykman
I. Fraktur ekstra-articular tanpa fraktur distal ulna
II. Fraktur ekstra-articular dengan fraktur distal ulna
III. Fraktur intra-articular mengenai sendi radio-carpal tanpa fraktur distal ulna
IV. Fraktur intra-articular mengenai sendi radio-carpal dengan fraktur distal ulna
V. Fraktur intra-articular mengenao sendo radio-ulna tanpa fraktur distal ulna
VI. Fraktur intra-articular mengenao sendo radio-ulna dengan fraktur distal ulna
VII. Fraktur intra-articular mengenai sendi radio-carpal dan radio-ulnar tanpa fraktur
distal ulna
VIII. Fraktur intra-articular mengenai sendi radio-carpal dan radio-ulnar dengan fraktur
distal ulna
b. Klasifikasi Melone

Pada tahun 1984, Melone mempublikasikan klasifikasi tentang fraktur radius disatal,
membaginya menjadi 4 komponen dari distal radius. Tangkai radius, distal styloid, facet dorsal
medial, dan facet volar medial. Tipe I merupakan fraktur yang relative stabil, non-displace atau
dengan displace yang stabil setelah direduksi tertutup. Tipe II atau fraktur pada distal styloid
disebut tipe IIa jika dapat direduksi dan tipe IIb jika tidak dapat direduksi. Tipe III atau fraktur
pada facet dorsal medial merupakan fraktur unstable dengan displace serta terdapat fragmen
dari tangkai radius. Fraktur tipe IV atau fraktur pada facet volar medial merupaka fraktur
unstable dengan raktur comminuted yang kompleks dan kadang terjadi rotasi.

Pada tahun 1993 terdapat tambahan untuk tipe V yakni adanya fraktur comminuted yang parah
(explosion type). Klasifikasi ini sudah lama digunakan untuk menentukan indikasi dan metode
dalam melakukan fiksasi.

c. Klasifikasi Mayo Clinic

Klasifikasi mayo klini membagi fraktur radius distal dengan fraktur intra-articular dan fraktur
ekstra-articular. Klasifikasi ini membagi menjadi 4 tipe. Tipe I fraktur ekstra-articular, tipe II,
III, dan IV merupakan fraktur intra-articular yang dibedakan berdasarkan pergeseran dan
kompleksitas fraktur.
d. Klasifikasi Fernandez

Klasifikasi Fernandez dibagi menjadi 5 tipe berdasarkan mechanism of injury. Klasifikasi ini
juga bisa digunakan pada anak-anak. Tipe I fraktur extra-articular dari metafisis, dimana
korteks rusak akibat gaya regang (Colles/Smith tipe I, AO tipe AI-III). Tipe II, shear-fractur
dari sendi (Barton, reverse Barhon, AO tipe BI-III). Tipe III fraktur kompresi dari sendi dengan
impaksi dari subkonral serte keterlibatan dari kolum radial, (Mayo tipe II, AO tipe C1-2) Tipe
IV fraktur avulsi serta rislokasi radiocarpal serta ligament, termasuk juga fraktur styloid radial.
Tipe V kombinasi fraktur yakni kompresi, shear, avulsi, atau bone loss. Biasanya juga
dikarenakan dengan high-energy injury (AO ti.pe C3)

e. Klasifikasi AO

Merupakan klasifikasyang paling sering digunakan. Dipublikasikan pertama tahun 1986 dan
direvisi 1990. Ada 3 tipe dasar yakni A,B, dan C. Tipe merupakan fraktur ekstra-articular, tipe
B fraktur intra-articular parsial dan tipe C fraktur intara-articular komplit. Perlu diperhatikan
untuk fraktur tipe B, dimana sebagian articular masih tersisa di metafisis dan tipe C sudah tidak
ada uang tersisi di metafisis. Subtype dari klasifikasi ini mencapai 27 yang merupakan
penjabaran dari ke 3 tipe dasar tersebut, namun untuk bagian distal hanya 9 klasifikasi.

Tata Laksana

Semua pasien dengan radius distal fraktur umumnya selalu ditangani dengan reposisi tertutup
dan imobilisasi dengan gyps/cast, kecuali pasien dengan open fraktur ataupun kondisi fragmen
fraktur yang tidak memenuhi kriteria acceptable.

Jika fraktur stabil dan hasil reduksi baik, maka tidak diperlukan tindakan operasi lanjutan. Jika
fraktur dinilai tidak stabil, dinilai dari pergeseran (displaced) dari fragmen setelah dilakukan
tindakan reduksi tertutup, maka dapat dipertimbangkan tindakan operatif.

Bila di tinjau secara biomekanik saat terjadinya trauma, sisi volar dari radius distal mengalami
kompresi yang lebih besar bila di bandingkan dengan sisi volar. Oleh karena itu, tahap awal
untuk mendapatkan reduksi yang stabil yaitu dengan cara mengoptimalisasi fiksasi pada volar
cortex, pada kasus dengan fraktur kominutif pada sisi dorsal maka hal yang penting untuk di
perhatikan yaitu reposisi secara akurat aposisi dari korteks volar nya.

Tindakan Non Operatif


Semua fraktur harus dilakukan reduksi tertutup, jika diperlukan juga. Reduksi fraktur
membantu untuk mengurangi bengkak setelah fraktur, memberikan penghilang rasa sakit, dan
mengurangi kompresi pada saraf median.

Imobilisasi cast/gyps, diindikasikan untuk :

 Nondisplaced atau patah tulang radius dengan pergeseran minimal.


 Displaced fraktur dengan pola fraktur yang stabil diharapkan dapat sembuh dalam posisi
radiologi yg acceptable/dapat diterima.
 Dapat juga digunakan blok hematom dengan menggunakan analgetik, berupa lidocain,
ataupun juga berupa sedasi.

Teknik reduksi tertutup :

 Fragmen distal pada posisi hyperekstensi.


 Traksi dilakukan untuk mengurangi pergeseran pada bagian distal terhadap proksimal
fragmen, dengan melakukan penekanan pada distal radius.
 Kemudian dilakukan pemasangan gyps (cast), dengan pergelangan tangan dalam posisi
netral dan sedikit fleksi.
 Posisi ideal lengan, durasi imobilisasi, dan cast yang digunakan, apakah long arm cast,
ataupun short arm cast, masih kontroversial, tidak ada studi prospektif yang telah
menunjukkan keunggulan satu metode di atas yang lain.
 Fleksi pergelangan tangan yang ekstrim harus dihindari, karena meningkatkan tekanan
karpal kanal (dan kompresi saraf median) serta kekakuan jari tangan. Fraktur yang
membutuhkan pergelangan tangan fleksi ekstrim untuk mempertahankan reduksi
mungkin memerlukan fiksasi operatif.
 Gips harus dipakai selama kurang lebih 6 minggu atau sampai sudah terlihat proses
penyembuhan dari radiologi. Pemeriksaan radiologi juga Sering diperlukan untuk
mendeteksi hilangnya reduksi.
Operatif

Indikasi :

 Cedera energi tinggi


 Kehilangan reduksi
 rtikular kominutif, step-off, atau gap
 Metaphyseal kominutif atau adanya bone loss (bagian fragmen tulang yang hilang)
 Kehilangan dinding penopang bagian volar disertai pergeseran (displaced)
 Terganggunya posisi DRUJ (Distal Radial Ulnar Joint).

ORIF (Fiksasi Interna dengan Plate & Screw)

Fiksasi dengan plate adalah tindakan primer untuk fraktur yang tidak stabil dari volar dan
medial kolum dari distal radius. Distal radius plate dikategorikan berdasarkan lokasi dan tipe
dari plate. Lokasinya bisa dorsal medial, volar medial dan radial styloid.

Prinsip dari penanganan radius distal adalah mengembalikan fungsi dari sendi pergelangan
tangan (wrist joint). Plate yang konvensional dapat digunakan buttress ataupun neutralization
plate, plate dengan locking screw juga kini sering digunakan, umumnya untuk tulang yang
sudah mengalami pengeroposan (osteoporosis).
Pinning Perkutaneus

 Pinning secara perkutan : ini terutama digunakan untuk fraktur ekstraartikular atau dua
bagian fraktur intraartikular.
 Ini dapat dicapai dengan menggunakan dua atau tiga buah Kirschner wire ditempatkan
pada lokasi fraktur, umumnya dari styloid radial, diarahkan proksimal dan dari sisi
dorsoulnar dari fragmen radial distal diarahkan proksimal.
 Pinning perkutan umumnya digunakan untuk melengkapi short arm cast atau fiksasi
eksternal. Pin dapat dicabut 3 sampai 4 minggu setelah operasi, dengan tambahan gyps
dipertahankan 2 sampai 3 minggu.
Fiksasi Eksterna;

 Penggunaannya telah berkembang dalam popularitas didasarkan pada studi yang


menghasilkan tingkat komplikasi yang relatif rendah.
 Spanning fiksasi eksternal Ligamentotaxis digunakan untuk mengembalikan panjang
radial dan kecenderungan radial, tapi jarang mengembalikan palmar tilt.
 Fiksasi eksternal saja mungkin tidak cukup stabil untuk mencegah beberapa derajat
kolaps dan hilangnya palmar tilt selama penyembuhan.
 Overdistraksi harus dihindari karena dapat menyebabkan jari kaku dan dapat diakui oleh
peningkatan jarak interkarpal pada fluoroskopi intraoperatif.
 Pin dapat di remove pada 3 sampai 4 minggu, meskipun sebagian besar
merekomendasikan 6 sampai 8 minggu fiksasi eksternal.

Fiksasi Ajuvan

Tambahan graft mungkin autograft, allograft, ataupun synthetic graft. Ajuvan Kirschner kawat
fiksasi dapat membantu untuk fragmen yang lebih kecil.

Arthroskopi

Fraktur yang dapat mengambil manfaat paling banyak dari Arthroskopi ajuvan adalah :

 Fraktur artikular kompleks tanpa metaphyseal kominusi, terutama fraktur dengan


fragmen impaksi central
 Fraktur radius distal dengan cedera TFCC (Triangular Fibrocartilage Complex)
Daftar Pustaka
1. Solomon Louis, Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9th Edition. Liverpool.
UK
2. Drake, Richard L. Gray’s Anatomy for Students. Elsevier
3. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, ed revisi, EGC. Jakarta: 1998.
pp.1138-96
4. Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar:
2007. pp. 352-489
5. Mangunsudirejo RS. Fraktur, penyembuhan, penanganan, dan komplikasi, buku 1. Edisi
1. Semarang: 1989
6. Wadsten, Mats. Distal Radius Fractures Aspects on Radiological and Clinical
Outcome and Evaluation of A New Classification System. Umea University 2016
7. AAOS Guideline on The Treatment of Distal Radis Fractures. 2009
8. Shin, E. K. Current Concepts in the Management of Distal Radius Fractures. 2007
9. Ipaktchi, Kyros. Current Concepts in the Treatment of Distal Radial Fractures. 2013
10. Krishnan, Jegan. Distal Radius Fractures in Adults. 2002
11. Wolfe, Scott W. Distal Radius Fractures, Chapter 17. 2009

Anda mungkin juga menyukai