Anda di halaman 1dari 14

V.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa HARI/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


Keperawatan TGL
Ketidakefektifan Senin, 15 O9.00 1. Mengkaji adanya kebingungan, perilaku
perfusi jaringan juli 2019 wib pikiran, keluhan pusing
serebral b.d (pasien mengatakan pusing)
penurunan oksigen 12:00 2. Mengkaji tanda- tanda vital
dalam otak wib TTV : TD = 160/100 mmHg
N = 115 x/m
RR = 28 x/m
S = 36,9 celcius
09:05 3. Mengkaji tingkat kesadaran
GCS = e4v5m6
4. Mengkaji status pernafasan:
Frekuensi = 28 x/m,
Irama = reguler,
kedalaman pernafasan = dalam dangkal
09:10
5. Memposisikan tinggi kepala tempat tidur
30 derajat atau lebih
6. Mengkaji intake dan output
Intake = 1250
Output = 800
09:15 7. Membantu pasien melakukan gerakan
fleksi ekstensi pada anggota gerak pasien
8. Memberikan injeksi:
- Citicolin 2 x 250 mg per IV
09:30 - Infus Amino fluid 1000 cc / 24 jam

Selasa, 1. Mengkaji adanya kebingungan, perilaku


09:00
16 Juli pikiran, keluhan pusing
2019 (pasien mengatakan masih pusing)
2. Mengkaji tanda tanda vital
12:00 TTV : TD = 120/80 mmHg
N = 90 x/m
RR = 24 x/m
S = 36,4celcius
09:10 3. Mengkaji tingkat kesadaran
GCS = e4v5m6
4. Mengkaji status pernafasan:
Frekuensi = 24 x/m,
09:20 Irama = reguler,
kedalaman pernafasan = dalam dangkal
5. Memposisikan tinggi kepala tempat tidur
30 derajat atau lebih
6. Mengkaji intake dan output
Intake = 1200
Output = 900
7. Membantu pasien melakukan gerakan
fleksi ekstensi pada anggota gerak pasien
09:30 8. Menberikan injeksi:
- Citicolin 2 x 250 mg per IV
- Infus Amino fluid 1000 cc / 24 jam

Rabu, 17 1. Mengkaji adanya kebingungan, perilaku


Juli 2019 09:00 pikiran, keluhan pusing
(pasien mengatakan pusing berkurang)
2. Memonitor tanda tanda vital
12:00 TTV : TD = 120/70 mmHg
N = 86 x/m
RR = 24x/m
S = 37 celcius
3. Mengkaji tingkat kesadaran
GCS = e4v5m6
09:05 4. Mengkaji status pernafasan:
Frekuensi = 24 x/m,
Irama = reguler,
kedalaman pernafasan = dalam dangkal
09:10 5. Memposisikan tinggi kepala tempat tidur
30 derajat atau lebih
09:15 6. Memonitor intake dan output
Intake = 1200
09:20
Output = 850
7. Membantu pasien melakukan gerakan
fleksi ekstensi pada anggota gerak pasien
09: 30 8. Memberikan injeksi
- Citicolin 2 x 250 mg per IV
Infus Amino fluid 1000 cc / 24 jam

Kamis, 09:00 1. Mengkaji adanya kebingungan, perilaku


18 Juli pikiran, keluhan pusing
2019 (pasien mengatakan pusing berkurang)
2. Memonitor tanda tanda vital
12:00 TTV : TD = 120/70 mmHg
N = 86 x/m
RR = 24x/m
S = 37 celcius
3. Mengkaji tingkat kesadaran
09:10 GCS = e4v5m6
4. Mengkaji status pernafasan:
Frekuensi = 24 x/m,
Irama = reguler,
kedalaman pernafasan = dalam dangkal
5. Memposisikan tinggi kepala tempat tidur
09:15 30 derajat atau lebih
6. Memonitor intake dan output
Intake = 1200
Output = 850
7. Membantu pasien melakukan gerakan
fleksi ekstensi pada anggota gerak pasien
09:30
8. Memberikan injeksi
- Citicolin 2 x 250 mg per IV
Infus Amino fluid 1000 cc / 24 jam

Ketidakefektifan Senin, 15 09.05 1. Mengkaji


pola nafas b.d juli 2019 wib Frekuensi = 28 x/m,
gangguan neurologis Irama = reguler,
kedalaman pernafasan = dalam dangkal
09.10 irama nafas= regular
wib Auskultasi suara nafas= vesikuler
09:20 2. Mencatat ketidaksimetrisan = bentuk dada
simetris, penggunaan otot bantu nafas =
ada, menggunakan retraksi otot dada
3. Mengkaji pola nafas = tidak teratur,
09:25 4. Mengkaji saturasi oksigen pada pasien
yang tersedasi = 98 %
09:30 5. Memposisikan pasien head up / semi
fowler 30
6. Memberikan terapi Nebulezer
- Terapi O2 NRBM 9 lpm
- Combivent 3 x 1 ampule
- Pulmicort 2 x 1 ampul

09:00
Selasa, 1. Mengkaji
16 Juli Frekuensi = 24 x/m,
2019 Irama = reguler,
09:05 kedalaman pernafasan = dalam dangkal
irama nafas= regular
Auskultasi suara nafas= vesikuler
2. Mencatat ketidaksimetrisan = bentuk dada
09:20 simetris, penggunaan otot bantu nafas =
ada, menggunakan retraksi otot dada
3. Mengkaji pola nafas = tidak teratur,
4. Mengkaji saturasi oksigen pada pasien
yang tersedasi = 97 %
5. Memposisikan pasien head up / semi
fowler 30
6. Memberikan terapi Nebulezer
09:30
- Terapi O2 nasal kanul 4 lpm
- Combivent 3 x 1 ampule
- Pulmicort 2 x 1 ampul

09:00
1. Mengkaji
Frekuensi = 25 x/m,
09:10 Irama = reguler,
kedalaman pernafasan = dalam dangkal
Rabu, 17 irama nafas= regular
Juli 2019 Auskultasi suara nafas= vesikuler
09:20 2. Mencatat ketidaksimetrisan = bentuk dada
simetris, penggunaan otot bantu nafas =
ada, menggunakan retraksi otot dada
3. Mengkaji pola nafas = tidak teratur,
4. Mengkaji saturasi oksigen pada pasien
09:30 yang tersedasi = 99 %
5. Memposisikan pasien head up / semi
fowler 30
6. Memberikan terapi Nebulezer
- Terapi O2 nasal kanul 4 lpm
- Combivent 3 x 1 ampule
- Pulmicort 2 x 1 ampul

Kamis, 09:00 1. Mengkaji


18 Juli Frekuensi = 25 x/m,
2019 Irama = reguler,
kedalaman pernafasan = dalam dangkal
irama nafas= regular
09:10 Auskultasi suara nafas= vesikuler
2. Mencatat ketidaksimetrisan = bentuk dada
simetris, penggunaan otot bantu nafas =
ada, menggunakan retraksi otot dada
09:20 3. Mengkaji pola nafas = tidak teratur,
4. Mengkaji saturasi oksigen pada pasien
yang tersedasi = 99 %
5. Memposisikan pasien head up / semi
09:30 fowler 30
6. Memberikan terapi Nebulezer
- Terapi O2 NRBM 9 lpm
- Combivent 3 x 1 ampule
- Pulmicort 2 x 1 ampul

Kelebihan volume Senin , 12:00 1. Mengkaji status himodinamik


cairan berhubungan 15 Juli wib TTV : TD = 160/100 mmHg
dengan kelebihan 2019 N = 90 x/m
asupan cairan RR = 28 x/m
S = 37,0 celcius
09:05 2. Mengkaji edema perifer
(terdapat odem pada ekstremitas atas dan
bawah)
09:10 - Turgor kulit tidak normal
- Mukosa bibir kering
3. Mengambil laboratorium darah yang
menandakan adanya hemokonsentrasi
09:20 (ureum = 65,00 mg/dL, Kreatinin= 1,91
mg/dL, hematocrit = 37,80 %)
4. Mengkaji intake dan output
09:30 Intake = 1250
Output = 800
5. Memberikan injeksi :
- Furosemide 3 x 40 mg per IV
- Infus Amino fluid 1000 cc / 24 jam

Selasa, 09:30 1. Mengkaji status himodinamik


16 Juli TTV : TD = 120/80 mmHg
2019 N = 86 x/m
RR = 24 x/m
S = 36,8 celcius
09: 20 2. Mengkaji edema perifer
(terdapat odem pada ekstremitas atas dan
bawah)
- Turgor kulit tidak normal
09:25 - Mukosa bibir kering
3. Mengkajir intake dan output
Intake = 1200
09:30 Output = 900
4. Memberikan injeksi
- Furosemide 3 x 40 mg per IV
- Amino fluid 1000 cc / 24 jam

12:00 1. Mengkaji status himodinamik


Rabu, 17 TTV : TD = 130/90 mmHg
Juli 2019 N = 86 x/m
RR = 24 x/m
09:05 S = 36,celcius
2. Mengkaji edema perifer
(terdapat odem pada ekstremitas atas dan
09:15 bawah)
- Turgor kulit tidak normal
- Mukosa bibir kering
3. Mengkaji intake dan output
09:30 Intake = 1200
Output = 850
4. Memberikan injeksi:
- Amino fluid 1000 cc / 24 jam
- Furosemide 3 x 40 mg per IV

1. Mengkaji status himodinamik


TTV : TD = 130/90 mmHg
N = 86 x/m
RR = 24 x/m
S = 36,celcius
2. Mengkaji edema perifer
(terdapat odem pada ekstremitas atas dan
bawah)
- Turgor kulit tidak normal
- Mukosa bibir kering
3. Mengkaji intake dan output
Intake = 1200
Output = 850
4. Memberikan injeksi:
- Amino fluid 1000 cc / 24 jam
- Furosemide 3 x 40 mg per IV

Hambatan mobilitas Selasa, Jam 1. Menjelaskan pada pasien atau keluarga


fisik b.d gangguan 16 Juli 10.00 manfaat dan tujuan melakukan latihan sendi
neuromuscular 2019 wib (manfaat dan tujuan agar tidak terjadi
kekakuan)
Jam 2. Mengkaji lokasi dan kecenderungan adanya
10.10 nyeri dan ketidaknyamanan selama
wib pergerakan atau aktivitas
3. Membantu pasien mendapatkan posisi tubuh
Jam yang optimal untuk pergerakan sendi pasif
10.20 atau aktif
wib (melakukan fleksi dan ekstensi pada sendi
ekstremitas)
4. Melakukan latihan ROM pasif dan aktif
dengan bantuan sesuai indikasi
09:30 5. Berkolaborasikan dengan ahli terapi fisik
dalam mengembangkan dan menerapkan
sebuah program latihan.

Rabu, 17 10:00 1. Mengkaji lokasi dan kecenderungan adanya


Juli 2019 nyeri dan ketidaknyamanan selama
pergerakan atau aktivitas
2. Membantu pasien mendapatkan posisi tubuh
10:10 yang optimal untuk pergerakan sendi pasif
atau aktif
(melakukan fleksi dan ekstensi pada sendi
ekstremitas)
10:15 3. Melakukan latihan ROM pasif dan aktif
dengan bantuan sesuai indikasi
4. Berkolaborasikan dengan ahli terapi fisik
dalam mengembangkan dan menerapkan
10:20 sebuah program latihan.

Kamis, 10:00 1. Mengkaji lokasi dan kecenderungan adanya


18 Juli nyeri dan ketidaknyamanan selama
2019 pergerakan atau aktivitas
10:10 2. Membantu pasien mendapatkan posisi tubuh
yang optimal untuk pergerakan sendi pasif
atau aktif
(melakukan fleksi dan ekstensi pada sendi
ekstremitas)
10:15 3. Melakukan latihan ROM pasif dan aktif
dengan bantuan sesuai indikasi
10:20 4. Berkolaborasikan dengan ahli terapi fisik
dalam mengembangkan dan menerapkan
sebuah program latihan.

Konstipasi Senin, 15 Jam 1. Mengkaji bising usus


berhubungan dengan Juli 2019 10:00 (bising usus = 4 x/m)
tirah baring wib 2. mengajarkan pasien atau keluarga pada diit
Jam tinggi serat dengan cara yang tepat
10:05 (diit lunak dan menganjurkan untuk
wib konsumsi tinggi serat)
3. memberikan injeksi
09:30 - Metoclopramide 3 x 10 mg
- Omeprazole 1 x 40 mg

Selasa, 1. Mengkaji bising usus


16 Juli 10:00 (bising usus = 3 x/m)
2019 2. mengajarkan pasien atau keluarga pada diit
tinggi serat dengan cara yang tepat
10:05 (diit lunak dan menganjurkan untuk
konsumsi tinggi serat)
10:10 3. memberikan injeksi
- Metoclopramide 3 x 10 mg
- Omeprazole 1 x 40 mg

Rabu, 17 10:00 1. Mengkaji bising usus


Juli 2019 (bising usus = 4 x/m)
2. mengajarkan pasien atau keluarga pada diit
10:05 tinggi serat dengan cara yang tepat
(diit lunak dan menganjurkan untuk
10:10 konsumsi tinggi serat)
3. memberikan injeksi
- Metoclopramide 3 x 10 mg
- Omeprazole 1 x 40 mg
Kamis, 10:00 1. Mengkaji bising usus
18 Juli (bising usus = 4 x/m)
2019 2. mengajarkan pasien atau keluarga pada diit
10:05 tinggi serat dengan cara yang tepat
(diit lunak dan menganjurkan untuk
konsumsi tinggi serat)
10:10 3. memberikan injeksi
- Metoclopramide 3 x 10 mg
- Omeprazole 1 x 40 mg

Nyeri akut Senin, 15 10.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara


berhubungan dengan Juli 2019 komprehensif meliputi penyebab nyeri,
agen cedera fisik kualitas, letak nyeri, skala nyeri, waktu
nyeri.
P= Post VP Shunt
Q= Seperti tertimpa beban berat
R= Kepala
S= Skala 6
T= Hilang timbul
10.10 2. Mengajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi seperti distraksi dan
relaksasi (nafas dalam)
09:30 3. Memeberikan injeksi
- P.O PCT 3 x 500 mg
4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
12:00 sebelum dan setelah memberikan analgesic
TTV : TD = 160/100 mmHg
N = 90 x/m
RR = 28 x/m
S = 36,9 celcius

Selasa, 1. Melakukan pengkajian nyeri secara


16 Juli 10:00 komprehensif meliputi penyebab nyeri,
2019 kualitas, letak nyeri, skala nyeri, waktu
nyeri.
P= Post VP Shunt
Q= Seperti tertimpa beban berat
R= Kepala
S= Skala 6
T= Hilang timbul
2. Mengajarkan penggunaan teknik
10:05 nonfarmakologi seperti distraksi dan
relaksasi (nafas dalam)
3. Memberikan injeksi
09:30 - P.O PCT 3 x 500 mg
4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
sebelum dan setelah memberikan analgesic
TTV : TD = 120/80 mmHg
12:00 N = 90 x/m
RR = 24 x/m
S = 36,4 celcius
Rabu, 17 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
Juli 2019 10:00 komprehensif meliputi penyebab nyeri,
kualitas, letak nyeri, skala nyeri, waktu
nyeri.
P= Post VP Shunt
Q= Seperti tertimpa beban berat
R= Kepala
S= Skala 5
T= Hilang timbul
10:05 2. Mengajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi seperti distraksi dan
relaksasi (nafas dalam)
09:30 3. Memberikan injeksi
- P.O PCT 3 x 500 mg
4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
12:00 sebelum dan setelah memberikan analgesic
TTV : TD = 120/70 mmHg
N = 86 x/m
RR = 24 x/m
S = 37,0celcius

Kamis 10:00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara


18 Juli komprehensif meliputi penyebab nyeri,
2019 kualitas, letak nyeri, skala nyeri, waktu
nyeri.
P= Post VP Shunt
Q= Seperti tertimpa beban berat
R= Kepala
S= Skala 4
10:10 T= Hilang timbul
2. Mengajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi seperti distraksi dan
09:30 relaksasi (nafas dalam)
3. Memberikan injeksi
- P.O PCT 3 x mg
12:00 4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
sebelum dan setelah memberikan analgesic
TTV : TD = 130/80 mmHg
N = 88 x/m
RR = 27 x/m
S = 37,0celcius
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan yang terjadi antara praktek dan teori
yang di lakukan di RSUD Dr. saiful anwar malang dengan teori yang ada. Di sini
penulis akan menjelaskan kesenjangan tersebut. Pembahasan ini dimaksudkan agar
dapat di ambil suatu kesempatan atau pemecahan masalah dari kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi sehingga dapat di gunakan sebagai tindak lanjut dalam
penerapan asuhan keperawatan sebagai berikut :

4.2.1Pengkajian
1. Data subjektif

Data subjektif pada tinjauan kasus dilihat dari pengkajian klien didapatkan keluhan
pusing. Menurut peneliti pada pengkajian studi kasus ini menemukan kesenjangan
antara teori dan praktek, penulis menemukan perbedaan pada keluhan utama yang
dialami oleh klien, tidak semua gejala dari klien yang mengalami stroke ada dalam
teori yang dapat ditemukan. Menurut Mansjoer (2009) menjelaskan tanda terjadi
stroke yakni perubahan status mental, kelumpuhan wajah dan anggota badan yang
timbul mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan, afasia
(bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau ataksia anggota badan, vertigo, mual,
muntah dan nyeri kepala.

2. Data Objektif

Data objektif pada pemeriksaan fisik didapatkan dengan tanda gejala pasien tampak
gelisah, terdapat sianosis, CRT >3 detik, adanya kelemahan otot. Menurut peneliti
klien mengalami kelemahan pada ekstermitas dikarenakan perdarahan intaserebral
yang serangannya lebih berat dapat menyebabkan kelemahan anggota gerak pada
klien stroke. Menurut wijaya (2013) pada pemeriksaan data dasar pola aktivitas /
istirahat klien stroke kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
hehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah beristirahat
(nyeri, kejang otot), gangguan tonus otot (flaksid, spastik, paralitik hemiplegia) dan
terjadi kelemahan umum.
4.2.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan pada klien berdasarkan hasil pengkajian, hasil pemeriksaan


fisik yang didapatkan menunjukkan masalah yang dialami klien adalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral sesuai dengan tanda gejala yang muncul
pada klien. Menurut peneliti dipengaruhi oleh gangguan perdarahan di otak yang
menyebabkan fungsi otak terganggu pada tubuh sehingga aliran darah ke setiap
bagian otak terhambat karena perdarahan di otak, maka terjadi kekurangan O2 ke
jaringan otak sehingga menyebabkan nyeri kepala, hemiparesis (kelemahan pada
salah satu sisi tubuh), yang ditandai dengan kesulitan mebolak balik posisi,
keterbatasan kemampuan melakukan motorik kasar, keterbatasan rentang pergerakan
sendi, tremor akibat pergerakan dengan gangguan sirkulasi otak.

.
4.2.3 Intervensi keperawatan

Intervensi paling utama dalam diagnosa cerebro vasculer accident adalah


management edema serebral dengan melakukan monitor status neurologis, monitor
tanda-tanda vital, monitor status pernafasan, serta kolaborasi dengan dengan tim
medis.

Menurut peneliti klien yang mengalami cerebro vascular accident dengan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan memonitor tanda-tanda vital,
memonitor status neurologis, memonitor status pernafasan sehingga perfusi jaringan
serebral pada klien teratasi.

Menurut NIC (2018-2020) intervensi keperawatan berupa management edema


serebral,

4.2.4 Implementasi keperawatan

Dalam studi ini, implementasi pada NY. I berupa melakukan adanya kebingungan,
perilaku pikiran, keluhan pusing, mengkaji TTV, mengkaji tingkat kesadaram,
mengkaji status pernafasan meliputi irama, frekuensi, kedalaman pernafasan,
memposisikan pasien semi fowler, mengkaji intake dan output pasien, serta
melakukan kolaborasi dengan tim medis berupa injeksi citycolin 2x250 mg (IV), dan
cairan amino fluid 1000cc/24 jam.

Pada hari ke-2, pada NY. I berupa melakukan tindakan adanya kebingungan, perilaku
pikiran, keluhan pusing, mengkaji TTV, mengkaji tingkat kesadaram, mengkaji status
pernafasan meliputi irama, frekuensi, kedalaman pernafasan, memposisikan pasien
semi fowler, mengkaji intake dan output pasien, serta melakukan kolaborasi dengan
tim medis berupa injeksi citycolin 2x250 mg (IV), dan cairan amino fluid 1000cc/24
jam.

Pada hari ke-3, pada NY. I berupa melakukan tindakan adanya kebingungan, perilaku
pikiran, keluhan pusing, mengkaji TTV, mengkaji tingkat kesadaram, mengkaji status
pernafasan meliputi irama, frekuensi, kedalaman pernafasan, memposisikan pasien
semi fowler, mengkaji intake dan output pasien, serta melakukan kolaborasi dengan
tim medis berupa injeksi citycolin 2x250 mg (IV), dan cairan amino fluid 1000cc/24
jam.

Menurut Nursalam (2008) Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan


untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.

4.2.5 Evaluasi keperawatan

Pada tahap evaluasi keperawatan, berdasarkan catatan perkembangan peneliti pasien


mengalami tidak ada perkembangan yang signifikan karna kondisi pasien tidak ada
perbaikan kondisi.

Menurut peneliti intervensi dan implementasi yang dilakukan oleh peniliti


memberikan hasil yang kurang baik karna kondisi pasien yang tidak ada
perkembangan.

Menurut Ralph et al (2015), stroke perdarahan intraserebral 2 kali


lebih banyak dibanding stroke perdarahan subarachnoid dan lebih
berpotensi menyebabkan kematian atau kecacatan dibanding infark serebral
atau PSA.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus


pembahasan pada asuhan keperawatan klien yang mengalami CVA (Cerebro
Vaskuler Accident) Intra Cerebro Hemoragik dengan ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral pada pasien di Ruang 25 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, maka
penulis mengambil kesimpulan :

1. Pengkajian.
Pada pengkajian ini studi kasus klien yang mengalami CVA
(Cerebro Vaskeler Accident) Intra Cerebro Hemoragik dengan
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral didapatkan adanya keluhan pusing.
2. Diagnosis
Berdasarkan data pengkajian diatas , penulis merumuskan diagnosa prioritas
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
oksigen dalam otak.
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan yang digunakan sesuai dengan keluhan dan tanda
gejala yang dialami oleh klien, namun pada intervensi terdapat tambahan
intervensi untuk pemberian terapi tiap harinya, karena mengikuti kondisi
klien.
4. Tindakan Implementasi
Implementasi keperawatan menggunakan intervensi keperawatan NOC dan
NIC. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.
5. Evaluasi
Evaluasi dari perkembangan ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral pada klien selama tiga hari keperawatan belum mendapatkan
hasil yang optimal. Keadan umum klien lemah, Sesuai dengan catatan
perkembangan masalah yang dialami belum teratasi.

5.2 Saran
1) Bagi klien dan keluarga
Sebagai tambahan pengetahuan bagi klien dan keluarga untuk
memahami keadaanya, sehingga dapat mengambil suatu keputusan yang
sesuai dengan masalah serta ikut memperhatikan dan melaksanakan
tindakan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
2) Bagi Perawat
Dasar pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dalam masalah yang berhubungan dengan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
3) Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai masukan dan tambahan informasi dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang dan pengabdian masyarakat dalam masalah yang berhubungan
cerebro vascular accident khususnya ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral.

Anda mungkin juga menyukai