Anda di halaman 1dari 13

A.

Judul
Regenerasi
B. Tujuan
Memahami konsep-konsep perkembangan pada hewan dewasa, regenerasi, dan
proses regenerasi
C. Alat dan Bahan
Alat:
1. Papan seksi
2. Mistar
3. Cutter
4. Pinset
Bahan :
1. 4 ekor ikan cupang
2. Air kolam
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tandai ikan yang dijadikan sebagai ikan control, ikan 1, ikan 2, dan ikan 3
3. Ambil ikan 1 dan letakkan diatas apapan seksi, ukur panjang ekor sebelum
dipotong, lalu potong secara vertical kemudian ukur kembali panjang ekor
setelah dilakukan pemotongan
4. Perlakukan ikan 2 dan ikan 3 seperti ikan 1, dengan cara pemotongan miring
tehadap ikan 2, dan bentuk v terhadap ikan 3, sedangkan untuk ikan sebagai
variable control tidak dilakukan pemotongan, hanya pengukuran saja

kontrol vertikal

Miring Bentuk V

5. Amati dan ukur panjang ekor keempat ikan tersebut setiap 2 hari
6. Catat pertambahan ekor ikan setiap 2 hari
E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
a. Tabel Pengamatan Ikan Cupang (Peroksis elongata) sebelum dan
setelah pemotongan

Panjang Setelah
NO Jenis Perlakuan Panjang Awal
Dipotong

1 Kontrol 2,2 cm 2,2 cm

2 Vertikal 1 cm 0,5 cm

3 Miring 1,1 cm 0,5 cm

4 Bentuk V 2,3 cm 0,7 cm

b. Tabel Pengamatan Ikan Cupang (Peroksis elongata) setiap dua hari

Panjang Ikan Cupang Yang Dipotong


No Tanggal
Kontrol Vertikal Miring Bentuk V

1 5/1/2017

2,2 cm 0,6 cm 0,6 cm 0,8 cm


2 7/1/2017

2,4 cm 0,7 cm 0,7 cm 0,9 cm

3 9/1/2017

2,5 cm 0,8 cm 0,8 cm 1 cm

c. Analisis Data
a) Pengamatan panjang ekor ikan kontrol
Pengamatan:
Pengamatan ke-1 – ke-0 = 2,2 – 2,2 = 0 cm
Pengamatan ke-2 – ke-1 = 2,4 – 2,2 = 0,2 cm
Pengamatan ke-3 – ke-2 = 2,5 – 2,4 = 0,1 cm

Rata - rata pertambaha n panjang



 Pertambaha n panjang ekor ikan
ekor ikan kontrol 3
0  0,2  0,1

3
0,3
  0,1 cm/pengama tan
3

Laju regenerasi:
0,1
 0,0041
24 cm/hari

b) Pengamatan panjang ekor ikan yang dipotong secara vertical


Pengamatan
Pengamatan ke-1–ke-0 = 0,6 – 0,5 = 0,1 cm
Pengamatan ke-2 – ke-1 = 0,7 – 0,6 = 0,1 cm
Pengamatan ke-3 – ke-2 = 0,8 – 0,7 = 0,1 cm

Rata - rata pertambaha n panjang


ekor ikan verti kal


 Pertambaha n panjang ekor ikan
3

0,1  0,1  0,1



3
0,3
  0,1 cm/pengama tan
3

0,1
Laju regenerasi:  0,0041 cm/hari
24

c) Pengamatan panjang ekor ikan yang dipotong secara miring


Pengamatan
Pengamatan ke-1 – ke-0 = 0,6– 0,5 = 0,1 cm
Pengamatan ke-2 – ke-1 = 0,7– 0,6 = 0,1 cm
Pengamatan ke-3 – ke-2 = 0,8 –0,7 = 0,1 cm
Rata - rata pertambaha n panjang

 Pertambaha n panjang ekor ikan
ekor ikan dipotong miring 3

0,1  0,1  0,1



3
0,3
  0,1 cm/pengama tan
3

0,1
Laju regenerasi:  0,0041 cm/hari
24
d). Pengamatan panjang ekor ikan yang dipotong secara bentuk v
Pengamatan
Pengamatan ke-1 – ke-0 = 0,8 – 0,7 = 0,1 cm
Pengamatan ke-2 – ke-1 = 0,9 – 0,8 = 0,1 cm
Pengamatan ke-3 – ke-2 = 1 – 0,9 = 0,1 cm
Rata - rata pertambaha n panjang

 Pertambaha n panjang ekor ikan
ekor ikan secara bentuk V 3

0,1  0,1  0,1



3
0,3
  0,1
3

0,1
Laju regenerasi:  0,0041 cm/hari
24
2. Pembahasan
Setiap larva dan hewan dewasa mempunyai kemampuan untuk
menumbuhkan kembali bagian tubuh mereka yang secara kebetulan hilang
atau rusak terpisah. Kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang
hilang ini disebut regenerasi. Kemampuan setiap hewan dalam melakukan
regenerasi berbeda-beda. Hewan avertebrata mempunyai kemampuan
regenerasi yang lebih tinggi daripada hewan vertebrata (Majumdar, 1985).
Proses regenerasi terjadi ketika darah mengalir menutupi permukaan luka
di bawah scab. Sel epitel tersebut bergerak secara amoeboid. Pembentukan
blastema kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka dan proliferasi sel-
sel dideferensiasi secara mitosis. Proliferasi itu terjadi bersamaan dengan
dideferensiasi dan memuncak pada waktu blastema berukuran maksimal dan
setelahnya tidak dapat membesar lagi. Rediferensiasi sel-sel dideferensiasi
bersamaan dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema (Yatim, 1994 ).
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan
embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus menimbulkan
organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan
morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi paling
tidak ada satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan
embrio (Kimball, 1992).
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang
sangat bervariasi dari spesies ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing
tanah, udang, ikan, salamander dan kadal tidak mempunyai daya regenerasi
yang dapat meregenerasi seluruh organisme, melainkan hanya sebagian dari
organ atau jaringan organisme tersebut (Solang dan Lamondo, 2009).
Menurut Khaltoff (1996), regenerasi melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir lalu membeku
membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan
luka,di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari
dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat lebih
muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai berbagai jenis
jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya
lepas dan tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga
berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi, sehingga
dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan dan jaringan ikat.
Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti
membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka.
Scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel
diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan,
terutama di dinding kapiler darah. Proses saatnya nanti, sel-
sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secaras
erentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu
blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
Berdasarkan hasil pengamatan pada ikan cupang (Peroksis elongata)
diberikan empat perlakuan. Ikan pertama adalah ikan yang tidak dipotong dan
dijadikan sebagai kontrol. Ikan kedua adalah ikan yang ekornya dipotong
secara vertikal. Ikan ketiga adalah ikan yang dipotong secara miring, dan ikan
yang keempat adalah ikan yang ekornya dipotong secara bentuk V. dari
empat ikan yang diamati, diberi perlakuan berbeda-beda. Sebelum dilakukan
pengamatan, panjang ekor ikan di ukur terlebih dahulu, kemudian pengamatan
selanjutnya dilakukan selang dua hari dengan mengukur ekor ikan tersebut.
a. Pengamatan pada ikan pertama yaitu sebagai kontrol. Ikan ini
mengalami pertambahan panjang ekor setiap harinya. Pertambahan
panjang ekor ikan cupang memiliki rata-rata 0,1 cm. Sedangkan laju
regenerasi pada ikan cupang ini adalah 0,0041 cm setiap harinya.
b. Pengamatan ikan kedua yaitu dengan diberi perlakuan yakni ekor ikan
dipotong secara vertikal. Ikan cupang ini mengalami pertambahan
panjang ekor rata-rata 0,1 cm. Sedangkan laju regenerasi pada ikan
cupang ini adalah 0,0041 cm setiap harinya. Hal ini menandakan bahwa
rata-rata pertambahan panjang pada ekor ikan dan laju regenerasi pada
ikan yang dijadikan kontrol memiliki hasil yang sama. Akan tetapi,
proses regenerasi ikan ini juga belum sempurna karena bentuk ekor
ikan belum sama dengan ikan kontrol dan ukurannya belum kembali
keukuran semula.
c. Pengamatan ikan ketiga yaitu diberi perlakuan dengan memotong ekor
ikan secara miring. Ikan ini mengalami pertambahan panjang ekor rata-
rata 0,1 cm dan memiliki laju regenerasi 0,0041 cm setiap harinya. Hasil
pertambahan panjang rata-rata dan laju regenerasi ekor ikan ini sama
dengan ikan yang dijadikan sebagai control dan ikan yg ekornya
dipotong secara miring. Namun proses regenerasi ikan ini juga belum
sempurna karena bentuk ekor ikan belum sama dengan ikan kontrol dan
ukurannya belum kembali keukuran semula.
d. Pengamatan ikan keempat yaitu diberi perlakuan dengan memotong
ekor ikan secara bentuk V. Ikan ini memiliki pertambahan panjang ekor
disetiap harinya. rata-rata panjang ekor ikan adalah 0,1 cm. sedangkan
laju regenerasi ikan adalah 0,0041 cm disetiap harinya. Hasil
pertambahan panjang rata-rata dan laju regenerasi ekor ikan ini sama
dengan tiga ikan sebelumnya dan proses regenerasi ikan ini pun belum
sempurna karena bentuk ekor ikan belum sama dengan ikan kontrol dan
ukurannya belum kembali keukuran semula.
Data diatas menunjukkan bahwa laju regenerasi pada setiap ika cupang
yang diamati adalah sama yaitu 0,0041 setiap harinya.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa regenerasi merupakan kemampuan tubuh suatu organisme untuk
kembali ke keadaan semula, pada bagian tubuh yang rusak baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Laju regenerasi pada ikan cupang
yang diamati yaitu 0,0041 setiap harinya. Proses regenerasi ikan cupang
(Peroksis elongata) tergolong lambat karena butuh waktu lebih dari satu
minggu untuk dapat kembali ke bentuk atau ukuran semula pada ekor ikan
tersebut yang telah dipotong.
Daftar Pustaka

Kalthoff, K. 1996. Analysis of Biological Development. McGraw-Hall Inc, New


York.

Kimball, J.W. 1992. Biologi 2 Edisi 1. Erlangga, Jakarta.

Majumdar, N.N. 1985. Textbook of Vertebrate Embryology. McGraw-Hill Publishing


Company Limited, New Delhi.

Solang, M. dan Lamondo, D. 2009. Peningkatan Pertumbuhan dan Indeks


Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis Niloticus L.) Melalui Pemotongan
Sirip Ekor. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, Vol 19(3): 143-149.

Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.


HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Perkembangan Hewan dengan judul
“Regenerasi”, disusun oleh :
Nama : Citra Auliyah Thamrin
NIM : 1514041005
Kelompok : IX (Sembilan)
Kelas : Pendidikan Biologi A
telah diperiksa dan dinyatakan diterima oleh asisten dan koordinator asisten.

Makassar, 8 Januari 2016


Koordinator Asisten Asisten,

Ferry Irawan, S.Pd Ramli


NIM. 1214440004

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. H. Adnan, M.S.


NIP. 19650201 198803 1 003

Anda mungkin juga menyukai