IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
09:00
Selasa, 1. Mengkaji
16 Juli Frekuensi = 24 x/m,
2019 Irama = reguler,
09:05 kedalaman pernafasan = dalam dangkal
irama nafas= regular
Auskultasi suara nafas= vesikuler
2. Mencatat ketidaksimetrisan = bentuk dada
09:20 simetris, penggunaan otot bantu nafas =
ada, menggunakan retraksi otot dada
3. Mengkaji pola nafas = tidak teratur,
4. Mengkaji saturasi oksigen pada pasien
yang tersedasi = 97 %
5. Memposisikan pasien head up / semi
fowler 30
6. Memberikan terapi Nebulezer
09:30
- Terapi O2 nasal kanul 4 lpm
- Combivent 3 x 1 ampule
- Pulmicort 2 x 1 ampul
09:00
1. Mengkaji
Frekuensi = 25 x/m,
09:10 Irama = reguler,
kedalaman pernafasan = dalam dangkal
Rabu, 17 irama nafas= regular
Juli 2019 Auskultasi suara nafas= vesikuler
09:20 2. Mencatat ketidaksimetrisan = bentuk dada
simetris, penggunaan otot bantu nafas =
ada, menggunakan retraksi otot dada
3. Mengkaji pola nafas = tidak teratur,
4. Mengkaji saturasi oksigen pada pasien
09:30 yang tersedasi = 99 %
5. Memposisikan pasien head up / semi
fowler 30
6. Memberikan terapi Nebulezer
- Terapi O2 nasal kanul 4 lpm
- Combivent 3 x 1 ampule
- Pulmicort 2 x 1 ampul
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan yang terjadi antara praktek dan teori
yang di lakukan di RSUD Dr. saiful anwar malang dengan teori yang ada. Di sini
penulis akan menjelaskan kesenjangan tersebut. Pembahasan ini dimaksudkan agar
dapat di ambil suatu kesempatan atau pemecahan masalah dari kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi sehingga dapat di gunakan sebagai tindak lanjut dalam
penerapan asuhan keperawatan sebagai berikut :
4.2.1Pengkajian
1. Data subjektif
Data subjektif pada tinjauan kasus dilihat dari pengkajian klien didapatkan keluhan
pusing. Menurut peneliti pada pengkajian studi kasus ini menemukan kesenjangan
antara teori dan praktek, penulis menemukan perbedaan pada keluhan utama yang
dialami oleh klien, tidak semua gejala dari klien yang mengalami stroke ada dalam
teori yang dapat ditemukan. Menurut Mansjoer (2009) menjelaskan tanda terjadi
stroke yakni perubahan status mental, kelumpuhan wajah dan anggota badan yang
timbul mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan, afasia
(bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau ataksia anggota badan, vertigo, mual,
muntah dan nyeri kepala.
2. Data Objektif
Data objektif pada pemeriksaan fisik didapatkan dengan tanda gejala pasien tampak
gelisah, terdapat sianosis, CRT >3 detik, adanya kelemahan otot. Menurut peneliti
klien mengalami kelemahan pada ekstermitas dikarenakan perdarahan intaserebral
yang serangannya lebih berat dapat menyebabkan kelemahan anggota gerak pada
klien stroke. Menurut wijaya (2013) pada pemeriksaan data dasar pola aktivitas /
istirahat klien stroke kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
hehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah beristirahat
(nyeri, kejang otot), gangguan tonus otot (flaksid, spastik, paralitik hemiplegia) dan
terjadi kelemahan umum.
4.2.2 Diagnosa keperawatan
.
4.2.3 Intervensi keperawatan
Menurut peneliti klien yang mengalami cerebro vascular accident dengan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan memonitor tanda-tanda vital,
memonitor status neurologis, memonitor status pernafasan sehingga perfusi jaringan
serebral pada klien teratasi.
Dalam studi ini, implementasi pada NY. I berupa melakukan adanya kebingungan,
perilaku pikiran, keluhan pusing, mengkaji TTV, mengkaji tingkat kesadaram,
mengkaji status pernafasan meliputi irama, frekuensi, kedalaman pernafasan,
memposisikan pasien semi fowler, mengkaji intake dan output pasien, serta
melakukan kolaborasi dengan tim medis berupa injeksi citycolin 2x250 mg (IV), dan
cairan amino fluid 1000cc/24 jam.
Pada hari ke-2, pada NY. I berupa melakukan tindakan adanya kebingungan, perilaku
pikiran, keluhan pusing, mengkaji TTV, mengkaji tingkat kesadaram, mengkaji status
pernafasan meliputi irama, frekuensi, kedalaman pernafasan, memposisikan pasien
semi fowler, mengkaji intake dan output pasien, serta melakukan kolaborasi dengan
tim medis berupa injeksi citycolin 2x250 mg (IV), dan cairan amino fluid 1000cc/24
jam.
Pada hari ke-3, pada NY. I berupa melakukan tindakan adanya kebingungan, perilaku
pikiran, keluhan pusing, mengkaji TTV, mengkaji tingkat kesadaram, mengkaji status
pernafasan meliputi irama, frekuensi, kedalaman pernafasan, memposisikan pasien
semi fowler, mengkaji intake dan output pasien, serta melakukan kolaborasi dengan
tim medis berupa injeksi citycolin 2x250 mg (IV), dan cairan amino fluid 1000cc/24
jam.
5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian.
Pada pengkajian ini studi kasus klien yang mengalami CVA
(Cerebro Vaskeler Accident) Intra Cerebro Hemoragik dengan
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral didapatkan adanya keluhan pusing.
2. Diagnosis
Berdasarkan data pengkajian diatas , penulis merumuskan diagnosa prioritas
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
oksigen dalam otak.
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan yang digunakan sesuai dengan keluhan dan tanda
gejala yang dialami oleh klien, namun pada intervensi terdapat tambahan
intervensi untuk pemberian terapi tiap harinya, karena mengikuti kondisi
klien.
4. Tindakan Implementasi
Implementasi keperawatan menggunakan intervensi keperawatan NOC dan
NIC. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.
5. Evaluasi
Evaluasi dari perkembangan ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral pada klien selama tiga hari keperawatan belum mendapatkan
hasil yang optimal. Keadan umum klien lemah, Sesuai dengan catatan
perkembangan masalah yang dialami belum teratasi.
5.2 Saran
1) Bagi klien dan keluarga
Sebagai tambahan pengetahuan bagi klien dan keluarga untuk
memahami keadaanya, sehingga dapat mengambil suatu keputusan yang
sesuai dengan masalah serta ikut memperhatikan dan melaksanakan
tindakan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
2) Bagi Perawat
Dasar pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dalam masalah yang berhubungan dengan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
3) Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai masukan dan tambahan informasi dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang dan pengabdian masyarakat dalam masalah yang berhubungan
cerebro vascular accident khususnya ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral.