Oleh:
ANIS UNIPAH, S.Pd.I
UNTUK KELAS XI
Semester ganjil
MADRASAH ALIYAH
Kompetensi Inti (KI):
KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
tehnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
Artinya:
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil".
Artinya:
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika
dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik)
kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu,
maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat
kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha teliti.
17. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya
yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
b. Makna Mufradat Ayat
c. Kandungan Q.S. Lukman ayat 13-17
Q.S. Luqman ayat 13-17 berisi nasihat Luqman Al-Hakim
kepada anak-ananya. Nasihat pertama pada ayat ke-13, Luqman Al-
Hakim menyeru kepada anaknya agar tidak menyekutukan Allah
SWT sebab syirik merupakan dosa terbesar dari kezaliman yang
paling besar kepada Allah SWT. Luqman menyadari bahwa
pendidikan aqidah perlu ditanamkan pada anak sejak dini.
Pendidikan tauhid amat sangat penting sebagai modal dasar bagi
anak dalam menjalani kehidupan, supaya anak tidak terjerumus ke
dalam kemusyrikan.
Selain itu dalam ayat 13 tersebut Luqman menjelaskan bahwa
syarat untuk mendidik anak hendaknya dilandasi dengan lemah
lembut dan kasih sayang. Kata ‘Izuhu diambil dari kata wa’az yang
bermakna nasihat yang menyangkut berbagai kebajikan dengan cara
menyentuh hati, penyampaiannya yakni dengan cara lemh lembut,
tidak membentak, dan panggilan sayang kepada anak. Kata bunayya
mengisyaratkan kasih sayang. Hal ini tentunya juga berlaku pada
para guru dalam mendidik peserta didiknya.
Dalam ayat 14, Allah menggambarkan kesusahan seorang ibu
dalam merawat anaknya, mengapa hanya jasa ibu yang digambarkan
dengan sedemikian lemahnya ? karena perasaan ibu lebih berat dari
pada Ayah, mulai dari proses mengandung, hingga melahirkan dan
menyapihnya. Kata Wahnan berarti, kelemahan atau kerapuhan.
Yang dimaksud di sini adalah ibu dalam kondisi sangat lemah saaat
mengandung anaknya. Perintah berbuat baik kepada kedua orang
tua ditempatkan oleh Allah SWT di Al-Qur’an berdampingan dengan
perintah beribadah dan menyembah kepada-Nya. Allah SWT
mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada ibu
bapak.
Ayat 15, menjelaskan tentang larangan taat kepada orang tua
dalam mendurhakai Allah SWT, dan nasehat Luqman kepada
anaknya tentang menolak segala bentuk kemusyrikan di manapun
berada. Ayat ini sekaligus memberitahu bahwa mempergauli
keduanya dengan baik hanya dalam urusan dunia, bukan kegamaan.
Seperti Nabi Ibrahim AS, dia tetap berlaku santun kepada bapaknya
sekalipun pembuat berhala, namun Nabi Ibrahim tidak sependapat
dalam hal akidah.
Pada ayat 16, Luqman memberikan nasihat kepada anaknya
untuk tidak mengerjakan dan menerima bujuk rayu yang akan
menyesatkan. Pada akhir ayat 16 terdapat kata ‘Latiif” yang berarti
lembut, halus, atau kecil. Dari makna ini muncullah makna
ketersembunyian dan ketelitian. Imam al-Ghozali, menjelaskan
bahwa yang berhak menyandang sifat ini hanyalah Allah. Dialah yang
mengetahui perincian kemaslahatan dan seluk beluk rahasia-Nya.
Karena Dia selalu menghendaki kemaslahatan untuk makhluk-Nya,
ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah SWT, dalam menghitung
amal manusia betapapun sedikitnya. Luqman menanamkan
keyakinan kepada anaknya bahwa apa saja yang dikerjakan
manusia, betapa pun halus dan kecilnya tidak luput dari pengawasan
Allah SWT. Semuanya akan mendapatkan balasan dari Allah SWT
meskipun hanya seberat biji sawi.
Menanamkan kebiasaan beramal saleh pada diri anak haruslah
dilakukan sejak dini. Ketika anak mengerti bahwa Allah SWT akan
membalas semua jerih payahnya, ia akan selalu berusaha untuk
mengamalkan kebaikan. Ia akan senantiasa meningkatkan amalnya
dan selalu taat kepada perintah-Nya serta selalu berbakti kepada
kedua orang tuanya.
Ayat 17 menjelaskan tentang amar ma’ruf nahi mungkar, yang
merupakan puncak dan pangkal adalah sholat, serta amal kebaikan
yang tercermin adalah buah dari sholat yang dilaksanakan dengan
benar. Kata ‘Azm dari segi bahasa berarti kekuatan hati atau tekad.
Wasiat Luqman yang terdapat pada ayat 17 dapat dirinci sebagai
berikut:
1) Selalu mendirikan sholat dengan sebaik mungkin, yaitu dengan
mengharapkan ridha dari Allah SWT.
2) Melaksanakan perintah agama Islam, yaitu berupa amar ma’ruf
nahi mungkar.
3) Selalu bersabar dengan cobaan yang menimpa, baik cobaan
dalam bentuk kesenangan duniawi maupun kesedihan serta
penderitaan.
Artinya:
Dari abi Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Dia celaka! Dia
celaka! Dia celaka!” lalu beliau ditanya; “siapakah yang celaka ya
Rasulullah? Jawab Nabi; “Barang siapa yang mendapati kedua orang
tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya (namun dia
tidak berbakti kepada keduanya dengan sebaik-baiknya), maka dia
tidak akan masuk surga.” (HR. MUSLIM).
Artinya:
Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Amr Ra berkata; “Seorang laki-laki
datang kepada Nabi, lalu meminta izin untuk ikut berjihad. Maka
Beliau bertanya; apakah kedua orang tuamu masih hidup? Laki-laki
itu menjawab; “Iya” Maka beliau berkata; kembali kepada keduanya
lah kamu berjihad (berbakti)” (HR. AL-Bukhori dan Muslim)
Pendidikan Karakter:
Orang tua kedua kita setelah ayah dan ibu adalah guru. Mereka
berjasa mendidik dan mengajarkan kita tentang adab dan ilmu
pengetahuan. Mereka adalah orang-orang penting dan berjasa dalam
kehidupan kita. Mereka mendedikasikan diri untuk mendidik dan
membagikan ilmunya kepada kita. Guru adalah pahlawan tanpa tanda
jasa. Oleh karena itu, hormati dan taatilah semua perintahnya seperti
Anda menghormati dan mematuhi perintah orang tua.