Disusun oleh:
Ayu Suci Pratiwi
406172116
Pembimbing :
AKBP dr. Faozan, Sp.M
NIM 406172116
RS Bhayangkara Prof.
Rumah Sakit
Awaloedin Jamin Semarang
Umur 63 tahun
Alamat Semarang
Agama Islam
Pendidikan SMP
No. RM 19-05-182182
ANAMNESIS SISTEM
Extremitas /
Dalam batas normal
Muskuloskeletal
KESIMPULAN ANAMNESIS
Telah diperiksa seorang pasien bernama Ny.A dengan keluhan pengelihatan
mata kanan dan kiri buram.
Dari anamnesis didapatkan:
Keluhan utama: Pengelihatan mata kanan dan kiri buram sejak 2 tahun
Keluhan tambahan: Pasien merasa buram seperti melihat kabut pada kedua
matanya. Buram dirasakan baik siang maupun malam untuk melihat jarak
jauh dan dekat. Keluhan timbul bersamaan pada kedua mata, namun mata
kiri dirasakan lebih buram. Pasien dapat melihat dengan jarak sangat dekat
atau mendengarkan suara untuk mengetahui sekitarnya. Saat berjalan
pasien harus dituntun. 1 tahun SMRS pasien memeriksakan matanya ke
dokter umum dan dikatakan rabun jarak jauh dan disarankan menggunakan
kacamata, namun pasien merasa tidak ada perubahan dan saat aktifitas
pasien masih meraba-raba. 6 bulan SMRS keluhan buram bertambah dan
merasa kedua mata mulai gelap. 3 hari SMRS pasien ke PKU
Muhammadiyah dan disarankan untuk operasi katarak --> dirujuk ke RS
Bhayangkara
TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Frekuensi Nadi : 90x/menit
Frekuensi Napas : 22x/menit
Suhu : tidak diukur
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF (Rabu, 27 Mei 2019, pukul 10.10 WIB)
Pemeriksaan OD OS Penilaian
Dikerja- Tidak
kan
Visus Jauh 1/300 1/300 √
Refraksi √
Koreksi NBC NBC √
Visus Dekat √
Proyeksi sinar √
Persepsi
Warna
√
(Merah,
Hijau)
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Slit lamp OD
Slit Lamp OS
OD OS
VOD: 1/300 VOD: 1/300
Koreksi: Koreksi:
NBC NBC
Lensa keruh Lensa keruh
Shadow test (-) Shadow test (-)
RESUME
Telah diperiksa seorang pasien bernama Ny.A dengan keluhan pengelihatan mata kanan dan
kiri buram. dengan keluhan pengelihatan mata kanan dan kiri buram sejak 2 tahun. Pasien
merasa buram seperti melihat kabut pada kedua matanya. Buram dirasakan baik siang maupun
malam untuk melihat jarak jauh dan dekat. Keluhan timbul bersamaan pada kedua mata, namun
mata kiri dirasakan lebih buram. Pasien dapat melihat dengan jarak sangat dekat atau
mendengarkan suara untuk mengetahui sekitarnya. Saat berjalan pasien harus dituntun. 1 tahun
SMRS pasien memeriksakan matanya ke dokter umum dan dikatakan rabun jarak jauh dan
disarankan menggunakan kacamata, namun pasien merasa tidak ada perubahan dan saat
aktifitas pasien masih meraba-raba. 6 bulan SMRS keluhan buram bertambah dan merasa
kedua mata mulai gelap. 3 hari SMRS pasien ke PKU Muhammadiyah dan disarankan untuk
operasi katarak --> dirujuk ke RS Bhayangkara Paien memiliki riwayat hipertensi sejak 2
tahun, jarang kontrol ke dokter dan tidak minum Obat Antihipertensi dan riwayat penggunaan
kacamata (+) selama 1 tahun. Ibu pasien memliki riwayat katarak. Pasien merupakan seorang
ibu rumah tangga, pasien mengaku akibat pengelihatannya buram aktifitas sehari-harinya
terhambat. Pasien biasanya melakukan aktifitas dengan meraba-raba daerah sekitarnya.
Dari pemeriksaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah hipertensi grade 2
Dari pemeriksaan subjektif VOD 1/300 dengan koreksi NBC, Lensa keruh. Shadow test (-).
VOS 1/300 dengan koreksi NBC, Lensa keruh. Shadow test (-)
DIAGNOSIS KERJA
ODS Katarak Senilis Matur, Hipertensi grade II
DIAGNOSIS BANDING
Retinopati Hipertensi
TERAPI FARMAKOLOGI
-Amlodipin 2 x 5mg
TERAPI NON-FARMAKOLOGI
Phacoemulsifikasi + IOL
SICS
ECCE + IOL
ICCE
EDUKASI
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan pengelihatan kabur karena kekeruhan pada
lensa matanya (katarak)
2. Terapi yang diberikan pada pasien adalah operasi untuk mengangkat lensa mata yang
keruh dan diganti lensa mata buatan untuk mencegah penurunan tajam pengelihatan.
3. Tujuan operasi adalah untuk merehabilitasi tajan pengelihatan
4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi adalah pendarahan dan infeksi..
5. Menjelaskan pada pasien untuk minum obat hipertensi dan kontrol teratur.
PROGNOSIS OD
o Ad visam : dubia ad bonam
o Ad vitam : bonam
o Ad sanationam : dubia ad bonam
o Ad fungtionam : dubia ad bonam
o Ad kosmetikam : bonam
PROGNOSIS OS
o Ad visam : dubia ad bonam
o Ad vitam : bonam
o Ad sanationam : dubia ad bonam
o Ad fungtionam : dubia ad bonam
o Ad kosmetikam : bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan fisiologi mata sangat rumit dan mengaggumkan. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang bewarna putih dan relatif kuat.
Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian sclera.
Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan
bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris.
Iris : jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa,
berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos dan vitreus, berfungsi
membantu memfokuskan cahaya ke retina.
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang bola mata, berfungsi
mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual ke otak.
Humor aqueus : caian jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen
anterior bola mata) serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea, dihasilkan oleh
processus ciliaris.
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen
posterior mata)
Gambar 1. (http://doctorology.net/wp-content/uploads/2009/03/eye.jpg&imgrefurl)
ANATOMI LENSA
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah (avaskular),
tembus pandang, dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm. Ke depan berhubungan dengan cairan
bilik mata, ke belakang berhubungan dengan badan kaca. Digantung oleh Zunula zinii
(Ligamentum suspensorium lentis), yang menghubungkannya dengan korpus siliaris.
Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Lensa diliputi oleh kapsula
lentis, yang bekerja sebagai membran yang sempermiabel, yang akan memperoleh air dan
elktrolit untuk masuk.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi,
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks
terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung ke ujung berbentuk ( Y ) bila dilihat dengan
slitlamp. Bentuk ( Y ) ini tegak di anterior dan terbalik di posterior. Lensa ditahan ditempatnya
oleh ligamen yang dikenal zonula zinii, yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus
siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein (kandungan tertinggi diantara jaringan-
jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa berada di dalam jaringan tubuh lainnya.
Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat
dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah atau saraf di lensa.
Gambar 2. (http://duniamata.blogspot.com/2010/05/struktur-lainnya-lensa-
kristalina.html&usg)
FISIOLOGI LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Utuk memfokuskan
cahaya datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula zinii dan
memperkecil diamter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini
daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula
berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologis antar zonula, korpus siliaris, dan
lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.
Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagaian posterior lebih konveks. Proses
sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung perlahan-
perlahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat, dimana nukleus menjadi besar
dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa lebih besar, lebih gepeng, warnanya
kekuningan, kurang jernih dan tampak seperti “ gray reflek “ atau “senil reflek”, yang sering
disangka katarak. Karna proses sklerosis ini lensa menjadi kurang elastis dan daya
akomodasinya berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, dimana pada orang Indonesia
dimulai pada usia 40 tahun.
PEMERIKSAAN LENSA
Pemeriksaan yang dilakukan pada enyakit lensa adalah pemeriksaan tajam penglihatan
dan dengan melihat lensa melalui slit lamp, oftalmoskop, penlight, loop, sebaiknya dengan
pupil dilatasi.
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium dibagian anterior
lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar Natrium lebih tinggi dibagian
posterior lensa. Ion kalium bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar
ion natrium masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion kalium
dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan
didalam oleh Ca-ATPase
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP-
shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah enzim yang merubah
glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.
KATARAK
Definisi
Katarak berasal dari Yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract”, Latin “Cataracta” yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, proses penuaan.
Gambar 3. (http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)
Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara instan,
melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu secara tetap
atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain,
namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen mungkin
meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka
pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan pada > 90% kasus.sisanya
mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang menghambat pemulihan daya pandang.
Gambar 4.(http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)
ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi,
katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
a. Faktor keturunan
b. Cacat bawaan sejak lahir
c. Masalah esehatan, misalnya diabetes
d. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
e. Gangguan pertumbuhan
f. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
g. Asap rokok
h. Operasi mata sebelumnya
i. Trauma (kecelakaan) pada mata
j. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui
PATOFISIOLOGI
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang banyak
ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan
lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1.Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a.Serat irregular
b.Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus lensa, sedang
warna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi foto
oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel
yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga
mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.
KLASIFIKASI KATARAK
A. Menurut kejadian
1. Katarak Developmental
2. Katara Degeneratif
B. Menurut Umur
1. Katarak kongenital
2. katarak juvenil
3. katarak senil
C. Menurut Konsistensi
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
D. Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
E. Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
F. Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier
KATARAK DEVELOPMENTAL
Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian) dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Katarak
kongenital bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau
bisa disebabkan oleh infeksi kongenital, seperti campak Jerman, berhubungan dengan penyakit
anabolik, seperti galaktosemia. Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit misalnya Diabetes Melitus. Jenis katarak ini
jarang sering terjadi. Faktor risiko terjadinya katarak kongenital adalah penyakit metabolik
yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih
dalam kandungan.
Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain :
Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral yang memberi makan pada lensa. Pada
usia 6 bulan dalam kandungan, arteri hialoidea mulai diserap sehingga pada keadaan normal, pada
waktu bayi lahir sudah tidak nampak lagi. Kadang-kadang penyerapan tidak berlangsung sempurna,
sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih dibelakang lensa, berbentuk ekor yang dimulai di
posterior lensa. Gangguan terhada visus tidak begitu banyak. Visus biasanya 5/5, kekeruhannya
statisioner, sehingga tidak memerlukan tindakan.
Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu disebut juga katarak piramidalis
anterior. Puncaknya dapat kedalam atau keluar. Keluhan terutama mengenai penglihatan yang kabur
waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil, sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di
polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu, karena pada cahaya redup, pupil melebar,
sehingga lebih banyak cahaya yang dapat masuk. Pada umumnya tiddak menimbulkan gangguan
stationer, sehingga tidak memerlukan tinakan operatif. Dengan pemberiann midriatika, seperti sulfas
atropin 1% atau homatropin 2% dapat memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar, tetapi
terjadi pula kelumpuhan dari Mm. Siliaris, sehingga tidak dapat berakomodasi
c. Katarak Polaris Posterior
Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan katarak polaris anterior. Juga
stationer, tidak menimbulkan banyak ganggan visus, sehingga tidak memerlukan tindakan operasi.
Tindakan yang lain sama dengan katarak polaris anterior.
d. Katarak Aksialis
Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan tindakan sama dengan katarak polaris
posterior
e. Katarak Zonularis
Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat, tersusun sebagai garia-garis
yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders , merupakan tanda khas untuk katarak
zonularis. Paling sering terjadi pada anak-anak, kadang herediter dan sering disertai anamnesa kejang-
kejang. Kekeruhannya berupa cakram (diskus), mengelilingi bagian tengah yang jernih.
f. Katarak Stelata
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa bertemu, yang merupakan
huruf Y yang tegak di depan dan huruf Y terbalik di belakang. Biasanya tidak banyak mengganggu
visus, sehingga tidak memerlukan pengobatan.
Katarak Juvenil
Katarak juvenil terjadi pada anak-anak sesudah lahir, termasuk kedalam katarak
Developmental, karena terjadi pada waktu masih terjadinya perkembangan serat-serat lensa.
Konsistensinya lembek seperi bubur disebut juga “soft cataract” . katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Pada katarak kongenital bilateral yang lengkap, operasi harus dikerjakan pada bulan
pertama, sejarak katarak itu diketahui pada kedua mata. Katarak unilateral lengkap biasanya
akibat trauma. Tindakan pembedahan harus dilakukan jangan melebihi 6 bulan setelah katarak
itu diketahui, untuk menghindari ambliopia dan terjadinya strabismus.
1. Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera katarak terlihat.
2. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum
terjadinya juling, bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan
segera.
3. Katarak total atau katarak unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah sekali
terjadinya ambliopia, karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan
kacamata segera.
4. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara dapat dicoba
dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai dengan mulainya
tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya prognosis yang ebih baik.
1. Disisio lensa
2. Ekstraksi linier
3. Ekstraksi degan aspirasi
KATARAK DEGENERATIF
Katarak degeneratif dibagi menjadi dua, yaitu primer dan komplikata.
1. Katarak Primer
Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan. Katarak senilis
adalah setiap kekeruhan pada lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun.
Faktor Resiko
Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain adalah umur dan
jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan dan
pendidikan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan status kesehatan
seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam hubungannya dalam paparan sinat
Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari (Sirlan F, 2000).
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. Dengan
meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat lensa
yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa berkurang kebeningannya, keadaan ini akan
berkembang dengan bertambahnya berat katarak. .Prevalensi katarak meningkat tiga sampai
empat kali pada pasien berusia >65 tahun (Pollreisz dan Schmidt, 2010).
Jenis Kelamin
Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki-laki, ini
diindikasikan sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita katarak
lebih banyak dibandingkan laki-laki (WHO, 2012)
Riwayat Penyakit
Diabetes Melitus (DM) dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks
refraksi, dan kemampuan akomodasi. Meningkatnya kadar gula darah, juga akan
meningkatkan kadar gula di aqueous humor. Glukosa dari aqueous akan masuk ke
lensa melalui difusi dimana sebagian dari glukosa ini diubah menjadi sorbitol oleh
enzim aldose reduktase melalui jalur poliol, yang tidak dimetabolisme dan tetap
tinggal di lensa. Telah terbukti bahwa akumulasi intraselular sorbitol menyebabkan
perubahan osmotic sehingga air masuk ke lensa, yang akan mengakibatkan
pembengkakkan serabut lensa. Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa
akumulasi poliol intraseluler menyebabkan kolaps dan likuifaksi(pencairan) serabut
lensa, yang akhirnya terjadi pembentukan kekeruhan pada lensa (Pollreisz dan
Schmidt, 2010).
Patogenesis
Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada orang tua.
Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya
dimengerti. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup, tidak ada sel-sel
yang dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan tebal
sehingga kemampuan akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari serabut
korteks terbentuk secara konsentris, sel-sel tua menumpuk ke ararh tengah sehingga
nukleus lensa mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).
7
bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih tidak bisa
menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain itu, terjadi penurunan
konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi Natrium dan
Kalsium.
Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas usia 50 tahun
keatas
Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumpai. Satu-satunya gejala adalah
distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini biasanya berkembang
lambat selama beberapa tahun, dan pasien mungkin meninggal sebelum timbul indikasi
pembedahan. Apabila diindikasikan pembedahan, maka eksraksi lensa akan secara definitif
akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus. Sisanya (10%)
mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius
misalnya glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan
epitel ke bawah kamera okuli anterior yang menghambat pemulihan visual.
Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel
kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown slerosis nucleus ,
sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus lensa, korteks tidak bewarna.
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
1. Stadium Insipien
Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus. Visus pada stadium ini bisa normal atau
6/6 – 6/20. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 – 5/6. Kekeruhan terutamaterdapat pada bagian
perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai korteks anterior,
sedangkan aksis masih terlihat jernih. Gambaran ini disebut Spokes of wheel, yang nyata bila pupil
dilebarkan.
2. Stadium Imatur
Sebagian lensa keruhtetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada stadium ini 6/60 –
1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau
tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan.
Oleh karena kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh
ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang terang
sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat
bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi cembung,
sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi miopia. Keadaan
ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris terdorong kedepan, menyebabkan
sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan glaukoma sebagai
penyulitnya.
3. Stadium Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar yang melalui pupil
dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa. Kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan klasifikasi lensa. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji
bayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil tampak lensa seperti mutiara.
4. Stadium Hipermatur
Pada stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut yang dapat menjadi keras atau lembek
dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, bewarna kuning dan kering. Visus pada stadium ini 1/300 – 1/~. Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
berhubungan dengan zonula zinii menjadi kendur. Bila proses kekeruhan berjalan lanjut disertai
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihtkan bentuk sebagai sekantung susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagni.
Katarak matur katarak traumatik
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Ini adalah jenis katarak yang
paling sering terjadi. Lapisan korteks lensa tidak sepadat pada bagian nukleus sehingga lebih
mudah terjadi overhidrasi akibat ketidakseimbangan elektrolit yang mengganggu serabut
korteks lensa sehinggaterbentuk osifikasi kortikal, yang ditunjukkan pada diabetes dan
galaktosemia (Fong, 2008). Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah-
celah dalam pola radial disekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi
sering asimetrik. Derajat gangguan fungsi penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat
kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan (Harper et al,2010). Gejala yang sering ditemukan
adalah penderita merasa silau pada saat mencoba memfokuskan pandangan pada suatu
sumber cahaya di malam hari (Rosenfeld et al, 2007).
Pemeriksaan menggunakan biomikroskop slitlamp akan mendapatkan gambaran
vakuola, degenerasi hiropik serabut lensa, serta pemisahan lamella kortek anterior atau
posterior oleh air. Kekeruhan putih seperti baji terlihat di perifer lensa dengan ujungnya
mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak gelap apabila dilihat menggunakan
retroiluminasi. Secara histopatologi, karakteristik dari katarak kortikal adalah adanya
pembengkakan hidrofik serabut lensa. Globula Morgagni (globules-globulus material
eosinofilik) dapat diamati di dalam celah antara serabut lensa (Rosenfeld et al, 2007).
3. Katarak Subkapsularis Posterior
Katarak Imatur
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh
lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningktnya
tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung
Katarak Hipermatur
Indikasi utama operasi katarak paling umum adalah keinginan pasien sendiri untuk
memperbaiki fungsi penglihatannya. Indikasi dilakukan tatalaksana bedah untuk
katarak tidak berdarakan visual acuity tertentu melainkan berdasarkan tingkat
gangguan visual terhadap aktivitas sehari-hari (Rosenfeld, 2007). Misalnya jika
katarak masih imatur dengan visus 6/24 namun pasien adalah seorang polisi dan
sangat terganggu maka bisa dilakukan operasi. Jika katarak sudah matur namun
pasien tidak merasa tidak terganggu berarti tidak perlu dilakukan bedah. Namun
jika katarak mencapai hipermatur dapat meningkatkan resiko terjadinya glaukoma
dan uveitis. Indikasi medis untuk bedah katarak adalah galukoma fakolitik,
glaucoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dan dislokasi lensa ke bilik anterior
(Rosenfeld, 2007).
I. Ringkasan
Telah diperiksa seorang pasien bernama Ny.A dengan keluhan pengelihatan mata
kanan dan kiri buram.
Dari anamnesis didapatkan:
Keluhan utama: pengelihatan mata kanan dan kiri buram sejak 2 tahun
Keluhan tambahan: Pasien merasa buram seperti melihat kabut pada kedua
matanya. Buram dirasakan baik siang maupun malam untuk melihat jarak jauh
dan dekat. Keluhan timbul bersamaan pada kedua mata, namun mata kiri
dirasakan lebih buram. Pasien hdapat melihat dengan jarak sangat dekat atau
mendengarkan suara untuk mengetahui sekitarnya. Saat berjalan pasien harus
dituntun.
1 tahun SMRS pasien memeriksakan matanya ke dokter umum dan dikatakan
rabun jarak jauh dan disarankan menggunakan kacamata, namun pasien merasa
tidak ada perubahan dan saat aktifitas pasien masih meraba-raba.
6 bulan SMRS keluhan buram bertambah dan merasa kedua mata mulai gelap.
3 hari SMRS pasien ke PKU Muhammadiyah dan disarankan untuk operasi
katarak --> dirujuk ke RS Bhayangkara
Riwayat penyakit dahulu:
-Riwayat Hipertensi sejak 2 tahun, jarang kontrol ke dokter dan tidak minum Obat
Antihipertensi
-Riwayat penggunaan kacamata (+) selama 1 tahun
Riwayat penyakit keluarga: Riwayat katarak pada ibu pasien
Riwayat kebiasaan: Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, pasien
mengaku akibat pengelihatannya buram aktifitas sehari-harinya terhambat.
Pasien biasanya melakukan aktifitas dengan meraba-raba daerah sekitarnya
Dari pemeriksaan fisik:
a. Tanda-tanda vital: Hipertensi Grade II
b. Dari pemeriksaan subjektif:
VOD 1/300 dengan koreksi NBC
VOS 1/300 dengan koreksi NBC
c. Dari pemeriksaan objektif:
OD : Lensa keruh menyeluruh, Shadow test (-)
OS : Lensa keruh menyeluruh, Shadow test (-)
Slit lamp OD
Slit Lamp OS
OD OS
VOD: 1/300 VOD: 1/300
Koreksi: Koreksi:
NBC NBC
Lensa keruh Lensa keruh
Shadow test (-) Shadow test (-)
II. Pembahasan
A. Diagnosis Kerja
1. ODS Katarak Senilis Matur dapat ditegakkan sebagai berikut:
Rekam Medis / Status Pasien Teori Katarak Senilis Matur
Anamnesis: Tanda/Gejala:
Usia 63 Tahun Usia > 50 tahun √
Perempuan Perempuan > banyak √
Mata buram Pengelihatan buram √
Bayangan kabut Pengelihatan berasap/awan/kabut √
Kilatan cahaya Glare√
Keluhan sejak 2 tahun dan semakin Penglihatan berangsur-angsur
lama semakin buram. memburuk (kronis)√
Riwayat hipertensi Riwayat penyakit sistemik √
Riwayat menggunakan kacamata Pengelihatan menurun, tidak ada
namun tidak ada perbaikan perbaikan dengan kacamata √
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.Berdasarkan hasil data dari World Health
Organization (WHO), katarak merupakan kelainan mata yang menyebabkan
kebutaan dan gangguan penglihatan yang paling sering ditemukan. Diketahui
kebutaan di Indonesia berkisar 1,5 % dari jumlah penduduk Indonesia. Penyebab
terjadinya katarak senilis ialah karena proses degeneratif
. Katarak senilis secara klinis dikenal dalam empat stadium, yaitu
stadium insipien, imatur, matur dan hipermatur. Jika bedasarkan tempat terjadinya
kekeruhan maka katarak terbagi menjadi nuklear, kortikal, dan subkapsular. Gejala
umum meliputi penghlihatan kabur disertai pandangan berasap, penglihatan
berbayang atau diplopia, sensitif terhadap cahaya sehingga mudah silau, lebih jelas
melihat dalam jarak dekat dikarenakan myopic shift.
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan ECCE, ICCE, dan
Phacoemulsifikasi. Untuk menentukan kapan katarak dapat dibedah ditentukan oleh
keadaan tajam penglihatan. Jika penurunan penglihatan cukup menggangu aktivitas
sehari – hari maka operasi. Dengan penanganan yang tepat prognosis katarak pada
umumnya baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP. Buku ajar oftalmologi. Edisi
pertama. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017.
2. Bowling B. Kanski’s clinical opthalmology a systemic approach. 8th ed.
Philadelphia: Elsevier. 2016.
3. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi ke-2. Yogjakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 2012.
4. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015.
5. Riordan-Eva P, Cunningham ET. Vaughan & Asbury’s general opthalmology.
18th ed. United States: Mc Graw Hill Education Lange; 2011.
6. Lang G.Infectious Keratitis dalam Opthamology.A textbook Atlas.2nd Edition
2006.
7. Mescher AL. Junqueira’s basic histology text and atlas. 13th ed. United States:
Mc-Graw Hill Education; 2013.