Anda di halaman 1dari 12

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Persepsi adalah proses akhir dari pengamatan oleh proses

pengindraan. Sensori adalah mekanisme neurologis yang terlibat dalam

pengindraan. Gangguan persepsi sensori diantaranya adalah halusinasi.

Halisinasi diantaranya merasakan sensai berupa suara, penglihatan,

pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata (Kelliat,

2011).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan ransangan eksternal (dunia

luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa

objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengarkan

suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusmawati & Hartono,

2010).
Halusinasi pendengaran atau akustik adalah kesalahan dalam

mempersepsikan suara yang didengar klien. Suara bisa menyenangkan,

ancaman, membunuh dan merusak (Yosep, 2007).


Berdasarkan pengertian halusinasi pendengaran diatas penulis

menyimpulkan bahwa halusinasi pendengaran adalah kesalahan

mempersiakan rangsangan yang diterima oleh klien melalui indra

pendengarannya yang sebenarnya rangsangan tersebut tidak ada, idak

nyata dan tidak dapat dibuktikan.


2. Rentang Respon

RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS


7

Respon Adaptif Respon Maladaptif


 Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Kelainan pikiran/delusi
 Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
 Emosi konsisten Reaksi emosional berlebihan Ketidakmampuan

dengan pengalaman atau kurang untuk mengalami

 Perilaku sesuai Perilaku ganjil atau tak lazim Ketidakteraturan


 Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

3. Faktor Penyebab
a. Faktor Predisposisi Menurut (Yosep, 2011)
1) Faktor Biologis

 Teori ini mengidentifikasi faktor genetik yang

mungkin terlihat dalam perkembangan suatu kelainan psikologis

(Riwayat keluarga dengan kelainan yang sama).

 Kelainan skizofrenia yang merupakan kecacatan sejak

lahir, terjadi pada hypothalamus otak atau terdapat kekacauan sel-

sel pyramidal dalam otak.

 Teori biokimia, terjadi peningkatan dopamine

neurotransmitter yang diperkirakan menghasilkan gejala-gejala

peningkatan aktifitas yang berlebihan dan pemecahan asosiasi yang

umumnya ditemukan pada psikisis.

2) Faktor Psikososial

 Teori sistem keluarga, terjadi disfungsi perkembangan keluarga

dimana terjadi konflik antara orang tua yang mempengaruhi anak.

 Teori interpersonal, hubungan orang tua dengan anak yang pernah

dengan ansietas. Bila diperhatiakan maka konsep diri maka akan

mengalam ambivalens.
8

 Teori psikodinamik, mekaisnisme pertahanan ego pada waktu

terjadi ansietas berat yang maladaptif.

b. Faktor Presipitasi
1) Faktor Biologis
 Penelitian tentang penciptaan otak menunjukkan keteralihan otak

yang luas dalam perkembangan skizofrenia lesi pada area frontal,

temporal dan limbus paling berhubungan dengan prilaku psikotik.


 Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia, penelitian

menunjukkan hal-hal sebagai berikut :


 Dopemine neuro transmitter yang berlebihan.
 Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lain.
 Masalah-masalah pada sistem dopamine.
2) Faktor Psikologis
 Sosial Budaya

Situasi yang berkembang di masyarakat dapat berpengaruh

terhadap tingkah laku seseorang yang disingkirkan dari lingkungan

yang selanjutnya akan berakibat kesepian dan stres. Pada akhirnya

jika tidak teratasi, stress yang menumpuk dapat menunjukkan

terjadinyanya skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya

 Kehilangan

Kehilangan orang yang dicintai, kehilangan cinta, fungsi

fisik, kedudukan, harga diri dapat mencetuskan terjadinya

gangguan persepsi individu yang menganggap sesuatu yang telah

hilang itu masih ada, sehingga mengakibatkan seseorang lari dari

kenyataan dunia nyata.

 Kekacauan Pola Komunikasi dalam Keluarga


9

Tidak ada hubungan saling percaya terbuka sesama anggota

keluarga serta tidak adanya rasa saling menghargai dapat

mempengaruhi persepsi seseorang. Gangguan pada persepsi ini

lama kelamaan akan mencetuskan terjadinya halusinasi (Struart and

Sundeenm, Keperawatan Jiwa, edisi, 1998).

4. Proses Terjadinya Halusinasi

BIOLOGIS PSIKOLOGI SOSIAL BUDAYA

 Gangguan  Pengaruh ortu  Kemiskinan.


perkembangan yang  Ketidakmampua
otak frontal dan overprotektif. n
temporal, lesi dan  Hubungan dengan  Sosbud
kortek frontal ayah yang tidak  Hidup terisolasi
temporal, limbic. adekuat Konflik  Stress yang
 Gangguan perkawinan.
menumpuk
tumbuh kembang  Komunikasi
 Tinggal di ibu
pada masa perkawnan.
Kondisi Kesehatan kota
perinatal dan  Komunikasi double
Kondisi
bind. Lingkungan
neonatal, anak- Sikap danasuh
Perilaku
anak  Pola yang Klien
tidak adekuat.
Perasaan diacam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu
 Koping maladaptif.
yang tidak menyenangkan terjadi
 Gangguan
identitas.
 Ketidak mampuan
Individu mencoba mengingkari
mencapai ancaman
cita-cita dari persepsi diri dan
objek realitas dengan menyalahkan artikan kesan terhadap kejadian

Individu memproyeksikan pikiran internal pada lingkungan


sehingga perasaan, pikiran dan keinginan negatif tidak dapat diterima
sebagai bagian eksternal

HALUSINASI

5. Mekanisme Koping yang Digunakan


10

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari

pengalaman yang menakutkan yang berhubungan dengan respon

neorobiology termasuk :
a. Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk

mengurangi ansietas hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal

untuk aktifitas sehari-hari.


b. Proyeksi
Sebagai upaya untuk menejelaskan kerancuan proyeksi.
c. Menarik diri
6. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Obat-obatan untuk terapi halusinasi berupa anti psikotik,

haloperidol dll.
b. Terapi Psikososial
Karena karakteristik utama dari halusinasi adalah rusaknya

kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan sesama

manusia, maka intervensi utama difokuskan untuk membantu klien

memasuki dan mempertahankan sosialisasi yang penuh arti dalam

kemampuan klien.
c. Alternatif
1) Terapi Modalitas
Semua sumber daya di rumah sakit disarankan untuk menggunakan

komunikasi yang terapeutik, termasuk staf administrasi, pembantu

kesehatan, mahasiswa dan petugas instalasi.


2) Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada klien

bersama-sama dengan jalan aukusi yang diarahkan oleh seseorang

yang tertatih.
3) Terapi keluarga
Tujuan dari terapi keluarga
 Menurunkan konflik kecemasan.
 Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-
masing keluarga.
11

 Meningkatkan pertanyaan kritis.


 Menggambarkan hubungan peran yang sesuai dengan tumbuh
kembang. Perawat membekali keluarga dengan pendidikan tentang
kondisi klien dan kepedulian pada situasi keluarga.

7. Jenis-jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran atau Auditorik
Dimana individu tersebut mendengar suara-suara yang

membicarakan, mengecewakan dan menertawakan serta mengancam

dirinya. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata

yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap

antara 2 orang atau lebih Halusinasi jenis ini sering ditemui pada

schizofrenia. Ciri-ciri objektifnya: individu berbicara dan tertawa sendiri,

marah-marah tanpa sebab, menyedengkan telinga ke arah tertentu, dan

menutup telinga.
b. Halusinasi Penglihatan atau Visual
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,

gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa

menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. Ciri-ciri

objektifnya: individu menunjuk-nujuk ke arah tertentu, ketakutan dengan

sesuatu yang tidak jelas.


c. Halusinasi Penciuman atau Olfaktorius
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine atau feces.

Umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Ciri-ciri objektifnya:

individu menghirup seperti sedang membaui bau-bauan tertentu dan

menutup hidung.
d. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine atau feces. Ciri-

ciri objektifnya: individu sering meludah dan muntah.


e. Halusinasi Perabaan
12

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang

jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang

lain.
f. Halusinasi Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,

pencernaan makanan atau pembentukan urine.


g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
8. Tanda dan Gejala
Karakteristik prilaku yang dapat ditunjukkan klien dan kondisi halusinasi

menurut Direja (2011).


a) Halusinasi pendengaran
Data subyektif :
Klien mendengarkan suara atau bunyi tanpa stimulus nyata, melihat

gambaran tanpa stimulus yang nyata, takut terhadap suara atau bunyi

yang didengar, ingin memukul dan melempar barang.


Data obyektif :
Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan

terkadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang nyata

dan tidak nyata, menarik diri dan menhindar dari orang lain,

disorientasi, tidak bisa memusatkan perhatian atau konsentrasi

menurun, perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi wajah

tegang, muka merah dan pucat, tidak mampu melakukan aktifitas

mndiri dan kurang mengontrol diri, menunjukkan prilaku merusak

diri, orang lain dan lingkungan.


b) Halusinasi penglihatan
Data suyektif:
Klien menunjuk-nunjuk kearah tertentu, akan merasa ketakutan

terhadap sesuatu yang tidak jelas.


Data obyektif:
Klien melihat bayangan seperti melihat hal-hal yang lain hantu atau

lainnya yang sebenarnya tidak ada.


c) Halusinasi penghidu
13

Data subyektif:
Klien membau-bauan seperti merasakan bau darah, urine, kadang-

kadang bau terasa menyenangkan.


Data obyektif:
Klien menghidu seperti sedang memcium bau-bauan tertentu klien

akan menutup hidung.


d) Halusinasi pengecapan
Data subyektif:
Klien merasakan seperti ras darah, urin atau yang lainnya dalam

mulutnya.
Data obyektif:
Klien sering meludah, dan muntah-muntah tanpa sebab.
e) Halusinasi perabaan
Data subyektif:
Klien mengatakan merasa ada hewan atau sesuatu yang melekat

pada permukaan kulitnya.


Data obyektif:
Klien sering mengusap-ngusap kulitnya beharap hewan atau yang

lainnya pergi dari kulitnya.

9. Prinsip tindakan keperawatan


a. Validasi halusinasi klien dan tidka memfasilitasi halusinasi klien.
b. Adakan kontak mata sering tapi singkat.
c. Terima halusinasi dan ungkapkan realita.
d. Bantu mengontrol halusinasi.
14

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama (inisial), umur, jenis kelamin, alamat, tanggal

pengkajian, tanggal dirawat, no MR.


b. Alasan Masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara

sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan,

membanting peralatan di rumah, menarik diri.


c. Faktor Predisposisi
 Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil

dalam pengobatan.
 Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam

keluarga.
 Klien dengan gangguan orientasi bersifat herediter.
 Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu
d. Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik.
e. Psikososial
1) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang

mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun

dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.


2) Konsep Diri
a) Gambaran diri: klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya,

ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.


b) Identitas diri: Klien biasanya mampu menilai identitasnya
c) Peran diri: Klien menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran

klien terganggu
d) Ideal Diri: Tidak menilai diri
e) Harga diri: Klien memiliki harga diri yang rendah sehubungan

dengan sakitnya
3) Hubungan Sosial
Klien kurang dihargai di lingkungan dan di keluarga
4) Spiritual
 Nilai dan Keyakinan
15

Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan

norma agama dan budaya


 Kegiatan Ibadah
Klien biasanya menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat

sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.


5) Status Mental
 Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok

dan berubah dari biasanya


 Pembicaraan
Tidak terorganisasir dan bentuknya yang maladaptif seperti

kehilangan berhubungan dengan, tidak logis, berbelit - belit


 Aktifitras Motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan

yang abnormal
 Alam Perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor

presiptasi misalnya sedih dan putus asa disertai apatis


 Afek
Afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen
 Interaksi Selama Wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat

kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.


 Persepsi
 Halusinasi apa yang terjadi dengan klien.
 Data yang terkait tentang halusinasi lainnya yaitu berbicara

sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari

orang lalin, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata,

tidak dapat memusatkan perhatian, curiga bermsuhan, merusak,

takut, ekspresi muka tegang, mudah tersinggung


 Proses Pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun

pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.


16

Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan takut dan

merasa aneh terhadap klien.

 Isi Pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan

latar belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus

internal dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan

waham.
 Tingkat Kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat

dan waktu
 Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka

pendek. Mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan

yang telah disepkati, tidak mudah tertarik. Klien berulang kali

menanyakan waktu, menanyakan apakah tugasnya sudah

dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.


 Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Kurangnya kemampuan mengorganisasi dan konsentrasi terhadap

realitas eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsetrasi

pada kegiatan atau pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian,

mengalami masalah dalam memberikan perhatian


 Kemampuan Penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan,

menilai dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu

melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Sering tidak merasa

yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.


 Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputsusan.

Menilai dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap

lingkungan dan stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan,


17

melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Klien yang sama

sekali tidak dapat mengambil keputusan merasa kehidupan sangat

sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif klien.


6) Kebutuhan persiapan pulang
 Makan
Pada keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasinya dan

cenderung tidak memperhatikan dirinya termasuk tidak penduli

makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulan


 BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta kemampuan

klien utnuk membersihkan dirinya


 Mandi
Biasanya klien mandi berulang-ulang atau tikda mandi sama sekali
 Berpakaian
Biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti-ganti
 Istirahat
Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam. Biasanya

istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang


 Pemeliharaan kesehatan
Untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga

dan sistem pendukung sangat menentukan


 Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah seperti

menyapu, mencuci, dll.


7) Aspek medis
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya

diberikan antipsikotik seperti halloperidol (HLP), chlorpromazine

(CPZ) Triflnu perazin (TFZ) dan anti parkinson; trihenski phenidol

(THP), triplofrazine arkine

2. Masalah Keperawatan
Yang bisa ditemukan pada klien halusinasi :
a. Perubahan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
b. Resiko tinggi kekerasan
c. Kerusakan interaksi sosial: menarik diri
d. Harga diri rendah
e. Perubahan proses pikir

Anda mungkin juga menyukai