Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KONSEP TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi


Penih terdiri dari jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua
permukaan yaitu permukaan posterior penis teraba lunak (dekat uretra) dan
permukaan dorsal. Jaringan erektil penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal,
yaitu sepasang korpus kavernosum dan sebuah korpus spongiousum di bagian
tengah. Ujung penis disebut glans. Glans penis ini mengandung jaringan erektil
dan berlanjut ke korpus spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis berlipat,
yang dapat ditarik ke proksimal disebut prepusium (kulit luar), prepusium ini
dibuang saat dilakukan pembedahan (sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai
penetrasi. Penetrasi pada wanita memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat
serviks uterus.

B. Pengertian Phomisis
Fimosis (Phimosis) merupakan salah satu gangguan yang timbul pada organ
kelamin bayi laki-laki, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana
kulit kepala penis (preputium) melekat pada bagian kepala (glans) dan
mengakibatkan tersumbatnya lubang di bagian air seni, sehingga bayi dan anak
kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini dibiarkan dimana muara saluran
kencing di ujung penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunat.
Tindakan ini dilakukan dengan membuka dan memotong kulit penis agar
ujungnya terbuka.
Fimosis adalah keadaan kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala
penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air kemih, sehingga bayi
dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing. Sebenarnya yang berbahaya
bukanlah fimosis sendiri, tetapi kemungkinan timbulnya infeksi pada uretra kiri
dan kanan, kemudian ke ginjal. Infeksi ini dapat menimbulkan kerusakan pada
ginjal.
Merupakan kondisi penis dengan kulit yang melingkupi kepala penis tidak
bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis. Preputium
terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan
belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat
pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian
lubang untuk berkemih yang terbuka.
Fimosis bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir maupun didapat. Fimosis
kongenital terjadi apabila kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis
dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya
usia serta diproduksinya hormone dan faktor pertumbuhan, terjadi proses
keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapir bagian
dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis.

C. Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di anatara
kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup
menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal.
Penyebabnya, bisa dari bawaan dari lahir atau didapat, misalnya kerena infeksi
atau benturan.
Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang
begitu sukar sehingga kulit preputium menggelembung seperti balon. Bayi/anak
sering menangis keras sebelum urin keluar. Keadaan demikian lebih baik segera
disunat, tetapi kadang orangtua tidak tega karena bayi masih kecil. Untuk
menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lubang preputium dengan cara
mendorong ke belakang kulit preputium tersebut dan biasanya akan terjadi luka.
Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut
dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter,
selanjutnya dirumah orangtua sendiri diminta melakukannya seperti yang
dilakukan dokter (pada orang barat sunat dilakukan pada seorang bayi laki-laki
ketika masih dirawat/ketika baru lahir). Tindakan ini dimaksudkan untuk
kebersihan/mencegah infeksi karena adanya smegma, bukan karena keagamaan).
Tingkat higienitas alat kelamin yang buruk peradangan kronik glans penis dan
kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit
preputium (forceful retraction). Pada fimosis kongenital umumya terjadi akibat
terbentuknya jaringan parut di prepusium yang biasanya muncul karena
sebelumnya terdapat balanopostitis. Apapun penyebabnya, sebagian besar fimosis
disertai tanda-tanda peradangan penis distal.
Sedangkan fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir biasanya terjadi karena
ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan prepusium menjadi melekat pada glans penis, sehingga sulit ditarik
ke arah proximal. Apabila stenosis atau retraksi tersebut ditarik dengan paksa
melewati glans penis, sirkulasi glans dapat terganggu hingga menyebabkan
kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau biasa disebut parafimosis.

D. Tanda dan Gejala


1. Penis membesar dan menggelembung ujung kemaluan akibat tumpukan urin.
2. Kadang-danag keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat
mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal
tersebut disebakan oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan
dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis seblum keluar
melalui muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa
sakit.
4. Kulit penis tak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan
5. Air snei keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang
memancar dengan arah yang tidak diduga.
6. Bisa juga disertai dengan demam.
7. Iritasi pada penis.

E. Komplikasi
1. Nyeri saat berkemih
Hal tersebut disebabkan oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan
dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar
melalui muara yang sempit.
2. Penumpukan sekret dan smegma dibawah preputium yang kemudian terkena
infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
3. Retensi urin
Fimosis dapat menyebabkan gangguan aliran urine berupa sulit BAK,
pancaran urine mengecil dan deras menggelembungnya ujung preputium penis
pada saat miksi dan pada akhirnya dapat menimbulkan retensi urin
4. Parafimosis
Merupakan upaya untuk menarik preputium kebelakang batang penis, terutama
yang berlebihan, namun gagal untuk mengembalikan kedepan, dapat menjepit
penis sehingga menimbulkan bendungan aliran darah dan pembengkakan
(edema) glans penis.
5. Ballonitis
Prepusium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran urine yang
tidak diimbangi besarnya lubang di ujung prepusium.
6. Kanker penis
Hal ini disebabkan karena smegma (cairan yang berbau menyerupai keju yang
terdapat di kulit depan glans penis) tidak dibersihkan sampai bersih.

F. Penatalaksaan
1. Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada
penderita fimosis. Hal ini disebabkan karena akan menimbulkan luka dan
terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Fimosis
yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan salep
deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah
pemberian selama 6 minggu, prepusium dapat retraksi spontan.
2. Bila fimosis tidak menimbulkan ketidaknyamanan dapat diberikan
penatalaksanaan non-operatif, misalnya seperti pemberian krim steroid topikal
yaitu betamethasone selama 4-6 minggu pada daerah glans penis.
3. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung
prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi positif
merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau
positif harus diberi antibiotika dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi.
4. Fimosis yang harus ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat
obstruksi dan balanopositif. Bila ada balanopositif, sebaiknya dilakukan
sayatan dorsal terlebih dahulu yang disusul sebaiknya dilakukan sayatan dorsal
terlebih dahulu yang disusul dengan sirkumsisi sempurna setelah radang
mereda.
5. Secara singkat teknik operasi sirkumsisi dapat dijelaskan sebagian berikut :
Setelah penderita diberi narkose, penderita di letakkan dalam posisi supine.
Desinfeksi lapangan pembedahan dengan antiseptik kemudian dipersempit
dengan linen steril. Preputium di bersihkan dengan cairan antiseptik pada
sekitar glans penis. Preputium di klem pada 3 tempat. Preputium di gunting
pada sisi dorsal penis sampai batas corona glandis. Dibuat teugel pada ujung
insisi. Teugel yang sama dikerjakan pada frenulum penis. Preputium kemudian
di potong melingkar sejajar dengan korona glandis. Kemudiannkulit dan
mukosa dijait degan plain cut gut 4.0 atraumatik interupted.
Penatalaksanaan fimosis yang dapat dilakukan terbagi menjadi dua, yakni
secara medis dan secara konservatif yaitu :
1. Penatalaksaan secara medis
a. Dilakukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh
bagian kulit preputium).
b. Dilakukan tindakan teknik bedah prepuioplasty (memperlebar bukaan
kulit preputium tanpa memotongnya).
2. Penatalaksanaan secara konservatif
Cara menjaga kebersihan pada fimosis adalah dengan menjaga kebersihan
dan penis. Yaitu :
a. Bokong
Area bokong sangat mudah terkena masalah karena sering terpapar
dengan popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan
kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau tinja,
maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya, akan timbul gatal-
gatal dan merah di sekitar bokong. Meski tidak semua bayi
mengalaminya, namun pada eberapa bayi, gatal-gatal dan merah
dibokong cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting
adalah mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut:
 Jangan gunakan diapers sepanjang hari.
 Jangan berganti-ganti merek diapers
 Lebih baik gunakan popok kain.
 Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka.
 Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam
1-2 hari atau lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi
dokter.
b. Penis
Tindakan yang sebaiknya dilakukan pada area penis adalah sebagai
berikut :
 Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat
menggunkan kassa. Membersihkannya harus sampai selangkangan,
jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari atas ke bawah dengan
satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
 Setiap selesai BAK, popok selalu diganti-ganti agar kondisi penis
tidak iritasi.
 Memberikan salep kortikoid 2 kali perhari selama 20-30 hari. Terapi
ini tidak dianjurkan bagi bayi dan anak-anak yang masih memakai
popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.

G. Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir, karena terdapat adesi
alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai usia 3-4 tahun, penis
tumbuh dan berkembang. Debris yang dihasilkan oleh epitel preputium
(smegma) mengumpul di dalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan
preputium dengan glans penis. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa preputium
dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di
dalamnya.
Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi
perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke arah
proksimal. Pada usia 3 tahun, 90% preputium sudah dapat diretraksi. Pada
sebagian anak, preputium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung
preputium mengalami penyimpangan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi
miksi.
Biasanya anak menangis dan pada ujung penis tampak meggelembung. Air
kemih yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah
yang tidak dapat diduga. Kalau sampai terjadi infeksi, anak akan menangis
setiap buang air kecil dan dapat pula disertai demam. Ujung penis yang
tampak menggelembung disebabkan oleh adanya penyempitan pada ujung
preputium karena terjadi perlengketan dengan glans penis yang tidak dapat
ditarik ke arah proksimal. Adanya penyempitan tersebut menyebabkan terjadi
gangguan aliran urin pada saat miksi. Urine terkumpul di ruang antara
preputium dan glans penis, sehingga ujung penis tampak menggelembung.

H. Pathway Fimosis

Fimosis Etiologi Fomisis didapat


kongenital misalnya
infeksi atau
Diagnosa benturan

Fimosis
1. Kulit penis 2. bayi atau anak
tidak bisa sukar berkemih
ditarik ke arah Gejala
pangkal 4. bayi sering
3. penis menangis
mengejang atau sebelum urin
buang aie kecil
6. timbul
5. Preputium
infeksi
menggelembung

Penatalaksanaan

Secara medis : Secara konservatif:


1. Salep deksamethason 0.1% 1. Menjaga lebersihan bokong
yang dioleskan 3-4 kali sehari. (jangan memakai pampers).
2. Tindakan sirkumsisi
2. Menjaga kebersihan penis
3. Teknik bedah lainnya seperti (sebaiknya setelah BAK, penis
preputioplasty (memperlebar dibersihkan dengan air hangat,
bukaan kulit preputium tanpa menggunakan kassa.)
memotongnya.

Anda mungkin juga menyukai