Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika ada pertanyaan tentang apa yang kita teliti, maka jawabannya
berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Secara teoritis variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu atribut
atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti
melakukan penelitian tanpa adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga
yang menyebabkan kita lupa mengenai apa dan seperti apa variabel serta apa saja
jenis variabel dalam penelitian itu. Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan
itulah sebabnya mengupas dengan benar variabel akan menjadi suatu hal yang
sangat penting.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Definisi Variabel dalam suatu penelitian ?
2. Berapa jenis variabel yang ada ?
3. Bagaimana Pengukuran variabel?
4. Bagaimana korelasi antar variabel?

C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian
2. Menjelaskan definisi variabel dan penggunaannya di dalam penelitian
3. Menolong dalam mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data
nantinya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Pengertian Variabel


Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai
kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau
diobservasikan dalam suatu penelitian. Selain itu, beberapa ahli lainnya
menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi
obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian tersebut, dapat dijelaskan
bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa
atau gejala yang diteliti.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya
ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis
suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi,
dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta
sempitnya panelitian yang akan digunakan
Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya
mudah diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-
variabe dalam ilmu sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara
realita. Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu
diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara
operasional.

B. VARIABEL PENELITIAN
1. Pengertian
Pemahaman terhadap variabel dan hubungan antar variabel merupakan
salah-satu kunci penting dalam penelitian kuantitatif. Posisi variabel yang senteral
menempatkannya sebagai dasar dari semua proses peneltian; mulai dari
perumusan masalah, perumusan hipotesis, pembuatan instrumen pengumpul data,

2
sampai pada analisisnya. Sehubungan dengan posisi penting ini, variabel menjadi
penting artinya untuk menentukan bermutu-tidaknya suatu hasil penelitian.
Secara leksikal, istilah variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat
beragam (bervariasi). Arti kata ini menunjukkan bahwa variabel merupakan
sesuatu yang di dalamnya terdapat atribut-atribut, unit-unit, dimensi-dimensi atau
nilai-nilai yang beragam. Kerlinger mendefinisikan variabel sebagai ‘suatu sifat
yang dapat memiliki bermacam nilai”, atau “simbol/lambang yang padanya
dilekatkan bilangan atau nilai”.
Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu konsep, yaitu konsep yang
bersifat khusus yang mengandung variasi nilai. Banyak ahli yang menyebutnya
dengan konsep variabel. Yang dimaksud dengan konsep variabel di sini adalah
konsep yang bersifat observatible, maksudnya konsep yang sudah sangat dekat
dengan fenomena-fenomena atau obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep
variabel itu merupakan sebutan umum yang mewakili semua atribut, dimensi atau
nilai yang perlu diamati. Karena itu tidak semua konsep disebut variabel, karena
masih terdapat konsep-konsep yang tidak mengandung memenuhi ciri seperti itu.

2. Variabel Kategori dan Dimensi


Sebagai konsep yang mengandung nilai, variabel dapat dikelompokkan
pada variabel kategori dan variabel dimensi. Kedua jenis variabel ini dapat
dijelaskan sebagai berikut;
 Variabel kategori adalah konsep yang memiliki beberapa gejala yang dapat
dibedakan satu sama lain berdasarkan label, atribut atau unsur formal dari
gejala itu. Variabel kategori adalah variabel mengandung nilai-nilai yang
tidak dapat diutarakan dalam bentuk angka, tetapi dalam bentuk kategori-
kategori. Karena itu, variabel ini disebut juga variabel kualatitatif.
Included terms atau idividu-individu yang terdapat pada konsep itu
dikelompokkan berdasarkan ciri tertentu, tanpa melihat peringkatnya. Jadi,
pada dasarnya tidak ada kelebihan peringkat nilai satu sub-himpunan dari
sub-himpunan lainnya. Mengkategorisasikan berarti menempatkan suatu
obyek ke dalam sub-himpunan, sebagai bagian dari himpunan. Karena itu,

3
individu-individu yang termasuk dalam sub-kategori hanya mungkin
dihitung secara nominal, dan perbedaan antara satu sama lain hanya karena
ciri atributnya (bukan harganya). Contoh variabel kategori ini adalah jenis
kelamin (memiliki dua gejala; laki-laki dan perempuan).
Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang paling baik adalah konsep
dimensi. Alasannya, adalah karena 1) konsep dimensi dapat diterapkan
untuk semua budaya, dan 2) konsep dimensi akan menghasilkan data
berbentuk skala sehingga lebih mungkin untuk dianalisis dengan metode-
metode statistik yang lebih akurat. Hal ini bukan berarti konsep kategori
tidak berguna, sebab konsep ini juga masih dapat dianalisis dengan
statistik non-prametrik dengan hasil perhitungan kasar atau dapat juga
diubah dengan cara-cara tertentu menjadi konsep dimensi.

3. Jenis-Jenis Variabel
a. Variabel Dependen
Variabel Dependen atau variabel tidak bebas adalah kondisi atau
karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi,
pengubah atau pengganti variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini
dipengaruhi oleh variabel lain.
b. Variabel Independen
Variabel Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau
karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk
menerangkan hubungan-hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Menurut
fungsinya variabel ini mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh
dalam variabel lain.
c. Variabel intervening
Variabel intervening Yaitu variabel yang berfungsi menghubungkan
variabel satu dengan variabel lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat
ataupun pengaruh atau terpengaruh. Variabelini merupakan variabel
penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen,

4
sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau
timbulnya variabel dependen.
d. Variabel Moderator
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi, memperkuat dan
memperlemah hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel
tersebut juga sebagai variabel independen ke dua.
e. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang membatasi atau mewarnai variabel
moderator. Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama
yang berkaitan dengan variabel moderator dan bebas, ia juga berpengaruh
terhadap variabel tergantung.
f. Variabel acak atau random
Variabel acak atau random yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan
dan pengaruhnya dapat tidak diperhatikan terhadap bebas maupun tergantung.

C. PENGUKURAN VARIABEL
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala
Pengukuran, yaitu
1. Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang
mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota
himpunan yang lain.
Misalnya :
 Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
 Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
 Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
 Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
 Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.

5
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau
Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah.
Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu
mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang
lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang
lain.

2. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan –
tingkatan. Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut
rangking, urutan, pangkat atau jabatan. Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat
diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke
variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah
nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :
 Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
 Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
 Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III.
Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I
dan Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa
menentukan secara pasti besarnya perbedaan keparahan itu.
 Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak
Setuju.

3. Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu
dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.
Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu
dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti.

6
Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya
pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya
Tidak Dapat Dibandingkan secara Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi
Nilai pada Skala Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK
Absolut).
Contoh :
 Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas
lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa
suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius.
Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut (=00Celcius tidak
berarti Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).
 Tingkat Kecerdasan,
 Jarak, dsb.

4. Skala Rasio = Skala Perbandingan


Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga
variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak (Mempunyai nilai NOL
ABSOLUT).
Misalnya :
 Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan
mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga
dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan
120 cm.
 Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama
sekali denyut nadinya.
 Berat Badan
 Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal
berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang
rinci. Skala ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan

7
nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki skala ordinal dan
nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala nominal.
Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya
transformasi skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi
ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan
agar dapat menerapkan metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki
skala data dalam bentuk ordinal atau nominal.
Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval
atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy
Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki – laki dan
2 untuk perempuan tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai /
hanya kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak
dari laki – laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori
huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan
analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).

5. Korelasi antar Variabel


Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu :
1. Korelasi Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi
tidak ada mekanisme pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing bersifat
mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :
 Kebetulan.
Misalnya : Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
 Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang sama (Sebagai akibat dari
Variabel Bebas)
Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya
merupakan variable terikat dari variable bebas yaitu “Pertumbuhan”.
 Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama.

8
Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan
kontraksi otot ; Keduanya merupakan indikator “Kemampuan” Kontraksi
Otot.
2. Korelasi Asimatris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable
yang satu bersifat mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas dan Variable
Terikat )
Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan
arterosklerosis.
3. Korelasi Timbal Balik
Adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling pengaruh –
mempengaruhi.
Contoh :
Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi.
Malabsorbsi akan mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi
mengakibatkan atrofi selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan
malabsorbsi.

6. PARADIGMA
1. Paradigma penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan
bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai
landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok
yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999:
12-13). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan
juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang
akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di
antaranya:

9
Jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan
pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan
yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang
dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada
pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan
Jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas
dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih
tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail
khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik
digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti
dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.
Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation.
Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau
sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai
keunggulan-keunggulan.
Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi
bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, den hubungan gejala bersifat kausal
(sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan
kepada beberapa variable saja.
Pola hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya
disebut paradigma penelitian. Jadi paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola
pikir yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti yang
sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan
jumlah hipotesis, dan teknik analisa statistik yang akan digunakan. Berdasarkan
hal ini maka bentuk-bentuk paradigm atau model penelitian kuantitatif khususnya
untuk penelitian survey seperti gambar berikut:

2. Paradigma Sederhana
Paradigma sederhana ini terdiri atas satu variable independen dan
dependen. Hal ini dapat digambarkan seperti:

10
X: Kualitas Guru Y: Pretasi Belajar Murid
Berdasarkan paradigm tersebut, maka dapat ditentukan:
a. Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
 Rumusan masalah deskriptif (dua)
Bagaimana X? (Kualitas guru)
Bagaimana Y? (Prestasi belajar murid)
 Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)
Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas
barang yang dihasilkan.
 Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan
prestasi belajar.
b. Hipotesis dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis
asosiatif (hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).
 Dua hipotesis deskriptif: (jarang dirumuskan dalam penelitian)
Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah
mencapai 70% baik
Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99%
dari yang diharapkan
 Hipotesis asosiatif: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara
kualitas media pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan
meningkat pada gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan
apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana
sampel tersebut diambil)
c. Teknik analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan
mudah ditentukan teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan
menguji hipotesis.
 Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio,
maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel.

11
 Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau
ratio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment (lihat
pedoman umum memilih teknik statistic untuk pengujian hipotesis).

3. Paradigma Sederhana Berurutan


Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya
masih sederhana.
X1 = kualitas input
X2 = kualitas proses
X3 = kualitas output
Y = kualitas outcome
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu variabel
independen dengan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari
hubungan antar variabel (X1 dengan X2; X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut
digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui
persamaan regresi Y atau X3, dengan persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan
contoh 1 tersebut , dapat dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan
asosiatif.

4. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen


Dalam paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen.
Dalam paradigm ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat rumusan
masalah asosiatif (tiga korelasi sederhana dan satu korelasi ganda). Perhatikan
gambar.
X1 = Kompetensi Guru;
X2 = Lingkungan sekolah;
Y = Prestasi belajar murid;
Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu
variabel dependen Y. Untuk mencari hubungan X1 dangan Y dan X2 dengan Y,
menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2
secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

12
5. Paradigma Jalur
Paradigma jalur. Teknik analisis statistic yang dipergunakan
dinamakan path analysis (analisis jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan
korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel
dependen terakhir, harus lewat jalur langsung, atau melaluivariabel intervening.
Dalam paradigma itu terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam
rumusan masalah hubungan.
Paradigma penelitian gambar diatas dinamakan paradigma jalur, karena
terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan adanya
variabel antara lain, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk
mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung ke
sasaran akhir.
Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status sosial tertentu
X1, tidak bisa langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33)
tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru
dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila murid mempunyai IQ yang
tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai prestasi (Y) dengan r = 0,57.
Contoh tersebut diberikan oleh Kerlinger.
Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain cukup banyak, dan contoh-
contoh yang diberikan terutama dikaitkan dengan teknik statistic yang dapat
digunakan. Teknik statistik yang bersifat menguji perbedaan tidak tercermin pada
paradigma yang telah diberikan, tetapi akan lebih tampak pada paradigma
penelitian dengan metode eksperimen. Dalam eksperimen misalnya akan dapat
diuji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan produktivitas kerja
antara lembaga yang dipimpin pria dengan wanita.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
2007).

Berdasarkan hubungannya variabel dibagi menjadi enam yaitu variabel


dependen atau variabel tidak bebas Variabel Independen atau variabel bebas,
variabel intervening, variabel moderator, variabel control, variabel acak atau
random. Sedangkan korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu : korelasi simetris,
korelasiasimatris, korelasi timbal balik dan Yang tidak kalah penting dalam
bagian ini adalah paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan
perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga
menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria
pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.

Paradigma terdiri dari paradigma sederhana, paradigma sederhana


berurutan, paradigma ganda dengan dua variabel independen, paradigma ganda
dengan tiga variabel independen, paradigma ganda dengan dua variabel dependen,
paradigma ganda dengan dua variabel independen dan dua dependen, paradigma
jalur.

Jadi memang bagi seorang peneliti, variabel sangatlah penting, kerena


bagaimanapun keberhasilan penelitian seseorang ditentukan oleh pemilihan
variabel yang tepat bagi penelitiannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi PenelitianKedokteran dan


Kesehatan,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta,2002.
Kenglinger, Fred, N, Foundation of Behavioral Research, Holt, Renehart,1973.
Kidder Loiuse. Research Methods Instrument Social Relation, Holt Rinehart and
Winston, 1981.
Sogiyono. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2009.
Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2011.
Susan Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative
Research; Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno Hadi. Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986.
Statistik, Jilid 2, 3, UGM, 1986.

15

Anda mungkin juga menyukai