KAJIAN PUSTAKA
terdapat dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang saling terkait dan
berasal dari kata integreted teaching and learning atau integreted curriculum
approach. Konsep ini telah lama dikemukakan oleh John Dewey sebagai usaha
pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan), dan (3) merakit
berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna
kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu
sehingga membuat anak aktif terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Dalam
beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu, holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
(3) pemisahan antara mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, (4) menyajikan
konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran, (5) bersifat
luwes (fleksibel), dan (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan
anak, (2) belajar melalui proses pengalaman langsung, (3) sarat dengan muatan
saling keterkaitan, sehingga batasan antar mata pelajaran tidak begitu jelas, (4)
karakteristik, yaitu: (1) berpusat pada anak (studend center), (2) memberi
pengalaman langsung pada anak, (3) pemisahan antara bidang studi tidak begitu
jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran, (5) bersifat luwes, (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak, (7) holistik, (8) bermakna, (9) otentik, dan (10)
aktif.
pembelajaran yang holistik, bermakna, otentik, aktif, berpusat pada anak. Dengan
pembelajaran terpadu, yaitu: (1) setiap topik pada mata pelajaran mempunyai
dari keterkaitan antar konsep, (3) membuat hubungan inter dan antar mata
pelajaran, (4) membantu siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis, (5)
meningkatkan daya ingat (retensi) terhadap materi, dan (6) transfer pembelajaran
pelajaran akan hemat, (2) siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna,
(3) meningkatkan taraf kecakapan berfikir siswa, (4) pembelajaran yang terpotong-
potong sedikit sekali terjadi, (5) memberikan penerapan-penerapan dunia nyata, (6)
siswa yang dapat menjembatani pemahaman yang terkait, dan (10) terjadi
kerjasama yang lebih meningkat antara para guru, para siswa, guru-
siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antar mata pelajaran,
sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya
1.26) terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang nampaknya paling cocok atau
1) Model connected
Model connected (keterhubungan) adalah model pembelajaran terpadu
yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep
dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan
dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari
dengan tugas-tugas dilakukan hari berikutnya, bahkan ide-ide yang akan
dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran.
2) Model webbed
Model webbed (jaring laba-laba) adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan
menentukan tema, yang kemudian dikembangkan menjadi subtema
dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran
yang terkait.
3) Model integgreted
Model integrated merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan
antarmata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara mengabungkan
mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan
menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih
di dalam beberapa mata pelajaran.
Di sini penulis mengambil model connected untuk dikaji lebih lanjut, karena
Sekolah Dasar.
yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi (Prabowo dalam Trianto, 2011:
setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan yaitu menentukan tujuan,
evaluasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Sementara itu, Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe
1. Tahap Perencanaan:
2) kegiatan proses
3. Evaluasi, meliputi:
2) Evaluasi produk:
3) Evaluasi psikomotor:
bahasan atau subpokok bahasan lain, dalam satu bidang studi. Langkah-langkah
serta diskusi, dan (3) Tahap evaluasi, yaitu evaluasi proses, hasil dan psikomotor.
Model connected penekanannya terletak pada integrasi inter bidang studi, secara
nyata menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik
lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dalam satu
hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, serta ide-ide yang
subject area, connecting one topic to the next, connecting one concept to
the next, or even one semester’s ideas to the next. Artinya, model terhubung
pada hari ini dengan selanjutnya atau ide-ide yang dipelajari pada satu
satu topik dengan topik yang lain, satu konsep dengan konsep yang lain,
satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, satu tugas ke tugas yang
satu usaha sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin
ilmu. Bila kita memandang konsep koneksi ini, rincian dari satu disiplin
berikutnya atau satu materi mendukung materi berikutnya, atau materi satu
pokok bahasan atau subpokok bahasan lain, dalam satu bidang studi. Kaitan
yang luas dari beberapa aspek tertentu serta siswa dapat mengkaji,
berbagai bidang studi masih tetap terpisah dan nampak tidak ada hubungan
bidang studi.
enam langkah atau fase. Adapun fase-fase dalam pembelajaran ini seperti
2.2 Media
Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media
visual atau verbal (Arsyad, 2009: 3). Sejalan dengan pendapat tersebut, Gagne
dalam Angkowo dan Kosasih (2007: 10) mengartikan media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Sementara itu Briggs dalam Sadiman (2006: 6) berpendapat bahwa media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar.
Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan
siswa, sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran (Angkowo dan
Kosasih, 2007: 10). Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media
anak didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Peranan media tidak akan
terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang
telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal
acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi
sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan
media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan.
Selain itu media secara mendasar berpotensi memberikan peluang bagi siswa untuk
media perlu diketahui fungsi media tersebut agar penggunaan media sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Djamarah dan Zain, 2006: 120).
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diciptakan dan didesain
oleh guru. Dengan fungsi itu, media pembelajaran harus dijadikan bagian integral
dari keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri. Menurut Angkowo dan Kosasih
(2007: 27) Media yang baik digunakan dalam pembelajaran adalah yang memiliki
orang yang paling menguasai materi, mengetahui tujuan apa yang mesti dibuat dan
dibuat oleh guru, karena guru mengetahui secara pasti kebutuhan untuk
pembelajarannya, termasuk permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa pada
pembelajaran melalui penggunaan media secara optimal, sebab media ini memiliki
nilai dan manfaat yang sangat menguntungkan, diantaranya: (1) Membuat konkrit
atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, (3) Menampilkan objek yang
terlalu besar atau kecil, dan (4) Memperlihatkan gerakan-gerakan yang terlalu
Menurut Wilkinson dalam Angkowo dan Kosasih (2007: 14), ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran, yakni tujuan,
12) yaitu:
Dick dan Carey dalam Sadiman (2006: 86) menyebutkan empat faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, pertama adalah ketersediaan
sumber setempat. Artinya, bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada
sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah
apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga
dan fasilitasnya. Ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan,
kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama.
Artinya media bisa digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada
disekitarnya dan kapan pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Dan yang
keempat adalah efektivitas biaya dalam jangka waktu yang panjang.
Jenis media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : (1) media grafis
seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik. Media
grafis sering juga disebut media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran
panjang dan lebar, (2) media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat,
model penampang, model susun, model kerja, dan diorama, (3) media proyeksi
seperti slide, film strips, film, dan OHP, dan (4) lingkungan sebagai media
pembelajaran.
Akhirnya penulis dapat menyimpulkan bahwa media adalah alat bantu apa
saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk
Menurut Sadiman (2006: 28) media grafis termasuk media visual. Media
grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran
(file.upi.edu: 2007) Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang
Dapat disimpulkan bahwa media grafis adalah suatu penyajian secara visual
dan merangkum suatu ide, data atau kejadian. Media yang digunakan dengan baik
mampu mengarahkan siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam
yaitu belajar menghafal dan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa dapat
bermakna adalah belajar memahami apa yang sudah diperolehnya, dan dikaitkan
dengan keadaan lain sehingga apa yang ia pelajara akan lebih dimengerti.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan dari hasil belajar
pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan serta kemampuan (Sa’ud, dkk.,
2006: 3).
Menurut Sagala (2010: 37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku
atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Belajar akan
membawa kepada perubahan tingkah laku, kecakapan baru dan merupakan hasil
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi
hingga ke liang lahat nanti dan suatu proses yang mempunyai tujuan untuk
dan kemampuan. Salah satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya
siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan
rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang
itu Meyer (2002: 90) berpendapat aktivitas belajar sebagai kegiatan yang dilakukan
oleh siswa untuk mengubah prilakunya melalui pengalaman yang diperoleh secara
yang melibatkan fisik dan mental dalam pembelajaran menjadi 8 bagian, yaitu:
“(1) Visual Activities (kegiatan yang tampak), yaitu segala kegiatan yang
berhubungan dengan aktivitas siswa dalam melihat, mengamat, dan
memperhatikan, (2) Oral Activities (kegiatan lisan), yaitu aktivitas yang
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengucapkan, melafazkan,
dan berfikir, (3) Listening Activities (kegiatan mendengarkan), kegiatan yang
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam berkonsentrasi dalam
menyimak pelajaran, (4) Motor Activities (kegiatan metrik), yaitu segala
keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan keterampilan bakat yang
dimiliki oleh diri siswa, (5) Drawing Activities (kegiatan menggambar),
yaitusegala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam
menggambar, membuat grafik, peta, dan lainnya, (6) Mental Activities
(kegiatan mental), aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa
dalam menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis dan
mengambil keputusan, (7) Writing Activities (kegiatan menulis), segala
kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam menulis, dan (8)
Emotional Activities (kegiatan emosional), yaitu kegiatan yang berhubungan
dengan emosi siswa seperti menaruh minat, gembira, bersemangat, dan
berani.
belajar adalah segala bentuk kegiatan baik mental maupun emosional yang
gembira, bersemangat, tidak gugup, dan (4) Mental Activities, yaitu menanggapi,
memecahkan soal.
2.4 Hasil Belajar
tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan.
Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat
diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai
Caroll dalam Angkowo dan Kosasih (2007: 51) berpendapat bahwa hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor, yakni: (1) faktor bakat belajar, (2) faktor waktu
yang tersedia untuk belajar, (3) faktor kemampuan individu, (4) faktor kualitas
pengajaran, dan (5) faktor lingkungan. Hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Berkaitan dengan faktor
dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi,
minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi
fisik dan psikis (Clark dalam Angkowo dan Kosasih 2007: 50).
dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
mengemukakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
proses belajar. Woordworth juga berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan
aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan
mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan hasil belajar pada penelitian ini adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan proses belajar yang
mencakup 3 ranah yaitu: (1) kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, dan penerapan
(2) afektif meliputi sikap dan partisipasi, dan (3) psikomotor meliputi ketrampilan serta
kreatifitas, kemudian diwujudkan dalam bentuk skor atau angka setelah melalui tes, serta
dapat membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Latin “Mathematika” yang mulanya diambil dari perkataan Yunani “Mathematike” yang
berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya “Mathema” yang berarti
pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Matematika mengkaji benda abstrak (benda
pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol
(lambang) dan penalaran deduktif Sutawijaya (dalam Aisyah, 2007: 1). Sedangkan Reys
(dalam Suwangsih, 2006: 4) berpendapat bahwa matematika adalah telaahan tentang pola
dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
James dan James (dalam Suwangsih 2006: 4), matematika adalah ilmu tentang
dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga besar yaitu aljabar, analisis, dan
geometri. Tetapi ada pendapat yang menyatakan bahwa matematika terbagi menjadi
empat bagian, yaitu aritmatika, aljabar, geometris, dan analisis dengan aritmatika
Permendiknas no. 22 (Depdiknas, 2006: 148) tentang standar isi tujuan matematika
ruang lingkup yang meliputi aspek-aspek yaitu: (a) bilangan, (b) geometri dan
yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan
aspek-aspek yaitu: (a) bilangan, (b) geometri dan pengukuran, dan (c) pengolahan data.
pada tingkat penguasan yang sama. Cooperative learning adalah suatu model
kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin
dalam Isjoni 2007: 12). Sedangkan Roger, dkk., dalam Huda (2011: 29) berpendapat
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan
ahli menyatakan bahwa model kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa
memahami konsep yang sulit, namun juga sangan berguna untuk menumbuhkembangkan
kemampuan berfikir kritis, kerja sama, dan membantu taman (Isjoni, 2007: 29). Tujuan
kelompok yang saling bekerja sama, dan saling ketergantungan positif di antara siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk
diskusi, sehingga interaksi belajar menjadi efektif dan siswa lebih termotivasi, percaya
aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 3 Gayau Sakti ”.