Anda di halaman 1dari 3

TUGAS M6KB3

ANALISIS VIDEO PENULISAN KISI-KISI SOAL


Penyaji: Drs. Raden Witjaksono, MA.
(Oleh AINUN NAJIB, S.Pd.I)

Dalam penyusunan kisi-kisi, guru harus mengetahui format kisi-kisi. Fungsi


dari penyusunan kisi-kisi adalah sebagai panduan dalam menulis soal. Untuk
menghasilkan instrumen tes yang baik maka kisi-kisi juga harus baik. Syarat
penulisan kisi-kisi yang baik yaitu mewakili isi kurikulum yang akan diujikan,
komponen-komponennya jelas dan mudah dipahami, dan soal-soalnya harus dapat
dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
Komponen format kisi-kisi terdiri dua komponen yaitu eksternal dan internal.
Komponen-komponen eksternal format kisi-kisi: jenjang sekolah, mata pelajaran,
kurikulum, tahun ajaran, alokasi waktu dan jumlah soal. Komponen internalnya:
kompetensi dasar, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), kelas, materi esensial,
indikator soal, level kognitif, nomor soal dan bentuk soal.
Langkah-langkah penyusunan kisi-kisi: menentukan kompetensi dasar yang
akan diukur, memilih materi yang esensial dan merumuskan indikator yang mengacu
pada kompetensi dasar dengan memperhatikan materi dan level kognitif.
Dalam pemilihan materi esensial, faktor yang diperhatikan: Urgensi (memilih
materi yang harus dikuasai siswa sesuai jenjangnya); Kontinuitas (materi lanjutan:
pendalaman dari satu atau lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya, baik dalam
jenjang yang sama maupun antar jenjang); Relevansi (materi terpilih harus
merupakan pokok bahasan yang berkaitan dan diperlukan untuk mempeajari atau
memahami bidang studi lain); dan Keterpakaian (materi yang memiliki nilai terapan
tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Tahap terakhir yakni merumuskan indicator
dengan cara menjabarkan kompetensi dasar dengan medium materi esensial yang
telah dipilih.
Dalam menyusun kisi-kisi, perlu memperhatikan landasan taksonomi bloom
yaitu Level 1: Mengingat (C1) dan memahami (C2); Level 2: mengaplikasikan (C3);
dan Level 3: menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mengkreasi (C6). 3 level ini
digunakan dalam matriks penyusunan kisi-kisi.
Dalam video tersebut juga disajikan contoh kisi-kisi pada setiap jenjang
sekolah, namun saya akan menganalisis khusus pada pembahasan indikator dan level
kognitifnya.
Contoh kisi-kisi jenjang SD/MI
Pada mapel MTK, indikatornya "siswa dapat menghitung...", KKO menghitung
lebih pada paradigma proses, maka level kognitifnya adalah aplikasi (L2).
Pada mapel IPA, indikatornya "disajikan gambar hewan, peserta didik dapat
menjelaskan cara adaptasi hewan tersebut", maka level kognitifnya adalah
Pemahaman (L1) jadi peserta didik hanya perlu memahami, mengingat yakni
pemahaman ingatan mengenai fakta.
Contoh indikator lain pada mapel IPA "disajikan gambar jaring-jaring makanan
pada ekosistem tertentu, peserta didik dapat menentukan komponen ekosistem yang
memiliki peran tertentu dan menjelaskan akibat yang akan terjadi bila salah satu
komponennya mengalami kepunahan", maka level kognitifnya adalah Penalaran (L3)
karena pada level ini merupakan level tertinggi dimana peserta didik dituntut untuk
memahami, menganalisis dan mengevaluasi kalau salah satu komponennya
mengalami kepunahan.

Contoh kisi-kisi jenjang SMP/MTs


Pada mapel Matematika, indikatornya "disajikan sebuah gambar lingkaran, di
dalamnya terdapat sebuah persegi yang titik sudutnya berada di keliling lingkaran,
peserta didik dapat menentukan cara menghitung luas lingkaran jika diketahui
panjang sisi persegi tersebut", maka level kognitifnya adalah Aplikasi (L2) karena
menerapkan cara menghitung luas lingkaran. Contoh indikator "disajikan teks singkat
yang di dalamnya terdapat pendapat kontra, peserta didik dapat menentukan solusi
yang logis atas pendapat tersebut", maka level kognitifnya adalah Penalaran (L3)
karena mentranfermasi menghubungkan informasi satu dengan yang lainnya untuk
menjawab suatu masalah.
Pada mapel IPA, indikator "disajikan proses pembuatan salah satu produk
bioteknologi konvensional, peserta didik dapat menganalisis proses yang terjadi
apabila produk bioteknologi gagal", maka level kognitifnya adalah penalaran (L3)
karena siswa dituntut suatu penalaran yang cukup tinggi dimana siswa harus
menghubungkan suatu informasi dengan informasi yang akan terjadi.
Pada mapel IPS, indikator " disajikan ilustrasi tentang kebijakan pada masa
kolonial belanda, peserta didik dapat memprediksi dampak kebijakan tersebut", maka
level kognitifnya adalah Penalaran (L3) karena KKO memprediksi sudah
menunjukkan menuntut proses kognitif yang tinggi.

Contoh kisi-kisi jenjang SMA/SMK/MA.


Pada mapel Bahasa Indonesia, indikator "disajikan teks anekdot, peserta didik
dapat menganalisis teks tersebut dari segi: a. struktur teks (orientasi, krisis, reaksi
dll); b. ciri bahasa (kelucuan, sindiran, kalimat langsung dll); c. isi teks anekdot
(tema, pesan, hal yang disindir dll) tersebut; maka level kognitifnya adalah Penalaran
(L3), jadi siswa dituntut untuk menganalisis, penggabungan satu informasi dengan
informasi lainnya untuk menyelesaikan masalah. Contoh indikator yang lain
"disajikan dua teks laporan hasil observasi, peserta didik dapat menentukan
kontradiksi pada dua teks tersebut", maka level kognitifnya adalah Penalaran (L3),
jadi siswa diberikan dua teks dengan informasi berbeda kemudian menunjukkan
kontradiksinya.
Pada Mapel PKn, indikator "disajikan ilustrasi tentang pelaksanaan salah satu
asas (desentralisasi/dekonsentrasi) dalam hubungan pemerintah daerah dengan
pemerintah pusat, peserta didik dapat menentukan salah stau kewenangan kepala
daerah dalam melaksanakan berdasarkan asas tersebut", maka level kognitifnya
adalah Aplikasi (L2).
Pada mapel Geografi, indikator "disajikan ilustrasi geosfer, peserta didik dapat
menentukan konsep geografi yang berkaitan dengan geosfer tersebut", level kognitif
adalah Aplikasi (L2) karena siswa dituntut untuk menerapkan konsep geografi pada
ilustrasi geosfer tersebut.
Pada mapel Fisika, indikator "disajikan ilustrasi sebuah sumber bunyi dan
seorang pendengar bergerak saling mendekati dengan kecepatan tertentu, peserta
didik dapat menghitung frekuensi bunyi yang didengar oleh pendengar", level
kognitif adalah Penerapan (L2) karena siswa dituntut untuk menghitung frekuensi
bunyi dengan menerapkan efek doppler.
Pada mapel Matematika, indikator "disajikan satu tema permasalahan dalam
dunia nyata yang berkaitan dengan gambar 2 pola bilangan yang saling berhubungan,
peserta didik dapat menganalisis hasil pola bilangan tersebut dengan kejadian
tertentu", maka level kognitifnya Penalaran (L3) karena siswa diberikan kebebasan
untuk menganalisis dengan kejadian tertentu.
Pada mapel Bilogi, indikator "disajikan grafik pertumbuhan dua spesies tertentu
yang dihasilkan dari 3 eksperimen (eksperimen 1 untuk pertumbuhan spesies 1,
eksperimen 2 untuk spesies 2, eksperimen 3 untuk pertumbuhan spesies 1 dan 2
secara bersama-sama), peserta didik dapat menyimpulkan jenis interaksi antara kedua
spesies tersebut bila hidup bersama-sama dalam suatu ekosistem", level kognitifnya
adalah penalaran (L3) karena eksperimen itu berhubungan dengan kehidupan nyata
sehingga membutuhkan proses kognitif yang tinggi.

Dari beberapa contoh penulisan kisi-kisi pada jenjang SD/MI, SMP/MTs


hingga SMA/SMK/MA maka dapat disimpulkan dari Kompetensi Dasar dapat
dikembangkan indikator untuk level satu (pemahaman), level dua (penerapan) dan
level tiga (penalaran).

Anda mungkin juga menyukai