Anda di halaman 1dari 5

“HYPNOTEACHING” METODE INOVATIF MELEJITKAN PRESTASI SISWA

Judul : “HYPNOTEACHING”
Pengarang : Ali Akbar Navis, S.Pd., CHt, CI.
Editor : Rose Kusumaning Ratri
Catatan : Cetakan I, 2013
Tebal : 184 halaman
Penerbit : AR-RUZ MEDIA, Sleman, Jogjakarta

Kesan awal dari buku ini adalah ringan. Ringan karena buku ini hanya memiliki tebal
seratus delapan puluh empat halaman saja. Kedua adalah kata hypno yang membuat hati terasa
ingin menelusuri isi dari buku ini. Sekilas membaca sinopsis buku di bagian sampul belakang,
kesan terhadap kata hypno tidak beda jauh dengan pemikiran awal yakni sugesti. Memang
secara umum kata hypno berkaitan dengan sugesti seperti yang dilakukan para pesulap di
televisi ataupun acara-acara lainnya. Namun, apakah maksud dari hypnoteaching adalah
mengajar siswa dengan stimulasi awal seperti yang dilakukan para pesulap? Ataukah hanya
pemberian sugesti tanpa harus membuat siswa tertidur? Lebih jelasnya berikut
pembahasannya.
“Hypnoteaching” Revolusi Gaya Mengajar untuk Melejitkan Prestasi Siswa, inilah
kata-kata yang tertera di sampul depan halaman buku yang dikarang oleh Ali Akbar Navis.
Kata hypno lah yang membuat saya tertarik untuk mendalami jauh buku ini. Awal membuka
pada halaman daftar isi, saya sudah sedikit geli dan tertawa melihat sajian judul-judul bab yang
dibwakan dengan kesan santai bahkan seperti guarauan. Namun, dalam hati kecil terbesit
bahwa ini merupakan salah satu buku metode mengajar jadi kecil kemungkinan jika buku ini
membahas gurauan. Ternyata benar, buku ini membahas satu masalah penting yang mungkin
tidak begitu terlalu dipikirkan oleh kaum guru saat ini. Masalah ini sangat terkait dengan
motivasi belajar siswa dan juga akan berimplikasi pada prestasinya di sekolah. Di samping
masalah itu, solusi yang diunggulkan dari buku ini adalah hypnoteaching. Inti metode tersebut
adalah membuat siswa tetap fokus walupun disajikan dalam kondisi rileks. Memang disengaja
dibuat dalam kondisi rileks agar pikiran mereka jernih dan fresh sehingga apa yang
disampaikan guru dapat masuk dan tertanam dalam ingatan mereka.
Namun, perlu diketahui sebelum membahas tentang langkah-langkah mengajar dengan
metode hypnoteaching, buku ini menyajikan beberapa faktor yang berpengaruh sebagai
stimulus awal agar langkah-langkah hypnoteaching dapat dilaksanakan. Faktor yang paling
berpengaruh pertama adalah performa guru di sekolah. Performa yang dimaksud adalah sikap

1
atau tingkah laku guru termasuk yang berkaitan dengan wilayah emosional guru yang dapat
berpengaruh pada tingkah laku psikis siswa.
Buku ini membahas ada beberapa bentuk tingkah laku tersebut yang disingkat menjadi
MENCURI BESI DI MOBIL. Tingkah laku tersebut masuk dalam kategori buruk dan harus
benar-benar dihindari jika ingin motivasi belajar siswa meningkat. Empat kata tersebut
merupakan singkata dari Menghindar, Curhat Rindu, Begadang, peSimis, penDiam, eMosi,
Bingung, dan maLas. Menghindar merupakan satu bentuk sikap yang dianggap sebagai
tempat berlindung ketika seorang guru dirundung banyak masalah. Namun, pada kenyataannya
itu tidak benar karena hal itu hanya akan menambah masalah yang ada. Jika hal ini sampai dia
lakukan di depan murid, tentunya akan sangat mengecewakan hati murid membuatnya akan
semakin tidak bersemangat untuk belajar. Selanjutnya adalah curhat. Seringnya sang guru
untuk curhat baik ke sesama teman mengajar bahkan kepada murid yang mereka ajar
merupakan satu hal yang buruk dan itu dapat menurunkan tingkat profesionalisme seorang
guru. Rindu, sikap ini lebih di analogikan dengan sikap membandingkan atau pilih kasih yang
dilakukan oleh guru pada siswa yang dia ajar sekarang. Sering kasus di lapangan, seorang guru
mengatakan bahwa “Dulu kakak kelasmu cepat sekali jika disuruh mengerjakan tiga soal ini”
dst. Sikap ini sungguh sangat menurunkan mental siswa dan berdampak buruk bagi mereka.
Selain itu, begadang merupakan kebiasaan buruk yang harus benar-benar dihilangkan
bagi seorang guru. Pasalnya hal ini akan berpengaruh pada tingkat semangat dan gairah di pagi
hari serta akan mempengaruhi aktivitas mengajarnya. Pesimis, seorang guru pantang untuk
bersikap ini jika ingin menghasilkan siswa-siswa berkualitas. Apalagi jika dia berpikir bahwa
siswa-siswanya tak mampu untuk melakukan hal-hal baru (ragu), jelas guru tersebut telah
mengarahkan siswanya ke jurang kegagalan. Pendiam, hal ini benar-benar keterlalan jika
seorang guru tetap memegang prinsip bahwa diam adalah emas. Diam tidaklah selalu menjadi
opsi terbaik hal ini dikarenakan jika ada siswa yang melakukan kesalahn mungkinkah seorang
guru akan tetap berdiam diri? Jika jawabannya IYA, maka mustahil guru tersebut dapat
mengangkat derajat siswanya untuk menjadi siswa yang luhur. Emosi, merupakan sikap tempat
bermuaranya aura negatif yang dapat berujung pada rusaknya jalinan yang baik antara guru
dan murid. Jika hal ini terjadi maka kemungkinan besar dapat berakibat dendam seorang guru
pada murid dan tentunya ini merupakan kondisi yang tidak kondusif untuk kegiatan belajar
mengajar. Bingung, sikap yang sering muncul ketika seseorang dirundung masalah atau
sedang dalam kondisi galau. Hal ini akan sangat berpengaruh pada performa mengajar.
Mengajar jadi blank, ling lung, tidak tahu harus melakukan apa. Sungguh sikap yang
memalukan dan harus benar-benar dihindari. Hal yang terakhir adalah malas. Sikap ini sangat
buruk dan mudah mempengaruhi orang lain. Jika seorang guru malas melakuka apa pun sudah
dapat dibayangkan bagaimana ia menangani tugas-tugasnya. Hal yang pasti terjadi adalah
terbengkalai dan tidak akan terselesaikan dengan baik. Jika hal ini juga dibawa di depan siswa-
siswanya secara otomatis akan menular dan menyebabkan prestasi siswapun menurun.
Itulah beberapa sikap buruk yang harus dihindari jika ingin membuat siswa lebih
termotivasi belajar dan mampu menghasilkan hasil maksimal di sekolah. Sebenarnya yang
harus dilakukan guru adalah memberikan beberapa sentuhan khusus pada siswanya agar
mereka tertarik dan lebih termotivasi. Perilaku-perilkau tersebut diantaranya adalah

2
menganggap siswa seperti seorang kekasih. Konotasi yang tepat untuk ini adalah bahwa siswa
termasuk orang yang dicintai oleh guru. Selain itu, jadikan peran kita sebagai seorang guru
adalah sosok guru yang dirindukan kehadirannya oleh mereka. Kemudian panggil nama
mereka dengan lembut dan tulus dan berikan ucapan-ucapan sederhana yang mampu membuat
hati mereka tersanjung seperti “terima kasih” ketika mereka telah membantu kita, “maaf nak...”
ketika kita melakukan kesalahan pada mereka, dan “tolong bisakan kamu membantu ibu?”
ketika kita perlu bantuan pada mereka. Sikap dan kata-kata itulah yang mampu membuat siswa
merasa bahwa keberadaanya diakui dan memiliki tempat khusus di hati guru-guru mereka.
Di samping sikap dan kata-kata tersebut terdapat hal lain yang menarik dan dapat
membantu menarik perhatian siswa agar lebih bersemangat yakni metode sapaan “ANE
SAPE” (Antusias, Ekspresi, Sapaan, Peraturan kelas). Antusias merupakan salah satu sikap
yang berhubungan dengan semangat diri. Jika seorang guru mampu menciptakan sikap ini
biasanya dia adalah guru dengan kondisi yang prima dan sedang berada di puncak emosional
yang penuh kebahagiaan. Hal ini berdampak positif jika dibawa hingga pada suasana mengajar
karena dapat ditularkan pada siswa-siswanya di kelas. Selain itu antusias juga dapat dikatakan
sebagai kunci seberapa menariknya pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut. Pada sikap
ini ada delapan komponen penting yang harus diperhatikan dan diberikan pada siswa yakni
perhatian, motivasi, pujian, kreativitas, tahan banting, mengulangi, dan semangat. Ketika
seluruh komponen ini kita maksimalkan maka, antusias siswa pun menjadi baik. Kemudian
ekspresi, ekspresi menjadi suatu yang penting dalam komunikasi antara guru dan siswa karena
dengan penyampaian ekspresi yang hangat, semangat, dan antusias maka akan memberi daya
tarik tersendiri bagi siswa tersebut dalam mengikuti pembelajaran. Ekspresi ini melibatkan
beberapa faktor yakni seperti intonasi, mimik, dan bahasa tubuh (kontak mata, postur terbuka
dan condong ke depan, sentuhan, anggukan).
Selain itu, ada pula sapaan. Sapaan yang dimaksudkan di sini adalah sapaan yang unik
menyenangkan dan mampu memberikan efek yang menggairahkan. Saat seorang guru mampu
melakukannya bisa jadi hanya guru itulah yang menjadi nomor satu di dialam pikiran siswanya.
Selain itu dampak dari sapaan ini adalah terciptanya sebuah empati murni yang merupakan
suatu koneksi yang sangat menguntungkan dalam kegiatan pembelajaran nantinya. Hal yang
terakhir yakni peraturan kelas. Suatu kelas dengan kondisi siswa yang teratur, disiplin, dan
mudah diatur merupakan suatu hal yang menjadi idaman setiap guru. Demi menciptakan
suasana kelas seperti ini pun dapat dilakukan oleh setiap guru yakni dengan menyususn
peraturan kelas dengan melibatkan siswa di dalamnya. Hal ini bisa menjadi awal yang cerdas
untuk mendisiplinkan mereka. Pasalnya, dengan keterlibatan ini seorang guru memiliki
kesempatan untuk mengetahui dunia mereka, kondisi terkini mereka, mengenal karakter
mereka, menggali cara pandang dan keinginan mereka, termasuk pula sosialisaasi gratis. Di
samping itu untuk menambah ke-powefull-an sebuah aturan , guru dapat memodifikasinya
sedikit dengan hal-hal yang lebih atraktif dan mudah diterjemahkan oleh para siswa.
Di atas telah dijelaskan faktor emosional, perilaku atau sikap yang dapat mempengaruhi
semangat dan daya tarik belajar siswa. Hal lain yang menjadi pendukung untuk kemudaham
proses belajar mengajar adalah daya ingat yang baik. Setiap orang memang terlahir dengan
kondisi daya ingat yang berbeda, tetapi daya ingat ini dapat dilatih dengan beberapa hal yakni

3
yang pertama adalah teknik Ndra-Si-Kan. Teknik ini merupakan gabungan dari pemanfaatan
indra, emosi, dan tindakan. Jika seorang guru mampu melakukannya dan
mendemonstrasikannya dengan melibatkan siswa, maka hal ini akan menjadi sesuatu yang
hebat. Karena dengan hanya melihat, mendengar, menjiwai setiap tindakan dengan ekspresi
sempurna, dan melakukannya sendiri siswa akan memperoleh pengalaman dengan kualitas
video tingkat tinggi. Maksudnya pengalaman belajar yang mampu dijiwai dan akhirnya
tertanam dalam ingatan mereka. Selanjutnya membuat jurnal belajar harian. Menulis
merupakan salah satu kegiatan yang berguna untuk mengingat. Namun, menulis jurnal belajar
bukan berarti menulis materi yang tercatat pada whiteboard di kelas, melainkan menulis
pengalaman-pengalaman belajar yang ia dapat selama mengikuti kegiatan KBM. Hal ini akan
menjadi lebih efektif dikarenakan jurnal tersebut secara tidak langsung akan berisi materi yang
disampaikan guru, tetapi juga terdapat bumbu-bumbu unik di dalamnya. Bahkan mungkin
cerita kejadian lucu yang akhirnya mampu mengingatkan siswa pada meteri yang diberikan
oleh gurunya.
Selain itu juga terdapat kotak kunci belajar. Fungsinya sama dengan jurnal balajar
harian walaupun dalam kotak kunci belajar ini hanya menuliskan kata kunci pokok antara
kejadian yang mengiringi dengan materi yang dipelajari. Misalnya pada kata kunci belajar buta
warna unsur kejadian yang mendukung adalah “Toni”. Hal ini dikarenakan Toni merupakan
salah satu anak di kelas yang terbukti buta warna setelah dilakukan tes oleh sang guru. Dengan
adanya dua kata kunci tersebut seorang siswa mampu mengingat buta warna itu seperti apa,
karena teman sekelasnya sendiri ada yang mengalami buta warna. Hal terakhir adalah ingatan
bergambar. Sudah menjadi hal yang tidak asing ketika seseorang dengan adanya gambar
mudah mengingat sesuatu. Misalnya saja, pada kaum siswa laki-laki yang mudah mengingat
kejadian, kronologi, bahkan nama-nama tokoh anime yang mereka tonton semalam. Hal ini
pun dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Guru dapat memberikan tayangan
gambar maupun video pada siswa di kelas, kemudian mereka diminta untuk mengidentifikasi
apa saja yang terkait antara gambar dengan materi pembelajaran.
Berbagai faktor psikologi, emosi, sikap, hingga hal intern yakni ingatan yang notabene
sangat berpengaruh pada kegiatan pembelajaran di kelas telah dibahas di atas. Seluruh faktor
tersebut sangat berpengaruh sebagai stimulus awal dalam penerapan hypnoteaching. Pada
dasarnya hypnoteaching adalah salah satu jenis hipnotis yang digunakan untuk mengajar.
Hipnotis itu sendiri merupakan satu kemampuan untuk membawa seseorang ke dalam hypnosis
stage (Hypnos). Hypnos adalah suatu kondisi kesadaran yang sangat mudah untuk menerima
berbagai saran atau sugesti. Artinya pada kondisi ini peran critical area (tempat sementara
untuk proses analitik, logika, estetika, dll) semakin minim. Pada kondisi ini maka seseorang
akan lebih mudah dimotivasi dan motivasi tersebut akan tertanam dalam-dalam dan bertahan
lebih lama.
Pada penerapan hypnoteaching ini peran guru sangat diperlukan ibarat kapal guru
adalah nahkodanya. Agar mampu mengaplikasikan hypnoteching, maka terdapat beberapa
prinsip yang perlu diterapkan yakni yang pertama adalah agreement. Persetujuan dari siswa,
hal ini dapat dilakukan dengan menjadi pribadi yang menarik dan diminati siswa. Sampaikan
senyum terindah dan teramah pada siswa. Bangunlah ikatan batin yang kuat dengan siswa dan

4
di sinilah guru mengetahui apakah yang disampaikannya berhasil atau tidak. Kemudian fokus,
untuk membawa siswa pada kondisi hypnos maka bimbing siswa untuk bisa berkonsentrasi.
Guru dapat membawa siswanya pada kondisi light hypnosis yang mana mampu membuat
mereka terfokus untuk satu sisi saja. Selain itu, untuk menarik fokus dan perhatian siswa guru
dapat menerapkan langkah-langkah sikap yang telah dijelaskan di atas. Relaks, kata ini identik
dengan santai dan ringan. Maksud dari relaks ini adalah menciptakan kondisi psikis dan fisik
sebelum kegiatan KBM agar lebih santai, tenang, sehingga apa yang dipelajari akan mudah
diserap dan diingat. Kondisi relaks dapat tercipta dari relaksasi yang dibangun baik dari guru
yang kemudian ditularkan pada siswanya.
Dalam hypnoteaching khusunya yang dibahas dalam buku ini ada satu hal yang menarik
dan perlu kita ketahui ketika akan merapkan hypnoteaching yaitu rahasia pikiran. Pada
kenyataannya ternyata pikiran bawah sadar ternyata lebih berpengaruh 88% pada tindakan kita
daripada pikiran sadar kita. Bahkan menurut Adi W.Gunawan dalam bukunya hypnotherapy
pikiran bawah sadar kita memiliki delapan fungsi diantaranya adalah kebiasaa, emosi, long
memory, kepribadian, intuisi, kreativitas, presepsi, belief and value. Melihat hal ini maka dapat
disimpulkan bahwa pikiran bawah sadar adalah gudang informasi yang dipunyai seseorang.
Artinya, banyak pula materi pelajaran yang dapat diingat oleh siswa jika disimpan dalam
pikiran bawah sadar mereka. Agar dapat mampu menginstal materi pelajaran ke pikiran bawah
sadar mereka ada beberapa cara untuk dapat meminimalkan keaktifan critical area seseorang
yakni pengulangan (kegiatan berulang akan menjadi kebiasaan), atmosfer (kondisi kelas yang
mendukung untuk belajar), kondisi alpha (mengajak siswa berelaksasi, agar apa yang
disampaikan mudah masuk ke memori), pembawaan (saat mengajar jadilah guru yang mampu
tampil PD, smart, dan meyakinkan), emosi (sentuhan emosi yang mampu dipancing dari bentuk
visual, auditori, kinestetik, gustatori, dan olfactory).
Itulah penjelasan mengenai hypnoteaching. Berdasarkan langkah penerpannya, hal
yang harus dibenahi memanglah presepsi guru terlebih dahulu, lalu perlahan membangun dan
menanamkannya pada siswa. Ketika itu berhasil maka, langkah hypnoteaching pun mampu
diterapkan. Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat jelas kelebihan buku ini yakni jelas dan
rinci. Selain itu cara penyampaiannya juga terlihat santai dan ringan tetapi tetap fokus tujuan
yakni mengenalkan metode inovatif dalam mengajar. Namun, di sisi lain masih terdapat
kekurangan yakni perumpamann cerita atau contoh cerita yang terlalu panjang. Bahkan
menurut saya terlalu bertele-tele. Akan sangat baik jika contoh cerita dalam kehidupan itu
dibuat lebih singkat tidak perlu seperti cerita dalam kisah cerpen ataupun novel.
Oleh karena itu, buku ini wajib dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam mencari
metode-metode mengajar yang inovatif. Hal ini dikarenakan, buku ini disusun berdasarkan
problema-problema umum yang sering ditemukan dalam dunia mengajar dan juga solusi yang
diberikan yakni tentang hypnoteaching merupakan solusi inovatif untuk mengembangkan
pikiran bawah sadar siswa yang notabene tidak semua orang mengetahuinya. Selain itu, buku
ini juga sangat bagus untuk para guru dan juga para calon guru, karena dapat dijadikan sebagai
buku referensi introspeksi diri (bagi guru) dan buku bekal mengajar (bagi calon guru).

Anda mungkin juga menyukai