Di Susun Oleh :
Ahmad Alvian
72020040007
Di Susun Oleh :
Nama : Muhammad Yani Fathkurahman
NIM : 222020010044
Prodi : D3 Keperawatan
5. Kornea
7. Iris
8. Pupil
9. Retina
Retina atau disebut juga selaput jala merupakan bagian tipis sel
yang ada di bagian belakang bola mata. Fungsi retina adalah untuk
menangkap bayangan yang dibentuk lensa mata untuk selanjutnya
diubah menjadi sinyal syaraf. Bagian retina memiliki dua sel
fotoreseptor, yaitu rod (sel batang) dan cones (sel kerucut) sehingga
retina termasuk bagian mata yang sangat sensitif terhadap cahaya.
10. Lensa
11. Koroid
14. Sklera
Sklera atau juga disebut sebagai selaput putih adalah bagian
mata yang berupa dinding putih. Ketebalan pada bagian mata sklera ini
rata-rata sekitar 1 milimeter dan bisa menebal sampai 3 milimeter yang
disebabkan oleh adanya otot irensi. Fungsi dari skelera ini adalah
untuk melindungi struktur mata dan membantu mempertahankan
bentuk mata.
15. Makula
Fisiologi :
1. Bagian luar mata
Bagian luar mata terdiri dari empat jenis organ yang semuanya terletak di
bagian luar mata. Semua organ ini juga memiliki fungsinya masing-masing. Organ
dibagian luar mata yang pertama adalah kelopak mata. Fungsi dari kelopak mata
adalah untuk melindungi dan menutupi mata. Kemudian ada bulu mata yang
berfungsi sebagai pencegah masuknya debu dan kotoran ke dalam mata.
Organ bagian luar mata selanjutnya adalah alis. Alis berfungsi untuk menahan
keringat dan juga kotoran agar tidak masuk ke dalam mata. Bagian terakhir luar
mata adalah kelenjar air mata. Fungsi dari bagian ini adalah untuk menghasilkan
air mata, membasahi dan menjaga mata agar tetap lembab.
B. PENGERTIAN
SOL merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang
intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma, infark, abses otak
dan tumor intra kranial. ( Long, C 2021; 130 )
Tumor suprstentorial meliputi lesi desak ruang jinak maupun ganas yang
tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Klien tumor suprstentorial datang dengan
berbagai gejala yang membingungkan, oleh karena itu penegakan diagnosis
menjadi sukar. Tumor suprstentorial dapat terjadi pada semua umur tidak jarang
menyerang anak- anak di bawah usia 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada
orang dewasa pada usia 50-an dan 60-an. (Arif Muttaqin, 2021)
C. ETIOLOGI
Penyebab dari SOL ini dapat berupa :
a. Malignansi
- Meliputi metastase, glioma, meningioma, adenoma pituitary, dan
neuroma akustik merupakan 95% dari seluruh tumor.
- Pada dewasa 2/3 dari tumor primer terletak supratentorial, tetapi pada
anak-anak 2/3 tumor terletak infratentorial.
- Tumor primer umumnya tidak melakukan metastasis dan sekitar 30%
tumor otak merupakan tumor metastasis dan 50% diantaranya adalah tumor
multipel.
SOL lain meliputi :
b. Hematoma , yang dapat disebabkan trauma.
c. Abses serebral.
d. Amubiasis serebral dan cystiserkosis.
e. Limfoma yang sering terjadi akibat infeksi HIV.
f. Granuloma dan tuberkuloma.
Faktor resiko tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok, ras, insiden
meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam
dan ketujuh. Faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia
tertentu.namun hal tersebut belum bisa dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta
dalam timbulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.
E. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan timbulnya ganguan neurologik progresif, gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua factor-faktor gangguan
fokal akibat tumor dan peningkataan TIK.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dari
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural.
Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat disebabkan oleh beberapa factor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Beberepa tumor dapat menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan
edema akibat kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan volume
intracranial dan TIK.
Pada mekanisme kompensasi akan bekerja menurunkan volume darah
ntrakranial, volume CSF< kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi
unkus atau serebelum. Herniasi menekan mensefalon menyebabkan hilangnya
kesadaran. Pada herniasi serebelum, tonsil bergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti nafas
terjadi dengan cepat, perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan TIK
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran nadi) dan gagal nafas.
(price Sylvia A.2018: 1187).
F. PATHWAY
Idiopatik
Tumor otak
Penyerapan cairan
otak
Invasi jaringan otak nekrosis jaringan otak
Obstruksi vena di otak
Kerusakan jar.neuron gangguan suplai hipoksia
Darah jaringan oedema
Nyeri
Gangg. fungsi
Otak .Perfusi peningkatan hidrosefalus
jaringan
Kejang gangguan tidak efektif TIK
Neurologis disorientasi
henti nafas lokal bradikardi progresif, hipertensi sistemik,
Resiko
Gangg. defisit neurologis cidera ancaman kematian
Pertukar-
an gas
Cemas
(Amin Hadi aplikasi SDKI, 2018)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram (EEG)
Kanker otak, tumor intracranial, Space Occupying Lesion (SOL)
maupun oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan barier
darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif. (Arif
Muttaqin, 2018)
Elektroensefalogram (EEG) mendeteksi gelombang otak abnormal
pada daerah yang ditempati lesi dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu kejang
2. Ekoensefalogram
Ekoensefalogram memberi informasi mengenai pergeseran kandungan
intra serebral
3. Foto rontgen polos
Foto rontgen polos tengkorak dan medulla spinalis sering digunakan
untuk mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang
lainnya, terutama dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto rontgen
polos mungkin menjadi diagnostik bila kelenjar pineal yang mengalami
penyimpangan letak terlihat pada hasil foto rontgen, yang merupakan petunjuk
dini tentang adanya SOL (space occupying lesion).
4. MRI
Pemindaian MRI membarikan gambaran grafik dari struktur tulang,
cairan, dan jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang detail anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor
kecil, ganas, atau sindrom infrak dini.
5. CT Scan
CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen
yang diduga menderita Space Occupying Lesion (SOL). Sensitifitas CT Scan
untuk mendeteksi lesi yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada
basis kranil. Gambaran CT Scan pada Space Occupying Lesion (SOL),
umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong
struktur otak disekitarnya. Biasanya SOL dikelilingi jaringan udem yang
terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan
atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang
hiperdens. Beberapa jenis SOL akan terlihat lebih nyata bila pada waktu
pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras
6. Angiografi serebral
Angiografi memberi gambaran pembuluh darah serebral dan letak
tumor. Kebanyakan angiografi serebral dilakukan dengan memasukkan kateter
melalui arteri femoralis di antara sela paha dan masuk menuju pembuluh darah
bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan dengan tusukan langsung pada arteri
karotis atau arteri vertebral atau dengan suntikan mundur ke dalam arteri
brakialis dengan zat kontras. (Arif Muttaqin, 2018)
7. Radiogram
Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pineal yang mengapur, dan posisi
selatursika (Arif Muttaqin, 2018).
8. Sidik otak radioaktif
Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
Space Occupying Lesion (SOL) mengakibatkan kerusakan sawar darah otak
yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif (Arif Muttaqin, 2018)
9. Biopsi stereotaktik bantuan-komputer (tiga dimensi)
Biopsi stereotaktik digunakan untuk mendiagnosis kedudukan lesi
yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi
prognosis. (Suzanne C. Smeltzer, 2021).
H. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan
-Craniotomi
Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung
kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak.
Craniectomy adalah operasi pengangkatan sebagian tengkorak. Craniotomi
adalah Operasi membuka tengkorak (tempurung kepala) untuk
mengetahui dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh adanya luka
yang ada di otak.
Tujuan Craniotomi adalah jenis operasi otak. Ini adalah operasi yang
paling umum dilakukan untuk otak pengangkatan tumor. Operasi ini juga
dilakukan untuk menghilangkan bekuan darah (hematoma), untuk
mengendalikan perdarahan dari pembuluh, darah lemah bocor (aneurisma
serebral), untuk memperbaiki malformasi arteriovenosa (koneksi abnormal
dari pembuluh darah), untuk menguras abses otak, untuk mengurangi tekanan
di dalam tengkorak, untuk melakukan biopsi, atau untuk memeriksa otak.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor.
Sebuah mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya.
Mungkin kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang
belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi
membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat
melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti
operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia
pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
Beberapa bentuk terapi radiasi:
Fraksinasi: Radioterapi biasanya diberikan lima hari seminggu
selama beberapa minggu. Memberikan dosis total radiasi secara peri odik
membantu melindungi jaringan sehat di daerah tumor.
Hyperfractionation: Pasien mendapat dosis kecil radiasi dua atau
tiga kali sehari, bukan jumlah yang lebih besar sekali sehari. Efek samping
dari radioterapi, dapat meliputi: perasaan lelah berkepanjangan, mual,
muntah, kerontokan rambut, perubahan warna kulit (seperti terbakar) di
lokasi radiasi, sakit kepala dan kejang (gejala nekrosis radiasi)
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan penyakit yang disebabkan oleh agen
kimia yang biasanya digunakan untuk terapi kanker. Dasar pengobatan yaitu
perbedaan antara sel kanker dan sel normal terhadap reaksi pengobatan
sitostatika yang diberikan sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Perbedaan
tersebut adalah perbedaan sifat biologis, biokimia, reaksi farmakokinetik dan
sifat proliferatif. Sebelum membahas mengenai cara kerja masing-masing
golongan obat antineoplasma, perlu diketahui dulu hubungan kerja obat
antineoplasma dengan siklus sel kanker. Sel tumor dapat berada dalam 3
keadaan yaitu :
1. Yang sedang membelah (siklus proliferatif).
2. Yang dalam keadaan istirahat (tidak membelah, G0).
3. Yang secara permanen tidak membelah
I. Pengkajian
1. Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan
darah, penghasilan
2. Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu,
riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB
dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul
3. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang
keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi,
ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor
faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi
dan dan latihan
4. Sirkulasi, gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan
pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
5. Integritas Ego : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda :
cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
6. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
7. Makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan
selera. Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur
keluar, disfagia)
8. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan
pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan
penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status
mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti,
kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak
seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi,
kejang, sensitive terhadap gerakan
9. Nyeri/Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan
biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat/tidur.
10. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea,
potensial obstruksi.
11. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
12. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
13. Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan
sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
14. Seksualitas, gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan
tingkat kepuasan)
15. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat perkawinan
(kepuasan rumah tangga, dukungan), fungsi peran. (Doenges, 2020).
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma),
Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan), Agen pencedera
fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) (D.0077)
2. Perfusi jaringan tidak efektif b.d Hiperglikemia, Penurunan konsentrasi
hemoglobin, Peningkatan tekanan darah, Kekurangan volume cairan (D.0009)
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi, perubahan
membran alveolus kapiler (D.0003)
4. Resiko cidera b.d Terpapar pathogen, Ketidaknormalan profil darah, Hipoksia
jaringan, Perubahan fungsi psikomotor, Malnutrisi, Perubahan fungsi kognitif
(D.0136)
5. Cemas b.d Krisis situasional, Kebutuhan tidak terpenuhi, Krisis maturasional,
Ancaman terhadap konsep diri, Ancaman terhadap kematian, Kekhawatiran
mengalami kegagalan, Disfungsi sistem keluarga (D.0080)
K. Intervensi Keperawatan
N DX KEP Tujuan & KH Intervensi
O
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan A. MANAJEMEN NYERI
Agen pencedera tindakan keperawatan
1. Observasi
fisiologis (mis. selama ...X24 jam
infarmasi, lakemia, diharapkan nyeri
lokasi, karakteristik,
neoplasma), Agen berkurang dengan KH :
durasi, frekuensi,
pencedera kimiawi
1. Klien kualitas, intensitas
(mis. terbakar,
melaporkan nyeri
bahan kimia iritan),
nyeri berkurang Identifikasi skala nyeri
Agen pencedera
2. Klien tidak Identifikasi respon
fisik (mis.abses,
tampak gelisah nyeri non verbal
amputasi, terbakar,
3. TTV dalam Identifikasi faktor yang
terpotong,
batas normal memperberat dan
mengangkat berat,
memperingan nyeri
prosedur operasi,
Identifikasi
trauma, latihan fisik
pengetahuan dan
berlebihan)
keyakinan tentang
(D.0077)
nyeri
Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
B. PEMBERIAN ANALGETIK
1. Observasi
Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
Identifikasi riwayat
alergi obat
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic
Monitor efektifitas
analgesik
2. Terapeutik
Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
3. Edukasi
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
2 Perfusi jaringan Setelah dilakukan A. PERAWATAN SIRKULASI
tidak efektif b.d tindakan keperawatan (I.02079)
Hiperglikemia, selama ...X24 jam
1. Observasi
Penurunan diharapkan masalah
konsentrasi perfusi jaringan teratasi
Periksa sirkulasi
hemoglobin, dengan KH :
perifer(mis. Nadi
Peningkatan tekanan
1. Turgor kulit perifer, edema,
darah, Kekurangan
membaik pengisian kalpiler,
volume cairan
2. Nadi perifer warna, suhu, angkle
(D.0009)
meningkat atau brachial index)
teraba Identifikasi faktor
3. Pengisian resiko gangguan
kapiler <3 detik sirkulasi (mis.
Diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi
dan kadar kolesterol
tinggi)
Monitor panas,
kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada
ekstremitas
2. Terapeutik
Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet
pada area yang cidera
Lakukan pencegahan
infeksi
Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
3. Edukasi
Anjurkan berhenti
merokok
Anjurkan berolahraga
rutin
Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu
Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan
darah secara teratur
Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
Melembabkan kulit
kering pada kaki)
Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
B. MANAJEMEN SENSASI
PERIFER (I. 06195)
1. Observasi
Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
Identifikasi
penggunaan alat
pengikat, prostesis,
sepatu, dan pakaian
Periksa perbedaan
sensasi tajam atau
tumpul
Periksa perbedaan
sensasi panas atau
dingin
Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi
dan tekstur benda
Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu
Monitor perubahan
kulit
Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
2. Terapeutik
Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
(terlalu panas atau
dingin)
3. Edukasi
Anjurkan penggunaan
termometer untuk
menguji suhu air
Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal
saat memasak
Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid,
jika perlu
TERAPI OKSIGEN
Observasi :
Monitor kecepatan aliran
oksigen
Monitor alat terapi oksigen
Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik :
Bersihkan sekret pada mulut,
hidung, trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan
nafas
Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
Ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 dirumah
Kolaborasi :
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
4 Resiko cidera b.d Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan Lingkungan
Terpapar pathogen, tindakan keperawatan
Observasi:
Ketidaknormalan selama ...X24 jam
profil darah, diharapkan resiko cidera Identifikasi kebutuhan
Hipoksia jaringan, teratasi dengan KH : keselamatan
Perubahan fungsi
1. Klien tidak Monitor perubahan status
psikomotor,
tampak ada keselamatan lingkungan
Malnutrisi,
perdarahan
Perubahan fungsi Terapeutik:
2. Klien tidak
kognitif (D.0136)
tampak ada Hilangkan bahaya keselamatan,
luka/lecet Jika memungkinkan
3. Klien tak
Modifikasi lingkungan untuk
nampak ada
meminimalkan risiko
perdarahan
Sediakan alat bantu kemanan
linkungan (mis. Pegangan
tangan)
Edukasi
Pencegahan Cidera
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi
Edukasi
L. Referensi
Wong, DL et al. 2020. Buku Ajar Keperawatan Anak, Vol.2. Jakarta: EGC.
Mubarak,W.I dan Chayatin, N. 2020. Keperawatan Anak.Jakarta:EGC
Andarmoyo, Sulistyo.2022. Keperawatan Anak,edisi Pertama.Yogyakarta: Graha
Ilmu
Tarwoto, Wartonah (2018). Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2019). NANDA international Nursing
Diagnoses: Definitions & classification, 2017-2019. Oxford : Wiley
Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2019).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia