Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Diagnosis komunitas merupakan kegiatan untuk menentukan suatu masalah
dengan cara mengumpulkan data di masyarakat. Data yang telah terkumpul, akan
diolah sehingga dapat dicari solusi pemecahannya, yang kemudian akan diarahkan
pada intervensi perbaikan dan menghasilkan suatu rencana kerja yang konkrit.
Diagnosis komunitas digunakan dalam program kesehatan untuk referensi data
kesehatan dalam suatu wilayah, sebagai gambaran mengenai masalah kesehatan
pada suatu komunitas, untuk rekomendasi intervensi solusi pemecahan masalah,
mengarahkan rencana kerja, pembentukan dasar indikator keberhasilan dari
evaluasi program kerja kesehatan. Tujuannya untuk menerapkan pelayanan
kedokteran secara holistik dan komprehensif.1
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik menahun akibat
pankreas tidak bisa meproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif.2 Menurut World Health
Organization (WHO) pada tahun 2014 penderita DM di dunia berjumlah 422 juta
orang dengan jumlah terbesar berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Pada
Tahun 2012 DM menyebabkan kematian sebanyak 3,7 juta orang, 43% kematian
terjadi sebelum usia 70 tahun. Berdasarkan WHO 2018 DM masuk ke dalam
kriteria sepuluh penyakit terbanyak di dunia yang menyebabkan kematian.3 DM
dapat menurunkan angka harapan hidup 5-10 tahun.4 Satu dari dua orang
penderita DM tidak terdiagnosa dan tidak menyadari bahwa dirinya sakit. 5,6
Berdasarkan International Diabetes Federation (IDF) tahun 2018 Asia
Tenggara menempati wilayah dengan penderita DM terbanyak nomor satu di
dunia, yaitu sebanyak 42%.7 Pada tahun 2014 di Asia Tenggara terdapat 96 juta
orang dewasa dengan DM atau 8,6% dari total kasus diabetes di dunia. Pada tahun
2012 satu juta orang meninggal akibat komplikasi dari DM.6
Prevelensi di Indonesia yang didiagnosis DM berdasarkan hasil data Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 terdapat peningkatan prevalensi
penderita DM sejak tahun 2013 berjumlah 6,9% mengalami peningkatan pada
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 1
Periode 23 September – 17 November 2019
2018 menjadi 8,5%. Prevalensi penderita DM yang terdiagnosa dokter pada umur
≥15 tahun mengalami peningkatan sebanyak 0,5% yaitu dari 1,5% pada tahun
2013 menjadi 2% pada tahun 2018.4 Berdasarkan Konsensus Perkeni tahun 2015
dari hasil data IDF tahun 2014, Indonesia menempati peringkat ke-5 terbanyak di
dunia dengan jumlah 9,1 juta orang penduduk didiagnosis DM, naik 2 peringkat
dari peringkat ke 7 pada tahun 2013.5
Berdasarkan RISKESDAS 2018 di Indonesia jumlah laki-laki yang
menderita DM sebanyak 1,2% lebih sedikit dibandingkan perempuan 1,8%.
Berdasarkan usia didapatkan puncak usia penderita DM yaitu 55-64 tahun
sebanyak 6,3%. Upaya penanganan pengendalian DM di Indonesia dengan
olahraga baru tercapai 30,2%. Sementara mereka yang mengatur pola makan
untuk pengendalian DM sebanyak 80,2%. Jenis pengobatan yang digunakan
penderita DM terdapat sebanyak 75% menggunakan Obat Anti Diabetes (OAD),
insulin dan OAD 11%, insulin 5%, sebanyak 9% tidak menjalankan pengobatan.
Alasan penderita DM tidak menjalankan pengobatan sebanyak 50.4% merasa
sudah sehat, 30.2% tidak rutin berobat ke fasilitas kesehatan, 25,3%
mengkonsumsi obat tradisional 18,8% karena lupa mengkonsumsi OAD, 8,5%
tidak mampu membeli obat secara rutin, dan 2,1% obat tidak tersedia di fasilitas
kesehatan.4
Berdasarkan RISKESDAS 2018 pada tahun 2013 di DKI Jakarta penderita
DM pada umur ≥15 tahun mencapai 2,5% lalu pada tahun 2018 mengalami
peningkatan sebanyak 0,9% yaitu menjadi 3,4%.4 DKI Jakarta merupakan
provinsi yang memiliki penderita DM terbanyak di Indonesia. Daerah perkotaan
penderita DM 1,5% lebih banyak dibandingkan di perdesaan 1,0%.8 Berdasarkan
data KEMENKES 2014 prevalensi komplikasi DM di RSCM tahun 2011,
Neuropati menepati komplikasi terbanyak sebanyak 54% diikuti dengan
retinopati diabetik 33,4%.2
Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng DM menempati urutan ke-5 dalam
10 penyakit terbanyak, dan menempati urutan ke-2 Penyakit tidak Menular (PTM)
setelah hipertensi. Pada tahun 2018 diseluruh Kecamatan Cengkareng terdapat
9.589 pasien penderita DM, tetapi yang mendapatkan pelayanan kesehatan hanya
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2
Periode 23 September – 17 November 2019
8,2% atau hanya 788 orang. Presentase penderita DM pada tahun 2018 di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng, Kelurahan Cengkareng Barat
merupakan kelurahan dengan presentase penduduk dengan jumlah penderita DM
tertinggi sebanyak 1,86% .9
Alasan dipilihnya DM sebagai topik pendekatan secara komunitas karena
penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Cengkareng meningkat sebanyak
23,5% dari tahun 2017 ke tahun 2018. Pada tahun 2018 tercatat sebanyak 9.589
penderita DM di Kecamatan Cengkareng. Presentase penderita DM pada tahun
2018 di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng, Kelurahan Cengkareng
Barat merupakan kelurahan dengan presentase penduduk dengan jumlah penderita
DM tertinggi.9 Berdasarkan data tersebut, jika tidak dilakukan intervensi maka
ditakutkan akan terjadi peningkatan angka penderita DM, sehingga komplikasi
dari penderita DM akan meningkat dan dapat menyebabkan kematian.
1.2 . Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Diturunkannya angka mortalitas dan morbiditas DM di wilayah kerja Puskesmas
kecamatan Cengkareng
1.2.2. Tujuan Khusus
• Diketahuinya lokasi yang memiliki masalah utama DM yang harus segera
diselesaikan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng .
• Diketahuinya masalah-masalah penyebab yang menyebabkan tingginya
prevalensi kejadian DM di daerah yang memiliki masalah tertinggi di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng .
• Diketahuinya intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat
dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar
dalam menunjang tercapainya tujuan jangka menengah dan jangka panjang
yang diharapkan.
• Diketahuinya hasil dari intervensi yang dilakukan.
2.2.1. Definisi
DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.5 DM merupakan
salah satu penyakit tidak menular yang sering terjadi saat ini dan merupakan suatu
sindrom hiperglikemia yang sering disertai kelainan metabolisme (lemak dan
protein) yang disebabkan defek sekresi dan jumlah insulin (DMT1) ataupun
kombinasi dengan resistensi insulin (DMT2).10
2.2.2. Sejarah
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti SYPHON. Pada 200 tahun SM
Aretaeus (Greek Physician) memberi istilah diabetes melitus, diabetes berarti
mengalir terus dan melitus berarti madu atau manis. Jadi diabetes melitus sama
berarti kencing manis. Thomas Willis (Inggris, 1674) merasakan urine yang terasa
manis. Paul Langerhans (Jerman, 1869) menemukan timbunan glukosa dalam
hepar sebagai glikogen dan Jean d Meyer (Belgia, 1909) memberi nama hormon
insulin yang berasal Latin Insulina yang berarti Island. Pada tahun 1921 Frederik
G. Banting dan Charles H. Best bekerja sama dengan James B Collip dan J.J.R.
Macleod menemukan insulin. Insulin ini mulai digunakan pada tahun 1922 pada
pria bernama Leonard Thompson usia 14 tahun. Tahun 1954-1955 Franke dan
Fuchs (1954) mulai menggunakan OAD pada manusia dan antidiabetes yang
pertama digunakan adalah sulfonilurea.10
2.2.3. Epidemiologi
Menurut WHO, pada tahun 2012 diabetes menyebabkan kematian sekitar 3,7 juta
jiwa di dunia. Pada tahun 2016, total kematian di dunia akibat diabetes yaitu
sekitar 70%. DM menduduki peringkat ke-7 dari 10 penyebab angka kematian di
seluruh dunia pada tahun 2016.6 Di negara Asia Tenggara, jumlah penduduk yang
mengalami diabetes yaitu 82 juta penduduk pada tahun 2017.2
Prevalensi DM di Indonesia berdasarkan hasil data RISKESDAS tahun
f) Sel alpha-pankreas
Sel α pankreas berfungsi dalam sintesis glucagon yang dalam keadaan puasa
kadarnya di dalam plasma akan meningkat. Obat yang menghambat sekresi
glukagon atau menghambat reseptor glukagon GLP-1 agonis, DPP 4 inhibitor
dan amylin.
g) Ginjal
Ginjal berfungsi memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan
puluh persen. Sembilan pulu persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap
kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-transporter) pada bagian
convulated tubulus proksimal. Sedangkan 10% sisanya akan diabsorpsi
melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden. Obat yang
menghambat kinerja SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan kembali
glukosa di tubulus ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urin.
h) Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang
obesitas dengan DM ataupun tanpa DM, didapatkan hyperinsulinemia yang
merupakan mekanisme kompensasi dari resistensi insulin yang juga terjadi di
otak. Obat yang bekerja di jalur ini adalah GLP-1 agonis, amilin, dan
bromokriptin.
b) Pemeriksaan Fisik
- Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar pinggang
- Pengukuran tekanan darah, ABI (untuk mencari kemungkinan penyakit
pembuluh darah arteri tepi)
- Pemeriksaan funduskopi
- Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
- Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (puasa yaitu kondisi tidak ada
asupan kalori selama minimal 8 jam).
Atau
Atau
Atau
- Catatan :
Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standard NGSP,
sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi HbA1c (anemia, gangguan
fungsi ginjal, hemoglobinopati, dan riwayat transfusi darah 2-3 bulan terakhir)
maka HbA1c tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis maupun evaluasi.
2.2.9. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan DM secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita DM yaitu : 5
1. Jangka pendek : menghilangkan keluhan, memperbaiki kualitas hidup,
dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir : turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Tatalaksana DM dibagi menjadi 4 pilar yaitu : 5
1. Edukasi
Edukasi untuk promosi hidup sehat dalam pengelolaan DM secara
holistik.
a. Tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer meliputi :
• Perjalanan penyakit DM.
• Makna dan pentingnya pengendalian dan pemantauan DM kontinyu.
• Penyulit dan risiko DM.
• Intervensi non farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.
• Interaksi asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia
oral atau insulin serta obat lain.
• Cara pemantauan gula darah dan interpretasi hasil gula darah
Insulin analog kerja cepat 5-15 menit 1-2 jam 4-6 jam Hipoglikemia,
(rapid acting) reaksi alergi
terhadap
Insulin manusia kerja pendek 30-60 2-4 jam 6-8 jam
insulin
= insulin reguler (short menit
acting)
2.2.10. Komplikasi
Penderita DM dapat mengalami penyulit atau komplikasi dalam perjalanan
penyakitnya. Komplikasi DM tersebut terbagi menjadi dua, yaitu akut dan
kronik.5
1. Komplikasi akut
a. Krisis hiperglikemia
Krisis hiperglikemia dibagi menjadi 2 yaitu Ketoasidosis Diabetik (KAD)
dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Komplikasi ini menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas, sehingga diperlukan perawatan di
rumah sakit untuk mendapat terapi yang memadai. 5
i. KAD
• DM tipe 1
a. Komplikasi kronik 5
a. Makroangiopati
• Pembuluh darah jantung : penyakit jantung koroner
• Pembuluh darah tepi : penyakit arteri perifer dengan gejala nyeri
saat beraktivitas dan membaik saat istirahat (claudicatio
intermittent), namun dapat muncul tanpa gejala. Kelainan yang
dapat ditemukan adalah ulkus iskemik.
• Pembuluh darah otak : stroke iskemik atau stroke hemoragik.
b. Mikroangiopati
• Retinopati diabetik
• Nefropati diabetik
Diagnosis nefropati diabetik ditegakkan dengan adanya
albuminuria menetap (> 300 mg/ 24 jam) yang didapatkan pada
minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan
pada penderita DM. Pengendalian glukosa dan tekanan darah yang
baik dapat mengurangi risiko atau memperlambat proses nefropati.
Pada penderita nefropati DM tidak disarankan untuk menurunkan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 20
Periode 23 September – 17 November 2019
asupan protein di bawah 0,8 gram/kgBB/hari dikarenakan tidak
menunjukkan adanya penurunan risiko kardiovaskular dan
peningkatan laju filtrasi glomerulus ginjal.
• Neuropati
Penderita DM perlu ditanyakan apakah memiliki keluhan seperti
kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri ataupun terasa lebih sakit
saat malam hari dikarenakan merupakan faktor risiko penting
untuk terjadinya ulkus kaki, sehingga meningkatkan risiko
amputasi.5 Neuropati diabetik dapat diklasifikasikan berdasarkan
perjalanan penyakitnya (lama menderita DM) dan menurut jenis
serabut saraf yang terkena.12
1. terjadi cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, dan informasi lainnya yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi malasah kesehatan terkait PTM. Kegiatan
ini dilakukan saat pertama kunjungan dan berkala 1 bulan sekali.
Pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, lingkar perut,
2.
analisis lemak tubuh, dan tekanan darah dilakukan 1 bulan sekali.
Pemeriksaan fungsi paru sederhana dilakukan 1 tahun sekali bagi yang sehat,
3.
yang berisiko 3 bulan sekali, dan penderita gangguan paru-paru 1 bulan sekali.
Pemeriksaan gula darah bagi individu sehat dilakukan 3 tahun sekali dan untuk
4. individu dengan faktor risiko PTM atau penderita DM dilakukan minimal 1
tahun sekali.
Pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida bagi individu sehat dilakukan 5
5.
tahun sekali dan untuk individu dengan faktor risiko PTM dilakukan 6 bulan
Bersambung ke halaman 23
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 22
Periode 23 September – 17 November 2019
Sambungan dari halaman 22
sekali
Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) bagi individu sehat dilakukan
minimal 5 tahun sekali, jika hasil positif, dilakukan tindakan pengobatan
6.
krioterapi, diulang setelah 6 bulan, jika hasil negative dilakukan pemeriksaan
ulang 5 tahun.
Aktifitas fisik atau olah raga bersama, dilakukan rutin setiap minggu selain
9.
saat penyelenggaraan Posbindu-PTM.
10. pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk respon cepat sederhana dalam
penanganan pra-rujukan.
2.3.2. PROLANIS
Dokter menentukan
Dokter memberikan pengantar
terapi sesuai sesuai Ada gejala
kepada pasien untuk melakukan
diagnosa yang DM pemeriksaan laboratorium
ditegakkan
Diagnosa DM tegak
Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat Faktor risiko yang dapat diubah:
diubah: - Obesitas
- Riwayat DM pada keluarga - Pola makan tinggi glukosa
- Ras/etnis tertentu - Kurang aktifitas fisik
- Riwayat prediabetes - Hipertensi
- Riwayat DM saat - Kolesterol HDL <35mg/dL,
hamil/melahirkan dengan berat > Trigliserid darah > 250mg/dL
4kg - Stress fisik dan mental
- Perempuan PCOS
Diabetes Melitus
Komplikasi
Jumlah Penderita DM
2%
2%
2%
2%
2%
Axis Title
2%
2%
2%
2%
2%
2%
Duri Cengkare Rawa Kedaung Cengkare
Kapuk
Kosambi ng Timur Buaya Kali Angke ng Barat
Jumlah Penderita DM 1.77% 1.75% 1.81% 1.81% 1.80% 1.86%
Faktor Genetik
Lingkungan Fisik
Jarak tempuh dari Kelurahan Cengkareng Tidak dilakukan
Barat ke Puskesmas Kecamatan Cengkareng penilaian
adalah sekitar 2-3 km. Jarak tempuhnya sekitar
25-30 menit dengan berjalan kaki, bila dengan Medical Care Service
kendaraan bermotor memakan waktu 5-10
menit. Puskesmas Kecamatan Cengkareng a. Kegiatan pencegahan
mudah dijangkau dengan kendaraan bermotor Puskesmas melakukan
ataupun angkutan umum. penyuluhan mengenai
Akses transportasi umum dari Kelurahan PTM setiap 3 bulan sekali.
Cengkareng Barat menuju Puskesmas Setiap satu minggu sekali
Kecamatan Cengkareng dengan angkutan umum
Tingginya dilakukan senam PTM
tarif yang harus dikeluarkan sekitar Rp 3.000,00
sekali jalan. Tarif bila menggunakan ojek adalah prevalensi b. Pelayanan kesehatan
Tingginya
Rp 10.000,00 sekali jalan. angka Kurangnya edukasi kepada
prevalensi angka
Sosial-ekonomi-budaya kejadian pasien mengenai DM, cara
• Pengetahuan masyarakat mengenai DM kejadian DM di pencegahan, cara minum
DM di
Kecamatan
masih kurang. Kader masing-masing RW obat yang benar, serta
sebanyak 3 orang, kader cukup membantu Kecamatan
Cengkareng bahaya komplikasi DM.
dalam kegiatan posbindu namun masih Cengkareng
Barat c. Tenaga kesehatan
kurang kompeten. Barat Tenaga kesehatan di
• Budaya: Mayoritas warga Kecamatan Puskesmas Cengkareng
Cengkareng masih memiliki pemahaman sudah mencukupi
jika tidak sakit dan tidak ada keluhan, d. Sarana dan Prasarana
berarti sehat dan tidak perlu berobat ke • Tidak semua poli
fasilitas kesehatan. memiliki alat pengukur
• Ekonomi: Mayoritas masyarakat gula darah
• Puskesmas
Cengkareng termasuk dalam ekonomi menyediakan obat DM
menengah ke bawah. Mayoritas pekerjaan • Tidak terdapat poster
sebagai tukang ojek, pemulung, wiraswasta, mengenai DM di
dan ibu rumah tangga. Puskesmas Cengkareng
• Pendidikan: Sebagian besar masyarakat
Kecamatan Cengkareng berpendidikan
rendah (SD).
Lifestyle :
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DM, gejala, faktor risiko, pengobatan,
pencegahan, dan bahaya jika DM tak terkontrol.
2. Sikap mayoritas masyarakat yang tidak sesuai mulai dari faktor risiko DM, pengobatan DM seumur
hidup, kontrol rutin setiap bulan, serta mencegah terjadinya komplikasi. Masih banyak masyarakat
yang mempercayai penyembuhan DM dengan jamu atau rebusan daun.
3. Perilaku mayoritas masyarakat masih kurang baik seperti tidak kontrol pengobatan secara rutin, tidak
mengubah gaya hidup sehat (makan makanan rendah gula dan olahraga rutin),
7. Indikator penilaian :
• ≥ 80% kader Kelurahan Cengkareng Barat yang hadir
mendapatkan nilai post-test ≥80.
• Salah satu kader Kelurahan Cengkareng Barat yang terpilih
mampu melakukan penyuluhan DM yang baik dan benar di
depan umum.
• Salah satu kader Kelurahan Cengkareng Barat yang terpilih
mampu melaksanakan senam DM dengan baik dan benar.
2. Kegiatan :
• Perkenalan kepada masyarakat Kelurahan Cengkareng Barat
yang akan dilakukan pemeriksaan gula darah.
• Melakukan skrining DM kepada masyarakat Kelurahan
Cengkareng Barat.
• Memberikan edukasi dan kartu kontrol gula darah kepada
masyarakat dengan kadar gula darah yang tinggi, berisi hasil
pemeriksaan gula darah berkala untuk pemantauan gula darah.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 23 September – 17 November 2019
43
3. Sasaran : 50 masyarakat Kelurahan Cengkareng Barat
4. Tempat : Rumah Warga Kelurahan Cengkareng Barat
5. Waktu : Kamis, 24 Oktober 2019
Pukul 10.00 – 13.00 WIB
6. Tujuan :
Seluruh masyarakat Kelurahan Cengkareng Barat yang hadir dapat
mengetahui gula darah dan meningkatkan kesadaran bagi mereka
yang memiliki kadar gula darah yang tinggi.
7. Indikator penilaian :
Diketahuinya profil gula darah di Kelurahan Cengkareng Barat.
6. Tujuan :
Seluruh masyarakat Kelurahan Cengkareng Barat yang hadir
mengetahui pentingnya olahraga dalam mengontrol DM dan
mencegah komplikasi DM muncul lebih dini. Masyarakat Kelurahan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 23 September – 17 November 2019
44
Cengkareng Barat juga dapat menerapkannya minimal 3 kali dalam
seminggu.
7. Indikator penilaian :
Salah satu masyarakat Kelurahan Cengkareng Barat yang terpilih
dapat melakukan senam DM dengan baik dan benar.
Output
Jangka
Input Proses Jangka Pendek Jangka Panjang
Menengah (1
(6 Minggu) (5 Tahun)
tahun)
Man 3 dokter muda - Pendaftaran dan Meningkatnya Kader dapat - Seluruh kader di
pembagian snack pengetahuan memberikan wilayah
Rp. 650.000,- - Pembukaan dan mengenai DM penyuluhan di Kelurahan
Money (Sumber dana perkenalan diri oleh seluruh kader wilayah Cengkareng
bersama) dokter muda FK Kelurahan Cengkareng Barat meningkat
UNTAR Cengkareng Barat Barat secara pengetahuannya
- Pre-test - Pelaksanaan Pre-test yang hadir dan mandiri dan - Menurunnya
- Post-test mengenai DM seluruh kader rutin dengan prevalensi DM
- Pulpen - Penyampaian materi yang hadir dapat alat peraga di wilayah kerja
- Powerpoint DM memberikan Kecamatan
- Laptop - Pelatihan kader untuk penyuluhan DM Cengkareng
Material - Proyektor penyuluhan oleh dokter di wilayah
- Mic dan muda kerjanya
- speacker - Mengajarkan senam
- Leaflet DM kepada kader
- Poster - Sesi tanya jawab
- Snack - Demonstrasi
penyuluhan oleh kader
- Post-test mengenai
materi DM
- Memberikan alat
SOP peraga untuk
Method penyuluhan penyuluhan kepada
dan workshop kader
- Pembagian hadiah,
penutupan acara, foto
bersama.
Output
Jangka
Input Proses Jangka Pendek Jangka Menengah
Panjang (5
(6 Minggu) (1 tahun)
Tahun)
3 dokter - Pembukaan dan Meningkatnya - Masyarakat Kelurahan Menurunnya
Man perkenalan diri oleh pengetahuan Cengkareng Barat prevalensi DM
muda
dokter muda FK UNTAR mengenai DM yang hadir mampu di wilayah
- Pelaksanaan Pre-test masyarakat membagikan kerja
Rp. 550.000,-
mengenai DM Kelurahan informasi mengenai Puskesmas
Money (Sumber dana
- Penyampaian edukasi Cengkareng materi yang Kecamatan
bersama)
DM oleh dokter Barat yang hadir disampaikan pada Cengkareng
muda sebesar 80% penyuluhan kepada
- Pre-test - Sesi tanya jawab keluarga dekat
- Post-test - Kuis berhadiah dan ataupun sekitar
- Pulpen pemberian hadiah lingkungannya
- Powerpoint kepada peserta - Meningkatkan
- Laptop yang dapat pengetahuan
Material - Proyektor menjawab masyarakat Kelurahan
- poster pertanyaan kuis Cengkareng Barat
- Mic dan - Post-test mengenai DM sebesar
- Speacker mengenai materi 80%
- Snack DM
- Hadiah - Penutupan,
pembagian snack dan
foto bersama
SOP
Method
penyuluhan
Output
Jangka
Jangka Jangka
Menenga
Input Proses Pendek (6 Panjang (5
h (1
Minggu) Tahun)
tahun)
- Perkenalan Seluruh Meningkatkan Menurunnya
Man 3 dokter muda
masing – masyarakat kesadaran prevalensi DM
masing dokter Cengkareng sebesar 80% di wilayah
Rp. 350.000,-
muda FK Barat yang bagi yang kerja
Money (Sumber dana
bersama) UNTAR hadir dapat memiliki kadar Puskesmas
- Pemeriksaan mengetahui gula darah yang Kecamatan
- Pulpen gula darah kadar gula tinggi. Cengkareng
- Kertas masyarakat darah, dan
- Kartu kontrol Kelurahan meningkatkan
gula darah Cengkareng kesadaran bagi
Material - Glukometer Barat oleh mereka yang
- Strip glucose dokter muda memiliki gula
- Lanset yang dibantu darah tinggi
- Alcohol swab oleh kader
- Hand scoon - Memberikan
edukasi dan
kartu kontrol
SOP
gula darah
Method pemeriksaan
kepada
gula darah
masyarakat
dengan DM
Output
Jangka Jangka Jangka
Input
Proses Pendek (6 Menengah (1 Panjang (5
Minggu) tahun) Tahun)
Man - Penjelasan Seluruh Seluruh Menurunnya
3 dokter muda
materi mengenai masyarakat masyarakat prevalensi
Money senam Kelurahan Kelurahan DM di
- Demonstrasi Cengkareng Cengkareng wilayah kerja
-
senam oleh Barat yang Barat dapat Puskesmas
pelatih senam hadir menerapkan Kecamatan
Material - Laptop dan dokter mengetahui senam secara Cengkareng
- Proyektor muda pentingnya rutin minimal
- Sound - Dilakukannya olahraga dalam 3 kali dalam
system senam DM mengontrol DM seminggu.
bersama pelatih dan mencegah
senam, dokter komplikasi DM
muda dan muncul lebih
masyarakat dini.
Method SOP Kelurahan
penyuluhan Cengkareng
dan SOP Barat yang
senam hadir
- Penutupan dan
foto bersama
Kegiatan Tujuan dan Target Sasaran Biaya Tempat Waktu Pelaksana Rencana Penilaian
Koordinasi Memberi tahu Kepala - Puskesmas Cynthia -
dengan Kepala informasi mengenai Puskesmas Kecamatan Ayu Suci
Puskesmas kegiatan pelatihan Cengkareng Cengkareng Maulana R
Cengkareng, kader Kelurahan Kepala Tata
Kepala Tata Cengkareng Barat, Usaha
Usaha penyuluhan DM kepada Puskesmas
Puskesmas masyarakat, skrining Cengkareng
Cengkareng, DM, serta senam DM Pemegang
Pemegang kepada masyarakat program PTM
program PTM Kelurahan Cengkareng Puskesmas
Puskesmas Barat Cengkareng
Cengkareng, Dokter umum
dokter umum Memperoleh ijin
Kader
Puskesmas untuk melakukan
Kelurahan
Cengkareng kegiatan.
Cengkareng
Barat
Masyarakat
Kelurahan
Cengkareng
Barat
Bersambung ke halaman 51
Tanggal 23 Oktober 2019 pukul 08.00 – 11.00 WIB, kader Kelurahan Cengkareng Barat
sejumlah 44 orang berkumpul di RPTRA Utama untuk mengikuti pelatihan tentang DM
Pemberian hadiah kepada kader yang dapat menjawab kuis dan dapat melakukan
penyuluhan dengan baik
Pada tanggal 24 Oktober 2019 pukul 07.30 WIB berangkat dari Puskesmas
Kecamatan Cengkareng menuju Puskesmas Kelurahan Cengkareng Barat
80 64.74
60
40
20
0
Pre-test Post-test
pemberian kartu kontrol gula darah kepada penderita DM yang diketahui melalui
skrining
Tanggal 29 Oktober 2019 pukul 07.00-08.00 WIB, 25 orang hadir untuk melakukan
senam DM di Aula Puskesmas Kecamatan Cengkareng Barat
Demonstrasi senam DM bersama pelatih senam, 3 dokter muda, dan 2 kader, beserta
masyarakat Kelurahan Cengkareng Barat yang hadir
Hasil intervensi IV
penutupan acara dan foto bersama dengan kader dan masyarakat Kelurahan
Cengkareng Barat yang hadir
Bersambung ke halaman 70
Actuating
Melakukan pre-test Pre-test diisi oleh kader Dilakukan Tidak ada
yang hadir saat
pelatihan
Melakukan pemberian Dilakukannya Dilakukan Tidak ada
materi dengan pemberian materi
powerpoint, leaflet, dan dengan powerpoint,
poster leaflet, dan poster
Melakukan sesi tanya Dilakukannya sesi Dilakukan Tidak ada
jawab tanya jawab
Pelatihan senam DM Dilakukannya senam Dilakukan
DM
Melakukan post-test Post-test diisi oleh Dilakukan
kader yang hadir saat
pelatihan
Melakukan pembagian Dilakukannya Dilakukan
leaflet dan poster, snack, pembagian leaflet dan
dan hadiah poster, snack, dan
hadiah
Bersambung ke halaman 71
Bersambung ke halaman 73
Bersambung ke halaman 74
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
72
Periode 23 September – 17 November 2019
Sambungan dari halaman 73
No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Kesenjangan
Tidak ada
Pembagian hadiah Dilakukannya Dilakukan
pembagian hadiah
Controling
Mengevaluasi hasil Adanya evaluasi hasil Dilakukan Tidak ada
pre-test dan post- pre-test dan post-test
test sesuai sesuai
3. Keluaran
Pengetahuan Terdapatnya Didapatkan Tidak ada
masyarakat peningkatan peningkatan
Kelurahan pengetahuan pengetahuan yang
Cengkareng Barat masyarakat yang hadir dinilai dari rerata
mengenai DM dengan dinilai dari nilai post-test 92,54
rerata nilai post-test ≥80
No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Kesenjangan
4. Lingkungan
Fisik : Bangunan Rumah warga Rumah warga Tidak ada
Kelurahan Cengkareng Kelurahan
Barat Cengkareng Barat
Non fisik : Didapatkan dukungan Didapatkan
Dukungan atau dari Kepala Puskesmas dukungan dari
peran serta Kelurahan, kader, dan Kepala Puskesmas
masyarakat masyarakat Kelurahan Kelurahan, kader,
Cengkareng Barat dan masyarakat
Kelurahan
Cengkareng Barat
5. Umpan Balik
Pencatatan dan Sistem pencatatan dan Didapatkan data Belum dapat
pelaporan pelaporan dilakukan hasil intervensi dinilai
dengan baik
6. Dampak
Tujuan umum Menurunnya prevalensi Belum dapat dinilai Belum dapat
program DM di wilayah kerja dinilai
Puskesmas Kecamatan
Cengkareng
2. Proses
Planning
Merencanakan sasaran, Ditentukannya Dilakukan Tidak ada
lokasi, dan waktu intervensi sasaran, lokasi, dan
waktu intervensi
Merencanakan jumlah biaya Ditentukannya Dilakukan
yang dibutuhkan jumlah biaya yang
dibutuhkan
Bersambung ke halaman 76
Bersambung ke halaman 77
Bersambung ke halaman 79
3. Keluaran
Pencatatan dan Sistem pencatatan dan Didapatkan data hasil Belum dapat
pelaporan pelaporan dilakukan intervensi dinilai
dengan baik
Bersambung kehalaman 80
8.1. Kesimpulan
1. Lokasi dengan prevalensi tertinggi kasus DM pada tahun 2018 di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng yaitu terdapat di Kelurahan
Cengkareng Barat
2. Berdasarkan hasil paradigma BLUM faktor lifestyle menjadi faktor penyebab
tingginya kasus DM di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng,
khususnya Kelurahan Cengkareng Barat antara lain:
• Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DM, gejala,
faktor risiko, pengobatan, pencegahan dan bahaya jika DM tak terkontrol.
• Sikap mayoritas masyarakat yang tidak sesuai mulai dari faktor risiko
DM, pengobatan DM seumur hidup, kontrol rutin setiap obat habis, serta
mencegah terjadinya komplikasi. Masih banyak masyarakat yang
mempercayai penyembuhan DM dengan jamu atau rebusan daun.
• Perilaku mayoritas masyarakat masih kurang baik, seperti tidak kontrol
pengobatan secara rutin, tidak mengubah gaya hidup sehat (makan
makanan rendah gula dan olahraga rutin)
3. Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan intervensi jangka pendek namun
memiliki efek yang besar untuk menunjang tercapainya tujuan jangka
menengah dan jangka panjang, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan,
diantaranya:
• Melakukan pelatihan kader Kelurahan Cengkareng Barat mengenai DM.
• Melakukan penyuluhan mengenai DM kepada masyarakat Kelurahan
Cengkareng Barat, Kecamatan Cengkareng
• Melakukan skrining DM untuk masyarakat Kelurahan Cengkareng Barat,
Kecamatan Cengkareng
• Melakukan pelatihan Senam DM kepada masyarakat Kelurahan
Cengkareng Barat, Kecamatan Cengkareng
II. SIKAP (Diberikan tanda “ ✓ “ pada kolom Setuju atau Tidak Setuju)
V. LINGKUNGAN
Diberikan jawaban Ya atau Tidak
2 AD 68 P 122 40 80
3 GG 40 P 145 80 80
4 BG 33 P 167 80 100
5 NH 43 P 111 60 80
6 NN 65 P 89 40 80
7 GF 75 P 96 40 80
8 AE 58 L 99 80 100
11 ASI 82 P 120 40 80
12 AS 71 P 320 80 100
13 HH 45 P 112 40 80
14 MM 65 L 102 80 100
15 MT 66 P 90 80 100
16 MK 48 P 99 100 100
17 NN 60 P 222 80 100
18 SN 41 P 123 80 100
19 RZ 69 L 105 60 100
20 RR 55 P 109 60 100
22 US 65 P 109 60 100
23 HH 59 P 90 60 60
24 YM 56 P 89 60 100
26 OA 53 P 107 60 100
27 RAW 56 P 107 60 80
28 RRA 33 L 100 60 80
29 AJ 62 P 99 60 80
30 FN 34 P 102 40 80
31 FR 46 P 107 40 80
32 RF 68 L 223 80 100
33 JK 55 L 219 60 80
35 RD 43 P 107 80 100
36 DP 41 L 96 40 80
37 LL 53 L 107 60 100
38 VS 53 P 217 80 100
39 ZA 41 P 109 80 100
40 ZZ 44 P 105 40 100
41 TS 39 P 100 80 100
42 TT 49 P 230 80 80
44 GHI 61 P 234 80 80
49 DD 48 P 109 80 80
50 JJ 51 L 100 40 100
51 EY 51 P 99 100 100
52 EU 32 P 240 60 100
53 IF 47 P 100 60 100
54 KY 64 L 207 80 100
55 KT 32 P 99 60 100
56 FR 25 P 98 60 100
57 PDP 68 P 89 100 80
58 PPP 54 L 90 60 80
59 ALW 66 P 98 60 80