Anda di halaman 1dari 15

Ahmad Dai Zidan

2221573003
Jurnal Refleksi
Al-Islam Kemuhammadiyah-an

PPG Prajabatan Gel. 1 2022


Prodi Bahasa Inggris
Universitas Muhammadiyah
Parepare
Nama Al-Islam Kemuhammadiyah-an
Matakuliah
Review Al-Islam Kemuhammadiyah-an merupakan mata kuliah elektif pada
pengalaman perkuliahan PPG. Secara garis besar mata kuliah ini membahas tentang
belajar. bagaimana sudut pandang Agama Islam dan Kristen terhadap
perkembangan pembelajaran Bahasa Inggris. Melalui beragam ayat-ayat al-
qur’an yang menjadi sumber rujukan mengenai pembelajaran Bahasa, untuk
melakukan diskusi dan presentasi yang terpersonalisasi. Kemudian semua
pembahasan ini di bagi ke dalam 10 topik pembahasan yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Topik 1: Bahasa yang baik dalam pembelajaran (Qs. An-Nahl/16:
125)
Dalam Q.S An- Nahl ayat 125 ini mengandung 3 metode dakwah
dan dapat dihubungkan dengan pembelajaran yaitu:
• Dengan hikmah
• Dengan pelajaran yang baik, dan
• Dengan jalan debat yang tidak menimbulkan dampak tidak baik.

2. Topik 2: Pembelajaran bahasa berbasis kultur (Qs. Arrum/30: 22)


1. Nilai-nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al-
Qur’an surat Ar-Rum ayat 22 dengan indikator hasil analisis, yaitu:
Perbedaan Bahasa, Perbedaan Ras, Beragam Suku Bangsa, Saling
Mengenal, Saling Bekerjasama, Saling Menghormati, Persamaan
Derajat dan Keadilan.
2. Metode penanaman nilai-nilai pendidikan multikultural yang
terkandung dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 22 adalah dengan
menggunakan prinsip demokratis dan penggunaan
sumber-sumber belajar nasional dan budaya setempat untuk
mewujudkan sebuah perdamaian dalam keberagaman ataupun
perbedaan dengan cara berdiskusi (musyawarah) dan berdialog,
saling mengenal, saling menghormati, saling menghargai, saling
berkerjasama, saling menarik manfaat, saling melengkapi, tidak
saling mengolok-olok, tidak saling mengejek, tidak saling
mengingkari dan tidak saling mengunjing.

3. Topik 3: Sejarah Bahasa (Qs. Al-Baqarah/2: 31)


Alih-alih menyimpulkan kapan bahasa pertama kali digunakan
manusia, para ahli bahasa justru sepakat bahwa tidak seorang pun
mengetahui secara persis asal usul bahasa. Ada yang mengatakan
bahwa keberadaan bahasa dimulai sejak awal ada manusia. Dengan
demikian, sejarah bahasa berlangsung sepanjang sejarah manusia.
Ada sedikit informasi dari para peneliti sejarah bahasa yang
menyimpulkan bahwa bahasa muncul pertama kali kurang lebih
3000 SM. Itu pun dianggap kesimpulan yang spekulatif dan tanpa
bukti yang kuat.
Asal usul bahasa atau sejarah bahasa tetap obscure dan studi tentang
asal usul bahasa tidak sesemarak bidang-bidang kebahasaan yang
lain. Mengapa? Jawabnya sederhana dan spekulatif. Sebab, tidak
terdapat bukti ilmiah yang cukup untuk menyimpulkan kapan dan di
mana sejatinya pertama kali bahasa digunakan oleh manusia, siapa
yang memulai dan bagaimana pula memulainya.

4. Topik 4: Strategi Pembelajaran Bahasa berbasis Potensi (Qs. Al-


Isra'/17: 84)
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik
menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya
tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Secara etimologi strategi berasal dari kata Yunani kuno strategia
yang berarti keahlian dalam seni perang. Secara lebih khusus strategi
melibatkan pengelolaan pasukan, kapal atau pesawat udara yang
optimal yang direncanakan (Oxford, 1990: 7). Pengelolaan secara
maksimal dilakukan dengan tujuan memenangkan perang
sebagaimana dikemukakan Oxford (2003: 8) bahwa strategia berarti
langkah-langkah atau tindakan yang diambil untuk tujuan
memenangkan perang. Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat
Al-Isra Ayat 84 Katakanlah wahai nabi Muhammad, setiap orang
berbuat sesuai dengan keadaannya masing-masing, yakni sesuai
pembawaannya, caranya dan kecenderungannya dalam mencari
petunjuk dan menempuh jalan menuju kebenaran. Maka tuhanmu
lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya dan siapa yang
lebih sesat jalannya. Kepada setiap orang dari kedua golongan itu
tuhan memberikan balasan sesuai dengan perbuatannya. Dan
mereka, yakni orang-orang kafir mekah bertanya kepadamu wahai
nabi Muhammad tentang roh, apakah hakikat roh itu. Katakanlah,
roh itu termasuk urusan tuhanku, hanya dia yang mengetahui hakikat
roh itu dan tidaklah kamu wahai manusia diberi pengetahuan kecuali
sedikit dibandingkan dengan keluasan objek yang diketahui atau
dibandingkan dengan ilmu Allah.

5. Topik 5: Menggunakan bahasa yang baik terhadap orang yang


merendahkan (Qs. Al-Furqan/25: 62)
Pada ayat ini disebutkan 9ocia dan sifat ‘ib’durrahm’n atau para
pengabdi Allah. Adapun hamba-hamba tuhan yang maha pengasih
itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati
tidak dibuat-buat, tapi berjalan secara wajar, tidak
menyombongkan diri, dalam sikap dan tindakan, karena dia tahu
bahwa sikap itu tidak terpuji, akan mengakibatkan hal-hal yang
9ocial9e dalam pergaulan. Dan apabila orang-orang bodoh yang
tidak tahu nilai-nilai 9ocial kemasyarakatan menyapa mereka
dengan kata-kata yang menghina, atau kasar, mereka tidak
membalasnya dengan ucapan yang semisal, namun dengan penuh
sopan dan rendah hati mereka mengucapkan ‘salam, ‘yang berarti
mudah-Mudahan kita berada dalam keselamatan, damai, dan
sejahtera. Nabi Muhammad telah memberikan contoh sendiri,
bahwa semakin dikasari, beliau semakin
santun, arif dan bijaksana.
6. Topik 6: Dimensi Akhlaq dalam pembelajaran bahasa (Qs. Al-
Isra'/17: 23-24)
Kandungan Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23-24 mengandung makna
perintah sebagaimana yang dijelaskan pada Tafsir mengenai ayat ini
bahwa unsur perintah dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23-24
adalah sebagai berikut: (1) perintah untuk berbuat baik (Ihsan)
kepada orang tua. (2) perintah untuk berkata baik (mulia) kepada
orang tua. (3) perintah untuk merendahkan diri di hadapan orang tua.
(4) perintah untuk mendoakan orang tua. Sedangkan bentuk
larangan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23-24 adalah berikut:
(1) tidak boleh mengatakan “ah” kepada orang tua. (2) tidak boleh
membentak orang tua. Kandungan surah Al-Isra ayat 23-24 juga
menjelaskan tentang birrul walidain yang mana ayat ini menyeru
agar berbuat baik kepada kedua orang tua dan berbakti kepada
mereka karena seperti yang dijelaskan pada hadis di atas bahwa
ridho Allah tergantung dari pada ridho orang tua.

7. Topik 7: Pembelajaran bahasa berbasis Pengetahuan (Qs. Al-


Isra'/17: 36)
Berdasarkan materi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Qs. Al
Isra ayat 36 menjelaskan tentang pencegahan dari sekian banyak
keburukan, seperti tuduhan, sangka buruk, kebohongan dan
kesaksian palsu (dusta). Disisi lain ayat ini memberi tuntunan untuk
menggunakan pendengaran, penglihatan dan hati dengan
sebaikbaiknya sebagai alat untuk meraih pengetahuan. Pada
dasarnya setiap manusia dilarang sembarangan berbicara dan
berbuat sesuatu tanpa didasari ilmu dan kebenaran informasi. Tidak
semua yang terdengar di telinga, terlintas di benak fikiran, dan
semua yang sampai kepada kita harus kita terima.

8. Topik 8: Bahasa adalah Cerminan karakter seseorang (Qs. Al-


A'raf/7: 58)
Surah Al-A‟raf ayat 58 menggambarkan seseorang yang berbahasa
yang baik dan benar sesuai dengan perintah Allah Subhanahu
Wata‟ala di dalam Al‟Qur-an menandakan bahwa
seseorang tersebut memiliki karakter yang baik, begitupun
sebaliknya, seseorang yang selalu mengeluarkan perkataan tidak
baik, bohong, dan kasar, menandakan karakter seseorang yang
demikian pula. Hal ini dikarenakan keimanan seseorang dalam
menjalankan perintah Allah Subhanahu Wata‟ala. Pencerminan
karakter seseorang ini diumpamakan sebagai tanah yang subur dan
rusak. Tanah yang subur akan menghasilkan tanaman yang sehat,
hijau, dan bermanfaat, sedangkan tanah yang rusak akan sulit
menumbuhkan tanaman yang berkualitas.
9. Topik 9: Evaluasi Pembelajaran Bahasa Qs. Al-Hasyr (59): 18
Pendidikan merupakan sarana kita untuk belajar serta berproses
menjadi pribadi yang lebih baik, melalui pembelajaran yang
dilakukan baik oleh orang tua maupun guru di sekolah. Tentunya
evaluasi tidak lepas dari proses pembelajaran itu sendiri, karena
evaluasi merupakan komponen serta bagian dari proses
pembelajaran. Dalam kehidupan tentunya sebagai umat Islam
tentunya harus berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Evaluasi pembelajaran adalah suatu kajian ilmu yang luas
pembahasannya. Berdasarkan Tafsir Al-Misbah diproleh konsep
evaluasi pembelajaran antara lain: evaluasi diri yang merupakan
bagian dari evaluasi pembelajaran, tujuan evaluasi, dasar evaluasi
yaitu takwa, perencanaan evaluasi, prinsip evaluasi, kegiatan tindak
lanjut setelah evaluasi, dan hikmah melakukan evaluasi yaitu sifat
mawas diri dan tidak lupa kepada Allah.

10. Topik 10: Refleksi Pembelajaran Bahasa menurut Al-Kitab


Ragam bahasa dalam Alkitab dapat dilihat sebagai sebuah kekayaan
penggunaan bahasa. Alkitab sangat jelas memberi gambaran bahwa
semua ragam bahasa yang muncul dan yang kita kenal saat ini
tidaklah sebanding dengan kekayaan penggunaan bahasa dalam
penulisan kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Oleh karena
itu, sikap kita terhadap ragam bahasa yang ada di Alkitab harus
menyadari bahwa adanya ragam bahasa yang dikenal saat ini
bukanlah semata-mata hasil hasil kreasi manusia, melainkan
semuanya adalah bentuk anugerah Allah kepada kita sebagai
ciptaan- Nya. Allah sendiri sudah menubuatkan ragam bahasa akan
terjadi. Allah sendiri menyadari bahwa untuk berkomunikasi dengan
ciptaanya, Allah harus menggunakan pendekatan bahasa yang
mudah dipahami oleh umatnya sehingga ia memilih penerapan
bahasa-bahasa di dalam Alkitab yang mampu diketahui manusia
seperti lewat perumpamaan, lewat sastra, dan lewat narasi-narasi
yang mengisahkan pengajaran Kristus di dunia ini. Inilah yang
disebut sebagai genre bahasa di dalam Alkitab.

Refleksi Adapun refleksi pengalaman yang saya pilih pada mata kuliah ini
pengalaman adalah topik 4 yaitu Strategi Pembelajaran Bahasa berbasis Potensi
belajar yang (Qs. Al-Isra'/17: 84).
dipilih Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik
menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya
tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Secara etimologi strategi berasal dari kata Yunani kuno strategia
yang berarti keahlian dalam seni perang. Secara lebih khusus strategi
melibatkan pengelolaan pasukan, kapal atau pesawat udara yang
optimal yang direncanakan (Oxford, 1990: 7). Pengelolaan secara
maksimal dilakukan dengan tujuan memenangkan perang
sebagaimana dikemukakan Oxford (2003: 8) bahwa strategia berarti
langkah-langkah atau tindakan yang diambil untuk tujuan
memenangkan perang. Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat
Al-Isra Ayat 84 Katakanlah wahai nabi Muhammad, setiap orang
berbuat sesuai dengan keadaannya masing-masing, yakni sesuai
pembawaannya, caranya dan kecenderungannya dalam mencari
petunjuk dan menempuh jalan menuju kebenaran. Maka tuhanmu
lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya dan siapa yang
lebih sesat jalannya. Kepada setiap orang dari kedua golongan itu
tuhan memberikan balasan sesuai dengan perbuatannya. Dan
mereka, yakni orang-orang kafir mekah bertanya kepadamu wahai
nabi Muhammad tentang roh, apakah hakikat roh itu. Katakanlah,
roh itu termasuk urusan tuhanku, hanya dia yang mengetahui hakikat
roh itu dan tidaklah kamu wahai manusia diberi pengetahuan kecuali
sedikit dibandingkan dengan keluasan objek yang diketahui atau
dibandingkan dengan ilmu Allah.
Analisis Artefak pembelajaran pada Al Islam Kemuhammadiyahan yang mendukung
artefak hasil refleksi pengalaman belajar saya yaitu berupa rangkuman materi dan
pembelajaran kesimpulan menyangkut materi perkembangan Bahasa dalam sudut
pandang Agama. Adapun penjelasan mengenai setiap tugas dan link artefak
pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut:

- https://drive.google.com/drive/folders/1o_KEcdg9ihWPSxhck-
MzP42vfWv5QfXH?usp=sharing

Pembelajaran Pembelajaran bermakna yang saya peroleh dari aktivitas refleksi diri
bermakna terhadap pengalaman belajar AIK ini dapat saya uraikan sebagai berikut:
(good
practices) • Seorang guru harus mengetahui bagaimana sudut pandang agama
tentang perkembangan Bahasa.
• Bagaimana agama melihat mekanisme mengakomodir peserta didik.
• Saya juga menyadari akan pentingnya Bahasa dari sudut Agama dan
pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik.
• Mata kuliah ini juga memberikan pemahaman baru bagi saya akan
pentingnya melakukan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaaran
Bahasa yang telah dilaksanakan untuk menilai kesesuaian dan
keberhasilan penerapannya.
Ahmad Dai Zidan
2221573003
Jurnal Refleksi
Computational Thinking

PPG Prajabatan Gel. 1 2022


Prodi Bahasa Inggris
Universitas Muhammadiyah
Parepare
Nama Computional Thinking
Matakuliah
Review Saya pikir Computional Thinking (CT) merupakan materi yang cukup
pengalaman rumit sekaligus menarik. Sebuah pembelajaran yang cukup kompleks
belajar. dalam memahami apa dan bagaimana kita dapat menerapkan Pendekatan
Pembelajaran in di dalam kelas. CT sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran tentu sangat bermanfaat bagi guru dalam menyelesaikan
masalah. Seperti yang kita ketahui, salah satu fungsi dari CT adalah melatih
kemampuan Penyelesaian Masalah, baik buat guru maupun buat peserta
didik itu sendiri.
CT dapat menjadi salah satu cara dalam meningkatkan pendidikan kita,
dalam menciptkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sistematis dalam
menyusun sebuah rencana. Sehingga kemampuan itu dapat meningkatkan
kemampuan seseorang secara individu maupun pendidikan indonesia
secara menyeluruh.
Setelah mempelajari mata kuliah ini. kita tahu bahwa empat fondasi seperti
Dekomposisi, Pengenalan Pola, Abstraksi dan Algoritma sudah menjadi
alur bagaimana kita dapat menerapkan CT dalam menghadapi masalah
yang ada di dalam kehidupan kita. saya merasa bahwa pola ini setidaknya
sudah menjadi Standar Operasional kita sebagai guru dalam menerapkan
kemampuan Pemecahan Masalah.

Sejauh ini ada dua topik dari mata kuliah CT yang ini saya dalami pertama
pada Topik 2. Topik ini membahas penerapan Computational Thinking
dalam kurikulum yang membantu siswa dalam mengembangkan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana memecahkan masalah
melalui serangkaian langkah logis. Ini melibatkan pemecahan masalah
dalam konteks komputasi yang mencakup pengidentifikasian masalah,
pengembangan algoritma, implementasi solusi menggunakan bahasa
pemrograman, serta pengujian dan evaluasi hasilnya. Melalui proses ini,
siswa dapat melatih pikiran mereka untuk berpikir secara sistematis,
mengenali pola, dan merancang solusi yang efektif.

Selain itu, Computational Thinking juga membantu siswa dalam


mengembangkan kemampuan pemodelan, di mana mereka dapat
merepresentasikan masalah dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh
komputer. Ini melibatkan abstraksi, di mana siswa dapat mengidentifikasi
elemen penting dalam masalah dan mengabaikan yang tidak relevan. Siswa
juga akan terbiasa dengan konsep-konsep seperti pengulangan,
percabangan, dan pengelompokan data untuk mengelola kompleksitas
masalah yang mereka hadapi.

Dengan memasukkan Computational Thinking dalam kurikulum, siswa


tidak hanya belajar tentang komputer dan teknologi, tetapi juga
mengembangkan keterampilan yang diperlukan di era digital. Mereka
belajar untuk berpikir kritis, berkolaborasi, menghadapi kesalahan, dan
menemukan solusi kreatif. Hal ini tidak hanya bermanfaat untuk karir di
bidang teknologi informasi, tetapi juga dapat diterapkan dalam berbagai
disiplin ilmu dan situasi kehidupan sehari-hari.

Pada akhirnya, Penerapan Computational Thinking dalam kurikulum


memberikan siswa kemampuan berpikir komputasional yang kuat. Ini
membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
yang penting dalam dunia yang semakin tergantung pada teknologi.
Dengan memahami prinsip-prinsip dasar ini, siswa siap menghadapi
tantangan masa depan yang semakin kompleks dan memanfaatkan potensi
teknologi untuk menciptakan perubahan yang positif dalam masyarakat.

Pada Topik 3 Penerapan CT dalam Problem Solving adalah hal yang paling
menarik untuk kita pelajari dengan baik. "Computational thinking adalah
kunci untuk memecahkan masalah di era digital. Ini adalah keterampilan
keren yang mengajarkan kita untuk berpikir secara logis, menganalisis
situasi, dan merumuskan solusi dengan pendekatan sistematis. Dalam
dunia yang semakin kompleks dan terhubung, computational thinking
memungkinkan kita untuk menghadapi tantangan dengan kreativitas dan
ketangkasan teknologi.
Dengan mengadopsi pola pikir ini, kita dapat mengurai masalah menjadi
langkah-langkah yang terdefinisi dengan jelas, mengidentifikasi pola, dan
menemukan solusi yang efisien. Jadi, apakah Anda ingin merancang
aplikasi revolusioner, mengatasi hambatan teknis, atau hanya memecahkan
masalah sehari-hari, computational thinking adalah alat andalan yang akan
membantu Anda menghadapinya dengan percaya diri dan sukses."
Refleksi 1) Mengapa topik-topik tersebut penting dipelajari?
pengalaman
belajar yang CT menjadi begitu penting sebab hal ini mengajarkan kita cara berpikir
dipilih secara sistematis, menganalisis masalah, dan merancang solusi yang
efektif. Ini membantu mengembangkan keterampilan kritis yang
diperlukan untuk menghadapi tantangan di dunia nyata.

Apalagi dalam era teknologi dan digital, computational thinking menjadi


keterampilan inti. Ini membantu siswa memahami dasar-dasar
pemrograman, logika, dan algoritma, yang menjadi landasan teknologi
modern.

Ia juga mengajarkan cara berpikir kreatif dalam merancang solusi dan


menemukan pendekatan baru untuk masalah. Computational thinking
merangsang imajinasi dan inovasi, yang merupakan kunci untuk kemajuan
dan perubahan positif.

Sehingga Computational thinking melibatkan pemikiran yang fleksibel dan


adaptif dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang cepat. Siswa
belajar untuk beradaptasi dengan teknologi baru, mengatasi hambatan, dan
mengubah pendekatan mereka sesuai kebutuhan.

Saya yakin keterampilan computational thinking sangat dicari dalam dunia


kerja. Dalam berbagai industri seperti teknologi informasi, sains, desain,
dan bisnis, pemahaman komputasi dan kemampuan berpikir secara
komputasional memberikan keunggulan kompetitif.

2) Bagaimana saya mempelajari topik-topik yang ada pada mata kuliah


tersebut?

Saya cukup tertantang mempelajari topik ini, selain karena dosen


pengampu mata kuliah ini aktif memberi arahan dan deadline, juga karena
kelas menjadi interaktif yang disebabkan oleh diskusi. Topik-topik pada
mata kuliah ini sangat berkaitan dengan bagaimana kita mampu mendesain
rencana pembelajaran yang sistematis serta pola yang yang mudah untuk
dapat dikerjakan oleh siswa.

Metode lain dalam mempelajari topik ini adalah dengan mempelajari


bentu-bentuk konsep CT atau Bebras, sehingga saya banyak belajar
kembali membaca teori-teori yang ada. Bebras yang bertindak untuk
mempromosikan kegiatan atau latihan yang baik untuk meningkatkan
pemahaman kita pada berpikir komputisional. Sebab kemampuan ini
semakin diperlukan dalam dunia yang semakin mengarah ke konsep
algoritma dalam dunia Artifial Intiligence.

Namun, Alhamdulillah sejauh ini semua tugas dapat terselesaikan dengan


baik. Terakhir, melalui pembelajaran yang diberikan oleh dosen
pengampu, di mana saat itu, kami dikelompokkan untuk mendiskusikan
metode-metode penerapan CT yang dikaitkan dengan STEM dalam
mengajar di kelas dan diminta untuk membuat satu rancangan strategi
pembelajaran di kelas.

3)Apakah strategi yang diimplementasikan dalam mempelajari topik-topik


tersebut penting bagi saya? Mengapa?)

Tentu saja, strategi yang diimplementasikan dalam mempelajari


Computional Thinking ini penting bagi saya, sebab materi yang cukup
rumit sehingga perlu kita melakukan elaborasi lebih jauh baik melaui
diksusi, mengerjakan tugas pelatihan maupun mencari referensi yang
memperkaya pemahaman saya pada materi ini.
Analisis Analisis artefak Pemahaman tentang Computational Thinking dapat dilihat
artefak di link:
pembelajaran
- https://drive.google.com/drive/folders/1F53vPhQ2-8rY3V-
D16AgmjBHSfm8Vw2y?usp=sharing

Pembelajaran Pembelajaran ini membantu guru dan peserta didik untuk mengembangkan
bermakna kemampuan analitis dalam menghadapi tantangan dan menemukan solusi
(good yang efektif.
practices)
Guru dapat mengajarkan peserta didik untuk memahami esensi dan inti dari
masalah atau situasi sehingga mereka dapat lebih fokus pada solusi yang
tepat.
Guru dan peserta didik dapat belajar untuk merancang langkah-langkah
yang jelas dan terstruktur dalam menyelesaikan tugas-tugas atau proyek-
proyek yang kompleks.

Guru dan peserta didik diajak untuk mengembangkan pemikiran logis dan
kritis. Mereka belajar untuk memecahkan masalah dengan pendekatan
analitis dan menguji hipotesis mereka secara sistematis.

Guru dan peserta didik dapat belajar untuk saling berbagi ide,
berkomunikasi dengan efektif, dan bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas yang melibatkan pemikiran komputasional.
Ahmad Dai Zidan
2221573003
Jurnal Refleksi
Pembelajaran Berdiferensiasi

PPG Prajabatan Gel. 1 2022


Prodi Bahasa Inggris
Universitas Muhammadiyah
Parepare
Nama Pembelajaran Berdiferensiasi
Matakuliah
Review Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan mata kuliah selektif pada
pengalaman perkuliahan PPG. Secara garis besar mata kuliah ini membahas tentang
belajar. pengetahuan dan keterampilan dalam merancang dan mengelola kegiatan
pembelajaran yang berdiferensiasi. Melalui beragam metode pembelajaran
aktif, antara lain studi kasus, serta mampu mengenali keragaman peserta
didik, merespon kebutuhan belajar peserta didik, dan mengidentifikasi
hambatan dalam kurikulum yang bisa menghalangi setiap peserta didik
untuk berpartisipasi, untuk merancang pembelajaran dan asesmen yang
terpersonalisasi. Kemudian semua pembahasan ini di bagi ke dalam 5 topik
pembahasan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Topik 1 membahas tentang Teori-Teori yang Mendasari


Pembelajaran Berdiferensiasi. Pada topik ini lebih ditekankan
tentang latar belakang, teori-teori yang mendasari, tujuan, ciri-ciri
dan contoh kasus dari pembelajaran berdiferensiasi. Jadi dapat
dikatakan bahwa topik 1 ini merupakan topik pengenalan terhadap
pembelajaran berdiferensiasi.
2. Topik 2 dibahas tentang Aspek-Aspek Pembelajaran
Berdiferensiasi. Tujuan dari topik ini adalah memberikan
pemahaman tentang aspek-aspek tersebut sehingga nantinya pada
penerapan pembelajaran berdiferensiasi, mahasiswa sudah dapat
mengindetifikasi penggunaannya. Selain itu untuk memperkuat
pemahaman mahasiswa akan aspek-aspek berdiferensiasi, maka
pada topik ini disajikan beberapa studi kasus yang menerapakan
aspek berdiferensiasi (konten, proses, produk, dan lingkungan
belajar).
3. Topik 3 membahas tentang Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi.
Secara umum strategi pada pembelajaran berdiferensiasi terbagi
menjadi 5 strategi yaitu strategi pengajaran langsung (direct
instruction), strategi pengajaran tak langsung (indirect instruction),
strategi pengajaran interaktif (interactive learning), strategi
pengajaran mandiri (self-learning), dan strategi pengajaran melalui
pengalaman (experimental). Dimana semua strategi yang digunakan
harus tetap memperhatikan dan menerapkan diferensiasi. Penerapan
strategi pengajaran bukan sekedar menggunakan strategi pengajaran
tertentu saja, namun harus memperhatikan aspek-aspek diferensiasi.
Strategi pengajaran yang digunakan harus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik dan kebutuhan belajar peserta didik.
4. Topik 4 membahas tentang Rancangan dan Implementasi
Pembelajaran Berdiferensiasi. Menurut Suprayogi et. al. (2022)
sebelum penyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, setidaknya
ada 12 langkah yang harus dilakukan diantaranya: pemetaan peseta
didik, dapatkan wawasan tentang peserta didik untuk mengetahui
metode pembelajaran, pengelompokan, peserta didik diberikan
pilihan, informasi dalam berbagai bentuk, jangan berikan latihan
umum, hubungkan pembelajaran ke dunia siswa, kombinasi
kekuatan pengajaran, latihan untuk menyempunakan, memulai
dengan sesuatu hal, dan percobaan. Selain itu topik ini juga
membahas tentang rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model berdiferensiasi dan tata cara
pengimplementasiannya.
5. Topik 5 pada mata kuliah ini membahas tentang Evaluasi pada
Pembelajaran Berdiferensiasi. Topik ini menekankan pada kegiatan
evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan
dan hal ini dimaksudkan sebagai tahapan untuk menilai dan
memastikan pembelajaran yang dilaksanakan menerapkan
diferensiasi. Penilaian evaluasi ini dilakukan dengan penggunaan
tabel checklist yang memuat profil siswa dan aspek-aspek
pembelajaran berdiferensiasi.

Dari 5 topik yang disajikan di atas, pengalaman belajar yang saya dapatkan
adalah saya memahami bahwa setiap peserta didik itu beragam dan unik dan
sebagai calon guru, kita dituntut untuk mampu mengakomodir seluruh
kebutuhan peserta didik yang berbeda di dalam kelas atau lingkungan
sekolah. Selain itu, saya juga memperoleh pengalaman belajar dalam hal
menyusun rencana pembelajaran dan tata cara pengimplementasian
pembelajaran berdiferensiasi yang memuat aspek-aspek berdiferensiasi.

Refleksi Refleksi terhadap pengalaman belajar terpilih:


pengalaman
belajar yang 1) Mengapa topik-topik tersebut penting dipelajari?
dipilih Dari semua topik yang tersaji pada LMS, topik yang menurut saya penting
untuk dipelajari adalah topik 2 yang membahas tentang aspek-aspek
pembelajaran berdiferensiasi. Alasan saya memilih topik 2 karena topik ini
merupakan pokok pembahasan yang membedakan model pembelajaran
berdiferensiasi dengan model pembelajaran lainnya. Dimana dijelaskan
bahwa ada 4 aspek yang mendasari pembelajaran berdiferensiasi
diantaranya: konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Konten yang
dimaksudkan di sini adalah melakukan diferensiasi yang berkaitan dengan
apa yang akan dipelajari peserta didik dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya proses merupakan penyesuaian cara belajar dengan kemampuan
peserta didik. Sedangkan pada produk mengacu pada adanya variasi hasil
dari tugas pembelajaran, atau variasi untuk penilaian hasil belajar peserta
didik. Tugas dan penilaian untuk masing-masing peserta didik dibuat
beragam namun masih tetap mengacu pada tujuan pembelajaran yang sama
dan yang terakhir adalah lingkungan belajar. Aspek ini mengacu kepada
bagaimana seorang guru dapat menciptakan kondisi kelas yang kondusif
sehingga peserta didik dapat memperoleh pembelajaran yang optimal. Dari
penjelasan ini, tergambar dengan jelas model tata cara penyusunan rencana
pembelajaran dan asesmen dengan menggunakan model pembelajaran
berdiferensiasi.
2) Bagaimana saya mempelajari topik-topik yang ada pada mata kuliah
tersebut?
Ada beberapa strategi yang saya terapkan dalam mempelajari topik-topik
yang ada pada mata kuliah ini diantaranya: Melalui materi dan penugasan
yang tersaji pada LMS yang menggunakan alur MERDEKA. Dimana
keseluruhan kegiatannya mendukung mahasiswa untuk menilai dirinya
secara individu dan berkolaborasi dengan rekan sejawat. Selain itu, saya
juga mencari berbagai referensi lain di media online yang dapat
memperdalam pemahaman saya akan pembelajaran berdiferensiasi. Saya
juga belajar banyak dari perkuliahan yang dibawakan oleh Dosen
Pengampu.
3)Apakah strategi yang diimplementasikan dalam mempelajari topik-topik
tersebut penting bagi saya? Mengapa?)
Menurut saya strategi belajar yang saya terapkan dalam mempelajari topik-
topik ini membantu saya untuk memahami lebih dalam akan materi yang di
bahas pada perkuliahan ini. Selain itu sistem penugasan di LMS juga
membantu saya untuk menilai pemahaman saya akan mata kuliah ini serta
memberi kesempatan bagi saya untuk dapat berkolaborasi dengan rekan
sejawat untuk membandingkan serta menyamakan persepsi
Analisis Berikut saya sertakan artefak pembelajaran dan analisisnya dari mata kuliah
artefak Pembelajaran Berdiferensiasi. Baik dalam bentuk penugasan pada LMS
pembelajaran yang menggunakan alur MERDEKA maupun dalam bentuk kegiatan yang
saya lakukan pada sekolah mitra tempat pelaksanaan PPL I dengan
mengimplementasikan model pembelajaran berdiferensiasi.

Berikut tautan penugasan pada LMS yang menerapkan alur MERDEKA:

• https://drive.google.com/drive/folders/1Oxuzd8nGkjfbU2TVan-
1NGQQHTUF39b0?usp=sharing

Pembelajaran Pembelajaran bermakna yang saya peroleh dari aktivitas refleksi diri
bermakna terhadap pengalaman belajar Pembelajaran Berdiferensiasi ini dapat saya
(good uraikan sebagai berikut:
practices)
• Seorang guru harus menyadari bahwa peserta didik adalah beragam
yang memiliki keunikan karakteristik dan kebutuhan belajarnya.\
• Model pembelajaran berdiferensiasi merupakan model pembelajaran
yang dapat mengakomodir keberagam peserta didik.
• Saya juga menyadari akan pentingnya bagi seorang guru untuk
memahami peserta didiknya sehingga mampu menyusun model
pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.
• Mata kuliah ini juga memberikan pemahaman baru bagi saya akan
pentingnya melakukan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran
berdiferensiasi yang telah dilaksanakan untuk menilai kesesuaian
dan keberhasilan penerapannya.

Anda mungkin juga menyukai