Penyaji: Drs. Raden Witjaksono, MA. (Oleh AINUN NAJIB, S.Pd.I)
Dalam penyusunan kisi-kisi, guru harus mengetahui format kisi-kisi. Fungsi
dari penyusunan kisi-kisi adalah sebagai panduan dalam menulis soal. Untuk menghasilkan instrumen tes yang baik maka kisi-kisi juga harus baik. Syarat penulisan kisi-kisi yang baik yaitu mewakili isi kurikulum yang akan diujikan, komponen-komponennya jelas dan mudah dipahami, dan soal-soalnya harus dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Komponen format kisi-kisi terdiri dua komponen yaitu eksternal dan internal. Komponen-komponen eksternal format kisi-kisi: jenjang sekolah, mata pelajaran, kurikulum, tahun ajaran, alokasi waktu dan jumlah soal. Komponen internalnya: kompetensi dasar, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), kelas, materi esensial, indikator soal, level kognitif, nomor soal dan bentuk soal. Langkah-langkah penyusunan kisi-kisi: menentukan kompetensi dasar yang akan diukur, memilih materi yang esensial dan merumuskan indikator yang mengacu pada kompetensi dasar dengan memperhatikan materi dan level kognitif. Dalam pemilihan materi esensial, faktor yang diperhatikan: Urgensi (memilih materi yang harus dikuasai siswa sesuai jenjangnya); Kontinuitas (materi lanjutan: pendalaman dari satu atau lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya, baik dalam jenjang yang sama maupun antar jenjang); Relevansi (materi terpilih harus merupakan pokok bahasan yang berkaitan dan diperlukan untuk mempeajari atau memahami bidang studi lain); dan Keterpakaian (materi yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Tahap terakhir yakni merumuskan indicator dengan cara menjabarkan kompetensi dasar dengan medium materi esensial yang telah dipilih. Dalam menyusun kisi-kisi, perlu memperhatikan landasan taksonomi bloom yaitu Level 1: Mengingat (C1) dan memahami (C2); Level 2: mengaplikasikan (C3); dan Level 3: menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mengkreasi (C6). 3 level ini digunakan dalam matriks penyusunan kisi-kisi. Dalam video tersebut juga disajikan contoh kisi-kisi pada setiap jenjang sekolah, namun saya akan menganalisis khusus pada pembahasan indikator dan level kognitifnya. Contoh kisi-kisi jenjang SD/MI Pada mapel MTK, indikatornya "siswa dapat menghitung...", KKO menghitung lebih pada paradigma proses, maka level kognitifnya adalah aplikasi (L2). Pada mapel IPA, indikatornya "disajikan gambar hewan, peserta didik dapat menjelaskan cara adaptasi hewan tersebut", maka level kognitifnya adalah Pemahaman (L1) jadi peserta didik hanya perlu memahami, mengingat yakni pemahaman ingatan mengenai fakta. Contoh indikator lain pada mapel IPA "disajikan gambar jaring-jaring makanan pada ekosistem tertentu, peserta didik dapat menentukan komponen ekosistem yang memiliki peran tertentu dan menjelaskan akibat yang akan terjadi bila salah satu komponennya mengalami kepunahan", maka level kognitifnya adalah Penalaran (L3) karena pada level ini merupakan level tertinggi dimana peserta didik dituntut untuk memahami, menganalisis dan mengevaluasi kalau salah satu komponennya mengalami kepunahan.
Contoh kisi-kisi jenjang SMP/MTs
Pada mapel Matematika, indikatornya "disajikan sebuah gambar lingkaran, di dalamnya terdapat sebuah persegi yang titik sudutnya berada di keliling lingkaran, peserta didik dapat menentukan cara menghitung luas lingkaran jika diketahui panjang sisi persegi tersebut", maka level kognitifnya adalah Aplikasi (L2) karena menerapkan cara menghitung luas lingkaran. Contoh indikator "disajikan teks singkat yang di dalamnya terdapat pendapat kontra, peserta didik dapat menentukan solusi yang logis atas pendapat tersebut", maka level kognitifnya adalah Penalaran (L3) karena mentranfermasi menghubungkan informasi satu dengan yang lainnya untuk menjawab suatu masalah. Pada mapel IPA, indikator "disajikan proses pembuatan salah satu produk bioteknologi konvensional, peserta didik dapat menganalisis proses yang terjadi apabila produk bioteknologi gagal", maka level kognitifnya adalah penalaran (L3) karena siswa dituntut suatu penalaran yang cukup tinggi dimana siswa harus menghubungkan suatu informasi dengan informasi yang akan terjadi. Pada mapel IPS, indikator " disajikan ilustrasi tentang kebijakan pada masa kolonial belanda, peserta didik dapat memprediksi dampak kebijakan tersebut", maka level kognitifnya adalah Penalaran (L3) karena KKO memprediksi sudah menunjukkan menuntut proses kognitif yang tinggi.
Contoh kisi-kisi jenjang SMA/SMK/MA.
Pada mapel Bahasa Indonesia, indikator "disajikan teks anekdot, peserta didik dapat menganalisis teks tersebut dari segi: a. struktur teks (orientasi, krisis, reaksi dll); b. ciri bahasa (kelucuan, sindiran, kalimat langsung dll); c. isi teks anekdot (tema, pesan, hal yang disindir dll) tersebut; maka level kognitifnya adalah Penalaran (L3), jadi siswa dituntut untuk menganalisis, penggabungan satu informasi dengan informasi lainnya untuk menyelesaikan masalah. Contoh indikator yang lain "disajikan dua teks laporan hasil observasi, peserta didik dapat menentukan kontradiksi pada dua teks tersebut", maka level kognitifnya adalah Penalaran (L3), jadi siswa diberikan dua teks dengan informasi berbeda kemudian menunjukkan kontradiksinya. Pada Mapel PKn, indikator "disajikan ilustrasi tentang pelaksanaan salah satu asas (desentralisasi/dekonsentrasi) dalam hubungan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, peserta didik dapat menentukan salah stau kewenangan kepala daerah dalam melaksanakan berdasarkan asas tersebut", maka level kognitifnya adalah Aplikasi (L2). Pada mapel Geografi, indikator "disajikan ilustrasi geosfer, peserta didik dapat menentukan konsep geografi yang berkaitan dengan geosfer tersebut", level kognitif adalah Aplikasi (L2) karena siswa dituntut untuk menerapkan konsep geografi pada ilustrasi geosfer tersebut. Pada mapel Fisika, indikator "disajikan ilustrasi sebuah sumber bunyi dan seorang pendengar bergerak saling mendekati dengan kecepatan tertentu, peserta didik dapat menghitung frekuensi bunyi yang didengar oleh pendengar", level kognitif adalah Penerapan (L2) karena siswa dituntut untuk menghitung frekuensi bunyi dengan menerapkan efek doppler. Pada mapel Matematika, indikator "disajikan satu tema permasalahan dalam dunia nyata yang berkaitan dengan gambar 2 pola bilangan yang saling berhubungan, peserta didik dapat menganalisis hasil pola bilangan tersebut dengan kejadian tertentu", maka level kognitifnya Penalaran (L3) karena siswa diberikan kebebasan untuk menganalisis dengan kejadian tertentu. Pada mapel Bilogi, indikator "disajikan grafik pertumbuhan dua spesies tertentu yang dihasilkan dari 3 eksperimen (eksperimen 1 untuk pertumbuhan spesies 1, eksperimen 2 untuk spesies 2, eksperimen 3 untuk pertumbuhan spesies 1 dan 2 secara bersama-sama), peserta didik dapat menyimpulkan jenis interaksi antara kedua spesies tersebut bila hidup bersama-sama dalam suatu ekosistem", level kognitifnya adalah penalaran (L3) karena eksperimen itu berhubungan dengan kehidupan nyata sehingga membutuhkan proses kognitif yang tinggi.
Dari beberapa contoh penulisan kisi-kisi pada jenjang SD/MI, SMP/MTs
hingga SMA/SMK/MA maka dapat disimpulkan dari Kompetensi Dasar dapat dikembangkan indikator untuk level satu (pemahaman), level dua (penerapan) dan level tiga (penalaran).