Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN SOL (SPACE OCCUPYING LESSION)


SUPRATENTORIAL DI RUANG KANA I RS HASAN SADIKIN
BANDUNG

Di susun guna memenuhi tugas Program Studi D3 Keperawatan


Stase Keperawatan Anak

Di Susun Oleh :
Ahmad Alvian
72020040007

Di Susun Oleh :
Nama : Muhammad Yani Fathkurahman
NIM : 222020010044
Prodi : D3 Keperawatan

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AJARAN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Anatomi :
Mata adalah salah satu bagian tubuh yang memiliki peranan penting dalam
hidup manusia. Sebagai indera penglihat, mata memiliki bagian-bagian yang memiliki
fungsi tersendiri, baik bagian luar seperti kelopak mata dan alis, atau bagian dalam
mata seperti kornea, retina dan pupil.
Mata bekerja mendeteksi cahaya dan mengubahnya menjadi ilmpuls
elektrokimia pada sel saraf. Dengan bantuan cahaya tersebut kita bisa melihat objek
lain.
Anatomi Mata Bagian Luar
Terdapat 4 bagian luar mata yang bisa kamu amati, yaitu kelopak mata, alis
mata, bulu mata dan kelenjar air mata.
1. Kelopak Mata
Kelopak mata berfungsi untuk menutup sekaligus melindungi
dan menjaga dari masuknya benda asing dari luar mata, seperti debu,
asap, pasir  ataupun serpihan.
2. Alis Mata
Alis mata merupakan salah satu bagian luar mata yang bisa
dengan mudah kamu identifikasi. Fungsi dari bulu mata adalah untuk
menahan keringat dari atas dahi agar tidak masuk dan mengenai bola
mata.
3. Bulu Mata
Bulu mata menjadi salah satu bagian luar mata berikutnya.
Fungsi bulu mata antara lain untuk mengurangi cahaya yang masuk ke
dalam mata dan mencegah masuknya kotoran atau objek kecil ke
dalam mata, misalnya debu, pasir atau serpihan.
4. Kelenjar Mata Air
Fungsi utama dari kelenjar mata adalah untuk menghasilkan air
mata. Hal ini penting untuk membasahi mata dan menjaga mata agar
tetap lembab. Selain itu, kelenjar mata juga berguna untuk menyapu
atau membersihkan mata dari debu dan membunuh berbagai bibit
penyakit di dalam mata.
Anatomi Mata Bagian Dalam

5. Kornea

Kornea adalah bagian mata paling luar. Bagian kornea sendiri


berupa selaput bening dan bersifat transparan, sehingga
memungkinkan cahaya bisa masuk ke dalam sel-sel penerima cahaya
di dalam bola mata. Selain itu, fungsi dari kelenjar mata adalah untuk
melindungi mata dari benda-benda asing dan melakukan refraksi di
lensa mata.

6. Bilik Mata Depan (Anterior Chamber)

Bilik mata depan terlihat seperti kantung jelly yang terletak di


belakang kornea, di depan lensa. Kantung ini berisikan cairan aqueous
yang memberikan nutrisi ke jaringan mata.

7. Iris

Iris merupakan bagian mata yang berfungsi untuk mengatur


besar kecilnya pupil. Iris juga berfungsi untuk memberikan warna pada
mata. Oleh sebab itu, ada banyak warna yang berbeda seperti, hijau,
biru atau cokelat, sehingga iri juga disebut dengan selaput pelangi.

8. Pupil

Pupil adalah bagian mata berupa lubang kecil. Fungsi pupil


adalah untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke bola mata.
Besar kecilnya pada pupil ini diatur oleh iris. Pupil yang mengecil
menandakan bahwa cahaya yang masuk terlalu banyak atau terang,
sedangkan jika pupil membesar maka cahaya yang masuk terlalu
sedikit atau redup.

9. Retina

Retina atau disebut juga selaput jala merupakan bagian tipis sel
yang ada di bagian belakang bola mata. Fungsi retina adalah untuk
menangkap bayangan yang dibentuk lensa mata untuk selanjutnya
diubah menjadi sinyal syaraf. Bagian retina memiliki dua sel
fotoreseptor, yaitu rod (sel batang) dan cones (sel kerucut) sehingga
retina termasuk bagian mata yang sangat sensitif terhadap cahaya.

10. Lensa

Lensa mata berperan membentuk gambar untuk kemudian


diteruskan dan diterima retina. Lensa dapat menebal atau menipis
sesuai dengan jarak mata dengan objek yang dilihat. Jika objek benda
terlalu dekat, maka lensa akan menipis. Sedangkan, jika jarak terlalu
jauh, maka lensa mata akan menebal.

11. Koroid

Koroid merupakan dinding mata. Fungsi koroid adalah untuk


menyuplai oksigen dan nutrisi untuk bagian-bagian mata lainnya,
terutama retina, Umumnya, koroid memiliki warna cokelat kehitaman
atau hitam dengan tujuan agar cahaya tidak dapat dipantulkan kembali.

12. Vitreous Humor

Bagian mata berikutnya adalah Vitreous Humor atau dikenal


dengan badan vitreous. Bentuk dari vitreous berupa semacam gel.
Fungsi dari vitreous humor adalah untuk mengisi antara retina dan
lensa.

13. Saraf Optik

Saraf optik atau saraf mata berfungsi untuk meneruskan


informasi bayangan benda yang diterima retina menuju ke otak. Saraf
ini sangat penting untuk dapat menentukan bagaimana suatu bentuk
pada suatu objek yang kita lihat. Sehingga, jika saraf ini rusak, maka
akan mengakibatkan kebutaan mata.

14. Sklera
Sklera atau juga disebut sebagai selaput putih adalah bagian
mata yang berupa dinding putih. Ketebalan pada bagian mata sklera ini
rata-rata sekitar 1 milimeter dan bisa menebal sampai 3 milimeter yang
disebabkan oleh adanya otot irensi. Fungsi dari skelera ini adalah
untuk melindungi struktur mata dan membantu mempertahankan
bentuk mata.

15. Makula

Makula merupakan area sensitif kecil yang berada di tengah


retina yang memberikan penglihatan sentral. Pada bagian ini, terdapat
fovea. Fovea terletak di pusat makula dan fungsinya adalah untuk
memberikan penglihatan detail yang paling tajam pada mata.

Fisiologi :
1. Bagian luar mata

Bagian luar mata terdiri dari empat jenis organ yang semuanya terletak di
bagian luar mata. Semua organ ini juga memiliki fungsinya masing-masing. Organ
dibagian luar mata yang pertama adalah kelopak mata. Fungsi dari kelopak mata
adalah untuk melindungi dan menutupi mata. Kemudian ada bulu mata yang
berfungsi sebagai pencegah masuknya debu dan kotoran ke dalam mata.
Organ bagian luar mata selanjutnya adalah alis. Alis berfungsi untuk menahan
keringat dan juga kotoran agar tidak masuk ke dalam mata. Bagian terakhir luar
mata adalah kelenjar air mata. Fungsi dari bagian ini adalah untuk menghasilkan
air mata, membasahi dan menjaga mata agar tetap lembab.

2. Bagian dalam mata


Bagian dalam mata terdiri dari beberapa organ yang fungsinya saling
berkesinambunga. Berikut organ-organ dalam mata beserta fungsinya.
- Sklera, berfungsi untuk melindungi bagian dalam pada bola mata.
- Koroid, berfungsi untuk menyuplai makanan dan juga oksigen ke dalam
retina dan mencegah untuk terjadinya pantulan cahaya yang kemungkinan masuk
ke dalam bagian bola mata.
- Retina, fungsinya untuk melihat cahaya atau menangkap cahaya.
- Iris, berfungsi untuk memberikan warna pada mata dan mengatur besar
kecilnya pupil.
-Pupil, berfungsi untuk mengatur sedikit atau banyaknya cahaya yang masuk
ke dalam mata.
-Lensa, berfungsi untuk mengatur daya akomodasi lensa supaya bayangan
tepat jatuh pada retina.
-Bintik kuning, berfungsi sebagai tempat berkumpulnya reseptor.
-Bintik buta, bagian dalam mata yang menjadi tempat masuk dan juga
membelokkan berkas saraf.

B. PENGERTIAN
SOL merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang
intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma, infark, abses otak
dan tumor intra kranial. ( Long, C 2021; 130 )
Tumor suprstentorial meliputi lesi desak ruang jinak maupun ganas yang
tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Klien tumor suprstentorial datang dengan
berbagai gejala yang membingungkan, oleh karena itu penegakan diagnosis
menjadi sukar. Tumor suprstentorial dapat terjadi pada semua umur tidak jarang
menyerang anak- anak di bawah usia 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada
orang dewasa pada usia 50-an dan 60-an. (Arif Muttaqin, 2021)

C. ETIOLOGI
Penyebab dari SOL ini dapat berupa :
a. Malignansi
- Meliputi metastase, glioma, meningioma, adenoma pituitary, dan
neuroma akustik merupakan 95% dari seluruh tumor.
- Pada dewasa 2/3 dari tumor primer terletak supratentorial, tetapi pada
anak-anak 2/3 tumor terletak infratentorial.
- Tumor primer umumnya tidak melakukan metastasis dan sekitar 30%
tumor otak merupakan tumor metastasis dan 50% diantaranya adalah tumor
multipel.
SOL lain meliputi :
b. Hematoma , yang dapat disebabkan trauma.
c. Abses serebral.
d. Amubiasis serebral dan cystiserkosis.
e. Limfoma yang sering terjadi akibat infeksi HIV.
f. Granuloma dan tuberkuloma.
Faktor resiko tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok, ras, insiden
meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam
dan ketujuh. Faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia
tertentu.namun hal tersebut belum bisa dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta
dalam timbulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.

D. TANDA & GEJALA


Gejala klinis dari tumor otak bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi
daripada tumor tersebut. Kebanyakan dari gejala klinis yang tampak berhubungan
dengan peningkatan tekanan pada atau daerah sekitar otak. Tidak ada ruang di
dalam tempurung otak kecuali untuk jaringan otak dan cairannya. Segala bentuk
tumor, jaringan tambahan dan cairan yang berlebih dapat menyebabkan gambaran
klinis.
Akibat dari peninggian intrakranial:
1. Muntah: merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama.
Timbulnya terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual. Pada tingkat lanjut,
muntah menjadi proyektil.
2. Sakit kepala; dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan berulang-
ulang, nyeri berdenyut paling hebat pagi hari, dapat timbul akibat batuk, bersin
dan mengejan.
3. Gejala mata: Strabismus/ diplopia dapat terjadi karena regangan nervus
abdusens. Edema papil pada funduskopi merupakan petunjuk yang sangat
penting untuk tumor intrakranial
4. Pembesaran kepala: terutama pada anak di bawah umur 2 tahun yang
fontanelnya belum tertutup. Gejala ini tidak khas untuk tumor otak, hanya
menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial
5. Gangguan kesadaran: dapat ringan sampai yang berat
6. Kejang: sangat jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor
supratentorial; pada tumor infratentorial, kejang menunjukkan tingkat yang
sudah lanjut.
7. Gangguan mental: lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila
tumor berlokasi pada lobus frontalis atau lobus temporalis
Gejala-gejala lokal;
1. Tumor Batang Otak (Mesencephalon, Pons, Medulla Oblongata)
Tumor pada batang otak dapat memberikan beragam gambaran klinis. Gejala
yang paling sering adalah muntah, biasanya setelah bangun, dan jalan yang
tidak terkoordinasi dan janggal (ataxic gait). Kelemahan otot pada satu
sis dari wajah menyebabkan senyuman satu sisi ataupun kelopak mata yang
jatuh (drooping eyelid). Nyeri pada saat menelan dan gangguan pada tutur
bicara (dysarthria) juga merupakan gambaran klinis yang penting. Sebagai
tambahan, fungsi dari saraf – saraf mata menyebabkan penurunan
penglihatan. Nyeri kepala, biasanya setelah bangun tidur, biasa terjadi. Rasa
pusing, penurunan pendengaran, memiringkan kepala, kelemahan otot pada
satu sisi (hemiparese) dan perubahan tingkah laku dapat terjadi. Gejala – gejala
ini dapat timbul secara bertahap
2. Tumor Sudut Serebelopontin (Tumor Nervus Akustikus)
Gejala awal adalah telinga berdenging (tinnitus). Pada kasus-kasus tertentu
disertai rasa berputar (vertigo). Seiring dengan pertumbuhan tumor, gejala lain
dapat muncul seperti ketulian, dan gejala-gejala lain yang hampir sama dengan
gejala tumor batang otak.
3. Tumor Serebral Hemisphere
4. Tumor Lobus Frontalis
Gejala umum terdiri dari paralisis satu sisi (hemoplegia), kejang, memori
defek, dan perubahan status mental dan tingkah laku. Apabila tumor terletak
pada basis lobus frontalis, kehilangan sensasi penciuman (anosmia), gangguan-
gangguan penglihatan, dan pembengkakan pada nervus optikus (papiledema)
dapat terjadi. Apabila tumor mengenai bagian kanan dan kiri lobus frontalis,
perubahan status mental atau tingkah laku dan jalan yang tidak terkoordinasi
(ataxic gait) dapat terjadi.
5. Tumor Lobus Parietal
Kejang, gangguan berbicara, dan ketidakmampuan untuk menulis terjadi bila
tumor terletak pada bagian dominan (biasanya hemisphere kiri). Gejala lain
yaitu adanya disorientasi pada ruangan atau anggota tubuh.
6. Tumor Lobus Oksipital
Gejala umum adalah kebutaan pada satu sisi (hemianopsia) dan kejang
7. Tumor Lobus Temporal
Biasanya tidak menunjukkan gejala. Akan tetapi, dapat menyebabkan kejang
ataupun gangguan berbicara (dysphasia).
8. Tumor Subkortikal
Hemiplegia merupakan gejala umum. Tumor ini sering menginvasi lobus lain
pada hemisphere serebral dan menyebabkan timbulnya gejala-gejala lain sesuai
dengan lokasi invasi. Apabila tumor tersebur menginvasi thalamus, kehilangan
sensasi sentuh dapat terjadi.
9. Tumor Midline (Craniopharyngioma, Optic Nerve Glioma, Tumors of
the Thalamus and Sellar areas)
Timbul gejala – gejala peningkatan tekanan intrakranial. Gejala lain adalah
nistagmus, perubahan tingkah laku ataupun kesadaran. Sebagai tambahan,
gangguan pada fungsi glandular menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
ataupun pertumbuhan yang terlalu cepat. Dapat terjadi gangguan gangguan
keseimbangan air (diabetes insipidus)
10. Tumor Fossa Posterior (Tumors Ventricle IV, Tumor Cerebellar)
Gejala peningkatan tekanan intracranial sering terjadi. Ataxic gait, jalan
mengayun dan sempoyongan dapat terjadi. Tremor, dan gangguan koordinasi
dan berbicara lainnya adalah gejala yang sering. Iritasi saraf dapat
menyebabkan rasa sakit pada belakang kepala.
11. Tumor Infratentorial
Karena letaknya di fosa posterior, maka gejala lokal yang ditemukan ialah
a. Gejala serebelar: berupa ataksia, gangguan koordinasi, nistagmus dan
gangguan tonus otot.
b. Gejala batang otak: pada umumnya berat karena pada batang otak
terdapat pusatpusat vital serta pusat saraf kranialis
c. Gejala nervi kranialis: akibat peregangan atau penekanan tumor terutama
N.VI, juga N.V, VII, IX dan X
12. Tumor Supratentorial
a. Tumor supraselar memberikan gejala utama berupa gangguan
penglihatan dan gangguan endokrin/ metabolik.
b. Tumor hemisfer serebri: gejala yang timbul bergantung pada lokalisasi
tumor di area/lobus hemisfer, seperti sindroma lobus frontalis atau
sindroma lobus temporalis

E. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan timbulnya ganguan neurologik progresif, gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua factor-faktor gangguan
fokal akibat tumor dan peningkataan TIK.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dari
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural.
Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat disebabkan oleh beberapa factor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Beberepa tumor dapat menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan
edema akibat kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan volume
intracranial dan TIK.
Pada mekanisme kompensasi akan bekerja menurunkan volume darah
ntrakranial, volume CSF< kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi
unkus atau serebelum. Herniasi menekan mensefalon menyebabkan hilangnya
kesadaran. Pada herniasi serebelum, tonsil bergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti nafas
terjadi dengan cepat, perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan TIK
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran nadi) dan gagal nafas.
(price Sylvia A.2018: 1187).
F. PATHWAY
Idiopatik

Tumor otak

Penekanan jaringan otak bertambahnya


massa

Penyerapan cairan
otak
Invasi jaringan otak nekrosis jaringan otak
Obstruksi vena di otak
Kerusakan jar.neuron gangguan suplai hipoksia
Darah jaringan oedema

Nyeri
Gangg. fungsi
Otak .Perfusi peningkatan hidrosefalus
jaringan
Kejang gangguan tidak efektif TIK
Neurologis disorientasi
henti nafas lokal bradikardi progresif, hipertensi sistemik,

Resiko
Gangg. defisit neurologis cidera ancaman kematian
Pertukar-
an gas
Cemas
(Amin Hadi aplikasi SDKI, 2018)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram (EEG)
Kanker otak, tumor intracranial, Space Occupying Lesion (SOL)
maupun oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan barier
darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif. (Arif
Muttaqin, 2018)
Elektroensefalogram (EEG) mendeteksi gelombang otak abnormal
pada daerah yang ditempati lesi dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu kejang
2. Ekoensefalogram
Ekoensefalogram memberi informasi mengenai pergeseran kandungan
intra serebral
3. Foto rontgen polos
Foto rontgen polos tengkorak dan medulla spinalis sering digunakan
untuk mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang
lainnya, terutama dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto rontgen
polos mungkin menjadi diagnostik bila kelenjar pineal yang mengalami
penyimpangan letak terlihat pada hasil foto rontgen, yang merupakan petunjuk
dini tentang adanya SOL (space occupying lesion).
4. MRI
Pemindaian MRI membarikan gambaran grafik dari struktur tulang,
cairan, dan jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang detail anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor
kecil, ganas, atau sindrom infrak dini.
5. CT Scan
CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen
yang diduga menderita Space Occupying Lesion (SOL). Sensitifitas CT Scan
untuk mendeteksi lesi yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada
basis kranil. Gambaran CT Scan pada Space Occupying Lesion (SOL),
umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong
struktur otak disekitarnya. Biasanya SOL dikelilingi jaringan udem yang
terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan
atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang
hiperdens. Beberapa jenis SOL akan terlihat lebih nyata bila pada waktu
pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras
6. Angiografi serebral
Angiografi memberi gambaran pembuluh darah serebral dan letak
tumor. Kebanyakan angiografi serebral dilakukan dengan memasukkan kateter
melalui arteri femoralis di antara sela paha dan masuk menuju pembuluh darah
bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan dengan tusukan langsung pada arteri
karotis atau arteri vertebral atau dengan suntikan mundur ke dalam arteri
brakialis dengan zat kontras. (Arif Muttaqin, 2018)
7. Radiogram
Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pineal yang mengapur, dan posisi
selatursika (Arif Muttaqin, 2018).
8. Sidik otak radioaktif
Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
Space Occupying Lesion (SOL) mengakibatkan kerusakan sawar darah otak
yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif (Arif Muttaqin, 2018)
9. Biopsi stereotaktik bantuan-komputer (tiga dimensi)
Biopsi stereotaktik digunakan untuk mendiagnosis kedudukan lesi
yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi
prognosis. (Suzanne C. Smeltzer, 2021).

H. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan
-Craniotomi
Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung
kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak.
Craniectomy adalah operasi pengangkatan sebagian tengkorak. Craniotomi
adalah Operasi membuka tengkorak (tempurung kepala) untuk
mengetahui dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh adanya luka
yang ada di otak.
Tujuan Craniotomi adalah jenis operasi otak. Ini adalah operasi yang
paling umum dilakukan untuk otak pengangkatan tumor. Operasi ini juga
dilakukan untuk menghilangkan bekuan darah (hematoma), untuk
mengendalikan perdarahan dari pembuluh, darah lemah bocor (aneurisma
serebral), untuk memperbaiki malformasi arteriovenosa (koneksi abnormal
dari pembuluh darah), untuk menguras abses otak, untuk mengurangi tekanan
di dalam tengkorak, untuk melakukan biopsi, atau untuk memeriksa otak.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor.
Sebuah mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya.
Mungkin kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang
belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi
membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat
melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti
operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia
pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
Beberapa bentuk terapi radiasi:
Fraksinasi: Radioterapi biasanya diberikan lima hari seminggu
selama beberapa minggu. Memberikan dosis total radiasi secara peri odik
membantu melindungi jaringan sehat di daerah tumor.
Hyperfractionation: Pasien mendapat dosis kecil radiasi dua atau
tiga kali sehari, bukan jumlah yang lebih besar sekali sehari. Efek samping
dari radioterapi, dapat meliputi: perasaan lelah berkepanjangan, mual,
muntah, kerontokan rambut, perubahan warna kulit (seperti terbakar) di
lokasi radiasi, sakit kepala dan kejang (gejala nekrosis radiasi)

c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan penyakit yang disebabkan oleh agen
kimia yang biasanya digunakan untuk terapi kanker. Dasar pengobatan yaitu
perbedaan antara sel kanker dan sel normal terhadap reaksi pengobatan
sitostatika yang diberikan sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Perbedaan
tersebut adalah perbedaan sifat biologis, biokimia, reaksi farmakokinetik dan
sifat proliferatif. Sebelum membahas mengenai cara kerja masing-masing
golongan obat antineoplasma, perlu diketahui dulu hubungan kerja obat
antineoplasma dengan siklus sel kanker. Sel tumor dapat berada dalam 3
keadaan yaitu :
1. Yang sedang membelah (siklus proliferatif).
2. Yang dalam keadaan istirahat (tidak membelah, G0).
3. Yang secara permanen tidak membelah

I. Pengkajian
1. Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan
darah, penghasilan
2. Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu,
riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB
dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul
3. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang
keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi,
ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor
faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi
dan dan latihan
4. Sirkulasi, gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan
pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
5. Integritas Ego : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda :
cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
6. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
7. Makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan
selera. Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur
keluar, disfagia)
8. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan
pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan
penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status
mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti,
kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak
seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi,
kejang, sensitive terhadap gerakan
9. Nyeri/Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan
biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat/tidur.
10. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea,
potensial obstruksi.
11. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
12. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
13. Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan
sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
14. Seksualitas, gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan
tingkat kepuasan)
15. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat perkawinan
(kepuasan rumah tangga, dukungan), fungsi peran. (Doenges, 2020).

J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma),
Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan), Agen pencedera
fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) (D.0077)
2. Perfusi jaringan tidak efektif b.d Hiperglikemia, Penurunan konsentrasi
hemoglobin, Peningkatan tekanan darah, Kekurangan volume cairan (D.0009)
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi, perubahan
membran alveolus kapiler (D.0003)
4. Resiko cidera b.d Terpapar pathogen, Ketidaknormalan profil darah, Hipoksia
jaringan, Perubahan fungsi psikomotor, Malnutrisi, Perubahan fungsi kognitif
(D.0136)
5. Cemas b.d Krisis situasional, Kebutuhan tidak terpenuhi, Krisis maturasional,
Ancaman terhadap konsep diri, Ancaman terhadap kematian, Kekhawatiran
mengalami kegagalan, Disfungsi sistem keluarga (D.0080)
K. Intervensi Keperawatan
N DX KEP Tujuan & KH Intervensi
O
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan A. MANAJEMEN NYERI
Agen pencedera tindakan keperawatan
1. Observasi
fisiologis (mis. selama ...X24 jam
infarmasi, lakemia, diharapkan nyeri
 lokasi, karakteristik,
neoplasma), Agen berkurang dengan KH :
durasi, frekuensi,
pencedera kimiawi
1. Klien kualitas, intensitas
(mis. terbakar,
melaporkan nyeri
bahan kimia iritan),
nyeri berkurang  Identifikasi skala nyeri
Agen pencedera
2. Klien tidak  Identifikasi respon
fisik (mis.abses,
tampak gelisah nyeri non verbal
amputasi, terbakar,
3. TTV dalam  Identifikasi faktor yang
terpotong,
batas normal memperberat dan
mengangkat berat,
memperingan nyeri
prosedur operasi,
 Identifikasi
trauma, latihan fisik
pengetahuan dan
berlebihan)
keyakinan tentang
(D.0077)
nyeri
 Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik

 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

3. Edukasi

 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

B. PEMBERIAN ANALGETIK

1. Observasi

 Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
 Identifikasi riwayat
alergi obat
 Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic
 Monitor efektifitas
analgesik

2. Terapeutik

 Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
 Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
 Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
 Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak diinginkan

3. Edukasi

 Jelaskan efek terapi


dan efek samping obat

4. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
2 Perfusi jaringan Setelah dilakukan A. PERAWATAN SIRKULASI
tidak efektif b.d tindakan keperawatan (I.02079)
Hiperglikemia, selama ...X24 jam
1. Observasi
Penurunan diharapkan masalah
konsentrasi perfusi jaringan teratasi
 Periksa sirkulasi
hemoglobin, dengan KH :
perifer(mis. Nadi
Peningkatan tekanan
1. Turgor kulit perifer, edema,
darah, Kekurangan
membaik pengisian kalpiler,
volume cairan
2. Nadi perifer warna, suhu, angkle
(D.0009)
meningkat atau brachial index)
teraba  Identifikasi faktor
3. Pengisian resiko gangguan
kapiler <3 detik sirkulasi (mis.
Diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi
dan kadar kolesterol
tinggi)
 Monitor panas,
kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada
ekstremitas

2. Terapeutik

 Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet
pada area yang cidera
 Lakukan pencegahan
infeksi
 Lakukan perawatan
kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi

3. Edukasi

 Anjurkan berhenti
merokok
 Anjurkan berolahraga
rutin
 Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
 Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu
 Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan
darah secara teratur
 Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
 Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
Melembabkan kulit
kering pada kaki)
 Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
 Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
 Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

B. MANAJEMEN SENSASI
PERIFER (I. 06195)

1. Observasi

 Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
 Identifikasi
penggunaan alat
pengikat, prostesis,
sepatu, dan pakaian
 Periksa perbedaan
sensasi tajam atau
tumpul
 Periksa perbedaan
sensasi panas atau
dingin
 Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi
dan tekstur benda
 Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu
 Monitor perubahan
kulit
 Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena

2. Terapeutik

 Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
(terlalu panas atau
dingin)

3. Edukasi

 Anjurkan penggunaan
termometer untuk
menguji suhu air
 Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal
saat memasak
 Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah

4. Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
 Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid,
jika perlu

3 Gangguan Setelah dilakukan PEMANTAUAN RESPIRASI


pertukaran gas b.d tindakan keperawatan Observasi :
ketidakseimbangan selama ...X24 jam  Monitor pola nafas,
ventilasi perfusi, diharapkan masalah SPO2
perubahan membran gangguan pertukaran  Monitor frekuensi,
alveolus kapiler gas teratasi dengan KH : irama, kedalaman, dan
(D.0003) upaya nafas
1. Tingkat
 Monitor adanya
kesadaran dalam
sumbatan jalan nafas
batas normal
Terapeutik :
2. Tidak ada bunyi
 Atur interval pemantauan
nafas tambahan
respirasi pasien
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

TERAPI OKSIGEN
Observasi :
 Monitor kecepatan aliran
oksigen
 Monitor alat terapi oksigen
 Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
 Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik :
 Bersihkan sekret pada mulut,
hidung, trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan
nafas
 Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
 Ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 dirumah
Kolaborasi :
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
4 Resiko cidera b.d Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan Lingkungan
Terpapar pathogen, tindakan keperawatan
Observasi:
Ketidaknormalan selama ...X24 jam
profil darah, diharapkan resiko cidera  Identifikasi kebutuhan
Hipoksia jaringan, teratasi dengan KH : keselamatan
Perubahan fungsi
1. Klien tidak  Monitor perubahan status
psikomotor,
tampak ada keselamatan lingkungan
Malnutrisi,
perdarahan
Perubahan fungsi Terapeutik:
2. Klien tidak
kognitif (D.0136)
tampak ada  Hilangkan bahaya keselamatan,
luka/lecet Jika memungkinkan
3. Klien tak
 Modifikasi lingkungan untuk
nampak ada
meminimalkan risiko
perdarahan
 Sediakan alat bantu kemanan
linkungan (mis. Pegangan
tangan)

 Gunakan perangkat pelindung


(mis. Rel samping, pintu
terkunci, pagar)

Edukasi

 Ajarkan individu, keluarga dan


kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan

Pencegahan Cidera

Observasi:

 Identifikasi obat yang berpotensi


menyebabkan cidera

 Identifikasi kesesuaian alas kaki


atau stoking elastis pada
ekstremitas bawah

Terapeutik:

 Sediakan pencahayaan yang


memadai

 Sosialisasikan pasien dan


keluarga dengan lingkungan
rawat inap

 Sediakan alas kaki antislip

 Sediakan urinal atau urinal untk


eliminasi di dekat tempat tidur,
Jika perlu

 Pastikan barang-barang pribadi


mudah dijangkau

 Tingkatkan frekuensi observasi


dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan

Edukasi

 Jelaskan alasan intervensi


pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga

 Anjurkan berganti posisi secara


perlahan dan duduk beberapa
menit sebelum berdiri

5 Cemas b.d Krisis Setelah dilakukan Observasi


situasional, tindakan keperawatan
Kebutuhan tidak selama ...X24 jam  Identifikasi masalah yang

terpenuhi, Krisis diharapkan kecemasan sebenarnya dialami kelompok

maturasional, teratasi dengan KH :  ldentifikasi kelompok

Ancaman terhadap memiliki masalah yang sama


4. Klien tidak
konsep diri,  Identifikasi hambatan
tampak cemas
Ancaman terhadap menghadiri sesi kelompok
5. Klien tidak
kematian, (mis. stigma, cemas, tidak
tampak bingung
Kekhawatiran aman)
6. Klien tak
mengalami  Identifikasi aturan dan norma
nampak gelisah
kegagalan, yang perlu dimodifikasi pada
dan tegang
Disfungsi sistem sesi selanjutnya, jika peru
keluarga (D.0080)
Terapeutik

 Siapkan lingkungan terapeutik


dan rileks
 Bentuk kelompok dengan
pengalaman dan masalah yang
sama
 Mulai sesi kelompok dengan
mengenalkan semua anggota
kelompok dan terapis
 Mulai dengan percakapan
ringan, berbagi informasi
tentang diri masing-masing
dan alasan terlibat dalam
kelompok
 Buat aturan dan norma dalam
kelompok dalam kelompok,
terutama kerahasiaan dalam
kelompok
 Sepakati Jumlah sesi yang
diperlukan dalam kelompok
 Bangun rasa tanggung jawab
dalam kelompok
 Diskusikan penyelesaian
masalah dalam kelompok
 Berikan kesempatan individu
untuk berhenti sejenak saat
merasa distress akibat topik
tertentu sampai mampu
berpartisipasi kembali
 Berikan kesempatan istirahat
di setiap sesi untuk
memfasilitasi percakapan
individual
dalam kelompok
 Berikan kesempatan saling
mendukung dalam kelompok
terkait masalah dan
penyelesaian masalah
 Berikan kesempatan kelompok
menyimpulkan masalah,
penyelesaian masalah dan
dukungan yang diperlukan
untuk setiap anggota
kelompok
 Hindarkan percakapan ofensif,
tidak sensitif, seksual atau
humor yang tidak perlu/tidak
pada tempaitnya
 Sediakan media untuk
kebutuhan berkomunikasi di
luar kelompok (mis. email,
telepon, SMS, WA)
 Lakukan refleksi manfaat
dukungan kelompok pada
setiap awal dan akhir
pertemuan
 Akhiri kegiatan sesuai sesi
yang disepakati

Edukasi

 Anjurkan anggota kelompok


mendengarkan dan memberi
dukungan saat mendiskusikan
masalah dan perasaan
 Anjurkan bersikap jujur dalam
menceritakan perasaan dan
masalah
 Anjurkan setiap anggota
kelompok mengemukakan
ketidakpuasan, keluhan, kritik
dalam kelompok dengan cara
santun
 Anjurkan kelompok untuk
menuntaskan ketidakpuasan,
keluhan dan kritik
 Ajarkan relaksasi pada setiap
sesi, jika perlu

L. Referensi

Wong, DL et al. 2020. Buku Ajar Keperawatan Anak, Vol.2. Jakarta: EGC.
Mubarak,W.I dan Chayatin, N. 2020. Keperawatan Anak.Jakarta:EGC
Andarmoyo, Sulistyo.2022. Keperawatan Anak,edisi Pertama.Yogyakarta: Graha
Ilmu
Tarwoto, Wartonah (2018). Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2019). NANDA international Nursing
Diagnoses: Definitions & classification, 2017-2019. Oxford : Wiley
Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2019).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai