Anda di halaman 1dari 14

PRESENTASI KASUS BANGSAL

F 32.3 DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK

Pembimbing :
dr. Wiharto, Sp. KJ, M.Kes

Oleh :
Fikri Fachri P.B G4A016039
Safina Firdaus G4A017031
Nur Annisa Laras F G4A017036
Dzaki Lukmanul H G4A017051
M Reiza Primayana G4A017055

SMF ILMU KESEHATAN JIWA


RSUD MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2019
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS BANGSAL


STASE ILMU KEDOKTERAN JIWA

F32.3 DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian


Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
RSUD Margono Soekardjo Purwokerto

Oleh :
Fikri Fachri P.B G4A016039
Safina Firdaus G4A017031
Nur Annisa Laras F G4A017036
Dzaki Lukmanul H G4A017051
M Reiza Primayana G4A017055

Disetujui
Pada tanggal Januari 2019

Pembimbing,

dr. Wiharto, Sp. KJ, M.Kes

2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Tempat, Tanggal Lahir : Banyumas, 24 Mei 1981
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Tambaksari Kidul
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Masuk RS : 3 Januari 2019

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis (Suami )
Alloanamnesis dilakukan di Bangsal Anggrek RSUD Margono Soekarjo pada
hari Senin, 07 Januari 2019
Identitas
(Alloanamnesis)
Nama : Tn. M
Usia : 43 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Importir di Pelabuhan
Pendidikan : SMA
Alamat : Bekasi
Hubungan : Suami

3
A. Keluhan Utama
Sedih
B. Keluhan Tambahan
- Malas untuk beraktifitas
- Sering berdiam di kamar
- Sulit tidur
- Tidak nafsu makan
- Merasa bersalah dan dirinya tak berguna
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis
Pasien dibawa ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo karena
pasien mengamuk tanpa sebab. Pasien mengamuk dan juga bersedih
karena terdapat konflik di keluarga dan konflik rumah tangga.
Berdasarkan keterangan keluarga pasien (suaminya) pasien merasa
pusing berat sehingga mengobati dirinya sendiri dengan meminum
parasetamol tablet sebanyak 30 tablet. Pasien merasa lemas dan tidak
berdaya setelah mengkonsumsi tablet yang banyak tersebut. Pendapat
keluarga pasien dengan kejadian tersebut karena pasien ingin bebas dari
pusing karena berbagai masalah yang dihadapinya.
Pasien juga sering mengeluhkan sedih yang mendalam, merasa
bersalah, dan merasa tidak berguna lagi apa-apa yang sudah dia lakukan.
Pasien mengalami hal tersebut sudah sejak 2 minggu lebih. Berdasarkan
keternagan suami pasien di rumah pasien terlihat sedih. Pasien sering
bercerita kepada suami ketika dia menghadapi suatu masalah. Pasien
sering bercerita pada suaminya mengapa dia selalu disalahkan. Pasien
sering merasa bersalah karena ibu kandungnya dan kakak pasien tidak
suka padanya. Pasien di rumah sering mengurus ibunya karena ibunya
sakit. Pasien ingin membantu seorang ibu dengan ikhlas namun disaat
pasien sudah berusaha sekuat tenaga pasien malah sering dibentak oleh
ibu kandungnya. Pasein sering kurang tidur karena sering sekali
terbangun tiap kali mendengar ibunya memanggilnya untuk diurus.
Pasien sempat merasa kesal pada ibunya yang selalu memarahinya

4
meskipun telah berjuang keras untuk mengurusi ibunya disaat anak yang
lain (kakak-kakak kandung pasien) tidak ada yang mau membantunya.
Suami pasien pernah suatu ketika membawa pasien pergi keluar
rumah seharian dengna niat untuk menjaga dan refreshing agar tidak
jenuh di rumah untuk selalu mengurusi ibunya. Pasien pergi seharian
bersaam suami dan anaknya. Namun ketika pasien pulang ke rumah
muka kakak-kakak kandungnya dan ibunya tidak mengenakan. Pasien
seolah-olah telah mengabaikan ibu pasien yang sakit dan tidak mau
mengurusinya lagi yang padahal pasien hanya keluar sebentar. Pasien
pernah disumpah serapah oleh ibunya sendiri karena hal tersebut. Pasien
merasa sakit hati dan seketika itu pasien merasa dendam. Sejak kecil
memang pola asuh antara pasien dengan kakak kandungnya memang
berbeda. Pasien selalu dibeda-bedakan dengan kakak kandung. Pasien
anak terakhir yang seharusnya mendapat kasih sayang lebih namun
semuanya balik harus bertumpu dan menyalahkan dia seorang. Pasien
merasa pusing dan tidak tahan lagi sehingga pelampiasannya pada marah.
Suami pasien juga bercerita bila pasien juga terdapat masalah
dengan suaminya. Pasien curiga pada suaminya bahwa suaminya
berusaha kembali lagi pada istri lamanya. Suami pasien sudah
menceritakan itu semua tidak benar. Sifat pasien keseharian menurut
suami pasien yaitu mudah terbawa perkataan orang. Kakak kandung
pernah memprovokasi pasien bahwa suami pasien sedang main-main
dengan mantan istrinya sehingga rasa curiga dan cemburu pada pasien
muncul sekitar baru 3 minggu ini. Pasien memiliki kecurigaan terhadap
suami tanpa alasan.
Selama kurun waktu 2 minggu tersebut pasien banyak melamun
namun tidak sampai untuk bunuh diri. Pasien tidak bersemangat dalam
menjalani aktivitas seperti membantu ornag tua, nafsu makan berkurang,
berat badan turun, dan merasa sedih tentang hidup ini yang tidak adail.
Sehingga tibalah saat emosinya meluap saat dibawa ke IGD karena
mengkonsumsi obat parasetamol untuk pusing karena banyak tekanan.
Suami pasien menyangkal bahwa pasien bercerita mendengar bisikan

5
pada suaminya atau melihat sesuatu yang menurut suami tidak ada.
Pasien juga mengaku kurang tidur. Pasien di rumah masih bisa shalat dan
beraktivitas seperti biasa namun terlihat berkurang dari biasanya. Pasien
sering mengeluhkan ingat kepada ayahnya sambil dengan wajah sedih
karena pasien merasa dekat sekali dengan ayah kandungnya.

Autoanamnesis
Pasien mengaku datang ke IGD diantar oleh suaminya naik mobil
karena pingsan setelah minum paracetamol 30 tablet. Tindakan tersebut
diakui sebagai bentuk pelampiasan amarah dan kekesalan kepada suami
dan ibunya. Semasa pasien kecil, pasien merasa dibeda-bedakan dengan
kakaknya oleh sang ibu sehingga pasien merasa tidak mendapat
perhatian. Kepribadian ibunya mudah marah, sedangkan bapak memiliki
kepribadian pendiam. Pasien lebih dekat dengan ayahnya dibandingkan
ibu. Pada saat SMP pasien sempat merasa ingin terlihat cantik, wangi dan
rapi lalu pasien memakai handbody kakak ke 4 nya, kemudian saat kakak
ke 4 dan ibunya tahu, pasien dimarahi dan diejek bahwa pasien jelek.
Kemudian saat lebaran, pasien tidak dibelikan baju baru sedangkan
kakaknya dibelikan, sehingga ia meminjam pakaian kakaknya lalu oleh
sang ibu pasien diejek bahwa sok cantik. Semenjak saat itu pasien merasa
tidak percaya diri dan merasa dirinya jelek, sehingga tidak mau
berdandan lagi dan bergaya seperti seorang laki-laki, pasien lebih sering
meminjam pakaian kakaknya yang ke3. Semenjak saat itu juga pasien
menggunakkan celana panjang saat pergi kesekolah. Setelah lulus SMA
pasien bekerja diperusahaan benang selama 1 tahun lalu pindah bekerja
sebagai TKI di Taiwan dan Hongkong selama 11 tahun. Saat bekerja di
luar negeri pasien memiliki pacar seorang wanita, diakui perasaan suka
terhadap wanita dimilki sejak pasien duduk dikelas 2 SMP namun saat itu
pasien belum berani mengungkapkannya, pasien mengaku bahwa hanya
orang tua yang tahu sedangkan suami tidak tahu. Semenjak orang tua
tahu, pasien disuruh kembali ke Indonesia, lalu pasien bertemu dengan
suami 1 tahun setelah pasien pulang dan kemudian menikah, pasien juga

6
dilarang untuk bekerja lagi diluar negeri. Setelah menikah pasien
awalnya tinggal dijakarta lalu pindah ke rumah ibunya di Tambaksari saat
anak berusia 7 bulan. Semenjak dirumah, pasien mengurus ibunya
sendiri, kakak pertama membantu membiayai jasa asisten rumah tangga.
Semenjak 2 tahun yang lalu ibu pasien tidak dapat berjalan, lalu pada
bulan Agustus 2018 ibu pasien terkena stroke dan menjadi lebih pemarah
dan sering menyumpahi pasien. Pada saat awal merawat ibunya, pasien
merasa biasa saja namun lama kelamaan ia merasa lelah karena merasa
hanya dirinya yang mengurus sang ibu padahal banyak kakaknya. Setelah
ibu terkena stroke pasien makin merasa kesal karena sering disumpahi
oleh ibu dan dimaki-maki oleh sang ibu. Pasien juga memiliki hubungan
yang kurang baik dengan kakak iparnya. Pada awal menikah samapai 1
tahun setelahnya psaien merupakan menantu kesayangannya, lalu kakak
iparnya khawati jika tetap seperti itu maka harta waris mertuanya akna
turun ke tangan pasien, sehingga pasien diadu domba oleh kakak iparnya.
Suami bekerja di Jakarta sejak awal menikah dan hanya pulang 3-
4 minggu sekali. Semenjak 6 bulan yang lalu, pasiein merasakan adanya
perubahan dari sang suami yang cenderung lebih cuek, pendiam, dan saat
bermain HP cenderung menghindari dan dikunci. Pasien sebenarnya
ingin suami terbuka, karena sebagai suami istri harus saling terbuka.
Semenjak saat itu pasien sering merasa curiga suaminya bermain
dibelakangnya yaitu dengan mantan istrinya. Saat pasien bertanya kepada
suaminya apakahh ada suatu masalah yangmemvuat dirinya berubah
suami hanya menjawab tidak kenapa-kenapa, hal ini semakin membuat
pasien curiga. Pada peretengahan bulan desember 2018, pasien
mendapatkan pesan WA dari suaminya yang menurutnya ditujukan
kepada mantan istrinya, mulai saat itu pasien yakin bahwa suami bermain
dibelakangnya dengan mantan istrinya. Pada tanggal 1 Januari 2019
dinihari pasien bertengkar hebat dengan suami membahas perihal pesan
WA, lalu suami pasien justru menyalahkan pasien dan berkata bahwa
pasien memiliki sifat yang busuk. Hal tersebut membuat pasien merasa
sangat terpukul, bersalah dan meyakini bahwa dirinya memang bersifat

7
busuk,, sehingga pasien berinisiatif untuk pergi kegunung menggunakkan
motor dan berteriak mengakui dirinya busuk. Semenjak saat itu pasien
menjadi malas untuk beraktivitas, tidak berenergi sering murung,
menangis dan sering berdiam didalam kamar, namun pasine masih
mengurus ibu dan anaknya hal ini berlangsung sampai tanggal 3 Januari
2018. Pasien memiliki kebiasaan saat marah maka akan cendurung
makan banyak. Pada tanggal 3 Januari 2018 pasien merasa sakit kepala
dan kesal, lalu melampiaskannya dengan memakan parasetamol
sebanyak 30 tablet. Hal ini diakui karena saat pasien marah pasien juga
merasa pusing sehingga ia memilih meminum obat. Sesaat setelah
meminumnya pasien panik dan mencoba mengeluarkan obatnya namun
tidak bisa keluar. Pasien sempat memandikan ibunya dan merasa dada
berdebar, kepala pusing lalu pasien merasa berkunang-kunang dan
pandangan gelap, pasien masih dapat mendengar suara namun tak dapat
meresponnya. Lalu oleh keluarga pasien dibawa ke IGD RSUD
Margoono.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Psikiatri
-
2. Riwayat Medis Umum
a. Riwayat mengalami kejang disangkal
b. Riwayat mengalami trauma pada kepala disangkal.
c. Riwayat mengonsumsi alkohol diakui saat pasien bekerja di luar
negeri.
d. Riwayat merokok diakui saat pasien bekerja diluar negeri.

8
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga untuk gangguan psikisnya tidak ada yang
menderita hal serupa.
F. Silsilah Keluarga

70 th 60 th 75 th

44 th 63 th 60 th 50 th 45 th

43 th
37 th

2,5 th

: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien

G. Riwayat Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Tidak ada informasi
2. Masa Kanak-Kanak
Tidak ada informasi.
3. Masa Remaja
Pasien memiliki perubahan sikap menjadi lebih tomboy setelah diejek
oleh keluarga.
4. Riwayat Perkembangan Seksual
Pasien sempat menyukai sesama jenis sejak SMP kelas 2 dan bertahan
sampai sekarang. Namun semenjak memilki anak ia sudah mulai
meredamnya.

9
5. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA.
6. Riwayat Perkembangan Jiwa
Pasien cenderung pendiam dan memdam perasaannya, tidak senang
curhat kepada orang lain..
7. Kegiatan moral spiritual
Pasien beragama Islam. Rajin sholat, dan membaca Al-Quran.
8. Aktivitas sosial
a. Dalam keluarga
Pasien memiliki hubungan yang buruk dengan ibu, kakak ke-4
dan mertuanya.
b. Dengan tetangga
Pasien jarang bergaul dengan tetangganya.
H. Hal-hal yang mendahului penyakit
1. Faktor Predisposisi
a. Jenis Kelamin perempuan
b. Hubungan keluarga yang buruk
c. Anak terakhir
d. Sering dibanding-bandingkan
e. Pola asuh yang tidak baik (kurang diperhatikan)
f. Jauh dari suami
2. Faktor Pencetus
Masalah dengan suami. Pasien merasa dibohongi oleh suami.
III. KESIMPULAN ANAMNESIS
A. Pasien seorang perempuan berusia 37 tahun, sudah menikah, beragama
Islam, suku Jawa, merupakan seorang ibu rumah tangga
B. Pasien dibawa keluarganya ke IGD RSUD Banyumas pada tanggal 3
Januari 2019 karena pasien tidak sadarkan diri setelah meminum 30
tablet paracetamol karena merasa sedih, marah dan sakit kepala akibat
permasalahan dengan suaminya
C. Faktor pencetus dari munculnya gejala ini adalah hubungan yang tidak
harmonis antara pasien dengan suaminya.

10
D. Pasien adalah pribadi yang pendiam, tidak suka bercerita mengenai
masalahnya dengan teman-teman maupun keluarga.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum : perempuan sesuai usia, tak tampak sakit jiwa
B. Kesadaran : Compos mentis
C. Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 92 x/min
Respirasi : 16 x/min
Suhu : 36.5 C
D. Berat badan : kg
E. Tinggi badan : cm
F. Kepala : Mesocephal
G. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat isokor, 3mm/3mm, reflek pupil +/+
H. Hidung : Tidak ada discharge, tidak ada deviasi septum
I. Mulut : Tidak sianosis, tidak ada discharge
J. Telinga Tidak: ada kelainan bentuk dan ukuran, serumen
(+/+)
K. Leher : Tidak ada deviasi trachea, tidak teraba
pembesaran kelenjar getah bening

L. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi Ictus :cordis tidak kuat angkat, teraba di SIC V
LMCS
Perkusi : cBatas kiri atas SIC II LPSS, batas kiri bawah SIC
V LMCS, batas kanan atas SIC II LPSD, batas
kanan bawah SIC IV LPSD

Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur -, gallop -


M. Pulmo
Inspeksi : Jejas (-), simetris kanan-kiri

11
Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, tidak ada suara
tambahan
N. Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi Tidak: ada nyeri nyeri tekan, tidak ada defans
muskular, tidak teraba masa, tidak teraba hepar
O. Ekstremitas : dan lien.
Akral hangat (+/+/+/+), tidak terdapat edem pada
keempat ekstremitas

V. PEMERIKSAAN PSIKIATRI
A. Kesan umum : Seorang perempuan, sesuai usia, tak tampak sakit
jiwa perawatan diri cukup baik
B. Kesadaran : Compos mentis
C. Orientasi O/W/T/S : baik/baik/baik/baik
D. Sikap : kooperatif
E. Tingkah laku : Normoaktif
F. Proses pikir
Bentuk pikir : Realistik
Isi pikir : Waham bersalah
Progesi pikir : baik
G. Persepsi : Halusinasi auditori (-), Halusinasi visual (-)
H. Roman muka : sedih
I. Afek : Depresi
J. Mood : disforik
K. Perhatian : Mudah ditarik mudah dicantum
L. Hubungan jiwa : Mudah
M. Insight : derajat III

12
VI. SINDROM
A. Sindrom Depresi:
1. Afek depresi
2. Anhedonia
3. Anenergi
4. Penurunan konsentrasi dan perhatian
5. Harga diri dankepercayaan diri yang berkurang
6. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
7. Tidur terganggu
8. Nafsu makan berkurang
9. Gagasan perbuatan membahayakan diri
B. Sindrom Psikotik
Terdapat waham bersalah

IV. DIAGNOSIS BANDING


1. Depresi berat dengan gejala psikotik
2. Depresi berat tanpa gejala psikotik

V. DIAGNOSIS MULTI AKSIAL


Axis I : Depresi berat dengan gejala psikotik
Axis II : Tidak ada
Axis III : Tidak ada
Axis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga)
Axis V : GAF 60-51

VI. PENATALAKSANAAN
A. Farmakologis
Sandepril 2x25 mg
Risperidone 1x2 mg
Triheksifenidil 1x2 mg

13
B. Non Farmakologis
-Psikoterapi edukatif
-Terapi terhadap keluarga
-Psikoterapi suportif
-Sosioterapi
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

VIII. KESIMPULAN
A. Pasien seorang perempuan berusia 37 tahun, sudah menikah, beragama
Islam, suku Jawa, merupakan seorang ibu rumah tangga datang karena
pasien tidak sadarkan diri setelah meminum 30 tablet paracetamol karena
merasa sedih, marah dan sakit kepala akibat permasalahan dengan
suaminya.
B. Faktor pencetus dari munculnya gejala ini adalah hubungan yang tidak
harmonis antara pasien dengan suaminya.
C. Pasien adalah pribadi yang pendiam, tidak suka bercerita mengenai
masalahnya dengan teman-teman maupun keluarga.
D. Pada pasien tampak sikap kooperatif. Tingkah laku normoaktif. Terdapat
waham bersalah. Roman muka hipomimik. Afek depresif. Perhatian
pasien mudah ditarik mudah dicantum, dengan hubungan jiwa baik,
dengan tilikan diri derajat 3.
Axis I : Depresi berat dengan gejala psikotik
Axis II : Tidak ada diagnosis untuk axis ini
Axis III : Tidak ada diagnosis untuk axis ini
Axis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga)
Axis V : GAF 60-51
E. Terapi yang diberikan berupa terapi farmakologis, Sandepril 2x25 mg,
Risperidone 1x2 mg, dan Triheksifenidil 1x2 mg

14

Anda mungkin juga menyukai