Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan anak di usia belia adalah suatu
hal yang berharga bagi kehidupan mereka. Hal ini dikarenakan di usia
seperti mereka tumbuh kembang fisik tubuh, kognitif, psikomotorik, sudah
mulai berkembang ke tahap yang lebih tinggi demi mencapai sebuah
kematangan diri. Bahkan menurut Pakasi (1981:27) seorang anak dalam
proses tumbuh kembangnya debrikan beberapa tugas dari alam, yang
mana tugas tersebut dapat sebagai tolok ukur keberhasilannya di masa
yang akan datang. Jika tugas tersebut gagal dilakukan hari ini, maka
mereka juga akan mengalami kegagalan dalam menghadapi masalahnya
mendatang. Namun, perlu diketahui bahwa proses tumbuh kembang
tersebut tidak berjalan mulus. Di tengah-tengah perjalanan menuju arah
tersebut banyak anak menuai berbagai masalah, terutama masalah
perkembangan psikologi mereka.
Pada hakikatnya, rintangan dalam masa perkembangan
pertumbuhan psikologi pada diri mereka terletak pada pengaruh
kehidupan sosial yang mereka alami saat ini. Apabila ditinjau dari segi
kacamata teknologi, masalah utama yang mereka hadapi tersebut tidak
terlepas dari pengaruh media. Secara umum, telah banyak yang
mengetahui bahwa media adalah sebuah alat komunikasi. Media juga
memiliki beberapa macam jenis, tetapi media yang sangat berpengaruh
secara signifikan terhadap masalah perkembangan psikologi anak di era
globalisasi ini adalah media sosial (jejaring sosial). Media sosial adalah
sebuah media dengan basis akses internet yang mana merupakan tempat
suatu komunitas berkumpul di dalamnya. Sebagai contoh media sosial
adalah facebook, twitter, path, instagram, dan sebagainya.
Secara umum jika dilihat dari segi manfaatnya media sosial sangat
bermanfaat, terutama dalam hal pertemanan, mencari teman lama,
membentuk komunitas tertentu, saling berbagi informasi, membangun
forum bisnis, dan sebagainya. Namun dibalik manfaat tersebut tersimpan

1
berbagai kerugian yang didapatkan penggunanya apabila mereka tidak
mampu mengendalikan diri. Kerugian-kerugian tersebut menimpa
berbagai kalangan hingga anak-anak yang berusia di bawah umur. Hal itu
terlihat jelas ketika mereka baru mengenal media sosial. Mereka seperti
menjalankan kehidupan yang sesungguhnya ketika mereka bermain
dengan media sosial dalam dunia maya. Padahal telah banyak yang
mengetahui bahwa untuk memperoleh izin sebagai pengguna media
sosial tersebut mereka harus memiliki umur minimal tujuh belas hingga
delapan belas tahun. Namun kurangnya pengawasan dan perketatan
dalam usaha pelarangan menggunakan media sosial tersebut membuat
mereka semakin penasaran bahkan berani untuk memasulkan identitas
saat prose sign up. Kurangnya pengawasan orang tua pun juga menjadi
penyebab keberanian mereka untuk melakukan hal yang tidak pada
mestinya. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya media sosial yang terlalu marak dan kurangnya pengawasan
membuat generasi-generasi muda di Indonesia terlihat belum mampu
untuk menerima perkembangan teknologi yang ada, sehingga bukan
keuntungan yang mereka dapatkan, tetapi jauh lebih banyak kerugian
yang mereka dapatkan.
Kerugian yang dialami para anak dalam usia perkembangan
pertumbuhan tersebut tidak lain adalah sifat imitasi yang berlebihan. Apa
yang mereka lihat ketika mereka ikut mengakses media sosial akan
langsung ditirukan oleh mereka, bahkan diantara mereka pun belum tentu
dapat menyaring atau memilah mana yang baik unuk ditiru dan mana
yang tidak baik. Seperti contoh, ketika seorang anak SD berumur 12 tahun
dan sudah menegenal jejaring sosial maka bisa dipastikan sang anak
tersebut akan mampu menirukan berbagai hal yang dilakukan orang
dewasa, tidak menutup kemungkinan hingga hal yang paling buruk.
Padahal jika ditinjau dari segi psikologi pedagogis, maka anak dengan
rentang usia tersebut adalah anak yang menerima hal-hal doktrin bersifat
fakta. Jika dikaitakan dengan anak berusia berkisar empat belas hingga
tujuh belas tahun adalah anak dengan kemampuan untuk memahami

2
sebuah konsep (Hakin, 2012:17). Jelas sekali bahwa, pada masa-masa
tersebut mereka harus mendapatkan bimbingan dan pengaruh-pengaruh
positif demi membangun pemikiran yang lebih baik ketika mereka telah
berada pada fase yang lebih atas. Bukan berarti mereka dibiarkan untuk
melakukan hal-hal di luar pengawasan. Jika hal itu yang terjadi maka akan
tercipta generasi yang kurang mampu untuk menghadapi tantangan yang
lebih berat ke depan (tantangan globalisai 2045).
Sedangkan perlu diketahui bahwa ada beberapa macam bentuk
kerugian tersebut yakni kecanduan dalam pemakaian, meniru hal-hal yang
dilakukan orang dewasa (berpacaran, berkata tidak pantas (perkataan
buruk), dan sebagainya). Hal-hal semacam ini jelas tidak diharapkan oleh
orang tua mereka, tetapi di sisi lain para orang tua justru hanya
mementingkan sebuah gengsi dan beranggapan jika anak mereka tidak
mampu mengikuti pembaruan teknologi, maka mereka takut jika anak
mereka kuper (kurang pergaulan). Padahal, mengikuti pembaruan
teknologi bukan berarti dibebaskan dan dibiarkan walaupun yang
dilakukannya adalah hal yang salah. Negara mengizinkan berbagai
pembaruan teknologi ke wilayahnya dengan tujuan yang baik demi
memajukan bangsa dalam menghadapi tantangan dunia yang semakin
berat. Namun, jika penggunaanya terlalu bebas dan tanpa pengawasan
terutama bagi para generasi muda yang masih dalam masa petumbuhan
dan perkembangan ke tahap pematangan diri, maka harapan negara atas
mereka untuk membangun negara ke depan akan sirna begitu saja.
Oleh karena itu, dalam rangka turut membangun generasi emas
sebagai persiapan mengahadapi dunia di tahun 2045, sangatlah penting
dilakukan sebuah kajian terutama bagi orang tua, lingkuan sosial, dan
pemilik media sosial untuk membenahi berbagai presepsi buruk yang ada.
Hal ini dilakukan agar ke depan kemajuan teknologi semakin baik dan
kerugian yang diterima pengguna terutama anak-anak juga dapat
diminimalisir serta harapan untuk mewujudkan generasi emas 2045 pun
bisa terwujud nyata.

3
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah definisi Media?
2. Apa sajakah bentuk media sosial?
3. Bagaimana perkembangan psikologi anak dimasa
pertumbuhan?
4. Bagaimana pengaruh media sosial terhadap perkembangan
psikologi anak?
5. Apa sajakah langkah yang harus ditempuh untuk membatasi
pengaruh media sosiala demi mencetak generasi emas 2045?
1.3 Tujuan
1. Mendiskripsikan definisi media.
2. Mendiskripsikan bentuk-bentuk media sosial
3. Mendiskripsikan perkembangan psikologi anak di masa
petumbuhan.
4. Mendiskripsikan pengaruh media sosial terhadap
perkembangan psikologi anak.
5. Mendiskripsikan langka-langkan yang harus dilakukan untuk
membatasi membatasi pengaruh media sosiala demi mencetak
generasi emas 2045.

4
BAB II
ISI PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media


Media adalah segala bentuk alat yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin,
bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut
mempunyai arti “perantara” atau “pengantar”, yaitu perantara sumber
pesan (a source) dengan penerima pesan (a receive). Jadi, media bisa
diartikan sebagai komunikator bagi khalayak. Sedangkan menurut Effantra
(2009) pengertian media berdasarkan pendapat para ahli dari asosiasi
internasional adalah sebagai berikut:
 Menurut National Education Asociation (NEA): Media adalah
sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual,
termasuk teknologi perangkat kerasnya.
 Asociation of Education Comunication Technology (AECT): Media
adalah segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk
proses penyaluran pesan.
Berdasarkan berbagai pendapat ahli tersebut, terlihat bahwa
teknologi merupakan suatu hal yang sangat penting bahkan bisa dianggap
sebagai pendamping aktivitas manusia. Menurut Rivers dkk (2008:25),
“media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari orang Amerika pada
umunya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa
Koran pagi, tanpa majalah Time yang mengungkap gossip baru
presiden;tanpa Reader’s Digest dan karakter-karakternya yang tak
terlupakan, tanpa komik, tanpa bacaan filsafat, atau tanpa televisi dengan
para bintang film yang memukau seperti Tom Jones, Mike Nichols, James
Reston, Walter Cronkite, Matt Dillon, Elizabeth Taylor, dan the Beatles.”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kehidupan
seluruh umat manusia tidak bisa terlepas dari media sebagai alat
komunikasi mereka dan memperoleh informasi.

5
Jenis-jenis media secara umum dapat dibagi menjadi:
 Media Visual: media visual adalah media yang bisa dilihat,
dibaca dan diraba. Media ini mengandalkan indra penglihatan
dan peraba. Berbagai jenis media ini sangat mudah untuk
didapatkan. Contohnya: media foto, gambar, komik, gambar
tempel, poster, majalah, buku, alat peraga dan sebagainya.
 Media Audio: media audio adalah media yang bisa didengar
saja, menggunakan indra telinga sebagai salurannya.
Contohnya: suara, music dan lagu, alat musik, siaran radio dan
kaset suara atau CD dan sebagainya.
 Media Audio Visual: media audio visual adalah media yang bisa
didengar dan dilihat secara bersamaan. Media ini
menggerakkan indra pendengaran dan penglihatan secara
bersamaan. Contohnya : media drama, pementasan film, televisi
dan media yang sekarang menjamur, yaitu VCD. Internet
termasuk dalam bentuk media audio visual, tetapi lebih lengkap
dan menyatukan semua jenis format media, disebut Multimedia
karena berbagai format ada dalam internet.
 Media Sosial: Media sosial adalah sebuah media online, untuk
bertujuan agar bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi facebook, instagram, path, twitter, blog,
jejaring sosial, wiki, forum dan sebagainya. Pendapat lain
mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang
mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan
teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi
dialog interaktif.

6
2.2 Bentuk – Bentuk Media Sosial
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dan keterkaitan dengan
pembahasan yang ada maka media sosial, memiliki beberapa klasifikasi.
Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi tersebut untuk
berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka
diterbitkan dalam 2010. Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis
media sosial.
1. Proyek Kolaborasi
Suatu media sosial yang dapat membuat konten dan dalam
pembuatannya dapat diakses oleh khalayak secara global. Ada dua
sub kategori yang termasuk ke dalam collaborative project dalam
media sosial, yakni :
a. Wiki
Wiki adalah situs yang memungkinkan penggunanya untuk
menambahkan, menghapus, dan mengubah konten berbasis teks.
Contoh : Wikipedia, Wiki Ubuntu-ID, wakakapedia, dll
b. Aplikasi Bookmark Sosial
Aplikasi bookmark sosial, yang dimana memungkinkan adanya
pengumpulan berbasis kelompok dan rating dari link internet atau
konten media.
Contoh :
 Social Bookmark : Del.icio.us, StumbleUpon, Digg, Reddit,
Technorati, Lintas Berita, Infogue
 Writing : cerpenista, kemudian.com
 Reviews : Amazon, GoodReads, Yelp.

2. Blog dan mikroblog


Blog dan mikroblog merupakan aplikasi yang dapat
membantu penggunanya untuk tetap posting mengenai pernyataan
apapun sampai seseorang mengerti. Blog sendiri ialah sebuah
website yang menyampaikan mengenai penulis atau kelompok
penulis baik itu sebuah opini, pengalaman, atau kegiatan sehari-hari.

7
Contoh :
 Blog : Blogspot (Blogger), WordPress, Multiply, LiveJournal,
Blogsome, Dagdigdug, dll.
 Microblog : Twitter, Tumblr, Posterous, Koprol, Plurk, dll
 Forum : Kaskus, Warez-bb, indowebster.web.id, forumdetik
 Q/A (Question/Answer) : Yahoo! Answer, TanyaLinux, formspring.me

3. Konten
Content communities atau konten masyarakat merupakan sebuah
aplikasi yang bertujuan untuk saling berbagi dengan seseorang baik
itu secara jarak jauh maupun dekat, berbagi seperti video, ebook,
gambar, dan lain – lain.
Contoh :
 Image and Photo Sharing : Flickr, Photobucket, DeviantArt, dll
 Video Sharing : YouTUBE, Vimeo, Mediafire, dll
 Audio and Music Sharing : Imeem, Last.fm, sharemusic, multiply
 File Sharing and Hosting : 4shared,
rapidshare, indowebster.com
 Design : Threadless, GantiBaju, KDRI (Kementerian Desain
Republik Indonesia).

4. Situs jejaring sosial


Situs jejaring sosial merupakan situs yang dapat
membantu seseorang untuk membuat sebuah profil dan kemudian
dapat menghubungkan dengan pengguna lainnya. Situs jejaring sosial
adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk terhubung
menggunakan profil pribadi atau akun pribadinya.
Contoh : Friendster, Facebook, LinkedIn, Foursquare, MySpace, dll

5. Virtual game worlds


Dunia virtual, dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana user
bisa muncul dalam bentuk avatar – avatar yang diinginkan serta

8
berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. contohnya
game online.
Contoh : Lostsaga, Clash of Clans, Second Life, e-Republik, World of
Warcraft, Point Blank, Dota, dll
6. Virtual social worlds
Virtual social worlds merupakan aplikasi yang mensimulasikan
kehidupan nyata melalui internet. Virtual social worlds adalah situs
yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dalam platform tiga
dimensi dengan menggunakan avatar yang mirip dengan kehidupan
nyata.
Contoh :
 Map : wikimapia, GoogleEarth
 e-Commerce : ebay, alibaba, juale.com, dll

2.3 Perkembangan Psikologi Anak di Masa Pertumbuhan


Perkembangan psikologi merupakan cabang ilmu psikologi yang
mempelajari perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia
sejak dilahirkan sampai dengan meninggal. Pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak dimulai sejak anak itu masih dalam
kandungan yang kemudian lahir ke dunia hingga ia tumbuh menjadi
manusia dewasa sampai meninggal dunia. Pertumbuhan dan
perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak hal yang nantinya akan
membentuk psikologi anak itu sendiri. Dewasa ini psikologi perkembangan
menurut P.H. Mussen, J.J. Conger dan J. Kagan (dalam D. Gunarsa
1982:..) , menitik beratkan usaha – usaha untuk mengetahui sebab –
sebab atau dasar – dasar dari pertumbuhan dan perkembangan manusia
yang menyebabkan timbulnya perubahan – perubahan. Seorang anak
seharusnya mendapat pendidikan yang sesuai dengan umur,
perkembangan, serta kondisi jiwa atau psikologi mereka. Hal ini sangat
dianjurkan karena setiap anak memiliki kondisi jiwa atau psikologis yang
berbeda – beda sesuai dengan umur mereka. Jenis pendidikan yang

9
mereka dapatkan semestiya juga harus berbeda. Semua ini karena gaya
berpikir seoran anak belum bisa disamakan dengan orang dewasa.
Perkembangan seorang anak dibagi menjadi beberapa tahap atau
proses yang akan membedakan mereka melalui perubahan – perubahan
dalam tingkah laku maupun cara berpikirnya Bijou dan Baer (dalam D.
Gunarsa, 1982:31) mengemukakan perkembangan psikologis yakni
perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku
dan interaksinya dengan lingkungan. Interaksi yang dimaksud di sini
adalah antara tingkah laku dan lingkungan, artinya apakah sesuatu
jawaban tingkah laku akan diperlihatkan atau tidak, tergantung dari
perangsang – perangsang yang ada di lingkungannya.
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa perkembangan
dimulai dari sejak anak masih dalam kandungan lalu lahir ke dunia dan
menjadi anak – anak hingga ia menginjak dewasa sampai ia meninggal
dunia.
Crow (dalam Abarokah, 2012), mengemukakan tiga proses dalam
perkembangan, yaitu childhood, maturity dan adulthood. Yang dimaksud
dengan childhood adalah masa – masa yang mencakup masa kandungan,
masa kelahiran masa bayi, masa kanak – kanak dan masa anak sekolah.
Maturity adalah suatu proses perkembangan ketika seseorang mengalami
kematangan sebelum ia memasuki masa dewasanya. Sedangkan
adulthood mencakup masa mencari pekerjaan, masa berpacaran,
kemudian berumah tangga dan menjadi orang tua.
Perkembangan merupakan suatu proses yang merubah seseorang,
baik itu dari gaya berpikir, gaya bicara maupun tingkah lakunya. Proses
perkembangan seorang anak banyak dipengaruhi oleh kondisi – kondisi
lingkungan disekitarnya. Seorang bayi pada mulanya hanya bisa
mengeluarkan suara – suara yang tidak bermakna, kemudian secara
bertahap, sedikit demi sedikit, suara – suara itu mempunyai arti. Hal ini
adalah juga akibat dari peniruan bunyi di sekeliling hidupnya, sehingga
lama – kelamaan si anak bisa mengucapkan suatu rangkaian suara yang

10
tertentu (kata) untuk menunjukkan atau mengungkapkan sesuatu, D.
Gunarsa (1982:29).
Perkembangan pada masa kanak – kanak yang paling mencolok
adalah tentang motorik anak tersebut. Motorik sendiri ialah segala sesuatu
yang berhubungan dengan gerakan – gerakan tubuh. Selain itu
kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang
pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil
menggerak – gerakkan tubuhnya, L. Zulkifli (1987:41).
Kemampuan motorik seorang anak juga sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kepribadian anak tersebut. Selain perkembangan
motorik ada juga perkembangan bahasa, permainan dan menggambar,
Sujanto (1988:25). Fase – fase perkembangan seorang anak
digambarkan oleh Aristoteles dari anak lahir sampai dewasa dalam tiga
periode:
0,0 – 7,0 tahun - masa anak kecil – masa bermain.
7,0 – 14,0 tahun - masa anak – masa belajar.
14,0 – 21,0 tahun - masa pubertas – masa menuju dewasa.
Perkembangan anak di masa remaja sangat merupakan masa yang
sangat menentukan karena pada masa ini rentan terjadi perubahan pada
kondisi psikis maupun fisiknya. L. Zulkifli (1987:85) menjelaskan bahwa
terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan di kalangan
remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode strum
und drang. Sebabnya karena mereka mengalami penuh gejolak emosi
dantekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma –
norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat.
Usia remaja dimulai dari umur 12 sampai dengan 21 tahun. Setelah
itu dari usia 21 tahun seseorang akan tumbuh menjadi dewasa. Di masa
remaja sesorang akan mulai bertanya – tanya tentang diri mereka sendiri.
Ia akan berusaha mencari identitas dirinya. Di masa inilah yang
sebenarnya sangat rentan dalam perubahan psikologis atau
kepribadiannya. Pengaruh negatif dari lingkungan akan akan mudah
masuk jika tidak bisa dikendalikan melalui arahan dari orang tua,

11
pendidikan dan yang lainnya. Setelah melewati masa remajanya, maka ia
akan masuk pada masa dewasa, dimana pada masa ini pertumbuhan
tubuh seseorang akan mencapai ukuran maksimalnya.akan tetapi selama
masa dewasa pemahaman dan pola berpikir seseorang akan terus
berkembang.
Setelah menjadi dewasa, perlahan orang tersebut akan menjadi tua
dan segala potensi – potensi di masa mudanya akan mengalami
penurunan atau bahkan kemunduran. Kesehatan yang mulai menurun,
kecerdasan dan fungsi pancainderanya juga mulai menurun. Bahkan pada
usia tua atau lanjut kemampuan berpikir seseorang juga akan menurun, ia
akan menjadi lebih mudah lupa atau bisa disebut pikun. Pada usia lanjut
ini seseorang akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
beristirahat karena pada masa ini aktivitasnya menurun dan mulai sulit
untuk melakukan kegiatan sehari – hari.

2.4 Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Psikologi Anak


Perkembangan psikologi anak adalah suatu hal yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan dirinya demi menyongsong kehidupan
ke depan. Kehadiran media sosial hari ini memang telah membawa
banyak pengaruh kepada perkembangan psikologi anak-anak. Walaupun
media sosial membawa manfaat bagi kemudahan hidup terutama
bersosialisasi, tetapi kerugian yang diperoleh karena penggunannya pun
telah merajalela terutama bagi perkembangan psikologi anak-anak.
Indonesia berani memasukkan berbagai kemajuan teknologi ke
wilayahnya dengan tujuan yang baik, tetapi karena ketidakseimbangan
dengan kondisi yang ada maka, masuknya teknologi tersebut malah
membuat perkembangan psikologi masyarakat terutama anak-anak
menurun.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengetahui beberapa
pengaruh yang diakibatkan pada perubahan perkembangan psikologi
anak-anak. Negara sungguh berharap pada mereka sebagai tulang

12
punggung pembanguan negara ke depan, jika sejak hari ini pengaruh ini
tidak dikaji maka pencegahan tidak bisa segera dilakukan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, berikut pengaruh atau dampak
media sosial berdasarkan kacamata perkembangan psikologi:
a. Dampak terhadap Perkembangan Fisik
Media sosial memberikan akses yang cepat dan mudah.
Padahal, praktek semestinya dalam awal perkembangan anak
adalah dengan membatasi anak-anak dalam mendapatkan
informasi, yang dilakukan dengan cara menyederhanakan pesan
dan susunan kontennya. Apabila mereka terlalu banyak menyia-
nyiakan waktu untuk bermain dalam media sosial, maka
perkembangan fisik mereka akan terhambat. Anak jadi mudah lelah
karena teralu lama di depan computer ataupun gadget. Hal ini
sungguh tidak baik dan merugikan pula bagi perkembangan
kesehatan mereka.

b. Dampak perkembangan moral


 Memudahkan anak-anak untuk mengakses gambar-gambar
yang tidak mendidik
Dari media sosial jika tidak di batasi serta di beri pengertian
terhadap anak-anak, maka akan memudahkan mereka
mengakses segala macam foto yang mereka mau, bahayanya
jika mereka bisa mengakses foto-foto yang tidak senonoh di
media sosial tersebut. Hal ini dikarenakan dalam media sosial
tersebut sangat mudah sekali menemukan berbagai gambar
yang tidak etis tersebut.
 Mengurangi tingkat pemahaman bahasa
Anak dan remaja menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia
nyata. Tingkat pemahaman bahasa pun menjadi terganggu.
Jika anak terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya, maka
pengetahuan tentang seluk-beluk berkomunikasi di kehidupan
nyata – seperti bahasa tubuh dan nada suara – menjadi

13
berkurang. Bagi anak dan remaja, tidak ada aturan ejaan dan
tata bahasa di situs jejaring sosial. Hal ini akan membuat
mereka semakin sulit untuk membedakan antara
berkomunikasi di situs jejaring sosial dan di dunia nyata. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi keterampilan menulis mereka di
sekolah dalam hal ejaan dan tata bahasa.

c. Dampak terhadap perkembangan Intelegensi


Motivasi dan prestasi belajar siswa dapat menurun karena
situs jejaring sosial. Prestasi belajar dalam hal ini nilai siwa
menurun akibat terlalu sering membuka situs jejaring sosial di
internet. Hal ini mungkin karena motivasi belajar siswa tersebut
juga menjadi berkurang karena lebih mementingkan jejaring
sosialnya daripada prestasi belajarnya sendiri. Motivasi sangat
memegang pengaruh yang penting terhadap siswa, karena dengan
motivasi siswa tersebut dapat menyadari betapa pentingnya belajar
untuk kehidupan yang akan datang. Motivasi juga berpengaruh
terhadap pencapaian. Hal ini berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Aryn Karpinski, peneliti dari Ohio State University,
menunjukkan bahwa para mahasiswa pengguna aktif jejaring sosial
seperti facebook ternyata mempunyai nilai yang lebih rendah
daripada para mahasiswa yang tidak menggunakan situs jejaring
sosial facebook. Dari 219 mahasiswa yang diriset oleh Karpinski,
148 mahasiswa pengguna situs facebook ternyata memiliki nilai
yang lebih rendah daripada mahasiswa non pengguna. Menurut
Karpinski, memang tidak ada korelasi secara langsung antara
jejaring sosial seperti facebook yang menyebabkan nilai para
mahasiswa atau pelajar menjadi jeblok. Namun diduga jejaring
sosial telah menyebabkan waktu belajar para siswa atau
mahasiswa tersita oleh keasyikan berselancar di situs jejaring
sosial tersebut. Para pengguna jejaring sosial mengakui waktu
belajar mereka memang telah tersita. Rata-rata para siswa

14
pengguna jejaring sosial kehilangan waktu antara 1 – 5 jam sampai
11 – 15 jam waktu belajarnya per minggu untuk bermain jejaring
sosial di internet, menurut Fian (2012) , (dalam www.pengaruh
facebook.com).

d. Dampak sosial dan emosi


 Mengurangi sosialisasi anak-anak terhadap lingkungan
Pengaruh dari media sosial yang lainnya adalah membuat
anak-anak tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, karena
mereka akan sibuk dengan teman-teman nya di facebook,
mereka akan masa bodoh dengan segala sesuatu yang ada
disekelilingnya.
 Berkurangnya waktu untuk keluarga
Kebersamaan dalam keluarga adalah nomer satu, biasanya
slogan seperti itu tidak berlaku bagi para pecinta sosmed,
menurut mereka, teman-teman di sosmed- lah yang nomer
satu. Tidak jarang, perhatian terhadap keluarga menjadi
berkurang.
 Mengakibatkan perselisihan
Tidak adanya kontrol di dalam penggunaan media sosial,
serta pengguna media sosial yang belum bisa berfikir secara
dewasa, mengakibatkan adanya perselisihan di dalamnya.
Namun, banyak nya perselisihan ini, tidak mengurangi
pengguna media sosial untuk berkomunikasi termasuk anak-
anak.

2.5 Langkah yang Harus Ditempuh untuk Membatasi Pengaruh Media


Sosial Demi Mencetak Generasi Emas 2045
Generasi emas adalah generasi-generasi muda di tahun 2045,
yang mana peran andil mereka sangat dibutukan dalam turut serta
membangun negara. Generasi tersebt dapat digerakkan melalui
pembelajaran yang mampu menghasilkan generasi yang berkualitas

15
dengan menggencarkan pendidikan anak usia dini, pembangunan
rehabilitasi sekolah dan ruang kelas baru yang dilakukan secara besar-
besaran serta terdapat intervensi khusus untuk meningkatkan angka
partisipasi kasar (APK) siswa. Generasi Emas Indonesia merupakan
harapan besar bangsa Indonesia agar menjadikan Indonesia lebih baik.
Pendidikan masa kini yang diharapkan dapat kembali ke semangat yang
diwariskan oleh Ki Hajar Dewantara yang diantaranya adalah ing ngarso
sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tutwuri handayani adalah demi
kemajuan kualitas pendidikan itu sendiri. Maksud dari pernyataan Ki Hajar
Dewantara tersebut adalah di depan memberikan teladan, di tengah
memberikan bimbingan, dan di belakang memberikan dorongan kepada
anak-anak didik kita untuk berprestasi
Mengingat pembahasan sebelumnya bahwa perkembangan media
sosial sangat berpengaruh terhadap psikologi anak pada masa tumbuh
kembang yang mana dalam usia ini mereka masih polos dan mudah
menerima berbagai informasi dan belum bisa memilih yang mana yang
benar dan yang mana yang salah. Gunarsa (1982:16) menyatakan anak
sebagai pribadi yang masih murni, jauh dari unsur-unsur yang mendorong
ke perbuatan-perbuatan yang tergolong dosa dan tidak berdosa. Gunarsa
(1982:16) juga mengungkapkan bahwa pendidikan bagi anak merupakan
faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak. Jadi untuk
menciptakan generasi emas 2045 yang pertama harus dibenahi adalah
pendidikan karakter pada anak. Disini orang tua mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam proses pembentukan karakter anak. Oleh
karena itu orang tua harus memberikan pendidikan yang tepat kepada
anak mereka.
Orang tua dapat memberikan pendidikan yang tepat kepada
melalui pemilihan sekolah dan kursus / lembaga bimbingan belajar yang
tepat agar anak mereka mendapatkan pendidikan yang selayaknya. Lebih
lanjut, orang tua juga harus memberikan fasilitas ataupun gadget sesuai
dengan usia anak agar mereka tidak dewasa sebelum waktunya dan tidak

16
terpengaruh hal-hal negative sehingga mereka dapat berkembang secara
alami.
Sangat penting bagi orang tua maupun sekolah sebagai media
edukasi anak untuk menanamkan ilmu agama, hal ini penting karena
agama yang dapat mengajarkan anak bagaimana hidup yang baik.
Penanaman ilmu agama pada anak juga bermanfaat sebagai penyaring
sehingga anak akan mengetahui yang mana yang benar ataupun yang
salah dan dapat memahami mana yang baik dan buruk, sehingga dalam
pertumbuhannya, anak akan siap berinteraksi dengan lingkungan
disekitarnya dan tentunya tetap dalam pengawasan yang intensif dari
orang tua. Penanaman dan penerapan nilai-nilai pancasila juga perlu
diajarkan kepada anak baik disekolah, rumah maupun di lingkungan
sekitarnya karena nilai-nilai dalam pancasila mencakup nilai-nilai dalam
kehidupan.
Untuk dapat menciptakan Generasi emas 2045, sistem pendidikan
Harus diperbaiki kembali seperti kurikulum, profesionalitas guru maupun
dosen, sarana dan prasarana dan juga SDM itu sendiri. Dengan
terciptanya system pendidikan yang tepat maka akan dapat menghasilkan
anak-anak emas yang kelak akan menjadi penerus dan pendiri bangsa.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa media sosial berpengaruh besar terhaadap
perkembangan psikologis anak, baik pengaruh positif maupun negatif.
Maka dari itu dalam hal penggunaanya perlu adanya penyaringan terlebih
dahulu, yang mana pengaruh negatif dibuang dan pengaruh positif diambil
agar tidak ada penyimpangan dalam jiwa, tingkah laku maupun pola
berpikir seorang anak.
Lingkungan keluarga mempunyai peran penting dalam
perkembangan psikologi anak. Hal ini dikarenakan keluarga adalah orang
terdekat, merupakan lingkungan primer (tempat pertama kali bagi seorang
anak untuk belajar hidup), sehingga secara otomatis merekalah yang
berpengaruh langsung dan berperngaruh pertama kali terhadap
perkembangan psikologis anak. Di samping itu, hal yang paling penting
dalam unsur sebuah keluarga adalah orang tua, yang mana merekalah
yang jauh lebih mengerti dan memahami setiap karakter kepribadian yang
dimiliki oleh anaknya. Berdasarkan hal tersebut maka mencegah
pengaruh media sosial juga sangat dibutuhkan peran optimalisasi dari
orang tua kepada anaknya
Mengingat begitu banyaknya pengaruh yang menimpa anak-anak
dari efek pemakaian media sosial, maka perlu dilakukan langkah untuk
mencegah pengaruh negatif tersebut diantaranya yaitu memberi sebuah
pengarahan dan bimbingan kepada setiap anak, kemudian memberikan
pendidikan yang baik dan berkarakter untuk membentuk pribadi anak agar
menjadi lebih baik lagi, dan mengkondisikan sebuah lingkungan menjadi
lebih kondusif guna mendukung anak agar berkembang sesuai usianya.

18
3.2 Saran
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas maka disarankan bagi
para orang tua (khusunya) untuk lebih mengambil perannya secara
optimal dalam mendidik dan mendampingi anak-anak mereka. Mengingat
bahwa perkembangan teknologi yang semakin maju dan tidak dapat
dihindari, maka bagi setiap orang tua pun disarankan untuk lebih pandai
dalam memilih waktu yang tepat untuk memberikan teknologi baru pada
anaknya. Bukan berarti pemberian teknologi itu karena masalah gengsi
belaka, tetapi harus lebih dipikirkan kembali mengingat mereka masih
dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Jikalau memang dirasa
sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas kegiatan anak-anaknya,
maka diharapkan para orang tua tidak melepas begitu saja tanpa adanya
pengawasan. Hal ini dikarenakan, sebuah pengawasan yang baik (bukan
pengawasan bersifat mengekang) akan menghasilkan sebuah control
yang baik pula. Apabila orang tua tersebut mampu melakukan tugasnya
dengan baik, maka kelak akan mampu tercipta para generasi yang sadar
teknologi dan bermoral tinggi.
Bagi para pendidik, saran yang tepat adalah melakukan
pengawasan yang mana hal ini merupakan lanjutan pengawasan yang
dilakukan orang tua di rumah. Pendidik mampu diibaratkan sebagai orang
tua kedua bagi setiap anak. Hal ini dikarenakan dalam aktivitas pendidikan
mereka dalam lingkup sekolah orang tua secara langsung telah
menitipkan para anaknya untuk dididik agar menjadi orang yang lebih
baik. Selain itu, pendidik juga harus mampu memotivasi anak didiknya
demi menumbuhka pemikiran positif terhadap adanya kemajuan
teknologi.
Hal yang paling utama adalah bagi seluruh kalangan yang ada di
sekitar lingkup hidup anak-anak tersebut (guru, orang tua, masyrakat,
pemerintah terkait, dsb) mampu bekerja sama dan memiliki kesadaran
yang baik untuk mendidik, mengawasi, dan memotivasi anak-anak
tersebut agar kelak harapan generasi emas tahun 2045 dapat terwujud.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abarokah, Nazzahao. 2012. Psikologi dan periodesasi Perkembangan,


(Online), (diakses pada 8 April 2015,
http://abarokah18.blogspot.com/2012/11/psikologi-dan-periodesasi-
perkembangan.html).
Effantra. 2009. PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN, (Online),
(diakses pada 8 April 2015,
http://effantra.blogspot.com/2009/11/pengertian-media-
pembelajaran.html).
Fian, Wahyu. 2012. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF DARI
PERKEMBANGAN MEDIA SOSIAL PADA ANAK DAN REMAJA,
(Online), (diakses pada 7 April 2015,
http://wahyufianlag.blogspot.com/2013/06/dampak-positif-dan-
negatif-dari.html).
Gunarsa, Sungguh D. 1982. Dasar Dan Teori Perkembangan Anak.
Jakarta Pusat: PT BPK GUNUNG MULIA.
Hakin, Suparlan Al, dkk. 2012. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dalam Konteks INDONESIA. Malang: Universitas Negeri malang
(UM PRESS).
L, Zilkifli, 1987. Psikologi Perkembangan. Bandung: REMADJA KARYA
CV.Bandung.
Pakasi, Soepartinah. 1981. Anak dan Perkembangannya. Jakarta: PT.
Gramedia.
Rivers, William, dkk. 2008. Media Massa &Masyarakat Modern. Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.
Sujanto, Agus. 1988. Psikologi Perkembangan. Surabaya: AKSARA
BARU.
Tondowidjojo. 1985. Media Massa dan Pendidikan. Yogyakarta:
KANISIUS.

20
21

Anda mungkin juga menyukai