Anda di halaman 1dari 39

TUGAS MAKALAH

Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pengembangan Pembelajaran Pendidikan


Matematika

“Perkembangan Kurikulum Matematika Sekolah, Perkembangan Pendekatan Pengajaran


Matematika Sekolah, KTSP dan Kurikulum 2013 yang Diperoleh Di Lapangan”

DOSEN PEMANGKU :

Dr. Hj. Zetriuslita, S.Pd., M.Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

Afif Norma Lidya (166410442)


Al Kurniasari (166411231)
Tria Wahyuni (166410074)

Kelas 5E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami
dapatmenyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini kami akan
membahas tentang “Perkembangan Kurikulum Matematika Sekolah, Perkembangan Pendekatan
Pengajaran Matematika Sekolah, KTSP dan Kurikulum 2013 Yang Diperoleh Di Lapangan”.
Kami juga berterima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Zetriuslita, S.Pd., M.Si selaku dosen mata kuliah
Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Matematika di
Universitas Islam Riau. Makalah ini disusun sebagai tambahan pengetahuan dan dapat menambah
wawasan kita.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru, 1 September 2018

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 . Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Perkembangan kurikulum matematika sekolah .................................................... 3
2.2 Perkembangan pendekatan pengajaran matematika sekolah .............................. 11
2.3 KTSP suatu sekolah yang diperoleh di lapangan ................................................ 16
2.4 Kurikulum 2013 yang diperoleh di lapangan...................................................... 19

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 35

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 35


3.2 Saran ................................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 36

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan
yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

Perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia tidak lepas dari perjalanan sejarah


kurikulum di atas, dimulai dengan matematika tradisional (sebelum tahun 1975), pembelajaran
matematika modern (Kurikulum 1975), pembelajaran matematika masa kini (Kurikulum 1984),
pembelajaran matematika pada Kurikulum 1994, pembelajaran matematika pada Kurikulum
Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) serta pembelajaran matematika pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006).

Pembelajaran matematika masa kini adalah pembelajaran era 1980-an. Hal ini merupakan
gerakan revolusi matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama
atau matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul
oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan.
Pembelajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir
seperti kalkulator dan komputer.

Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam


negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum
tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi,
perbedaan kemajuan. Pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan

1
antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak
lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana perkembangan kurikulum matematika sekolah?
2) Bagaimana perkembangan pendekatan pengajaran matematika sekolah?
3) Bagaimana KTSP suatu sekolah yang diperoleh di lapanagan?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Mengetahui bgaimana perkembangan kurikulum matematika sekolah.
2) Mengetahui perkembangan pendekatan pengajaran matematika sekolah.
3) Mengetahui KTSP suatu sekolah yang diperoleh di lapangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Perkembangan Kurikulum Matematika Sekolah


Perkembangan Pembelajaran Matematika di Indonesia sebagai mata pelajaran yang
mempunyai fungsi komunikasi, matematika dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
serta dapat juga digunakan untuk melayani berbagai disiplin ilmu, antara lain fisika, kimia dan
ekonomi. Dengan mempelajari matematika siswa diharapkan dapat mempunyai kemampuan yang
cukup handal untuk menghadapi berbagai macam masalah yang timbul di dalam kehidupan nyata.
Tujuan mempelajari matematika di sekolah adalah untuk memberikan tekanan pada penataan
nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan dalam
penerapan matematika. Hal ini juga bersesuaian dengan pendapat dari Soedjadi dalam Suyitno
(2000:12) yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan matematika untuk masa depan haruslah
memperhatikan (1) tujuan yang bersifat formal, yaitu penataan nalar serta pembentukan pribadi
anak, dan (2) tujuan yang bersifat material, yaitu penerapan matematika serta keterampilan
matematika.

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas dapat disadari begitu pentingnya
matematika dalam kehidupan maka tidak aneh jika pembelajaran matematika mengalami
perkembangan dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Adapun perkembangan pembelajaran
matematika di Indonesia adalah sebagai berikut.

1.1.1 Matematika Tradisional

Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri menyusun
program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib.
Pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Untuk pertama
kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan
dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya
(Subondo, 2009:1). Selain itu pembelajaran matematika tradisional di Indonesia juga mempunyai
ciri yang serupa dengan pembelajaran tradisional pada umumnya, seperti materinya materi lama,
lebih mengutamakan hafalan dari pada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung,
menekankan kepada bagaimana sesuatu itu dihitung dari, pada, kepada, mengapa, sesuatu itu

3
dihitung demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak dari pada kegunaannya, bahasa/
istilah/simbol yang dipergunakan tidak jelas (ambiguous), urutan operasi harus diterima tanpa
alasan, dan lain lain (Ruseffendi, 1990a:70).

1.1.2 Matematika Modern

Pembelajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975.


Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi, di
Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani senjata, rudal
dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Selain
itu penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W Brownell, J.P Guilford, J.S
Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain semakin memperkuat arus perubahan
model pembelajaran matematika. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus
merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan teori Gestalt yang muncul
sekitar tahun 1930, di mana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal atau yang sering disebut
drill adalah sangat penting dalam pembelajaran namun diterapkan setalah tertanam pengertian
pada siswa. Dua hal tersebut di atas mempengaruhi perkembangan pembelajaran matematika di
Indonesia, berbagai kelemahan pembelajaran matematika tradisional seolah nampak jelas,
pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurango adanya kontinuitas, kurang
merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan
pada kemajuan teknologi. Akhirnya pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat
menutupi kelemahan-kelemahan tersebut, munculah kurikulum 1975.

1.1.3 Kurikulum Matematika 1984

Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika


kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama atau matematika modern.
Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara
terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika
ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan
komputer. Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika
dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu
kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya

4
sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan
kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan
lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik.
Dan, CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam
kurikulum tersebut. Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial,
sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal lain yang
menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di
lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum
ini. Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-
hal sebagai berikut:

1. Guru supaya meningkatkan profesinalisme


2. Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan
komputer
3. Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan
4. Pengevaluasian hasil pembelajaran
5. Prinsip CBSA di pelihara terus

1.1.4 Kurikulum Tahun 1994

Kegiatan matematika internasional begitu marak di tahun 90-an. walaupun hal itu bukan
hal yang baru sebab tahun tahun sebelumnya kegiatan internasional seperti olimpiade matematika
sudah berjalan beberapa kali. Sampai tahun 1977 saja sudah 19 kali diselenggarakan olimpiade
matematika internasional. Saat itu Yugoslavia menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan
yang berhasil mendulang medali adalah Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang medali.
(tahun 2004 dalam olimpiade matematika di Athena, lewat perwakilan siswa SMU 1 Surakarta
atas nama Nolang Hanani merebut medali). Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi
lulusan yang kurang siap dalam kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam
menyelsaikan problem-probelm kehidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah pemerintah
berusaha mengembangkan kurikulum baru yang mampu membekali siswa berkaitan dengan
problem-solving kehidupan. Lahirlah kurikulum tahun 1994.

5
Dalam kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas, struktur
materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti komputer
semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam berbagai
pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun
tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian
menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu
menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.

1.1.5 Kurikulum tahun 2004

Setelah beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan kurikulum
1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru memberikan contoh, murid secara
individual mengerjakan latihan, murid mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah hanya kegiatan
rutin saja disekolah, sementara bagaimana keragaman pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam
mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian. Para siswa umumnya belajar tanpa ada
kesempatan untuk mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan kreatifitasnya. Jawaban
soal seolah membatasi kreatifitas dari siswa karena jawaban benar seolah-lah hanya otoritas dari
seorang guru. Pembelajaran seperti paparan di atas akhirnya hanya menghasilkan lulusan yang kurang
terampil secara matematis dalam menyelesaikan persoalah-persoalan seharai-hari. Bahkan pembelajaran
model di atas semakin memunculkan kesan kuat bahwa matematika pelajaran yang sulit dan tidak menarik.
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetesi.
Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut mempunyai tujuan
antara lain;

1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan,
konsistensi dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.

6
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui
pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

2.1.6 Kurikulum 2006

Pengembangan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan KTSP memperhatikan
pilar-pilar pendidikan yang berkembang di abad ini:

1. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. Belajar untuk memahami dan menghayati,
3. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
5. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (BSNP, 2006: 2)

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai
landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu
dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol,
tabel, diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang


mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal,
dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,
menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran
matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual
problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahapdibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah
diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau
media lainnya. Selain itu, perlu ada pembahasan mengenai bagaimana matematika banyak

7
diterapkan dalam teknologi informasi sebagai perluasan pengetahuan peserta didik. Berdasarkan
PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataanmatematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah

2.1.7 Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum 2013 bersifat sistemik, fleksibel, dan kontekstual. Dalam arti
bahwa: pertama, kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan akan saling tergantung dan
saling mempengaruhi terhadap komponen yang lainnya; kedua, kurikulum sebagai salah satu
komponen pendidikan dapat berubah dan/atau dirubah secara mudah sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan; dan ketiga, kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan harus dapat menjadi
instrumen penghubung antara konsep dan kenyataan. Kurikulum sebagai salah satu komponen
pendidikan memiliki keterkaitan yang signifikan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan yang
terdiri atas indikator input, proses, dan outcomes. Rangkaian logis hubungan antara kurikulum dan
pencapaian mutu pendidikan adalah: (1) adanya input yang memiliki kesiapan mental untuk
mempelajari berbagai kompetensi yang terdapat dalam kurikulum; (2) adanya proses pembelajaran
yang didukung dengan kurikulum, guru, buku pelajaran, dan peran orang tua; dan (3) adanya

8
outcomes yang berkualitas dan memenuhi standar sebagai produk dari rangkaian proses
sebelumnya.

Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai proses perubahan baik kognitif, afektif, dan
kognitif kearah kedewasaan sesuai dengan kebenaran logika. Ada beberapa karakteristik
matematika, antara lain :

1. Objek yang dipelajari abstrak.

Sebagian besar yang dipelajari dalam matematika adalah angka atau bilangan yang secara nyata
tidak ada atau merupakan hasil pemikiran otak manusia.

2. Kebenaranya berdasarkan logika.

Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran secara logika bukan empiris. Artinya
kebenarannya tidak dapat dibuktikan melalui eksperimen seperti dalam ilmu fisika atau biologi.
Contohnya nilai √-2 tidak dapat dibuktikan dengan kalkulator, tetapi secara logika ada jawabannya
sehingga bilangan tersebut dinamakan bilangan imajiner (khayal).

3. Pembelajarannya secara bertingkat dan kontinu.

Pemberian atau penyajian materi matematika disesuaikan dengan tingkatan pendidikan dan
dilakukan secara terus-menerus. Artinya dalam mempelajari matematika harus secara berulang
melalui latihan-latihan soal.

4. Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya.

Materi yang akan dipelajari harus memenuhi atau menguasai materi sebelumnya. Contohnya
ketika akan mempelajari tentang volume atau isi suatu bangun ruang maka harus menguasai
tentang materi luas dan keliling bidang datar.

9
5. Menggunakan bahasa simbol.

Dalam matematika penyampaian materi menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati dan
dipahami secara umum. Misalnya penjumlahan menggunakan simbol “+” sehingga tidak terjadi
dualisme jawaban.

6. Diaplikasikan dibidang ilmu lain.

Materi matematika banyak digunakan atau diaplikasikan dalam bidang ilmu lain. Misalnya materi
fungsi digunakan dalam ilmu ekonomi untuk mempelajari fungsi permintan dan fungsi penawaran.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka matematika merupakan suatu ilmu yang penting dalam
kehidupan bahkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini yang harus ditekankan kepada
siswa sebelum mempelajari matematika dan dipahami oleh guru. Perkembangan matematika,
bermula dari kepekaan serta kesadaran ataupunkepedulianmanusia untuk memahami fenomena-
fenomena empiris yang ditemui dalam kehidupan keseharian. Bermunculanlah konsep-konsep
dasar yang selanjutnya mengalamiperluasan (ekspansi), pembenaran (justification), pembenahan
serta generalisasi atau formalisasi. Konsep matematika disajikan dengan bahasa yang jelas dan
spesifik.Bahasa matematika (yang digunakan dalam matematika) sangat efisien dan merupakan
alat yang ampuh menyatakan konsep-konsep matematika,merekonstruksi konsep atau menata
suatu penyelesaian secara sistematis setelah terlaksananya eksplorasi, dan terutama untuk
komunikasi. Bahasa matematika initidak ambigu namunsingkat serta jelas. Hal ini sangat
diperlukan terutama terlihat dalammenyusun suatu definisi ataupun teorema.

Dengan belajar matematika diharapkan peserta didik dapat memperoleh manfaat berikut:

1. Cara berpikir matematika itu sistematis, melalui urutan-urutan yang teratur dan tertentu.
dengan belajar matematika, otak kita terbiasa untuk memecahkan masalah secara
sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata, kita bisa menyelesaikan setiap
masalah dengan lebih mudah
2. Cara berpikir matematika itu secara deduktif. Kesimpulan di tarik dari hal-hal yang bersifat
umum. bukan dari hal-hal yang bersifat khusus. sehingga kita menjadi terhindar dengan
cara berpikir menarik kesimpulan secara “kebetulan”.

10
3. Belajar matematika melatih kita menjadi manusia yang lebih teliti, cermat, dan tidak
ceroboh dalam bertindak.
4. Belajar matematika mengajarkan kita menjadi orang yang sabar dalam menghadapi semua
hal dalam hidup ini. Saat kita mengerjakan soal dalam matematika yang penyelesaiannya
sangat panjang dan rumit, tentu kita harus bersabar dan tidak cepat putus asa. jika ada
lamgkah yang salah, coba untuk diteliti lagi dari awal. jangan-jangan ada angka yang salah,
jangan-jangan ada perhitungan yang salah. namun, jika kemudian kita bisa mengerjakan
soal tersebut, ingatkah bagaimana rasanya? rasa puas dan bangga.( tentunya jika dikerjakan
sendiri)
5. Yang tidak kalah pentingnya, sebenarnya banyak penerapan matematika dalam kehidupan
nyata. Tentunya dalam dunia ini, menghitung uang, laba dan rugi, masalah pemasaran
barang, dalam teknik, bahkan hampir semua ilmu di dunia ini pasti menyentuh yang
namanya matematika.
2.2 Perkembangan pendekatan pengajaran matematika sekolah
2.2.1 Pendekatan Konsep dan Pendekatan Proses
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing
memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya.
Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi
fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
(http://smacepiring.wordpress.com). Pendekatan konsep adalah pendekatan yang
mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi
kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-
ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari
pengamatan dan pengalaman.(http://www.sribd.com). Pendekatan Konsep merupakan
suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi
kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

Contoh pendekatan konsep adalah sebagai berikut : Dalam suatu pembelajaran guru akan
mengajarkan materi tentang “ persamaan lingkaran yang berpusat di O(0,0) “. Pada awal
pembelajaran guru meemberikan konsep dasar tentang rumus persamaan lingkaran yang

11
berpusat di O(0,0) yaitu x² + y² = r². Siswa tidak diberikan penjelasan atau proses perolehan
rumus tersebut. Guru langsung memberikan konsep dasarnya saja.

2.2.2 Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif


1. Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan
logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik
lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus. Pendekatan deduktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus
sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum
dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke
dalam keadaan khusus. (http://maistrofisika.blogspot.com).

Contoh pendekatan deduktif adalah sebagai berikut:


Seorang guru memberikan materi tentang volume balok kepada siswa. Pada awal
pembelajaran guru memberikan definisi dan konsep mengenai balok dan rumus volume
balok. Kemudian guru menerapkan rumus volume tersebut pada beberapa contoh soal.
Selanjutnya guru memberikan beberapa tugas kepada siswa yang sesuai contoh yang
telah diberikan. Tugas ini bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa mengenai
materi yang telah disampaikan.
2. Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah
pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan
umum. Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran
pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh
pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri,
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis
kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai
dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya,

12
menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami
konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.

Contoh pendekatan induktif adalah sebagai berikut :


Seorang guru memberikan materi mengenai bangun datar persegi panjang. Diawal
pembelajaran guru menyuruh siswa untuk membuat persegi panjang dengan
menggunakan alat peraga berupa kertas. Siswa dituntut untuk membentuk kertas
tersebut menjadi sebuah bangun persegi panjang. Siswa diperintah untuk berdiskusi
tentang sifat – sifat bangun persegi panjang. Kemudian pada akhir pembelajaran siswa
dan guru sama – sama saling menyimpulkan mengenai sifat – sifat bangun persegi
panjang.

2.2.3 Metode Pengajaran Individual dan Klasikal


Pembelajaran individual dapat membantu proses belajar mengajar yang mengarah
pada optimalisasi kemampuan siswa secara individu. Untuk melaksanakan kegiatan belajar
tersebut, diantaranya guru perlu memiliki kemampuan yang berkenaan dengan:
1. Mengkaji hasil prestasi belajar siswa
2. Merencanakan, melaksanakan, serta menilai program perbaikan dan pengayaan hasil
belajar siswa
3. Melaksanakan kegiatan belajar dalam latihan secara perorangan.

Kemampuan tersebut dalam pelaksanaannya perlu dilandasi dengan perhatian,


bimbingan, dan motivasi dari guru. Kegiatan belajar perseorangan ditujukan untuk
menampung kegiatan pengayaan dan perbaikan. Program pengayaan perlu diberikan
kepada siswa yang memiliki prestasi atau kemampuan yang melebihi dari teman
sekelasnya. Program pengayaan dapat dilaksanakan oleh setiap sekolah yang programnya
disesuaikan dengan kondisi siswa dan kondisi sekolah yang bersangkutan. Sedangkan
kegiatan perbaikan (remidial) dilaksanakan untuk membantu siswa yang kurang berhasil
atau yang prestasinya dibawah rata-rata teman sekelasnya. Juga program perbaikan
disediakan untuk siswa yang ketinggalan pelajarannya karena tidak masuk (tidak hadir)

13
pada saat proses belajar mengajar tersebut berlangsung. Jadi pembelajaran individual pada
dasarnya dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tuntas.

a. Contoh pembelajaran individual diantaranya adalah dengan menggunakan paket


pengajaran Modul, baik dalam bentuk cetakan maupun CD interaktif. Dengan Modul
ini siswa belajar secara perorangan, sehingga memungkinkan sekali siswa dapat maju
sesuai dengan kecepatan masing-masing, tidak harus menunggu atau mengejar-ngejar
siswa lain seperti halnya pada pembelajaran klasikal. (Krismanto, Al, 2000, Penilaian
Bahan Penataran Guru SLTP, Yogyakarta: PPPG Matematika Yogyakarta.)
b. Pembelajaran klasikal cenderung digunakan oleh guru apabila dalam proses belajarnya
lebih banyak bentuk penyajian materi dari guru. Penyajian lebih menekankan untuk
menjelaskan sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami oleh siswa. Alternatif
metodenya cenderung dengan metode ceramah dan tanya jawab bervariasi atau metode
lain yang memungkinkan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
c. Metode tanya jawab dan metode ceramah dalam pembelajaran klasikal sulit
dipisahkan. Melalui metode tanya jawab memungkinkan adanya aktifitas proses mental
siswa untuk melihat adanya keterhubungan yang terdapat dalam materi pelajaran.
Pembelajaran klasikal akan memberikan kemudahan bagi guru dalam mengorganisasi
materi pelajaran, karena dalam pembelajaran klasikal secara umum materi pelajarannya
akan seragam diserap oleh siswa. baik urutan maupun ruang lingkupnya.
d. Pembelajaran klasikal dapat digunakan apabila materi pelajaran lebih bersifat
informatif atau fakta. Terutama ditujukan untuk memberikan informasi atau sebagai
pengantar dalam proses belajar mengajar. Sehingga dalam proses belajarnya, siswa
lebih banyak mendengarkan atau bertanya tentang materi pelajaran tersebut. Secara
proses pembelajaran klasikal dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak
(mendengarkan) dan membentuk kemampuan dalam bertanya. Motivasi dan
membangkitkan perhatian siswa sangat penting dalam pembelajaran klasikal. Karena
pembelajaran klasikal ini akan berhasil apabila ada keterkaitan antara stimulus dan
respon dalam proses belajar mengajar.
e. Tanya jawab memungkinkan adanya interaksi dan komunikasi edukatif. Yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan tanya jawab

14
diantaranya siswa terlebih dahulu harus sudah mengetahui informasi dasar melalui
membaca atau mendengarkan tentang materi yang akan di bahas. Dalam proses tanya
jawab guru harus dapat mengarahkan jawaban yang kurang tepat menjadi jawaban yang
benar. Cara dan sikap yang baik dari guru akan membangkitkan motivasi dan percaya
diri siswa dalam bertanya maupun menjawab. (As’ari, A.R., 2000, Peningkatan Mutu
Pendidikan Matematika Makalah disajikan pada Seminar Nasional Peningkatan
Kualitas Pendidikan

2.3 KTSP Suatu Sekolah Yang Diperoleh Di Lapangan


Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Dalam oxford advance learner’s dictionary
dikemukakan bahwa implementasi adalah put something to effect yang artinya “penerapan
sesuatu yang memberikan efek atau dampak”. Implementasi Permendiknas nomor 22/2006
tentang Standar Isi khususnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum
diartikan sebagai aktualisasi tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran. hal itu
sejalan dengan apa yang diungkapkan miller dan seller (1985:13) bahwa implementation has
been identified with instruction...’. lebih lanjut dijelaskan bahwa implementasi kurikulum
merupakan suatu proses penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum kedalam
praktik pembelajaran atau aktivitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang
yang diharapkan untuk berubah (E.Mulyasa, 2008:178).
Selanjutnya, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga dapat
menjadi faktor pendukung dan penghambat terlaksana atau tidaknya suatu kebijakan. Untuk
melihat berbagai faktor itu, para pakar telah mempunyai model tersendiri. Salah satu model
implementasi yang ada adalah model Edwards III. Model implementasi kebijakan ini adalah
model yang berpola dari atas kebawah, yang berupa pola yang dikerjakan oleh pemerintah
untuk rakyat, di mana partisipasi lebih dibentuk mobilisasi.
Sehubungan dengan implementasi permendiknas nomor 22/2006 tentang standar isi
kurikulum di atas, implementasinya bermuara pada persiapan dan proses pelaksanaan
pembelajaran, yaitu perangkat pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran bagaimana
agar isi kurikulum dapat diterima oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Perangkat itu

15
sendiri berkaitan dengan pelaksanaan KTSP itu sendiri berkaitan erat dengan komponen-
komponen yang ada di dalamnya.
Komponen perangkat pembelajaran itu berupa:
1. Alokasi waktu
2. Program tahunan
3. Program semester
4. Silabus
5. Sistem penilaian
6. Rencana Pelaksanaan Pembeljaran (RPP).
Sedangkan pelaksanaan proses pembelajaran berupa :
1. Membuka pelajaran
2. Kemampuan menerangkan materi pelajaran
3. Penggunaan metode
4. Penggunaan media
5. Peran aktif siswa.
Kunandar (2007:234) mengatakan implementasi kurikulum dipengaruhi tiga faktor:
1. Karakteristik kurikulum yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan
kejelasannya bagi pengguna di lapangan
2. Strategi implementasi yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi, seperti
diskusi profesi, seminar, penataran, lokakarya, penyediaan buku kurikulum, dan
kegiatan-kegiatan yang mendorong penggunaan kurikulum di lapangan
3. Karakteristik pengguna kurikulum, yaitu meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya untuk merealisasikan
kurikulum dalam pembelajaran.
Sejalan dengan uraian di atas, E. Mulyasa (2003:270) mengemukakan tiga faktor yang
mempengaruhi implementasi kurikulum yaitu:
1. Dukungan kepala sekolah
2. Dukungan rekan sejawat guru
3. Dukungan internal yang datang dari dalam diri pendidik atau guru itu sendiri
Dari ketiga faktor itu, pendidik atau guru merupakan fktor penentu yang paling memberikan
kontribusi dalam keberhasiln implementasi kurikulum di sekolah/madrasah. Karena

16
bagaimanapun baiknya sarana pendidikan, guru tidak melakukan tugasnya dengan baik, maka
hasil implementasi kurikulum (pembelajaran) tidak akan maksimal.
Kurilulum hanya sebagai alat artinya keberhasilan implementsi permendiknas nomor 22 tahun
2006 tentang standarr isi : KTSP pada semua mata pelajaran di sekolah/madrasah sangat
ditentukan oleh komponen yang melingkupinya, yaitu langkah-langkah impkmentasi dalam
proses pembelajaran dan faktor-faktor pendukung dan penghambatnya
Menurut E. Mulyasa (2009:29-32), KTSP memiliki sejumlah kekuatan: pertama,
mendorong terwujudnya otonomi sekolah dan pendidikan. Kehadiran KTSP diharapkan suatu
jawaban dan respon positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan di tanah air. Dengan
otonomi daerah, sekolah dan komite sekolah bersama-sama merumuskan kurikulu sesuai
dengan kebutuhan situasi dan kondisi lingkungan. Kedua, mendorong guru, kepala sekolah
dan pihak manajemen untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaran
program pendidikan. Ketiga, KTSP memungkinkan bagi tisp sekolah untuk mengembangkan
mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan anak didik. KTSP menitikberatkan pada mata pelajaran
tertentu yang dipandang paling dibutuhkan anak didik. Keempat, KTSP mengurangi beban
belajar anak didik yang dipandang sangat padat dan memberikan kurang lebih 20%, sehingga
KTSP lebih sederhana tetapi tetap memberi tekanan pada perkembangan siswa. Kelima, KTSP
memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengambangkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam KTSP, fungsi dan kegiatan guru adalah sebagai pengembang kurikulum di
sekolah sejak dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan dimensi hasil. Hal ini dikarenakan
KTSP kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan memerhatikan
dan berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang dikembangkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam pelaksanaan KTSP selama kurang
lebih tujuh tahun (2006-2013), KTSP dipandang sejumlah kalangan memiliki beberapa
kelemahan: pertama, kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
satuan pendidikan. Kedua, kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana dimana masih banyak
sekolah/.satuan pendidikan hingga kini masih kurang fasilitas. Ketiga, masih terdapat banyak
guru yang tidak memahami konsep KTSP dan implementasinya di lapangan. Adapun
kelemahan-kelemahan KTSP 2006 dilihat dari kondisi terkini dan kondisi ideal yang

17
diharapkan dapat diterapkan dalam K13, dalam anonim, Diknas (2013:13), dapat dilihat pada
tabel berikut:
Kondisi saat ini Idealnya
A. Kompetensi Lulusan
 Belum mencerminkan karakter mulia Berkarakter mulia
 Keterampilan belum sesuai kebutuhan
 Pengetahuan-pengetahuan lepas Keterampilan relevan

Pengetahuan terkait
B. Materi Pelajaran
 Belum relevan dengan kompetensi Relevan dengan kebutuhan
yang dibutuhkan
 Bahan belajar terlalu berat Materi essensiaal
 Terlalu luas, kurang mendalam Sesuai dengan perkembangan anak
C. Proses pembelajaran
 Berpusat pada guru Berpusat pada anak didik
 Sifat pembelajaran yang berpusat pada Sifat pembelajaran adalah kontekstual buku
buku teks teks yang memuat materi dan proses
pembelajaran, sistem penilaian dan kompetensi
yang diharapkan
D. Penilaian
 Menekankan aspek kognitif Menekankan pada aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik secara proporsional
 Tes menjadi cara penilaian dominan Penilaian dengan tes dan portofolio secara
seimbang
E. Pendidik dan tenaga kependidikan
 Memenuhi kompetensi profesi kerja Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi.
 Fokus pada ukuran kinerja PTK Sosial dan personal
Motivasi mengajar
F. Pengelolaan kurikulum
 Satuan pendidikan mempunyai Pemerintah pusat dan daerah mempunyai
kebebasann dalam pengelolaan kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulu
kurikulum tingkat satuan pendidikan.

18
 Masih terdapat kecenderungan satuan Satuan pendidikan mampu menyusun
pendidikan menyusun kurikulum kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi
tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik dan
satuan pendidikan, kebutuhan peserta potensi daerah
didik dan potensi daerah
 Pemerintah hanya menyiapkan sampai
standar isi. Pemerintah menyiapkan semua komponen
kurikulum sampai buku teks dan pedoman
pelaksanaannya

2.4 Kurikulum 2013 Suatu Sekolah Yang Diperolah Di Lapangan

Kurikulum 2013 adalah kurikulum terbaru yang diluncurkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional mulai tahun 2013 ini sebagai bentuk pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu
kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mencangkup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Hal ini senada dengan apa yag ditegaskan dalam
pasal 1 ayat 29 Undang-Undang no. 20 tahun 2003 bahwa kurikulum merupakan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-2014 melalui
pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Pada
Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan IV
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA/MAK). Pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharapkan
Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII.

Menjelang implementasi Kurikulum 2013, penyiapan tenaga guru dan tenaga kependidikan
lainnya sebagai pelaksana kurikulum di lapangan perlu dilakukan. Sehubungan dengan
itu, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan

19
Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP), telah menyiapkan strategi Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013 bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas.

Pada tahun 2013 pelatihan akan dilakukan bagi pengawas SD/SMP/SMA/SMK, kepala
sekolah SD/SMP/SMA/SMK, dan guru Kelas I dan IV SD, guru Kelas VII SMP, dan guru Kelas
X SMA/SMK. Guna menjamin kualitas pelatihan tersebut, maka BPSDMPK dan PMP telah
menyiapkan 14 Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, sesuai dengan kelas, mata
pelajaran, dan jenjang pendidikan. Modul ini diharapkan dapat membantu semua pihak
menjalankan tugas dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur
yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya potensi peserta
didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada
kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengaraakan peserta didik menjadi:

1. Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.
2. Manusia terdidik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
3. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan dari Pengembangan Kurikulum Berbasis


Kompetensi yang dirintis pada tahun 2004 dan KTSP atau Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan otonomi penuh kepada lembaga sekolah itu
sendiri untuk mengembangkan kurikulumnya sesuai kemampuan dan kesanggupan masing-
masing. Sedangkan kurikulum 2013 mencoba kembali pada masa pemerintahanMbah Harto, yaitu
kurikulum dikendalikan oleh pemerintah atau bersentral pada pemerintah. Jadi, guru tidak
disibukkan lagi dengan tugas harus membuat silabus dan RPP, karena guru harus lebih berfokus
pada bagaimna proses pembelajaran dan transformasi ilmu bisa maksimal.

Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter harus melibatkan semua
komponen (stakeholders), termasuk komponen-komponen sistem pendidikan itu sendiri.
Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil

20
pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh dan seimbang, sesuai dengan standart kompetensi pada setiap jenjang pendidikan.

Karakter adalah gambaran tingkah laku yang dimiliki oleh seseorang yang mencerminkan
nilai-nilai kehidupan dan melekat pada diri seseorang. Orang yang berkarakter memeilki berbagai
dimensi misalnya, dimensi sosial, fisik, emosi, dan akademik. Jika disejajarkan dengan ranah
Bloom, berarti manusia berkarakter memiliki ranah kognisi, afeksi, dan psikomotorik yang baik,
ditambah dengan emosi, spiritual, ketahanan menghadapi masalah dan sosial.

Dengan demikian, perpaduan dua basis antara kompetensi dan karakter dalam kurikulum
ini diharapkan siswa dapat meningtkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam kehidupan sehari-hari.

Penddidikan karakter dalam kurikulum 2013 bukan hanya tanggung jawab sekolah semata,
tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak. Untuk mengefektifkan program pendidikan
karakter dan meningkatkan kompetensi dalam kurikulum 2013 diperlukan kordinasi, komunikasi
dan jalinan kerja antara sekolah, orangtua, dan pemerintah dalam semua sisi.

2.4.1 Landasan dan Prinsip-Prinsip Kurikulum 2013


Dalam setiap pengemangan kurikulum pasti ada landasan-landasan yang digunakan.
Berikut ini landasan-landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum 2013.

1. Landasan Filosofis
a. Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan
pendidikan.
b. Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan
peserta didik, dan masyarakat.

Dari sumber lain menjelaskan mengenai landasan filosofis kurikulum 2013 sebagai
berikut:

21
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa, kehidupan masa kini dan membangun
landasan kehidupan masa depan.
b. Pendidikan adalah proses pewarisan dan pengembanganbudaya.
c. Pendidikan memberikan dasar bagi untuk peserta didik berpartisipasi dalam
membangun kehidupan masa kini.
d. Pendidikan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik
e. Pendidikan adalah proses pengembangan jatidiri peserta didik.
f. Pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subjek yang belajar.

2. Landasan Yuridis

Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar
filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.

Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah
nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
22 tahun 2006 tentang Standart isi.

a. RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang perubahan Metodologi Pembelajaran


dan Penataan Kurikulum.
b. PP. No.19 tahun 2005 tentang Standart Nasional pendidikan.
c. INPRES No. 1 tahun 2010, tentang percepatan pelaksanaan Prioritas pembangunan
Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-
nilai budaya bangsa untuk membentuk daya asing dan karakter bangsa.

Beberapa landasan yuridis dari Undang-Undang sebagai berikut:

a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


b. UU nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

22
c. UU no. 17 tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangka panjang nasional, beserta
segala ketentuan yang dituangkan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
dan
d. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standart nasional pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan PP no. 19 tahun 2005 tentang standart nasional
pendidikan.
e. Landasan Konseptual

3. Landasan Teoritis

Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standart dan teori
pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standart adalah pendidikan yang
menetapkan standart nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk
setiap kurikulum. Standart kualitas nasional dinyatakan sebagai Standart Kompetensi
Lulusan. Standart Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas minimal lulusan suatu
jenjang atau satuan pendidikan. SKL mencangkup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(PP nimor 19 tahun 2005).

4. Landasan Empiris

Berbagai perubahan telah terjadi id Indonesia. Kemajuan terjadi di beberapa sektor di


Indonesia, namun di beberapa sektor yang lain, khususnya pendidikan, Indonesia tetap
tinggal di tempat, atau bahkan mundur. Hal-hal seperti ini menunujukkan perlunya
perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten,
namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga untuk berperan
serta dalam membangun negara pada masa mendatang.

Dalam satu sistem pendidikan, kurikulum itu bersifat dinamis serta harus selalu dilakukan
perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.
Namun demikian, perubahan dan pengembangan kurikulum harus dilakukan secara terarah
dan tidak asal-asalan.

23
Kurikulum 2013 juga memiliki prinsip dalam pengembangannya. Sesuai dengan kondisi
negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang
berlangsung dewasa ini, dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standart nasional pendidikan untuk


mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasin sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
c. Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian kompetensi.
d. SKL dijabarkan darintujuan pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat, negara serta
perkembangan global.
e. SI dijabarkan dari SKL
f. Standart proses dijabarkan dari SI
g. Standart Penilaian dijabarkan dari SKL, SI, dan Standart Proses.
h. Standart Kompetensi Lulusan dijabarkan kedalam Standart Inti
i. Kompetensi Inti dijabarkan kedalam Kompetensi Dasar yang dikontekstualisasikan dalam
suatu mata pelajaran.
j. Kurikuklum Satuan Pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan
satuan pendidikan
k. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
l. Penilaian hasil belajar berbasis prosse dan produk
m. Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach).

Untuk menunjang berjalannya sebuah kurikulum dengan baik dan sesuai dengan apa yang
diharapkan tentunya juga sangat berkaitan dengan bagaimana jalannya proses pembelajaran.
Pelaksanaan kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum
2006. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi yang diharapkan terdapat maka dipeloleh 14
prinsip utama pembelajaran yang perlu guru terapkan. Adapun 14 prinsip tersebut adalah:

24
1. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu.

Pembelajaran mendorong siswa menjadi pembelajar aktif, pada awal pembelajaran guru
tidak berusaha untuk meberi tahu siswa karena itu materi pembelajaran tidak disajikan
dalam bentuk final. Pada awal pembelajaran guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa
terhadap suatu fenomena atau fakta lalu mereka merumuskan ketidaktahuannya dalam
bentuk pertanyaan. Jika biasanya kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyampaian
informasi dari guru sebagai sumber belajar, maka dalam pelaksanaan kurikulum 2013
kegiatan inti dimulai dengan siswa mengamati fenomena atau fakta tertentu.

2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber.

Pembelajaran berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran membuka


peluang kepada siswa sumber belajar seperti informasi dari buku siswa, internet, koran,
majalah, referensi dari perpustakaan yang telah disiapkan. Pada metode proyek, pemecahan
masalah, atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan
pula untuk materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan
masyarakat. Tentu dengan pendekatan ini pembelajaran tidak cukup dengan pelaksanaan
tatap muka dalam kelas.

3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah.

Pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar tertulis sebagai
satu-satunya sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa hanya dalam bentuk teks. Hasil
belajar dapat diperluas dalam bentuk teks, disain program, mind maping, gambar, diagram,
tabel, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat dilihat
dari lisannya, tulisannya, geraknya, atau karyanya.

4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.

Pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas dalam proses
belajar. Yang dikembangkan dan dinilai adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

25
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu, mata pelajaran dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem yang terpadu.

Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu untuk menghasilkan
kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran bersama-sama,
menentukan karya siswa bersama-sama, serta menentukan karya utama pada tiap mata
pelajaran bersama-sama, agar beban belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang banyak,
aktivitas yang banyak, serta penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban belajar
berlebih yang kontraproduktif terhadap perkembangan siswa.

6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan


jawaban yang kebenarannya multi dimensi.

Di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggal. Siswa melihat awan yang sama di
sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari tempatnya berpijak. Jika ada sejumlah
siswa yang melukiskan awan pada jam yang sama dari tempat yang berjauhan, mereka
akan melukiskannya berbeda-beda, semua benar tentang awan itu, benar menjadi beragam.

7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.

Pada waktu lalu pembelajaran berlangsung ceramah. Segala sesuatu diungkapkan dalam
bentuk lisan guru, fakta disajikan dalam bentuk informasi verbal, sekarang siswa harus
lihat faktanya, gambarnya, videonya, diagaramnya, teksnya yang membuat siswa melihat,
meraba, merasa dengan panca indranya. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar,
namun dengan menggunakan panca indra lainnya.

8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan


mental (softskills).

Hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka dalam bentuk pengetahuannya,
tetapi menyajikan informasi menyangkut perkembangan sikapnya dan keterampilannya.
Keterampilan yang dimaksud bisa keterampilan membacan, menulis, berbicara,
mendengar yang mencerminkan keterampilan berpikirnya. Keterampilan bisa juga dalam

26
bentuk aktivitas dalam menghasilkan karya, sampai pada keterampilan berkomunikasi
yang santun, keterampilan menghargai pendapat dan yang lainnya.

9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai


pembelajar sepanjang hayat.

Ini memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak dini untuk melaksanakan
norma yang baik sesuai dengan budaya masyarakat setempat, dalam ruang lingkup yang
lebih luas siswa perlu mengembangkan kecakapan berpikir, bertindak, berbudi sebagai
bangsa, bahkan memiliki kemampuan untuk menyesusaikan dengan kebutuhan beradaptasi
pada lingkungan global. Kebiasaan membaca, menulis, menggunakan teknologi, bicara
yang santun merupakan aktivitas yang tidak hanya diperlukan dalam budaya lokal, namun
bermanfaat untuk berkompetisi dalam ruang lingkup global.

2.4.2 Implementasi Kurikulum 2013

Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang implementasi kurikulum diantaranya


sebagai berikut:

Pasal 1

Implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah
menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah aliyah
(SMA/MA), dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK) dilakukan
secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014.

Pasal 2

1. Implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK menggunakan


pedoman implementasi kurikulum yang mencangkup:

27
a) Pedoman penyusunan dan pengelolaan KTSP.

b) Pedoman pengembangan muatan lokal.

c) Pedoman kegiatan ekstrakurikuler

d) Pedoman umum pembelajaran, dan

e) Pedoman evaluasi kurikulum

Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:

1. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:

 Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X


 Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
 Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII

2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015


3. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012– 2014
4. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan
budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan
Januari – Desember 2013
5. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan
masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016.

Dalam kurikulum 2013, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran afektif
dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat,
menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan
kriteria keberhasilan. Berkaitan dengan hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Merancang pembelajaran secar efektif dan bermakna.

Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum, dalam pembelajaran dan


pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan

28
guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang
telah diprogramkan. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat
kompleks karena melibatkan aspek pedagigis, psikologi, dan didaktis secara bersamaan.

2. Mengorganisasikan pembelajaran.

Implementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk mrngorganisasikan pembelajaran


secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
pengorgsnisasian pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan
pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan tenaga ahli dan
sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan.

3. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran.

Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan


dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain pembelajaran
kontekstual(contextual teaching and learing), bermain peran, pembelajaran
partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning), dan
pembelajaran konstruktivisme (constructivism teaching and learning).

4. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter. Pembelajaran dalam


menyukseskan implementasi kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses belajar,
pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk
kepentingan tersebut maka kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standart, indikator
hasil belajar, dan waktu yang harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran
sehinga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang
optmal.dalam hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Pada umumnya kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan awal atau pembukaan,
kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.

Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi implementasi, struktur
kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu, pengoptimalan

29
implementasi kurikulum 2013 diperlukan suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-
komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.

Membudayakan kurikulum dapat diartikan bahwa implementasi kurikulum tersebut masuk dalam
budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan, norma-norma, dan keyakinan semua
warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah, maupun tenaga kependidikan lain.

2.4.3 Inovasi Kurikulum 2013

Inovasi itu mempunyai makna pembaharuan yang berdekatan dengan perubahan atau perbaikan.
Perubahan adalah pergeseran posisi. Kedudukan, atau keadaan yang memungkinkan membawa
kearah kebaikan, tetapi kadang juga membawa kebaikan.

Perbaikan kurikulum biasanya hanya mengenai satu atau beberapa aspek dari kurikulum, misalnya
metode mengajar, alat peraga, buku pelajaran dengan tetap mengguankan kurikulum yang berlaku.

Perubahan kurikulum mengenai perubahan dasar-dasarnya baik mengenai tujuan maupun alat-alat
atau cara-cara mencapai tujuan itu. Mengubah kurikulum berarti turut mengubah manusia yaitu
guru, pembina pendidikan dan merek-merek yang mengasuh pendidikan. Itu sebabnya kurikulum
dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum, juga disebut
pembaruan atau inovasi kurikulum, tentu saja bermaksud untuk mencapai perbaikan.

Perubahan atau pembaharuan kurikulum itu memiliki beberapa faktor atau komponen yang harus
dilibatkan. Tidak mungkin perubahan kurikulum itu bisa berjalan baik tanpa diikuti oleh seluruh
komponen sistem yang mendukung perubahan kurikulum itu.inovasi atau pembaharuan kurikulum
selama ini hampir dapat dipastikan berarti menstrukturisasikan kurikulum yang ada untuk diganti
dengan yang baru, dengan perubahan yang sedemikian rupa sehingga struktur atau topik-topik,
ruang lingkup materi, dan metode pembelajaran ikut diganti.

Dalam kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, asumsi merupakan parameter
untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikasikan. Bedasarkan asumsi-asumsi

30
kurikulum 2013, dalam implementasi kurikulum 2013 dilakukan penambahan beban belajar pada
semua jenjang pendidikan sebagai berikut:

Beban belajar di SD/MI

Kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32. 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing
36 jam setiap minggu dengan lama belajar untuk setiap jam belajarnya yaitu 40 menit.

Beban belajar di SMP/MTs

Dari semula 32 menjadi 38 jam untuk masing-masing kelas, dengan lama belajar untuk setiap jam
belajarnya yaitu 40 menit.

Beban belajar di SMA/MA

Kelas X menjadi 42 jam belajar, untuk kelas XI dan XII menjadi 44 jam belajar, dengan lama
belajar untuk setiap jam belajarnya yaitu 45 menit.

Kebijakan penambahan ini dimaksudkan agar guru memiliki waktu yang lebih leluasa untuk
mengelola dan mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik atau
mengembangkan proses pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan. Disamping penambahan
jam pelajaran, dalam implementasi kurikulum 2013 juga rencananya akan dilakukan
pendampingan, terutama pendampingan bagi guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran
tematik integratif.

Perbedaan esensial kurikulum 2013 dengan KTSP 2006 mengenai perubahan dan pengembangan
kurikulum mulai dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah
atas (SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK) dilakukan untuk menjawab tantanagan zaman
yang terus berubah agar peserta didik mamapu bersaing di masa depan, dalam konteks nasional
maupun global. Perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 dapat dikaji perbedaannya dengan
KTSP 2006 sebagaimana berikut.

31
Perbedaan kurikulum 2013 untuk sekolah dasar adalah:

1. Tematik Integratif

Pemebelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar
ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan temauntuk kemudian dikombinasikan
dengan mata pelajaran lainnya.

2. Enam Mata Pelajaran

Untuk sekolah dasar, saat ini ada sepuluh mata pelajaran yang diajarkan. Namun, dalam
kurikulum 2013 mata pelajaran dipadatkan menjadi enam mata pelajaran.

3. Pramuka sebagai Ekstra Kurikuler Wajib

Dalam kurikulum 2013, pramuka merupakan ekstra kurikuler wajib dan itu diatur dalam
undang-undang. Pramuka ini menjadi ekstra kurikuler wajib pada satuan pendidikan dasar
dan menengah, untuk berbagai jenjang pendidikan. Untuk meningkatkan layanan secara
profesional, maka dalam implementasi pramuka kemendikbud bekerjasama dengan
kemenpora.

4. Bahasa Ingggris Hanya Ekskul

Sebelumnya terjadi polemik mengenai bahasa Inggris di SD, yaitu bahasa Inggris akan
dihapus dari kurikulum. Rencana penghapusan ini didasari oleh kekhawatiran akan
membebani siswa dan memprioritaskan terhadap penguasaan bahasa Indonesia. Ternyata,
dalam kurikulum 2013 ini, bahasa Inggris menjadi ekstra kurikuler bersama PMR, UKS,
dan Pramuka.

5. Belajar di Sekolah Lebih Lama

Penambahan jam pelajaran merupakan isi dari perubahan kurikulum baru yang mulai
diterapkan bulan Juli 2013 untuk anak-anak SD.

32
Selanjutnya adalah perbedaan esensial kurikulum SMP antara KTSP 2006 dan Kurikulum 2013.

KTSP 2006 Kurikulum 2013

Mata pelajaran tertentu mendukung Tiap mata pelajaran mendukung semua


kompetensi tertentu kompetensi

Mata pelajaran dirancang berdiri


Mata pelajaran dirancang terkait satu
sendiri dan memilki kompetensi dasar dengan yang lain
sendirian

Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi

Semua mata pelajaran diajarkan dengan


Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan
pendekatan yang berbeda saintifik melalui mengamati, menanya,
mencoba , menalar

TIK merupakan sarana pembelajaran,


TIK adalah mata pelajaran sendiri dipergunakan sebagai media pembelajaran
mata pelajaran lain.

Adapun perbedaan esensial kurikulum SMA/SMK dapat dilihat dalam tabel berikut:

KTSP 2006 Kurikulum 2013

Mata pelajaran tertentu mendukung Tiap mata pelajaran mendukung semua


kompetensi tertentu kompetensi

Mata pelajaran dirancang terkait satu


Mata pelajaran dirancang berdiri
dengan yang lain

33
sendiri dan memilki kompetensi dasar
sendirian

Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi

Semua mata pelajaran diajarkan dengan


Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan
pendekatan yang berbeda saintifik melalui mengamati, menanya,
mencoba , menalar

Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata


SMA ada penjurusan sejak kelas XI pelajaran wajib, peminatan, antar minat,
dan pendalaman minat.

SMA dan SMK memiliki mata pelajaran


SMA dan SMK tanpa kesamaan
wajib yang sama terkait dasar-dasar
kompetensi
pengetahuan , ketrampilan, dan sikap.

Penjurusan di SMK tidak terlalu detail, di


Penjurusan di SMK sangat detail (sampai
dalamnya terdapat pengelompokan
keahlian)
peminatan dan pendalaman

Untuk menghadapi perbedaan-perbedaan tersebut, dilakukan langkah penguatan tata kelola


dengan cara menyiapkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Buku pedoman pembelajaran yang terdiri dari buku guru dan buku siswa.
2. Guru dilatih untuk memahami pendayagunaan sumber belajar yang telah disiapkan dan
sumber lain yang dapat dimanfaatkan.
3. Pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah terhadap pelaksanaan pembelajaran.

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan kurikulum matematika sekolah diindonesia sendiri itu ada beberapa
perkembangan yaitu mulai dari tahun 1947 singga sekarang yang masih terus mengalami
perkembangan. Adapun kurikulum matematika disebut kurikulum tradisional mulai sejak tahun
1947, kurikulum modern dimulai tahun 1975, masa kini tahun 80-an, 1994, 2004, 2006, 2013.
Lalu dalam pendekatan pengajaran matematika ada (1) pendekatan konsep dan proses, (2)
deduktif dan induktif, dan (3) metode pengajaran individual dan klasikal. Pada KTSP suatu sekolah
yang didapat dilapangan, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga dapat
menjadi faktor pendukung dan penghambat terlaksana atau tidaknya suatu kebijakan.

3.2 Saran
Penyusun berharap dengan penyusunan makalah ini dapat membantu pembaca dan penulis
untuk mengenal lebih dalam lagi tentang perkembangan kurikulum matematika sekolah yang ada
di indonesia, lalu perkembangan pendekatan pengajaran matematika sekolah untuk bisa lebih tau
dan mengenal pendekatan yang cocok untuk pembelajaran matematika, dan KTSP suatu sekolah
yang diperoleh di lapangan, menjadi pengalaman baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

35
DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa. (2012). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA.
https://www.kompasiana.com/wennimtsm/556c455f4d7a61e6038b4569/kurikulum-dan-
perkembangan-kurikulum-matematika-sekolah-di-indonesia
https://windiwati.wordpress.com/macam-macam-pendekatan-pengajaran-matematika/
https://www.matrapendidikan.com/2017/11/ktsp-disusun-berdasarkan-potensi-sekolah.html
https://annisarosmma.wordpress.com/2014/07/10/implementasi-kurikulum-2013/

36

Anda mungkin juga menyukai