Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIFITAS SENAM AEROBIK LOW IMPACT TERHADAP

PENURUNAN NYERI SENDI DI EKSTREMITAS BAWAH PADA


LANSIA DI DUKUH JUWANGI TEMPURSARI NGAWEN

Sri Sat Titi Hamranani*

ABSTRACT

Background:
Aging is a process of gradual disappearance of the network's ability to self-repair
/ replace themselves and maintain their normal structure and function that can
not withstand the injury (including infections) and repair the damage suffered. As
we get older, the elderly will experience changes in the musculoskeletal system
including joint cartilage degeneration, loss of strength, flexibility and
complaining of joint pain. Joint pain is caused by a functional disorder of pain
when the joint is moved and limited motion caused by structural changes in the
joints. Low impact aerobics is an alternative that can be used to overcome these
problems.
Methods:
The design of this study is Quasi Experimentation with the design of Non-
Equivalent Control Group. The population is elderly who experience joint pain
following lower limb posyandu Juwangi elderly in Juwangi, Tempursari, Ngawen,
Klaten with number 64 elderly. The sampling used was non-probability sampling
with purposive sampling method by the number of 30 elderly people.
Research Result:
The result using independent t-test, found that the effective low-impact aerobic
exercises to decrease lower extremity joint pain in older adults in Juwangi,
Tempursari, Ngawen, Klaten indicated by Pvalue value = 0.000 (P <0,05).

Key words: low impact aerobics, lower extremity joint pain, elderly.

*Dosen Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten


A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang
yang ditandai dengan menurunnya kemampuan akal, fisik, dan psikologis
(Darmojo, 2004). Secara fisiologis lansia akan mengalami proses penuaan.
Proses menua merupakan suatu proses yang terus-menerus / berkelanjutan
secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Hal ini
ditandai dengan adanya kemunduran fisik, psikis dan sosial.
Tiga tahap proses kemunduran yang terjadi pada lansia yaitu,
kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),
ketidakmampuan (disability) yang dialami bersamaan dengan proses
kemunduran akibat proses menua (aging). Kemunduran fisik ditandai
dengan gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, yang menyebabkan
lansia mengalami penurunan dalam beraktivitas (Maryam, 2008).
Jumlah lanjut usia di seluruh dunia saat ini diperkirakan lebih dari
629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada
tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Data Biro Pusat Statistik
(BPS, 2005) menyebutkan 16,3 juta (11%) lansia berusia 50 tahun ke atas,
dan kurang lebih 6,3 juta (4,3%) lansia berusia lebih dari 60 tahun. Pada
tahun 2005 di Indonesia, terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia. Jumlah
ini akan melonjak hingga ± 33 juta orang lanjut usia (12 % dari total
penduduk) pada tahun 2020 dengan umur harapan hidup kurang lebih 70
tahun (Nugroho, 2008).
Di Jawa Tengah terdapat jumlah lansia berusia 65 tahun ke atas
sekitar 2.323.541 jiwa (7,55%) (BPS, 2010), dan pada tahun 2011 lansia
mencapai sekitar 2.336.115 jiwa (BPS, 2011). Population Registration by
Age Group and Sex in Klaten, mengemukakan bahwa jumlah lansia di
Kabupaten Klaten pada tahun 2010 ada 118.794 jiwa, masing-masing
terdiri dari 55.277 lansia laki-laki dan 63.517 lansia wanita.
Mubarak (2009), menyampaikan bahwa lansia akan mengalami
perubahan fisik, mental, psikososial, kognitif dan spiritual. Perubahan-
perubahan pada lansia sering disebut dengan “13 i, yaitu immobility
(imobilisasi), instability (mudah jatuh), intelectual impairment (demensia),
depression (depresi), incontinence (inkontinensia), impotence (impotensi),
immuno-deficiency (imunodefisiensi), infection (infeksi), impaction
(konstipasi), iatrogenesis (kesalahan diagnosis), insomnia (sulit tidur),
malnutrition (malnutrisi), impairment of vision (gangguan penglihatan)
(Maryam, 2008).
Imobilisasi merupakan salah satu masalah yang di alami lansia
berkaitan dengan sistem muskuloskeletal. Salah satu contoh masalah yang
terjadi pada sistem muskuloskeletal yaitu kekakuan sendi. Kekakuan sendi
pada proses menua biasanya terjadi karena penurunan produksi cairan
sinovial pada persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi
lebih tipis dan ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan
kelenturan (fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan persendian. Akibat
dari kekakuan sendi yaitu rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, dan
ketidakseimbangan (Smeltzer & Bare, 2002).
Adanya keluhan rasa nyeri mungkin dapat sebagai penyebab utama
imobilisasi. Sekitar 80% lansia mengalami kondisi kronis yang
dihubungkan dengan nyeri (Stanley, 2007). Hampir 8% orang-orang
berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada persendian. Organ
tubuh yang mengalami kekakuan sehingga menimbulkan rasa nyeri adalah
persendian pada jari-jari, tulang punggung, lutut dan panggul (Azizah,
2011). Akibat nyeri sendi dapat menyebabkan penurunan aktivitas, isolasi
sosial, kesulitan tidur, dan depresi (Stanley, 2007).
Upaya penatalaksanaan untuk mengurangi rasa nyeri pada
persendian meliputi penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis.
Penatalaksanaan farmakologis yaitu dengan pemberian obat-obatan baik
analgesik narkotika atau non narkotika. Penatalaksanaan non farmakologis
yaitu dengan cara kompres, masase dan latihan rutin. Latihan rutin akan
meningkatkan dan memelihara kebugaran, meningkatkan oksigen sehingga
dapat menurunkan nyeri, memelihara kesegaran serta kelenturan fisiknya,
misalnya senam (Sudoyo, 2007).
Senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis
dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk
mencapai tujuan tertentu, seperti daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan
koordinasi (Muhajir, 2007).
Macam-macam senam yang dapat dilakukan oleh lansia misalnya
senam lansia, senam osteoporosis, dan senam aerobik. Senam aerobik
adalah salah satu jenis senam yang merupakan latihan fisik dengan
menggerakkan seluruh otot gerakannya secara terus menerus, berirama,
progresif serta berkelanjutan. Senam aerobik dibagi menjadi 3 yaitu senam
aerobik low impact, moderat impact dan high impact (Brick, 2001).
Senam aerobik low impact adalah latihan senam aerobik yang
dilakukan dengan gerakan ringan/intensitas ringan dimana salah satu kaki
masih bertumpu di lantai dan tanpa tekanan tingkat tinggi pada sendi
(Brick, 2001).
Jenis senam yang dianjurkan untuk lansia adalah senam aerobik low
impact, durasi 30 menit, frekuensi tiga kali perminggu selama 4 minggu
(Budiharjo, et.al.,2005). Salah satu manfaat dari senam aerobik low impact
adalah meningkatkan kelenturan gerak yang berada di sekeliling sendi.
Dengan melakukan senam aerobik low impact secara teratur, dapat
meningkatkan kelenturan otot dan tulang sendi sehingga mencegah
terjadinya kekakuan sendi dan dapat mengurangi rasa nyeri pada sendi
(Brick, 2001). Kelebihan dari senam aerobik low impact ini adalah
gerakannya yang sangat sederhana tidak ada rangkaian yang rumit dan
salah satu kaki selalu berada di lantai, selain itu irama musiknya bisa
dinikmati secara nyaman sehingga menumbuhkan semangat dengan riang
gembira (Agdila, 2012).
Teori ini di dukung pada beberapa penelitian besar mengenai
latihan aerobik di Eropa dan Amerika yang melibatkan beratus-ratus
penderita osteoarthritis dan rhemathoid arthritis. Robert dan koleganya
(1989) dari Universitas Kedokteran Michigan membahas penemuan-
penemuan dan berhasil membuat kesimpulan mengenai tipikal pasien
osteoarthritis dan rhematoid arthritis yaitu pasien dengan osteoarthritis dan
rhematoid
hematoid arthritis dapat melakukan latihan aerobik tanpa menciderai
sendi. Terdapat bukti-bukti
bukti bukti bahwa latihan yang tepat dapat membantu
mengurangi rasa kaku dan nyeri tersebut (Gordon, 2002). Selain itu
American Journal of Public Health pada penelitian yang yang dilakukan oleh
Hurwitz, Eric L et.al (2005) di Amerika yang berjudul “Effects Of
Recreational Physical Activity And Back Exercises On Low Back Pain
And Psychological Distress” membuktikan ada pengaruh antara aktivitas
fisik dan latihan rekreasi kembali terhadap nyeri punggung dan distress
psikologis.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Juwangi
Tempursari, Ngawen, Klaten didapatkan 80 lansia yang mengikuti
Posyandu. Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan terhadap lansia,
menunjukkan 80% orangorang lansia tersebut mengeluh nyeri pada persendian.
Keluhan nyeri tersebut dirasakan terutama di bagian punggung ke bawah /
bagian ekstremitas bawah. Selama ini di Posyandu sudah ada kegiatan
senam lansia, tetapi hanya dilakukan satu bulan sekali. Cara yang
dilakukan para lansia untuk mengurangi nyeri sendi adalah tergantung
dengan minum obat dan ada yang dibiarkan saja karena menganggap
bahwa munculnya nyeri adalah bagian dari proses penuaan.

B. Metode
Desain penelitian ini menggunakan eksperimen semu (Quasi E Eksperimen)
dengan rancangan Non-Equivalent
Non Equivalent Control Group. Dalam model penelitian
ini tidak digunakan suatu pembatasan-pembatasan
pembatasan pembatasan yang sangat ketat
terhadap keharusan randomisasi/ acak (Imron & Amrul, 2010). Dalam
rancangan ini, kelompok eksperimen diberi perlakuan
perlakuan sedangkan
kelompok kontrol tidak. Pada kelompok eksperimen diawali dengan pre
test, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (post
test). Pada kelompok kontrol juga dilakukan pre test, tetapi tidak diberi
perlakuan sama dengan kelompok
kelompok eksperimen dan kemudian juga
dilakukan post test (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini kelompok
kontrol diberikan senam otak.
otak

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Gambar Rancangan Non Equivalent Control Group

Keterangan :

X : pemberian senam aerobik low impact


X1 : pemberian senam otak

01 : pengukuran pertama kelompok eksperimen

011 : pengukuran kedua kelompok eksperimen

02 : pengukuran pertama kelompok kontrol

021 : pengukuran kedua kelompok kontrol

Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang mengalami nyeri
sendi ekstremitas bawah yang mengikuti posyandu lansia di Dukuh
Juwangi, Tempursari, Ngawen, Klaten dengan jumlah 64 lansia.
Berdasarkan penghitungan besar sampel, dibutuhkan 17 lansia untuk
masing-masing kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol.
Pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling
dengan metode purposive sampling. Peneliti memilih subyek penelitian
berdasarkan pertimbangan peneliti, yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi : lansia yang
bersedia menjadi responden, lansia yang mengalami nyeri sendi
ekstremitas bawah kategori ringan dan sedang, lansia yang berusia
maksimal 75 tahun, lansia yang tidak mengalami kecemasan, lansia yang
mampu berdiri selama senam ± 30 menit sehingga mampu melakukan
senam aerobik low impact, lansia yang mengikuti program senam aerobik
low impact selama 4 minggu secara rutin. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini meliputi : lansia yang mengalami gangguan mobilitas fisik
misalnya fraktur, gout terminal (bengkak) dan penyakit berat seperti
stroke, lansia yang menggunakan terapi obat/farmakologis, lansia yang
mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Efektifitas senam aerobik low impact terhadap penurunan nyeri
sendi ekstremitas bawah pada lansia di Dukuh Juwangi Tempursari
Ngawen Klaten. Untuk mengetahui perbandingan rata-rata nilai pretest dan
rata-rata nilai posttest untuk masing-masing kelompok, uji yang digunakan
pertama kali adalah uji paired sampel test. Setelah itu, untuk
membandingkan nilai rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, digunakan uji t-test independent. Perbedaan rata-rata nilai nyeri
sendi pada lansia kelompok eksperimen dapat ditunjukkan pada tabel 1
berikut :

No Kelompok Mean ± SD SE Pvalue N


1. Pretest 1,87 ± 0,352 0,091 15
0,000
2. Posttest 1,07 ± 0,258 0,067 15
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Pvalue = 0,000
dimana nilai tersebut P (α = 0,05), sehingga dapat disimpulkan ada
perbedaan rata-rata nilai pengukuran nyeri pretest dan posttest pada
kelompok eksperimen.
Hasil rata-rata nilai nyeri sendi pada lansia kelompok kontrol dapat
dilihat pada tabel 2 berikut :

No Kelompok Mean ± SD SE Pvalue N


1. Pretest 1,67 ± 0,488 1,26 15
0,164
2. Posttest 1,53 ± 0,516 1,33 15

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Pvalue = 0,164


dimana nilai tersebut P (α = 0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan rata-rata nilai pengukuran nyeri pretest dan posttest pada
kelompok kontrol.
Untuk membandingkan nilai rata-rata antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol atau untuk mengetahui efektifitas senam aerobik
low impact terhadap penurunan nyeri sendi ekstremitas bawah pada lansia
dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

No Kelompok Mean ± SD SE Pvalue N


1. Eksperimen 1,67 ± 0,488 1,26 15
0,000
2. Kontrol 0,27 ± 0,458 1,18 15

Berdasarkan tabel 4.9. Menunjukkan hasil uji statistik diperoleh


nilai P value = 0,000 dimana P (α = 0,05) maka Ha diterima dan Ho
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa senam aerobik low impact
efektif terhadap penurunan nyeri sendi ekstremitas bawah pada lansia di
Dukuh Juwangi Tempursari Ngawen Klaten.
D. Pembahasan
Penelitian ini menghasilkan adanya penurunan tingkat nyeri sendi
ekstremitas bawah dengan rata-rata tingkat nyeri sendi pada lansia
sebelum dilakukan senam aerobik low impact sebesar 1,87 dan sesudah
dilakukan senam aerobik low impact menjadi 1,07. Sebagian besar lansia
sebelum dilakukan senam aerobik low impact memiliki tingkat nyeri
sedang sebesar 86,7% (13 lansia) dan tingkat nyeri ringan 13,3% (2
lansia). Sedangkan sesudah dilakukan senam aerobik low impact tingkat
nyeri sedang sebesar 6,7% (1 lansia) dan tingkat nyeri ringan 93,3% (14
lansia). Hasil yang diperoleh dari nilai selisih pretest dan posttest yaitu P =
0,000 (<0.05). Ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan tingkat
nyeri sendi antara sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobik low
impact. Hal ini disebabkan karena senam aerobik low impact dapat
memperlancar sirkulasi darah (mengaktifkan pompa vena), meningkatkan
fleksibilitas sendi, ketegangan otot menjadi berkurang, tubuh terasa lebih
rileks, sehingga rasa nyeri akan berkurang. Berdasarkan hasil penelitian
dari Budiarjo (2005) menunjukkan bahwa dengan melakukan senam
aerobik low impact selama 1 bulan dapat meningkatkan kelenturan badan
wanita lanjut usia 60-70 tahun.
Hasil dari penelitian pada kelompok eksperimen menunjukkan 2
lansia mengalami nyeri ringan sebelum diberi senam aerobik low impact,
setelah diberi senam aerobik low impact 2 lansia tersebut tidak mengalami
penurunan nyeri/nyeri tetap. Hal ini disebabkan karena responden tersebut
tingkat pendidikannya masih rendah, yaitu tidak tamat SD dan tamat SD,
karena tingkat pendidikan akan mempengaruhi perilaku dan pengetahuan
khususnya di bidang kesehatan. Kesadaran untuk berperilaku hidup sehat
pun juga masih rendah (Notoadmodjo, 2003). Responden dengan tingkat
pendidikan rendah cenderung menggunakan mekanisme koping mal
adaptif untuk mengatasi nyeri (Perry & Potter, 2005), sehingga pada lansia
dengan tingkat pendidikan rendah akan lebih sulit mengalami penurunan
tingkat nyeri sendi. Sedangkan 13 lansia yang mengalami nyeri sedang,
setelah diberi senam aerobik low impact 12 lansia mengalami penurunan
tingkat nyeri menjadi nyeri ringan, sedangkan 1 orang lansia tetap
mengalami nyeri sedang. Hal ini disebabkan karena responden yang tetap
mengalami nyeri sedang tersebut berusia 74 tahun, dikarenakan semakin
tua usia lansia akan mengalami degenerasi, erosi, penurunan produksi
cairan sinovial, kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi, sehingga sendi
mudah kehilangan fleksibilitasnya dan terjadi penurunan luas dan gerak
sendi (Smeltzer & Bare, 2002). Sehingga pada lansia tersebut akan lebih
sulit mengalami penurunan tingkat nyeri sendi dibandingkan 12 lansia
lainnya.
Adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen
yang diberi senam aerobik low impact dan kelompok kontrol yang tidak
diberi senam aerobik low impact (diberikan senam otak), maka latihan
(senam aerobik low impact) dapat digunakan sebagai alternatif dalam
memberikan intervensi pada lansia khususnya bagi lansia yang mengalami
nyeri sendi.
E. Keterbatasan penelitian
1. Pada saat penelitian, para lansia terkadang ada yang kurang tepat
waktu dalam mengikuti senam aerobik low impact, di karenakan
kesibukan mereka masing-masing, hal ini yang menyebabkan
penelitian sedikit terhambat, akan tetapi senam tetap dilaksanakan
pada sore hari 3x dalam 1 minggu.
2. Pada penelitian ini responden yang mengikuti senam aerobik low
impact hanya perempuan saja, sehingga peneliti tidak dapat
membandingkan skor penurunan tingkat nyeri sendi setelah diberikan
senam aerobik low impact antara perempuan dengan laki-laki.
F. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
a. Lansia yang mengikuti senam aerobik low impact mayoritas berusia
60-74tahun.
b. Rata-rata nyeri sendi ekstremitas bawah pada kelompok eksperimen
sebelum diberikan perlakuan 1,87 ± 0,352 dan rata-rata setelah
diberikan perlakuan adalah 1,07 ± 0,258 dengan nilai Pvalue =
0,000.
c. Rata-rata nyeri sendi ekstremitas bawah pada kelompok kontrol
sebelum diberikan perlakuan 1,67 ± 0,488 dan rata-rata setelah
diberikan perlakuan adalah 1,53 ± 0,516 dengan nilai Pvalue =
0,164.
d. Ada penurunan nyeri sendi ekstremitas bawah pada kelompok
eksperimen di Dukuh Juwangi Tempursari, Ngawen, Klaten.
e. Senam aerobik low impact efektif terhadap penurunan nyeri sendi
ekstremitas bawah pada lansia di Dukuh Juwangi Tempursari,
Ngawen, Klaten.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan beberapa
hal sebagai berikut:
1) Bagi Lansia
Lansia sebaiknya melakukan senam aerobik low impact
dengan frekuensi 3 kali tiap minggu sebagai upaya menurunkan
derajad nyeri sendi ekstremitas bawah.
2) Bagi Perawat
Perawat sebaiknya melakukan penyuluhan/pelatihan senam
aerobik low impact kepada kader posyandu agar dapat mencegah
peningkatan derajad nyeri sendi ekstremitas bawah.
3) Bagi Penelitian Keperawatan
a. Penelitian berikutnya diharapkan meneliti tentang efektifitas
senam aerobik low impact terhadap penurunan resiko jatuh pada
lansia.
b. Penelitian berikutnya diharapkan mengikutsertakan responden
yang berjenis kelamin laki-laki agar dapat membandingkan skor
penurunan tingkat nyeri sendi setelah diberikan senam aerobik
low impact antara perempuan dengan laki-laki

Daftar Pustaka

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha


Ilmu
Agdila, Agik. 2012. Perbedaan Pengaruh Latihan Senam Aerobik Low Impact
dan Senam Body Language terhadap Penurunan Berat Badan pada
Kelompok Ibu-Ibu Pemula. Jurnal Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Alimul Hidayat, A.Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
Alimul Hidayat, A.Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Anderson, 2008. Stretching (Peregangan). Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta
Arikunto, Suharsimi. 2006.
20 Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik
Praktik.
Jakarta : PT. Rineka
Rine Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik
(edisiRevisi) Jakarta : PT. Rineka Cipta
(edisiRevisi).
Atmaja, Ranggih Ade. 2012. Perbandingan kinesio taping dan stretching
terhadap penurunan nyeri pada sindroma nyeri servikal servikal. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tidak Dibuplikasikan.
Black, J.M., Hawks, J.H. (2005). Medical Surgical Nurshing: Clinical
Management For Positive Outcomes 7th Edition. Philadelphia. Elsevier’s
Health Sciences Rights Depatement
Brick, Lynne. 2001. Bugar dengan Senam Aerobik.. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Budiharjo, S. Romi, M.M. prakosa, D. 2005. Pengaruh Senam Aerobik low
Impact Intensitas Sedang terhadap Kelenturan Badan pada Wanita
Lanjut Usia Tidak Terlatih.
Terlatih. Yogyakarta : Universitas Gajah M
Mada
Dahlan, M. Sopiyudin. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kes Kesehatan. Jakarta :
Salemba Medika
Darmojo, Boedhi. 2009. Buku Ajar Geriatri.. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Effendi, Ferry. 2009. Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Gordon, Nell F. 2002. Radang Sendi Panduan Latihan Lengkap.. Edisi 1. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada
Hurwitz, Eric L; Morgenstern, Hal; Chiao, Chi. Chi 2005. Effects of Recreational
Physical Activity and Back Exercises on Low Back Pain and
Psychological Distress.
Distress American Journal of Public Health
Health95. 10 (Oct
2005): 1817--24.
Imron TA, Moch. Munif Amrul. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan
Kesehatan.
Jakarta : CV. Sagung Seto
Kasjono, Heru Subaris. 2009. Teknik nik Sampling untuk Penelitian Kesehatan
Kesehatan. Edisi
1. Yogyakarta. Graha Ilmu
Kadarwati, Y. 2011. Efektifitas senam aerobik low impact terhadap ketahanan
kardiorespiratori pada lansia di Desa Buntalan, Klaten Tengah, Klaten.
Skripsi, Stikes Muhammadiyah Klaten. Tidak dipublikasikan.
Leveille, S.G., Zhang, Y., McMullen, W., Kelly-Hayes,
Kelly Hayes, M., Felson, D.T. (2005).
Sex Differences In Musculoskeletal Pain In Older Adults
Adults. Diakses dari
URL
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanny
Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika
Maryam, R. Siti. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lansia.. Jakarta : CV. Trans
Info Media
M, Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kesehatan. PT.Ghalia
Indonesia
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal
eletal. Jakarta : EGC
Nian Prasetyo, Sigit. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jalkarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. MetodologiPenelitianKesehatan (edisirevisi).
Jakarta : Rineka Cipta
Nugroho, H Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Edisi 3. Jakarta
: EGC
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Pamungkas, Yohanita. Sari, Dewi Ika. 2010. Pengaruh Latihan Gerak Kaki
(Stretching) Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Ekstremitas Bawah pada
Lnsia di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. Jurnal Stikes
RS. Baptis. Volume 3, Edisi 1, Juli. ISSN 2085-0921
Patricia A. Potter, Anne G. Perry. 2005. Fundamental of Nursing. Jakarta :
Salemba Medika
Patricia A. Potter, Anne G. Perry. 2010..Fundamental of Nursing.
(EdisiRevisi).Jakarta : Salemba Medika
Pudjiastuti. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Riwidikdo, Handoko. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Rohana, Siti. 2011. Senam Vitalisasi Otak Lebih Meningkatkan Fungsi Kognitif
Kelompok Lansia daripada Senam Lansia Di Balai Perlindungan Sosial
Propinsi Banten. Thesis. Tidak Dipublikasikan.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Edisi. 8. Jakarta : EGC
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC
Sudoyo Aru, et.al., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Sulianti, A. 2000. Pemanfaatan Momen 17-Agustusan Sebagai Sarana Latihan
Olahraga Rekreasi Terapeutik Untuk Lansia.Available from:
URL:http:/www.koni.or.id/files/documents/journal/2.
Suratun, et.al. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Sistem Musculoskeletal. Jakarta :
EGC
Taslim, (2009). Gangguan Muskuloskeletal Pada Usia Lanjut, Bagian 1.
www//:binhasyim.wordpress.com. Diakses :
Wahit Iqbal, Mubarak. 2010. Ilmu Keperawatan Komunitas : Konsep dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai