Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan

mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.

Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi dan 3,6%

gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18%

antara tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan

di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit dialami orang-orang yang tinggal di

negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017).


Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan 450 juta

orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa

mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan

mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Berdasarkan

data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 di Indonesia menunjukkan bahwa

prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5.6% dari jumlah

penduduk. Dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang

penduduk terdapat 4-5 orang mengalami gangguan jiwa. Dari data tersebut

didapatkan bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa

selalu meningkat. Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di

provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (24.3%), diikuti oleh Nanggroe Aceh

Darussalam (18.5%), Sumatera Barat (17.7%), NTB (10.9%), Sumatera Selatan

(9.2%), dan Jawa Tengah (6.8%) (Hidayati, 2012).


Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hasil analisis

dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk

1
2

skizofrenia. Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding

gangguan jiwa lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara

berkembang, 8 dari 10 orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan

penanganan medis. Gejala skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun lebih

banyak ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan (Ashturkar & Dixit,

2013).
Gangguan jiwa yang umumnya terjadi adalah skizoprenia. Halusinasi

merupakan gejala yang sering muncul pada klien skizoprenia, dimana sekitar

90% dari penderita skizoprenia mengalami halusinasi. Menurut Melinda

Hermann dalam buku Direja (2011), skizoprenia adalah penyakit neurologis

yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku

sosialnya. Gangguan-gangguan tersebut menunjukkan seperrti klien berbicara

sendiri, mata melihat ke kanan-ke kiri, jalan mondar-mandir, sering tersenyum

sendiri, dan sering mendengar suara-suara. Prevalensi skizoprenia di Indonesia

sendiri adalah tiga sampai lima perseribu penduduk. Bila diperkirakan jumlah

penduduk Indonesia sebanyak 220 juta jiwa maka akan terdapat gangguan jiwa

dengan skizoprenia kurang lebih 660 ribu sampai satu juta orang. Hal ini

merupakan angka yang cukup besar serta penanganan yang serius.


Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami

perubahan sensori persepsi yaitu merasakan sensori palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman (Direja, 2011). Halusinasi

pendengaran adalah penderita gangguan mental. Misalnya mendengar suara

melengking, bising, mungkin juga dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Suara

itu dirasakan tertuju pada dirinya, sehingga sering penderita terlihat bertengkar

atau bicara sendiri dengan suara yang didengarnya. Sumber suara dapat berasal
3

dari bagian tubuhnya sendiri, dari suatu yang jauh atau dekat, kadang

berhubungan dengan sesuatu yang menyenangkan, menyuruh-nyuruh berbuat

baik, kadang berhubungan dengan sesuatu yang mengancam, mencela,

memaki, dan sebagainya. Sering juga dirasakan sebagai suruhan yang

meyakinkan, misalnya menyuruh masuk ke dalam sumur, menyuruh

membunuh, dan lain sebagainya (Yosep, 2010).


Kasus gangguan jiwa yang terbanyak dan tersering dialami masyarakat

salah satunya adalah halusinasi. Ini dibuktikan berdasarkan data dari medical

record BPRS dari RSJ Prof HB Sa’anin Padang di ruangan wisma merpati

menunjukan pasien halusinasi yang dirawat pada 1 tahun terakhir sebagai

berikut: pada tahun 2018 jumlah pasien 710 dengan halusinasi sebanyak orang

66 orang.
Berdasarkan hasil pengkajian di ruangan wisma merpati pada tanggal

19 juni 2019 diperoleh data subyektif Tn. M mengatakan dia sering medengar

suara-suara, sering berjalan mondar mandir, tertawa dan bicara sendiri. Dari

data tersebut kelompok tertarik membuat seminar kasus tentang Gangguan

persepsi sensori: halusinasi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus asuhan keperawatan pada Tn. M dengan Gangguan

Persepsi Halusinasi Pendengaran.


2. Tujuan Khusus
Kelompok mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Gangguan

Persepsi Halusinasi Pendengaran


Kelompok mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

Gangguan Persepsi Halusinasi Pendengaran


4

a. Kelompok mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien

dengan gangguan persepsi halusinasi Pendengaran


b. Kelompok mampu melakukan implementasi pada pasien dengan

gangguan persepsi halusinasi Pendengaran


c. Kelompok mampu melakukan eveluasi pada pasien gangguan persepsi

halusinasi Pendengaran
d. Kelompok mampu menganalisa kondisi pasien gangguan persepsi

halusinasi Pendengaran
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Dapat mengerti dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien jiwa

dengan gangguan persepsi halusinasi Pendengaran


b. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan

asuhan keperawatan jiwa.


c. Meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan

jiwa.
2. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah

pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi instansi terkait, khususnya

dalam meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien dengan gangguan

persepsi halusinasi Pendengaran.

3. Bagi Institusi
a. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di

rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

jiwa, khususnya pada kasus dengan gangguan persepsi halusinasi

Pendengaran
b. Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk neningkatkan

kualitas pendidikan keperawatan, khususnya pada klien dengan gangguan


5

persepsi halusinasi Pendengaran, dan menambah pengetahuan bagi para

pembaca.

Anda mungkin juga menyukai