Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

Di Susun Oleh :

NAMA : Yolanda Cahya Anggita

NIM : 720153050

PRODI : S1 Keperawatan 4A

SEMSETER : VII

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 4A

Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Telp./Faks.(0291)442993/437218 Kudus


59316 Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id
A. DEFINISI
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi. Gastritis ini paling banyak ditemukan. Gastritis adalah suatu
peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, atau local. (Clevo &
Margareth. 2012)
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local. Dua jenis gastritis yang sering terjadi
adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis. (Price & Wilson. 2006. Dalam
buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
2015)
A. ETIOLOGI
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori dan pada mukosa lambung
menunjukkan respons inflamasi akut dan jika diabaikan menjadi kronik (Sudoyo Aru,
dkk.2009)
Menurut klasifikasi :
1. Gastritis akut
- Gastritis akut tanpa perdarahan
- Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosive)

Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-makanan
yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi,
bahan semacam alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosif lain, refluks
empedu atau cairan pancreas.

2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benugna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H.pylory).
3. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks dai
duodenum.
B. KLASIFIKASI
Gastritis dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Gastritis akut
Proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang
menganggu dan merusak mukosa gastric. Agen semacam itu mencakup bumbu,
rempah-rempah, alcohol, obat-obatan, radiasi, kemoterapi, dan mikroorganisme
infektif.
2. Gastritis kronis
dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan
pada sekresi gastric mempengaruhi produksi antibody. Anemia pernisiosa
berkembang dengan proses ini. Sedangkan tipe B lenih lazim, tipe ini dikaitkan
dengan infeksi bakteri Helicobacter pylory (H.pylory) yang menimbulkan ulkus pada
dinding lambung.
C. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk dalam lambung
menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier
(pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hydrogen (difusi kembali
asam lambung dan pepsin). Sehingga menyebabkan inflamasi yang mengakibatkan nyeri
epigastrium sehingga timbul nyeri dan menurunnya sensori untuk makan. Menurunnya
sensori untuk makan mengakibatkan anoreksia dan terjadi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan.
Bakteri H.pylori masuk kemudian melekat pada epitel lambung dapat menghancurkan
lapisan mukosa sel lambung. Sehingga menurunkan barrier lambung terhadap asam dan
pepsin serta menyebabkan difusi kembali asam lambung dan pepsin. Kafein dapat
meneyebabkan menurunnya produksi bikarbonat (HCO3) sehingga terjadi penurunan
kemampuan protektif terhadap asam akan menyebabkan difusi kembali asam lambung
dan pepsin terjadi erosi mukosa lambung dan inflamasi. Erosi mukosa lambung
menyebabkan mukosa lambung kehilangan integritas jaringan dan mengakibatkan
perdarahan sehingga terjadi deficit volume cairan dan elektrolit. Erosi mukosa lambung
dapat menyebabkan menurunnya tonud dan peristaltic lambung berakibat refluks isi
duodenum ke lambung. Sehingga menyebabkan mual dan terjadi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan. Refluks isi duodenum ke lambung mengakibatkan dorongan
ekpulsi isi lambung ke mulut dan menyebabkan muntah terjadi perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan dan deficit volume cairan dan elektrolit.
(Muttaqin, Arif. 2012)
D. PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Mual
2. Sebagian penderita bisa muntah darah
3. Nyeri epigastrium
4. Nus
5. Munta dan cegukan
6. Sakit kepala
7. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik
8. Dapat terjadi kolik dan diare
9. Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemologi
Gastritis akut

- Nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah


- Dapat ditemukan hematemesis dan melena

Gastritis kronis

- Kebanyakan tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian mengeluh nyeri ulu hati,
anoreksia, nausea
F. KOMPLIKASI
Jika dibiarkan tidak terawatt gastritis akan dapat mengakibatkan pepitic ulcers dan
pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat mengakibatkan resiko
kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding
lambung dan perubahan pada sel-sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel
kelenjar dalam mukosa. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H.pylori
adalah MALT (Mukosa Asociated Lympoihoid Tissue), Lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan system kekebalan pada dinding lambung.
Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,
yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh
bakteri H. pylori atau tidak
3. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi
4. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat
dari sinar-X
5. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
H. PENATALAKSANAAN
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan
perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan
untuk mengobatinya.
1. Jika penyebabnya adalah infeksi H.pylori, maka diberikan Bismuth, antibiotic
(misalnya amoxicillin & Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnyya omeprazole)
2. Penderita gastritis karena stress akut banyak mengalami perubahan (penyakit berat,
cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2% penderita gastritis karena
stress akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan
pencegahan dengan memberikan antacid. (untuk menetralkan asam lambung) dan
obat anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam
lambung). Perdarahan hebat karena gastritis akibat stress akut bisa diatasi dengan
menutup sumber perdarahan dengan tindakan endoskopi. Jika perdarahan masih
berlanjut mungkin seluruh lambung harus diangkat.
3. Penderita Gastritis Erosive Kronis bisa diobati dengan antacid penderita sebaiknya
menhindari obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti peradangan non steroid
lainnya)
4. Untuk meringankan penyumbatan di saluran keluar lambung pada Gastritis Eosinofik
bisa diberikan kartikosteroid/dilakukan pembedahan
5. Gastritis atrofik tidak bisa diobati dengan obat ulkus yang menghalangi pelepasan
asam lambung
6. Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat ulkus yang menghalangi pelepasan asam
lambung
7. Pengaturan diit yaitu pemberian makanan sedikit tapi sering
I. PENGKAJIAN
1. Pola pernapasan
Yang perlu dikaji antara lain kemampuan pasien dalam melakukan ekspirasi dan
inspirasi. Apakah menggunakan alat-alat pernapasan dan bagaimana frekuensi
pernapasan
2. Kebutuhan nutrisi
Mengkaji tentang kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum,
kemampuan menentukan makan dan minum, kemampuan memasak dan menyiapkan
makanan sendiri
3. Kebutuhan eliminasi
Mengkaji kemapuan BAB/BAK serta fungsi dari organ-organ tersebut dan bagaimana
pasien mempertahankan fungsi normal BAB/BAK
4. Kebutuhan istirahat dan tidur
Mengkaji kemampuan aktivitas dan mobilitas kehidupan sehari-hari
5. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Mengkaji kemampuan aktivitas dan mobilitas kehidupan sehari-hari
6. Kebutuhan berpakaian
Mengkaji pasien apakah ada kesulitan dalam memakai pakaian
7. Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi
Mengkaji pasien dalam hal mempertahankan suhu tubuh tetap normal
8. Kebutuhan personal hygiene
Mengkaji apakah pasien dapat merawat diri sendiri seperti mandi
9. Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh
Mengkaji apakah pasien dalam bergerak memerlukan bantuan atau bisa sendiri,
mengkaji apakah pasien dapat menjaga keseimbangan tubuh
10. Kebutuhan berkomunikasi
Melalui komunikasi antar perawat pasien dan keluarga dapat dikaji mengenai pola
komunikasi dan interaksi social pasien dengan cara mengidentifikasi kemampuan
pasien dalam berkomunikasi
11. Kebutuhan spiritual
Mengkaji bagaimana klien memenuhi kebutuhan spiritualnya sebelum dan ketika
sakit
12. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Mengkaji kemampuan aktivitas rekreasi dan relaksasi
13. Kebutuhan bekerja
Mengkaji pekerjaan pasien saat ini atau pekerjaan yang lalu
14. Kebutuhan belajar
Mengkaji bagaimana cara klien mempelajari sesuatu yang baru
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (domain 12 : kenyamanan, kelas 1 : kenyamanan fisik,
00132)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan (domain 2 : nutrisi, kelas 1 : makan, 00002)
3. Defisit volume cairan (domain 2 : nutrisi, kelas 5 : hidrasi, 00027)
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Gangguan rasa nyaman : 1. Mengetahui kapan nyeri 1. Lakukan pengkajian
nyeri (domain 12 : terjadi nyeri komprehensif
kenyamanan, kelas 1 : 2. Menggunakan tindakan yang meliputi lokasi,
kenyamanan fisik, 00132) pencegahan karakteristik,
3. Mengenali apa yang terkait onset/durasi, frekuensi,
Kriteria hasil : dengan gejala nyeri kualitas, intensitas atau
- Tingkat kecemasan 4. Menggunakan tindakan beratnya nyeri dan
berkurang pengurangan (nyeri) tanpa faktor pencetus
- Nafsu makan meningkat analgesik 2. Berikan informasi
- Mual dan muntah mengenai nyeri seperti
berkurang penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
3. Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
4. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
2 Perubahan nutrisi kurang 1. Meningkatkan asupan 1. Identifikasi adanya
dari kebutuhan (domain 2 : nutrisi alergi atau intoleransi
nutrisi, kelas 1 : makan, 2. Dipertahankan pada asupan makanan yang dimiliki
00002) kalori ke tingkat 3 pasien
3. Asupan karbohidrat yang 2. Ciptakan lingkungan
Kriteria hasil : cukup adekuat yang optimal pada saat
- Berat badan normal mengkonsumsi
- BAB/BAK normal makanan
3. Lakukan atau bantu
pasien terkait dengan
perawatan mulut
sebelum makan
4. Pastikan makanan yang
disajikan dengan cara
yang menarik dan suhu
yang sesuai
3 Defisit volume cairan 1. Mempertahankan urin 1. Monitor vital sign
(domain 2 : nutrisi, kelas 5 : output sesuai dengan usia 2. Berikan cairan dengan
hidrasi, 00027) dan BB, BJ urin normal tepat
2. TD, nadi, suhu tubuh dalam 3. Tingkatkan asupan
Kriteria hasil : batas normal oral
- Keseimbangan cairan 3. Tidak ada tanda dehidrasi 4. Dukung klien dan
adekuat keluarga untuk
- TTV stabil membantu dalam
- Eliminasi urin normal pemberian makan
dengan baik
DAFTAR PUSTKA

Kusuma, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC Edisi 2. Yogyakarta: MediAction.

Ode, S. L. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berdasarkan NANDA, NIC dan NOC
Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus ASKEP. Yogyakarta: Nuha Medika.

TH, M. C. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Tumanggor, I. N. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia.


Singapore Pte Ltd: Elsevier.

Tumanggor, I. N. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia.


Singapore Pte Ltd: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai